Makalah Kelompok 1
Makalah Kelompok 1
KEPERAWATAN GERONTIK
Disusun Oleh :
Kelompok 1
TINGKAT 4 A KEPERAWATAN
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Sistem Kardiovaskuler Pada Lansia dan Asuhan Keperawatan
Pada Lansia.”.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ns. Rina Puspita Sari,
S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku Dosen Pengajar pada mata kuliah
Keperawatan Gerontik yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk
menyelesaikan tugas makalah ini.
Besar harapan kami terhadap makalah ini agar bermanfaat dalam rangka
menambah pengetahuan juga wawasan mengenai Sistem Kardiovaskuler Pada
Lansia dan Asuhan Keperawatan Pada Lansia.
Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang. Mudah - mudahan
makalah ini dapat di pahami oleh semua orang khususnya bagi para pembaca.
Kami mohon maaf yang sebesar - besarnya jika terdapat kata - kata yang kurang
berkenan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
D. Metode Penulisan 2
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 47
B. Saran 48
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menua merupakan suatu proses yang terjadi dalam kehidupan
manusia.bertambahnya usia akan diikuti dengan perubahan dari berbagai
sistem tubuh.salah satu perubahan yang terjadi yaitu perubahan pada sistem
kardivaskular.perubahan ini dapat bersifat struktural maupun
fungsional.sistem kardivasular sangat erat kaitanya dengan jantung dan
pembuluh darah dimana jantung dan pembuluh darah merupakan satu
kesatuan integrasi yang mampu memberikan oksigen dan nutrien bagi setiap
sel hidup untuk bertahan hidup.ketika jantung berhenti,berakhirlah pula
kehidupan.
Perawat merupakan salah satu profesi yang ikut berperan dalam kesehatan
pada lansia,maka sudah seharusnya perawat mengetahui dan memahami
perubahan yang terjadi di setiap sistem tubuh lansia, salah satunya sistem
kardivaskular. Hal ini bertujuan supaya perawat mengetahui keadaan yang
terjadi pada lansia dan dapat memberikan perawat serta edukasi yang baik
dan tepat.selain itu,perawat juga harus mampu melakukan pengkajian kondisi
kardivaskuler pada lansia.oleh karena itu pada makalah ini dijelaskan
mengenai perubahan fisiologi normal akibat penuaan pada sistem
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja perubahan fisiologis pada lansia terkait sistem kardiovaskular?
2. Apa saja faktor resiko yang mempengaruhi sistem kardiovaskular pada
lansia?
3. Bagaimana perubahan patologis pada lansia terkait sistem
kardiovaskular?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui kegiatan yang dilakukan pada sistem kardiovaskular pada
lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui apa saja faktor fisiologis yang terjadi pada lansia yang
terkait dengan sistem kardiovaskular meliputi jantung dan pembuluh
darah serta dampak yang ditimbulkan.
b. Mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi sistem
kardiovaskular pada serta menghubungkanya dengan kondisi
fisiologis yang terjadi.
c. Mengetahui perubahan patologis pada lansia terkait sistem
kardiovaskular khususnya saat hipertensi dan gagal jantung.
D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode questions based learning dengan
studi literature dan kajian pustaka seperti buku, jurnal dan sumber informasi
lain terkait perubahan fisiologis, faktor resiko, pengkajian dan patologis
sistem kardiovaskular pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
Dinding arteri terdiri dari tiga lapisan yaitu tunika adventitia, tunika
media, dan tunika intima (Bolton & Rajkumar, 2011). Adapun perubahan
yang berkaitan dengan usia mempengaruhi dua dari tiga lapisan
pembuluh darah dan akibat yang ditimbulkan bervariasi, tergantung pada
lapisan yang terkena. Misalnya, perubahan dalam tunika intima (lapisan
terdalam) memiliki dampak yang paling serius dalam perkembangan
aterosklerosis, sedangkan perubahan dalam tunika media (lapisan
tengah), berhubungan dengan hipertensi. Tunika eksterna (lapisan
7
terluar) tidak akan terpengaruh dari penuaan. Lapisan ini, terdiri dari
jaringan adiposa dan jaringan ikat yang mendukung serabut saraf dan
vasorum vasa, serta suplai darah untuk tunika media (Miller, 2012).
Tunika intima terdiri dari satu lapis sel endotel pada lapisan tipis jaringan
ikat. Fungsi tunika intima yaitu mengontrol masuknya lipid dan zat lain
dari darah ke dalam dinding arteri. Sel endotel yang utuh membuat darah
mengalir bebas tanpa adanya pembekuan. Namun, ketika sel-sel endotel
mengalami kerusakan, akan terjadi pembekuan.Tunika intima dapat
menebal karena fibrosis, proliferasi sel dan akumulasi lipid juga kalsium.
Selain itu, ukuran dan bentuk sel-sel endotel menjadi tidak teratur,
sehingga perubahan tersebut menyebabkan perbesaran dan pemanjangan
arteri. Akibatnya, dinding arteri lebih rentan mengalami aterosklerosis
(Bolton & Rajkumar, 2011; Miller, 2012).
Tunika media terdiri dari lapisan tunggal atau beberapa sel otot polos
yang dikelilingi oleh elastin dan kolagen. Sel-sel otot polos yang terdapat
pada jaringan berfungsi untuk memproduksi kolagen, proteoglikan, dan
serat elastis. Lapisan ini mengendalikan pengembangan dan kontraksi
arteri karena struktur dari lapisan ini. Perubahan tunika media yang
terjadi akibat penuaan yaitu peningkatan kolagen dan penipisan serta
kalsifikasi serat elastin yang menyebabkan kekakuan pembuluh
darah.Selain itu, perubahan yang terjadi pada tunika media menyebabkan
peningkatan resistensi perifer, gangguan fungsi baroreseptor, dan
berkurangnya kemampuan untuk meningkatkan aliran darah ke organ
vital. Perubahan tersebut dapat meningkatkan resistensi terhadap aliran
darah dari jantung, sehingga ventrikel kiri dipaksa untuk bekerja lebih
keras. Baroreseptor di arteri besar menjadi kurang efektif dalam
mengontrol tekanan darah, terutama selama perubahan postural. Secara
keseluruhan, peningkatan kekakuan pembuluh darah menyebabkan
sedikit peningkatan tekanan darah sistolik (Miller, 2012). Pembuluh
darah vena juga mengalami perubahan yang serupa dengan arteri, tetapi
8
pada tingkatan yang lebih rendah. Vena menjadi lebih tebal, lebih
dilatasi, dan kurang elastis seiring dengan bertambahnya usia. Katup
vena besar pada kaki menjadi kurang efisien dalam mengembalikan
darah ke jantung, sehingga edema ekstremitas bawah berkembang lebih
cepat dan lansia lebih berisiko mengalami thrombosis vena karena
melemahnya sirkulasi vena. Sirkulasi perifer selanjutnya dipengaruhi
oleh penurunan massa otor dan bersamaan dengan pengurangan pada
permintaan oksigen (Miller, 2012; Touhy & Jett, 2014).
berat
Penurunan reaksi Menurunkan
miokardial dan aktivitas
pembuluh darah barorefleks
terhadap stimulus β- (baroreseptor
adrenergik dan
kemoreseptor)
yang
berhubungan
dengan
keseimbangan
dalam kontrol
neuroendokrin
Penurunan sensitivitas Hipotensi
baroreseptor postural,
peningkatan
risiko jatuh
2. Pembuluh darah Peningkatan resistensi Darah sulit
pembuluh darah untuk kembali
kapiler ke jantung dan
paru-paru
Katup vena tidak Varises dan
berfungsi secara pengumpulan
efisien darah di perifer
membentuk
edema
Penurunan elastisitas Hipertensi,
(arteriosclerosis), oksigen
pembentukan plak jaringan
(atherosclerosis), dan menurun,
12
(2) perbedaan genetik pada reabsorbsi natrium ginjal, yang sangat umum
terjadi pada orang kulit hitam non-Hispanik; (3) disfungsi sistem renin-
angiotensin-aldosteron, yang menghasilkan peningkatan air tubuh; (4)
gangguan responsif endovaskular; dan (5) resistensi insulin, karena
hipertensi dan diabetes sering terjadi bersamaan (Tabloski, 2014).
Terdapat faktor risiko hipertensi, seperti umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga, genetik (faktor risiko yang tidak dapat diubah atau dikontrol),
kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh,
penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minuman beralkohol, obesitas,
kurang aktivitas fisik, stres dan penggunaan estrogen (Kementerian
Kesehatan RI, 2014; Touhy & Jett, 2014).
2. Gagal Jantung
Congestive heart failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah salah
satu penyakit pada sistem kardiovaskular yang menjadi salah satu
penyakit yang mematikan. CHF merupakan kondisi lanjutan atau lebih
parah dari gagal jantung atau heart failure (HF). Prevalensi penderita HF
sendiri terbilang meningkat seiring bertambahnya usia. Berdasarkan data
dari National Health and Nutrition Examination Survey tahun 2011-2014
dalam American Heart Associations (2017), presentasi penderita gagal
jantung pada usia 60-79 tahun mencapai 6.2% pada laki-laki dan 5.7%
pada perempuan. Jumlah tersebut meningkat pada usia lebih dari 80,
presentasi penderita HF mencapai 14.1% pada laki-laki dan 13.4% pada
perempuan. Kejadian dan prevalensi gagal jantung kronis (CHF)
meningkat seiring bertambahnya usia, karena kombinasi perubahan
fisiologis dan anatomis yang terkait dengan penuaan, dan meningkatnya
frekuensi kondisi komorbid yang merupakan predisposisi CHF [ CITATION
Car16 \l 1033 ].
Secara umum, patofisiologi gagal jantung menurut Tabloski (2014)
dimulai ketika miokard jantung kehilangan kontraktilitasnya yang
memnyebabkan jantung tidak mampu untuk menghasilkan curah jantung
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Otot jantung tidak
18
Tanda dan gejala umum yang timbul pada lansia dengan gagal jantung
meliputi kelelahan atau sesak nafas (dispnea), ketidakmampuan untuk
berbaring tanpa disertai sesak nafas (ortopnea), terbangun di malam hari
sambil ternengah-engah, kehilangan berat badan, dan bengkak pada
ekstremitas bawah. Dipsnea dapat terjadi saat isritahat atau saat
melakukan aktivitas atau mungkin juga terjadi di malam hari
(paroxysmal nocturnal dyspnea) [ CITATION Tou14 \l 1033 ]. Sedangkan
19
untuk faktor risiko terbesar pada gagal jantung adalah coronary artery
disease (CAD) adah hipertensi. Selain itu riwayat keluarga, obat
kardiotoksik (beberaapa obat kemoterapi kanker), merokok, obesitas,
abnormalitas pulmonari, penyalahgunaan alkohol dan diabetes mellitus
[ CITATION Tab14 \l 1033 ].
Tes diagnostik dan laboratorium yang digunakan mencakup
elektrokardiogram yang dapat menjabarkan perubahan gelombang ST-T
yang dapat mengindikasikan iskemia miokard, atrial fibrillation atau
gelombang W dari infark miokard sebelumnya. Ekokardiogram untuk
melihat ukuran ruang dan fungsi katup yang dapat memberikan informasi
terkait stroke volume, fraksi ejeksi dan curah jantung. Tes darah lengkap
khususnya untuk melihat indikasi anemia yang dapat memperburuk
kondisi HF. tes untuk peningkatan kreatinin serum yang dapat
mengindikasikan insufisiensi ginjal dan tes fungsi tiroid. Selain itu tes B-
type natriuretic peptide (BNP) yang digunakan untuk menilai tingkat
fungsi jantung. BNP sendiri meruakan peptide yang dilepaskan oleh
ventrikel jantung sebagai respon terhdaap kelebihan cairan [ CITATION
Tab14 \l 1033 ].
Untuk membantu mengatasi masalah gagal jantung dapat dilakukan
manajemen asuhan keperawatan. Pada pengkajian berusaha mendapatkan
informasi tentang riwayat kejadian yang berhubungan dengan masalah
kardiovaskular. Pemantauan tanda-tanda vital, hasil laboratorium dan
fungsi ginjal serta penilaian fungsi jantung dan pernafasan dan
melakukan pemeriksaan status mental juga menjadi penting. Pada
auskultasi akan terjadi kesenjangan atau saat suara jantung kedua
berhenti, dimulai kembali dan akhirnya tidak terdengar merupakan
keadaan umum yang terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Bagi
orang dengan masalah kardiovaskular, tujuan terapi adalah menurunkan
gejala, meningkatkan kualitas hidup, mengurangi angka kematian dan
morbiditas dan memperlambat atau menghentikan perkembangan
disfungsi melalui penggunaan terapi obat agresif. Tujuan tambahan
20
adalah memaksimalkan fungsi dan kulaitas hidup orang yang lebih tua
jika sesuai, berikan ahli peawatan paliatif. Di saat yang bersamaan
lakukan juga terapi pendukung yang mencakup modifikasi diet dengan
mengurangi lemak, kolesterol, dan sodium; olahraga; pendidikan
kesehatan; serta dukungan keluarga dan sosial [ CITATION Tou14 \l 1033 ].
Berikut akan disajikan bagan penatalaksanaan farmakologi gagal jantung
berdasarkan tingkatan keparahannya.
4. Serangan jantung
Serangan jantung terjadi apabila salah satu arteri jantung tidak sanggup
lagi mensuplai darah ke bagian otot jantung yang dialirinnya. Apabila
terjadi keterlambatan dalam pengobatan akan mengakibatkan kematian.
Hampir separoh dari kematian mendadak kerena serangan jantung terjadi
sebelum pasien tiba dirumah sakit.
Gejala umum serangan jantung ini adalah rasa sakit seperti menusuk-
nusuk dan bersifat presisten pada dada kiri, menyebar ke lengan, rahang,
leher, dan bahu sampai 12 jam lamanya atau bahkan lebih. Tanda lain
adalah perasaan seperti binggung (bodoh), lelah, mual. Muntah, sesak
napas, dingin dilengan dan tungkai dan tungkai, keringat dingin, cemas
dan gelisah.
2. Palpasi
Hal-hal yang ditemukan pada inspeksi harus dipalpasi untuk lebih
memperjelas mengenai lokalisasi punctum maksimum, apakah kuat
angkat, frekuensi, kualitas dari pulsasi yang teraba. Pada mitral
insufisiensi teraba pulsasi bersifat menggelombang disebut ”vantricular
heaving”. Sedang pada stenosis mitralis terdapat pulsasi yang bersifat
pukulan-pukulan serentak disebut ”ventricular lift”. Disamping adanya
pulsasi perhatikan adanya getaran ”thrill” yang terasa pada telapak
tangan, akibat kelainan katup-katup jantung. Getaran ini sesuai dengan
bising jantung yang kuat pada waktu auskultasi. Tentukan pada fase apa
getaran itu terasa, demikian pula lokasinya.
3. Perkusi
Kegunaan perkusi adalah menentukan batas-batas jantung. Pada
penderita emfisema paru terdapat kesukaran perkusi batas-batas jantung.
Selain perkusi batas-batas jantung, juga harus diperkusi pembuluh darah
besar di bagian basal jantung. Pada keadaan normal antara linea sternalis
kiri dan kanan pada daerah manubrium sterni terdapat pekak yang
merupakan daerah aorta. Bila daerah ini melebar, kemungkinan akibat
aneurisma aorta.
4. Auskultasi Jantung
Pemeriksaan auskultasi jantung meliputi pemeriksaan : bunyi jantung ,
bising jantung, gesekan pericard
a. Bunyi Jantung
Untuk mendengar bunyi jantung diperhatikan :
24
- demam
- morbus basedow (grave’s disease)
- orang kurus (dada tipis)
c) Intensitas bunyi jantung A 2 meningkat pada :
- hipertensi sistemik
- insufisiensi aorta
d) Intensitas bunyi jantung A 2 melemah pada :
- stenose aorta
- emfisema paru
- orang gemuk
e) Intensitas P 2 mengeras pada :
- Atrial Septal Defect (ASD)
- Ventricular Septal Defect (VSD)
- Patent Ductus Arteriosus (PDA)
- Hipertensi Pulmonal
f) Intensitas P 2 menurun pada :
- Stenose pulmonal
Intensitas bunyi jantung satu dengan yang lainnya
(yang berikutnya) harus dibandingkan. Bila intensitas
bunyi jantung tidak sama dan berubah ubah pada
siklus-siklus berikutnya, hal ini merupakan keadaan
myocard yang memburuk.
c. Gerakan Pericard
Gesekan pericard merupakan gesekan yang timbul akibat gesekan
antara pericard visceral dan parietal yang keduanya menebal atau
permukaannya kasar akibat proses peradangan (pericarditis
fibrinosa). Gesekan ini terdengar pada waktu sistole dan diastole dari
jantung, namun kadang-kadang hanya terdengar waktu sistole saja.
Gesekan pericard kadang-kadang hanya terdengar pada satu saat saja
(beberapa jam) dan kemudian menghllang. Gesekan pericard sering
terdengar pada sela iga 4-5 kiri, di tepi daerah sternum. Sering
dikacaukan dengan bising jantung.
Senam hipertensi adalah bagian dari usaha untuk mengurangi berat badan
dan mengelola stres (faktor yang mempertinggi hipertensi).
2. Tujuan
a. Mengurangi berat badan dan mengelola stres (faktor yang
mempertinggi hipertensi)
b. Menurunkan tekanan darah
3. Metode
a. Persentasi
b. Demonstrasi Senam Hipertensi
4. Strategi Pelaksanaan
a. Persiapan
1) Persiapan Klien
a) Klien diberi tahu tindakan yang akan dilakukan
b) Klien dalam posisi berdiri
2) Persiapan Lingkungan
a) Ruangan yang tenang dan kondusif
b) Ruangan yang cukup luas
b. Pelaksanaan
Simulasi senam hipertensi dengan tahapan:
1) Gerakan Pemanasan
a) Tekuk kepala ke samping, lalu tahan dengan tangan pada
sisi yang sama dengan arah kepala. Tahan dengan hitungan
8-10, lalu bergantian dengan sisi lain.
b) Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus ke atas
kepala dengan posisi kedua kaki dibuka selebar bahu. Tahan
dengan 8-10 hitungan. Rasakan tarikan bahu dan punggung.
2) Gerakan Inti
a) Lakukan gerakan seperti jalan ditempat dengan lambaian
kedua tangan searah dengan sisi kaki yang diangkat.
Lakukan perlahan dan hindari hentakan.
32
A. Pengkajian
I. Identitas
a. Nama : Tn. T
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Umur : 69 Tahun
d. Agama : Katholik
e. Status perkawinan : Kawin
f. Pendidikan : S2 Magister Manajemen
g. Pekerjaan : Pensiunan Negeri Sipil (PNS)
h. Alamat rumah : Jl. KH. Moch. Cup RT.05/02 Kec. Pinang
Kota Tangerang
34
35
b. Pengkajian MMSE
Nila
Aspek Nilai
No i Kriteria
Kognitif Klien
Max
1 Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar
(sekarang) :Tahun, Musim, Tanggal, Hari,
Bulan
Orientasi 5 4 Dimana kita sekarang berada :
(sekarang ada Negara , Propinsi , Kota,
dimana) Panti,Ruangan
2 Registrasi 5 5 Perawat menyebutkan 3 benda
(misal kursi, meja, kertas). Lalu
minta klien untuk menyebutkan
kembali
3 Perhatian dan 5 5 Minta klien untuk menjawab
Kalkulasi perhitungan sederhana, misal
100-7; 93-7; 86-7, dst
4 Mengingat 5 3 Minta klien untuk mengulangi
kembali ketiga obyek pada aspek
(Recall) Registrasitadi.
5 Bahasa 5 1 Tunjukan pada klien suatu
benda dan tanyakan namanya
pada klien(misal jam tangan,
pensil atau jendela)
0
Minta klien untuk mengulang
kata berikut “tanpa kalau dan
atau tetapi”.
Bila benar, nilai satu point.
Pernyataan benar 2 buah
1 : tanpa kalau, tetapi
Nilai : ………………….
Intepretasi Hasil
Tidak ada gangguan kognitif : 24 – 30
Gangguan kognitif sedang : 18 – 23
Gangguan kognitif berat : 0 – 17
b. Kesadaran:
CM ( E4M5V5)
c. Suhu:
40
36.9oC
d. Nadi :
97x/Menit
e. Tekanan darah:
160/100 mmHg
f. Pernafasan:
21x/menit
g. Tinggi Badan :
147 Cm
h. Berat Badan:
64 Kg
4. Mulut :
41
b. Leher:
Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid.
Tidak tampak pembesaran pada vena jugularis (JVP)
c. Dada/ thorax
1. Dada:
Bentuk dada simentris, tidak tampak lesi dan jejas. Tidak
tampak penggunaan otot bantu nafas.
e. Muskuloskeletal:
42
f. Lain-lain:
-
IX. Lingkungan :
Lingkungan rumah : bersih tertata, rumah berhimpitan dengan tetangga
X. Informasi Penunjang
a. Diagnosa medik:
Hipertensi Grade II + Kardiomegali
b. Laboratorium:
EKG
R.O Thorax AP/Lateral
c. Terapi medik :
Amlodipin 10 mg
Isosorbide Dinitrate 5 mg
Aspilets Tab
Clopidogrel Bisulfate
Simvastatin Tab
B. Diagnosa Keperawatan
43
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
. Keperawatan Hasil Keperawatan
1. Risiko Penurunan Setelah dilakukan Perawatan Jantung
Curah Jantung d.d intervensi keperawatan Observasi :
Perubahan selama 2 x 24 jam, Identifikasi
Afterload maka curah jantung tanda/gejala
meningkat dengan primer penurunan
kriteria hasil: curah jantung
Kekuatan nadi (meliputi dispnea,
perifer meningkat kelelahan, edema,
Tekanan darah ortopnea,
membaik peningkatan
Capillary Refill CVP)
Time (CRT) Monitor tekanan
membaik darah
Terapeutik :
Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stres
Berikan
dukungan
emosional dan
spiritual
Edukasi :
Anjurkan
beraktivitas fisik
44
sesuai toleransi
A. Kesimpulan
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulasi darah yang terdiri dari
jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan
dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di
perlukan dalam proses metabolisme tubuh.
Penyakit yang dijumpai pada orang-orang lanjut usia adalah hipertensi atau
tekanan darah tinggi yaitu peningkatan darah sistolik mencapai 140 mmHg
atau lebih dan tekanan darah diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih tinggi
pada dua kali pengukuran yang berbeda, yang memerlukan pengobatan
dengan obat antihipertensi (Miller, 2012; Touhy & Jett, 2014). Pada lansia,
nilai normal tekanan darah yaitu apabila tekanan darah sistolik 130 mmHg
dan tekanan darah diastolik 85 mmHg (Miller, 2012).
Senam hipertensi adalah bagian dari usaha untuk mengurangi berat badan dan
mengelola stres (faktor yang mempertinggi hipertensi). Tujuan senam
hipertensi yaitu mengurangi berat badan dan mengelola stres (faktor yang
mempertinggi hipertensi) dan menurunkan tekanan darah. Dianjurkan bagi
klien melaksanakan senam hipertensi minimal 30 menit dan dilakukan
seminggu tiga kali.
Pada hasil pengkajian dari teori yang sudah dipelajari ditemukan 3 diagnosa
keperawatan yaitu risiko penurunan curah jantung, intoleransi aktivitas, nyeri
akut. Pada diagnosa keperawatan pertama yaitu risiko penurunan curah
47
48
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas untuk memenuhi mutu dalam penulisan
makalah, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Mahasiswa
a. Diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang sistem
kardiovaskuler pada lansia, dan senam hipertensi pada lansia dengan
membaca buku maupun sumber lainnya.
b. Diharapkan mahasiswa mampu memahami proses keperawatan pada
lansia dengan hipertensi mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
2. Institusi
Diharapkan kampus dapat meningkatkan sarana dan prasarana yang
mendukung proses pembelajaran seperti penambahan buku terutama
buku kesehatan di perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Bolton, E., & Rajkumar, C. (2011). The Ageing Cardiovascular System. Reviews
in Clinical Gerontology. Vol. 21
Perhimpunan Penyakit Dalam Indonesia. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: FKUI.