Anda di halaman 1dari 153

MASTERCLASS OPTIMA

PSIKIATRI
DR. MARCELA YOLINA
Jakarta
Jl. Layur Kompleks Perhubungan VIII No.52 RT.001/007
Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur Tlp 021-22475872
WA. 081380385694/081314412212

Medan
Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Sari, Kec. Medan Selayang 20132 WA/Line 082122727364

w w w. o p t i m a p r e p . c o . i d
Hierarkis
• Cara yang sistematik untuk memastikan suatu diagnosis gangguan jiwa
• Urutan Hierarki:
• F0 : Gangguan Mental Organik / Simptomatik
• F1 : Gangguan Mental & Perilaku akibat penggunaan Zat Psikoaktif
• F2 : Gangguan skizofrenia, skizotipal, dan waham
• F3 : Gangguan suasana perasaan (afek dan mood)
• F4 : Gangguan neurotik, somatoform, dan terkait stress
• F5 : Sindrom perilaku yang berkaitan dengan gangguan fisiologis dan
faktor fisik
• F6 : Gangguan Kepribadian & Perilaku masa Dewasa
• F7 : Retardasi Mental
• F8 : Gangguan perkembangan psikologis
• F9 : Gangguan Perilaku dan emosional dengan Onset Masa Kanak &
Remaja
Diagnosis Multiaksial
• Aksis I : gangguan psikiatri (kecuali gangguan
kepribadian dan retardasi mental)
• Aksis II : gangguan kepribadian dan retardasi
mental
• Aksis III : gangguan medis umum (misal diabetes,
hipertensi)
• Aksis IV : masalah psikososial dan lingkungan
• Aksis V : Penilaian fungsi secara global (GAF
Scale)
TILIKAN, GANGGUAN
PROSES PIKIR &
PERSEPSI
TILIKAN
• Tilikan adalah kemampuan seseorang untuk memahami sebab
sesungguhnya dan arti dari suatu situasi (termasuk di
dalamnya gejala yang dialaminya sendiri).
Derajat Deskripsi

1 penyangkalan total terhadap penyakitnya

2 ambivalensi terhadap penyakitnya

3 menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya

4 menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan tetapi tidak memahami penyebab
sakitnya
5 menyadari penyakitnya dari faktor-faktor yang berhubungan dengan
penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya
6 menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk
mencapai perbaikan
GANGGUAN PROSES PIKIR

Gangguan
bentuk pikir
Gangguan Gangguan
proses pikir isi pikir
Gangguan
arus pikir
Gangguan Bentuk Pikir
Jenis Karakteristik

Derealistik Tidak sesuai dengan kenyataan tetapi masih mungkin terjadi,


misalnya: “saya adalah seorang presiden”

Dereistik Tidak sesuai dengan kenyataan, lebih didasarkan pada khayalan,


misal: “saya adalah seorang malaikat”

Autistik Pikiran yang timbul dari fantasi, berokupasi pada sebuah ide.
Secara emosional terlepas dari orang lain.

Tidak logis/ magical Berorientasi pada hal-hal yang bersifat magis


thought

Pikiran konkrit Pikiran terbatas pada satu dimensi arti, pasien mengartikan
kata/kalimat apa adanya, tidak mampu berpikir secara metafora.
Contoh: meja hijau = meja yang berwarna hijau.
Gangguan Isi Pikir
Jenis Karakteristik
Waham Keyakinan yang salah, tidak dapat dikoreksi, dihayati oleh penderita
sebagai hal yang nyata, tidak sesuai dengan sosiokultural di mana
penderita tinggal.

Obsesi Gagasan (ide), bayangan, atau impuls yang berulang dan persisten.
Kompulsi Perilaku/perbuatan berulang yang bersifat stereotipik, biasanya
menyertai obsesi.
Fobia Ketakutan irasional yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu
objek, aktifitas, atau situasi spesifik yang menimbulkan keinginan yang
mendesak untuk menghindarinya.
Anosognosis Pasien menolak kenyataan bahwa ia mengalami gangguan fisik, hal ini
terjadi pada pasien yang mengalami luka/trauma dan kerusakan otak
yang luas. Contoh: penderita buta mengatakan bahwa ia dapat
melihat.
Gangguan Arus Pikir
Jenis Karakteristik
Neologisme Pembentukan kata-kata baru yang memiliki arti khusus bagi
penderita, sering terdapat pada pasien skizofrenia. Neologisme
dapat pula akibat halusinasi akustik sehingga sering merupakan
kata yang diulang
Sirkumstansial Gangguan asosiasi karena terlalu banyak ide yang disampaikan.
Pada umumnya pasien dapat mencapai tujuannya, tetapi harus
secara bertahap.
Tangensial Pembicaraan pasien terlepas sama sekali dari pokok pembicaraan
dan tidak kembali ke pokok pembicaraan tersebut, sehingga tujuan
tidak pernah tercapai
Asosiasi longgar Pasien berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak berhubungan,
namun masih dapat dimengerti.
Flight of ideas Melompat-lompat dari satu topik ke topik lain tanpa terputus,
dimana masih terdapat benang merah.
Inkoherensi/ asosiasi longgar yang berat, kata yang satu tidak berhubungan
word salad dengan kata yang lain.
GANGGUAN PERSEPSI
Gangguan Persepsi Definisi

Depersonalisasi satu kondisi patologis yang muncul sebagai akibat dari perasaan
subyektif dengan gambaran seseorang mengalami atau
merasakan diri sendiri (atau tubuhnya) sebagai tidak nyata atau
khayali (asing, tidak dikenali).
Derealisasi perasaan subyektif bahwa lingkungannya menjadi asing, tidak
nyata.

Ilusi persepsi yang keliru atau menyimpang dari stimulus eksternal


yang nyata.

Halusinasi Persepsi atau tanggapan palsu, tidak berhubungan dengan


stimulus eksternal yang nyata; menghayati gejala-gejala yang
dikhayalkan sebagai hal yang nyata. Contoh jenis halusinasi:
auditoik, visual, somatik, hipnapompi, penciuman, pengecapan
DEMENSIA & DELIRIUM
DEMENSIA (F01-F03)
Pedoman diagnostik demensia • Etiologi terbanyak demensia
(PPDGJ III): antara lain:
• Adanya penurunan kemampuan – Demensia pada penyakit Alzheimer
daya ingat dan daya pikir, yang (paling banyak, 60-80%)
sampai mengganggu kegiatan – Demensia vaskular
harian seseorang (personal – Demensia frontotemporal
activities of daily living) seperti : – Demensia lewy body
mandi, berpakaian, makan, – Demensia pada Penyakit Parkinson
kebersihan diri, buang air besar – Dan demensia akibat penyakit
dan kecil. lainnya (penyakit Creutfeld-Jacob,
penyakit Huntington, HIV/AIDS,
• Tidak ada gangguan kesadaran dsb)
(clear consciousness)
• Gejala dan disabilitas sudah nyata
untuk paling sedikit 6 bulan
Kriteria Diagnosis Major Neurocognitive
Kriteria Diagnosis Demensia (DSM IV)
Disorder (Demensia) (DSM V)
A. Munculnya defisit kognitif multiple yang Munculnya defisit kognitif bermakna yang
bermanifestasi pada kedua keadaan berikut bermanifestasi pada satu/lebih keadaan berikut:
1. Gangguan memori (ketidakmampuan untuk a. Learning and memory
mempelajari informasi baru atau untuk
b. Language
mengingat informasi yang baru saja
dipelajari) c. Executive function
2. Satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut d. Complex attention
a. Afasia e. Perceptual-motor
b. Apraksia f. Social cognition
c. Agnosia
d. Gangguan fungsi eksekutif (seperti
merencanakan, mengorganisir, berpikir
runut dan abstrak)
B. Defisit kognitif yang terdapat pada kriteria A1 B. Defisit kognitif yg terjadi mengganggu
dan A2 menyebabkan gangguan bermakna pada kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-
fungsi sosial dan okupasi serta menunjukkan hari (setidaknya memerlukan asistensi dalam
penurunan yang bermakna dari fungsi yang melakukan kegiatan yang kompleks, seperti
sebelumnya. misalnya membayar tagihan)
B. Defisit yang terjadi bukan terjadi khusus saat C. Defisit kognitif ini secara ekslusif tidak terjadi
timbulnya delirium akibat delirium
D. Kelainan ini tidak dapat dijelaskan oleh
gangguan mental lainnya (seperti depresi,
skizofrenia)
Deteksi Dini Demensia
• Dengan menggunakan mini mental state
examination (MMSE)/ Folstein test.

• Interpretasi skor MMSE:


– 24-30: kognitif normal
– 19-23: mild cognitive impairment
– 10-18: moderate cognitive impairment
Demensia
– <=9: severe cognitive impairment

Practical Guidelines for the Recognition and Diagnosis of Dementia,


J Am Board Fam Med May-June 2012 vol. 25 no. 3 367-382
Medikamentosa Demensia
• Cholinesterase inhibitors (donepezil, rivastigmine,
dan galantamine)  memperbaiki gejala klinis
kognitif dan fungsi global, tetapi tidak
menghentikan progresivitas penyakit pada
Alzheimer.
• Memantine (antagonis reseptor N-metil-D-
aspartat (NMDA)); yang diperkirakan bersifat
neuroprotektif; bermanfaat pada kasus alzheimer
dan demensia vaskular.
• Antioksidan berupa Vitamin E bisa
memperlambat progresivitas Alzheimer
Demensia vs Pseudodemensia
• Pseudodemensia merupakan penurunan fungsi kognitif yang
terjadi sementara akibat adanya gangguan psikiatri yang
mendasari (biasanya depresi)

http://www.encephalos.gr/48-3-07e.htm
DELIRIUM (F05)
• Delirium: kesadaran fluktuatif, ditandai dengan kesulitan memfokuskan,
mempertahankan, dan mengalihkan perhatian .

• Pedoman diagnostik:
– Gangguan kesadaran & perhatian
– Gangguan kognitif (distorsi persepsi, halusinasi, hendaya daya pikir, daya ingat,
disorientasi)
– Gangguan psikomotor: hipo/hiperaktivitas
– Gangguan siklus tidur-bangun
– Gangguan emosional: depresi, ansietas, lekas marah
– Onset cepat, hilang timbul, kurang dari 6 bulan

• Penyebab:
– SSP: kejang (postictal)
– Metabolik: gangguan elektrolit, hipo/hiperglikemia
– Penyakit sistemik: infeksi, trauma, dehidrasi/ovehidrasi
– Obat-obatan

Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition.
Delirium
Subtipe delirium: Prinsip terapi delirium:
• Hyperactive subtype • Mengatasi kondisi
May be agitated, disoriented, and delusional, and penyakit medis yang
may experience hallucinations. This presentation menjadi penyebab
can be confused with that of schizophrenia, • Mengatasi gangguan
agitated dementia, or a psychotic disorder. perilaku/ agitasi yang
terjadi (misalnya dengan
• Hypoactive subtype
antipsikotik haldol jika
Subdued, quietly confused, disoriented, & terdapat agitasi berat;
apathetic. Delirium in these patients may go BZD dipakai jika terdapat
unrecognized or be confused with depression or putus obat alkohol/ BZD
dementia. atau jika antipsikotik
• Mixed subtype kontraindikasi
Fluctuating between the hyperactive &hypoactive

Delirium. Ondria C, Gleason MD., University of Oklahoma College of Medicine, Tulsa, Oklahoma. Am Fam Physician. 2003
Mar 1;67(5):1027-1034. | Uptodate 2019
Diagnosis Banding Delirium
Diagnosis Karakteristik
Delirium cognitive changes develop acutely and fluctuate. Speech can be confused or
disorganized. Alertness and attention wax and wane

Dementia insidious onset, chronic memory and executive function disturbance, tends not
to fluctuate. Intact alertness and attention but impoverished speech and
thinking

Schizofrenia Onset is rarely after 50. Auditory hallucinations are much more common than
visual hallucinations. Memory is grossly intact and disorientation is rare.
Speech is not dysarthric. No wide fluctuations over the course of a day

Mood Manifest persistent rather than labile mood with more gradual onset. In mania
disorder the patient can be very agitated however cognitive performance is not usually
as impaired. Flight of ideas usually have some thread of coherence unlike
simple distractibility. Disorientation is unusual in mania
P E N YA L A H G U N A A N Z AT
P S I KO A K T I F
Depressant
• Zat yang mensupresi, menghambat dan menurunkan aktivitas CNS.
• Yang termasuk dalam golongan ini adalah sedatives/hypnotics,
opioids, and neuroleptics.
• Medical uses sedation, sleep induction, hypnosis, and general
anaesthesia.
• Contoh:
– Opioid drugs seperti heroin, morphine, and methadone.
– Hipnotik sedatif benzodiazepin, alkohol
• Effects:
– Relief of tension, mental stress and anxiety
– Warmth, contentment, relaxed detachment from emotional as well
as physical distress
– Positive feelings of calmness, relaxation and well being in anxious
individual
– Relief from pain
Stimulants
• Zat yang mengaktivkan dan meningkatkan aktivitas CNS
psychostimulants
• Memiliki berbagai efek fisiologis
– Perubahan denyut jantung, dilatasi pupil, peningkatan TD, banyak
berkeringat, mual dan muntah.
– Menginduksi kewaspadaan, agitasi, dan mempengaruhi penilaian
• Penyalahgunaan kronik akan menyebabkan perubahan kepribadian
dan perilaku seperti lebih impulsif, agresif, iritabilitas, dan mudah
curiga
• Contoh:
– Amphetamines, cocaine, caffeine, nicotine, and synthetic appetite
suppressants.
• Effects:
– feelings of physical and mental well being, exhilaration, euphoria,
elevation of mood
– increased alertness, energy and motor activity
– postponement of hunger and fatigue
Hallucinogens (psyche delics)
• Zat yang merubah dan mempengaruhi persepsi, pikiran, perasaan, dan orientasi
waktu dan tempat.
• Menginduksi delusi, halusinasi, dan paranoia.
• Adverse effects sering terjadi
– Halusinasi yang menakutkan dan tidak menyenangkan (“bad trips”)
– Post-hallucinogen perception disorder or flashbacks
– Delusional disorder persepsi bahwa halusinasi yang dialami nyata, setelah gejala mereda
– mood disorder (anxiety, depression, or mania).
• Effects:
– Perubahan mood, perasaan, dan pikiran“mind expansion”
– Meningkatkan kepekaan sensorismore vivid sense of sight, smell, taste and hearing
– dissociation of body and mind
• Contoh:
– Mescaline (the hallucinogenic substance of the peyote cactus)
– Ketamine
– LSD
– psilocybin (the hallucinogenic substance of the psilocybe mushroom)
– phencyclidine (PCP)
– marijuana and hashish
Other sign &
Toxidrome Mental status Pupils Vital signs Examples of toxic agents
Symptoms

Hyperthermia, Cocaine, amphetamines,


Hyperalert, Diaphoresis,
SYMPATHO tachycardia, ephedrine,
agitation, tremors,
-MIMETIC/ Mydriasis hypertension, widened pseudoephedrine,
hallucinations, hyperreflexia,
STIMULANT pulse pressure, phenylpropanolamine,
paranoia seizures
tachypnea, hyperpnea theophylline, caffeine

Hallucinations,
Phencyclidine, LSD,
perceptual
Hyperthermia, mescaline, psilocybin,
HALLUCINO distortions, Mydriasis
tachycardia, Nystagmus designer amphetamines
GENIC depersonaliza- (usually)
hypertension, tachypnea (eg, MDMA ["Ecstasy"],
tion, synesthesia,
MDEA)
agitation

Bradypnea, apnea Hyporeflexia, Opioids (eg, heroin,


CNS depression, characteristic; may pulmonary morphine, methadone,
OPIOID Miosis
coma develop: hypothermia, edema, needle oxycodone,
bradycardia, hypotension marks hydromorphone),

Often normal, but may


CNS depression, develop: hypothermia, Benzodiazepines,
SEDATIVE-
confusion, Variable bradycardia, Hyporeflexia barbiturates, alcohols,
HYPNOTIC
stupor, coma hypotension, apnea, zolpidem
bradypnea
Zat Withdrawal Syndrome (Putus Obat)

 Minor withdrawal symptoms — CNS hyperactivity: insomnia, tremulousnes, mild anxiety,


Gastrointestinal upset, anorexia, headache, diaphoresis, palpitations (onset 6 to 36 hours after last
drink)
 Withdrawal seizures — Single or brief flurry of generalized tonic-clonic seizures, short postictal period;
Alkohol status epilepticus rare (onset 6 to 48 hours after last drink)
 Alcoholic hallucinosis — Visual, auditory, and/or tactile hallucinations with intact orientation and
normal vital signs (onset 12 to 48 hours after last drink)
 Delirium tremens — Delirium, agitation, tachycardia, hypertension, fever, diaphoresis (onset 48 to 96
hours after last drink)
 Gastrointestinal distress – Abdominal cramps, diarrhea, nausea, and/or vomiting
 Flu-like symptoms – Lacrimation, rhinorrhea, diaphoresis, shivering, and piloerection (goosebumps)
 Sympathetic nerve and central nervous system arousal – Mydriasis, mild hypertension and
Opioid
tachycardia, anxiety and irritability, insomnia, agitation, restless leg syndrome, general restlessness,
tremor, and, less frequently, low grade temperature and tactile sensitivit
 Other – Yawning, sneezing, anorexia, dizziness, myalgias/arthralgias, and leg cramps

Benzodiazepin Tremors, anxiety, perceptual disturbances, dysphoria, psychosis, seizures


Kanabis/ Irritability, anger, anxiety, depression, restlessness, sleep difficulty (eg, insomnia, vivid or disturbing
ganja/ dreams), decreased appetite or weight loss, abdominal pain, shakiness or tremors, sweating, fever or chills,
marijuana headache
 Prominent psychological features, but is rarely medically serious.
Kokain -  Symptoms include dysphoric mood, depression, suicidal thoughts, anxiety, fatigue, difficulty
amfetamin concentrating, anhedonia, craving, increased appetite, increased sleep, insomnia, and increased
dreaming.
S K I ZO F R E N I A , P S I KOT I K
A K U T, D A N G A N G G U A N
WA H A M
Jenis Waham
Waham Karakteristik
Bizzare keyakinan yang keliru, mustahil dan aneh
Sistematik keyakinan yang keliru atau keyakinan yang tergabung dengan satu
tema/kejadian.
Nihilistik perasaan yang keliru bahwa diri dan lingkungannya atau dunia tidak ada
atau menuju kiamat.
Somatik perasaan yang keliru yang melibatkan fungsi tubuh.
Paranoid termasuk didalamnya waham kebesaran, waham kejaran/presekutorik,
waham rujukan (reference), dan waham dikendalikan.
Kebesaran/ keyakinan atau kepercayaan, biasanya psikotik sifatnya, bahwa dirinya
grandiosity adalah orang yang sangat kuat, sangat berkuasa atau sangat besar.
Kejar/ mengira bahwa dirinya adalah korban dari usaha untuk melukainya, atau
persekutorik yang mendorong agar dia gagal dalam tindakannya.
Rujukan/ selalu berprasangka bahwa orang lain sedang membicarakan dirinya dan
delusion of kejadian-kejadian yang alamiah pun memberi arti khusus/berhubungan
reference dengan dirinya
Jenis Waham
Waham Karakteristik
Kendali keyakinan yang keliru bahwa keinginan, pikiran, atau perasaannya
dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Termasuk di dalamnya:
thought of withdrawal, thought of broadcasting, thought of
insertion.
Thought of withdrawal waham bahwa pikirannya ditarik oleh orang lain atau
kekurangannya.
Thought of insertion/ waham bahwa pikirannya disisipi oleh orang lain atau kekuatan
sisip pikir lain.
Thought of waham bahwa pikirannya dapat diketahui oleh orang lain, tersiar
broadcasting/ siar pikir di udara.
Cemburu keyakinan yang keliru yang berasal dari cemburu patologis
tentang pasangan yang tidak setia.
Erotomania keyakinan yang keliru, biasanya pada wanita, merasa yakin bahwa
seseorang sangat mencintainya.
NEUROTRANSMITER DALAM GANGGUAN
PSIKOTIK

Dari semua neurotransmitter yang terlibat, dopamin memiliki


peranan paling penting dalam menyebabkan gejala psikotik.
Pedoman Diagnostik Skizofrenia
• Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat
jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-
gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
– Thought echo, atau thought insertion or withdrawal, atau
thought broadcasting
– Delusion of control/ passivity/ influence/ perception
– Halusinasi auditorik
– Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut
budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang
mustahil (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)

Referensi: PPDGJ-III
Pedoman Diagnostik Skizofrenia
• Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang
harus selalu ada secara jelas:
– Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja
– Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau
pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
– Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah
(excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atay
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
– Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan
respons emosional yang menumpul tidak wajar

• Telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau


lebih
Referensi: PPDGJ-III
Key Points
Skizofrenia (F20) Gangguan isi pikir, waham, halusinasi, minimal 1 bulan
Paranoid merasa terancam/dikendalikan
Hebefrenik 15-25 tahun, afek tidak wajar, perilaku tidak dapat diramalkan,
senyum sendiri
Katatonik stupor, rigid, gaduh, fleksibilitas cerea
Skizotipal (F21) perilaku/penampilan aneh, kepercayaan aneh, bersifat magik, pikiran
obsesif berulang
Waham menetap (F22) hanya waham minimal 3 bulan (PPDGJ) atau 1 bulan (DSM)
Psikotik akut (F23) gejala psikotik <2 minggu.
Skizoafektif (F25) gejala skizofrenia & afektif bersamaan
Residual Gejala negatif menonjol, ada riwayat psikotik di masa lalu yang
memenuhi skizofrenia
Simpleks Gejala negatif yang khas skizofrenia (apatis, bicara jarang, afek
tumpul/tidak wajar) tanpa didahului halusinasi/waham/gejala
psikotik lain. Disertai perubahan perilaku pribadi yang bermakna
(tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, penarikan diri).
Skizofrenia vs Skizoafektif vs
Gangguan Mood dengan Gejala Psikotik
Skizofrenia Skizoafektif Gangguan mood disertai
gejala psikotik

Gejala Kronik, sejak awal Kronik, sejak awal Hanyaada setelah episode
psikotik onset sakit onset sakit gangguan mood terjadi

Gangguan Tidak ada, atau ada Ada terus menerus Ada, memenuhi kriteria
mood tetapi tidak selama sakit diagnosis gangguan mood
menonjol berlangsung. Gejala (manik/ depresi)
mayor gangguan mood
belum tentu ada

Lama Kronik Kronik Episodik


penyakit
Terapi Antipsikotik
• Antipsikotik generasi pertama (tipikal)
– antagonis reseptor dopamin D2
– Contoh: haloperidol dan chlorpromazine
– Efek samping: lebih sering menyebabkan gejala ekstrapiramidal,
neuroleptic malignant syndrome
– Sebagai alternatif jika antipsikotik generasi kedua tidak bisa digunakan
• Antipsikotik generasi kedua (atipikal)
– afinitas rendah terhadap reseptor D2, afinitas tinggi terhadap reseptor
5HT
– Contoh: risperidone, clozapine, dan olanzapine
– Efek samping neurologis (-)
– Efek samping metabolik (+)
– Obat pilihan pertama
PRINSIP TERAPI ANTIPSIKOTIK
1. An oral atypical antipsychotic drug should be considered as first-line
treatment.
2. The lowest-effective dose should always be prescribed initially, with
subsequent titration.
3. Treatment trial should be at least 4-8 weeks before changing antipsychotic
medication.
4. Antipsychotic medications, atypical or conventional, should not be prescribed
concurrently, except for short periods to cover changeover.
5. Treatment should be continued for at least 12 months, then if the disease has
remitted fully, may be ceased gradually over at least 1-2 months.
6. Prophylactic use of anticholinergic agents should be determined on an
individual basis and re-assessment made at 3-monthly intervals.
7. A trial of clozapine should be offered to patients with schizophrenia who are
unresponsive to at least two adequate trials of antipsychotic medications.

Western Australian Psychotropic Drugs Committee. Antipsychotic Drug Guidelines Version 3 August 2006
Obat Antipsikotik Tipikal dan Atipikal
ES ANTIPSIKOTIK: GEJALA
EKSTRAPIRAMIDAL
Gejala Ekstrapiramidal
Karakteristik
Akathisia Gelisah dan merasa perlu bergerak terus. Menggerakkan kaki mengetuk lantai (foot
tapping atau toe tapping). Gejala ini berkurang saat tidur atau pada posisi berbaring.
Pasien merasa tertekan bila tidak dapat bergerak.

Dystonia Kelainan neurologis dimana terdapat kontraksi otot yang terus-menurus sehingga
mengakibatkan gerakan repetitif dan twisting atau postur yang abnormal. Dapat
melibatkan punggung, leher, ekstremitas atas dan bawah, rahang, dan laring. Bisa
terjadi kesulitan menelan, bernapas, bicara, dan menggerakkan leher.
Oculogyric crisisDeviasi keatas bola mata yang ekstrim disertai dengan konvergen,
menyebabkan diplopia. Berkaitan dengan fleksi posterolateral dari leher dan dengan
mulut terbuka atau rahang terkunci.

Parkinsonism Tremor, rigiditas, dan kelambatan bergerak, yang melibatkan batang tubuh dan
ekstremitas. Kesulitan berdiri dari posisi duduk, postur tidak seimbang, muka
topeng.
Tardive dyskinesia Gerakan koreatetoid abnormal yang melibatkan regio orofasial dan lidah. Lebih
jarang mengenai ekstremitas dan batang tubuh. Ada gerakan mulut mencucu,
gerakan mengunyah, dan lidah menjulur. Gejala tidak menimbulkan nyeri, namun
menyebabkan penderitanya malu di depan umum.

http://www.uspharmacist.com/content/c/10205/?t=women%27s_health,neurology
Prinsip Terapi Gejala Ekstrapiramidal
AKATHISIA DYSTONIA AKUT
• Obat yang menyebabkannya dikurangi • Hentikan obat yang menyebabkan distonia
dosisnya atau ganti obat menjadi dan ganti obat menjadi golongan antipsikotik
antipsikotik atipikal atipikal
• Diberikan antimuskarinik (THP, Benztriopin), • Berikan obat-obatan antimuskarinik
benzodiazepin, atau beta bloker (benztriopin/THP), atau difenhidramin

PARKINSONISME TARDIVE DYSKINESIA


• Turunkan dosis obat • Hentikan obat yang menyebabkan distonia dan ganti obat
menjadi golongan antipsikotik atipikal
yang menyebabkan
• Bila sedang mendapat antimuskarinik (THP dan benztriopin),
gejala atau ganti obat sebaiknya dihentikan juga.
menjadi golongan • Obat yang bisa digunakan: botulinum toxin injections untuk
antipsikotik atipikal TD fokal, benzodiazepines, vesicular monoamine transporter
• Bisa diberikan golongan 2 (VMAT2) inhibitors  dopamin-depleting-agent
antimuskarinik (THP, (valbenazine or tetrabenazine)
• Penggunaan antikolinergik seperti THP tidak efektif pada TD,
benztriopin),
bahkan bisa memperburuk gejala; kecuali jika jenis TD yang
Amantadine dialami adalah tardive distonia
SINDROM NEUROLEPTIK MALIGNA

• Rare, but life-threatening, • Terapi:


idiosyncratic reaction to – Tatalaksana utama bersifat
neuroleptic medications suportif
• Often occurs shortly after – Pasien perlu dirawat di ICU
the initiation of – Yang paling penting: semua
obat neuroleptik
neuroleptic treatment, or
(antipsikotik) harus
after dose increases. dihentikan. Umumnya
• Tanda kardinal: gejala akan hilang dalam 1-
– Rigiditas otot berat 2 minggu setelah
penghentian obat
– Hipertermia (suhu>38°C)
neuroleptik
– Instabilitas otonom
– Penurunan kesadaran
A G I TA S I A K U T
AGITASI
• Definisi: Aktivitas motorik • Kondisi berat agitasi:
atau verbal yang berlebih. – Tindakan kekerasan atau
• Dapat berupa: merusak
– Hiperaktivitas
– Distres berat
– Menyerang
– Mencelakai diri sendiri,
– Verbal abuse, memaki-
maki keluarga, atau orang lain
– Gerakan tubuh dan kata-
kata mengancam
– Merusak barang
– Berteriak-teriak
– Gelisah, bicara berlebih
Agitasi Akut
Positive and Negative Prinsip terapi Agitasi:
Syndrome Scale (PANSS-EC) • Perlu diterapi segera.
• consists of 5 items: • Sedapat mungkin terkendali
excitement, tension, dalam waktu 3x24 jam.
hostility, • Sedapat mungkin
uncooperativeness, and antipsikotik tunggal, kecuali
poor impulse control. agitasi berat.
• rated from 1 (not present)
to 7 (extremely severe);
• scores range from 5 to 35;
mean scores ≥ 20 clinically
correspond to severe
agitation.
http://www.medscape.com/viewarticle/744430_2
Tatalaksana Agitasi
• Bila skor PANSS-EC berkisar pada • Pilihan lain: injeksi Olanzapine 10 mg
skor 2-3, maka dilakukan persuasi IM, dapat diulang dalam selang 2
dan medikasi oral. jam sampai dosis maksimal 30
– Haloperidol 2x5 mg untuk pasien mg/hari.
dewasa
– Haloperidol 0,5 mg atau Lorazepam
0,5 mg untuk anak dan remaja
• Dapat menggunakan injeksi
Aripriprazole 9,75 mg IM.

• Bila skor PANSS-EC menjadi 4-5,


maka dilanjutkan dengan • Bila hanya tersedia Diazepam injeksi,
pemberian: maka dapat diberikan 10 mg iv atau
– Injeksi Haloperidol 5 mg IM untuk
IM perlahan dalam 2 menit. Dapat
dewasa diulang tiap 30 menit dengan dosis
– 2,5-5 mg untuk anak usia 12 tahun ke max 20 mg/hari.
atas
– Injeksi bisa diulang setiap 30 menit.
Dosis max 30 mg/hari untuk dewasa,
dan 10 mg/hari untuk anak dan remaja
DEPRESI
DEPRESI (F32)
• Gejala utama: • Gejala lainnya:
1. afek depresif, 1. konsentrasi menurun,
2. harga diri & kepercayaan diri
2. hilang minat & berkurang,
kegembiraan, 3. rasa bersalah & tidak berguna
3. mudah lelah & yang tidak beralasan,
menurunnya 4. merasa masa depan suram &
aktivitas. pesimistis,
5. gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh
diri,
6. tidur terganggu,
7. perubahan nafsu makan (naik
atau turun).
Terjadi selama minimal 2 minggu.
PPDGJ
Depresi
• Episode depresif ringan: 2 gejala utama + 2 gejala lain > 2
minggu

• Episode depresif sedang: 2 gejala utama + 3 gejala lain, >2


minggu.

• Episode depresif berat: 3 gejala utama + 4 gejala lain > 2


minggu. Jika gejala amat berat & awitannya cepat,
diagnosis boleh ditegakkan meski kurang dari 2 minggu.

• Episode depresif berat dengan gejala psikotik: episode


depresif berat + waham, halusinasi, atau stupor depresif.

PPDGJ
Terapi Depresi
• Sasarannya adalah Nonfarmakologis:
perubahan biologis/efek • PSIKOTERAPI
berupa mood pasien. – interpersonal therapy: berfokus pada konteks sosial
• Karena mood pasien depresi dan hub pasien dengan orang lain
dipengaruhi kadar – cognitive - behavioral therapy: berfokus pada
serotonin dan nor- mengoreksi pikiran negatif, perasaan bersalah yang
tidak rasional dan rasa pesimis pasien
epinefrin di otak, maka
tujuan pengobatan • ELECTROCONVULSIVE THERAPY (ECT): „
depresi adalah modulasi – diindikasikan pada : depresi berat yg perlu respons
serotonin dan cepat, respon terhadap obat jelek
norepinefrin otak dengan
agen-agen yang sesuai. Farmakologis:
• Dapat berupa terapi • DOC: SSRI, alternatif: SNRI, trisiklik
farmakologis dan non antidepresan
farmakologis.
Terapi Farmakologis
Dosis Obat Antidepresan
BIPOLAR
Episode Manik (DSM-IV)
Bipolar Tipe I dan II

Gangguan bipolar

Bipolar tipe I Bipolar tipe II

1 atau lebih Episode depresi


episode manik, Pada pria dan berulang dan Lebih sering pada
dapat disertai wanita episode wanita
gejala psikotik hipomanik
dan delusi

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17696573
Tatalaksana: Mood Stabilizer
Tatalaksana Gangguan Bipolar
FASE AKUT (DOC: Lithium) MAINTENANCE
• Manik • Lithium atau Asam valproat,
– Lithium, atau setidaknya selama 6 bulan.
– Asam valproat • Antipsikotik perlu diteruskan bila
pasien cenderung memiliki risiko
• Depresi mengalami gejala psikotik berulang
– Lithium, atau • Psikoterapi
– Lamotrigine • Electroconvulsive therapy (ECT)
– Monoterapi dengan antidepresan
tidak direkomendasikan

• Gejala psikotik
– Antipsikotik, diutamakan golongan
atipikal

American Psychiatric Association, 2010


OBAT MOOD STABILIZER: LITHIUM
• Sinonim: mood modulator, mood • Efek samping dini (Lithium serum
stabilizer, antimanic 0,8-1,2 mEq/L):
• Obat acuan: Lithium Carbonate – mulut kering, haus, GI distress,
kelemahan otot, poliuri, tremor halus
• Sindrom mania:
– tingginya kadar serotonin pada sistem
• lainnya: hipotiroid, peningkatan
limbik  supersensitivitas reseptor berat badan, edema tungkai,
dopamin. ‘metalic taste’, leukositosis,
• Mekanisme Lithium Carbonate: gangguan daya ingat dan konsentrasi
meningkatkan aktivitas kolinergik- • Sindrom mania akut:
muskarinik dan menghambat cAMP – diteruskan sampai lebih dari 6 bulan,
 mengurangi supersensitivitas lalu tapering off
reseptor dopamin. • Gangguan afektif unipolar atau
• Lithium Carbonate bipolar:
– dosis awal: 250-500 mg/h (1-2x/hari) – diteruskan sampai beberapa tahun ,
– Onset efek primer: 7-10 har penggunaan jangka panjang dengan
dosis minimum
– dosis optimal 1000-1500 mg/h
(dipertahankan 2-3 bulan)
A N X I E TA S
Afek Depresi vs Ansietas
Anxiety Depression
• Characterized by a sense of doubt  Feeling sad, and/or hopeless
and vulnerability about future  Lack of interest and enjoyment in
events. activities that used to be fun and
• Fear that those future prospects will interesting
be bad.  Physical aches and pains without
• Anxious thoughts physical cause; lack of energy
• Unexplained physical sensations  Difficulty concentrating,
(sweating, trembling, palpitation, remembering, and/or making
dyspnea, etc) decisions
• Avoidant or self protective behaviors  Changes in appetite and weight
 Unwelcome changes in usual sleep
pattern
 Thoughts of death and suicide
GEJALA
ANSIETAS
Ansietas
Diagnosis Characteristic
Gangguan fobik (F40) Rasa takut yang kuat dan persisten terhadap suatu objek atau situasi,
antara lain: hewan, bencana, ketinggian, penyakit, cedera, dan
kematian.

Gangguan panik (F41) Serangan ansietas yang intens & akut disertai dengan perasaan akan
datangnya kejadian menakutkan.
Tanda utama: serangan panik yang tidak diduga tanpa adanya provokasi
dari stimulus apapun & ada keadaan yang relatif bebas dari gejala di
antara serangan panik.
Tanda fisis:Takikardia, palpitasi, dispnea, dan berkeringat.
Serangan umumnya berlangsung 20-30 menit, jarang melebihi 1 jam.
Tatalaksana: terapi kognitif perilaku + antidepresan.

Gangguan cemas Ansietas berlebih terus menerus berlangsung setiap hari sampai bbrp
menyeluruh (F42) minggu disertai Kecemasan (khawatir akan nasib buruk), ketegangan
motorik (gemetar, sulit berdiam diri, dan sakit kepala), hiperaktivitas
otonomik (sesak napas, berkeringat, palpitasi, & gangguan
gastrointestinal), kewaspadaan mental (iritabilita).
Tatalaksana Gangguan Panik
• Cognitive-Behavioral Therapy • Medication
– This is a combination of cognitive therapy – SSRIs
– Cognitive therapymodify or eliminate • the first line of medication treatment for panic
thought patterns contributing to the disorder
patient’s symptoms – Tricyclic antidepressants
– Behavioral therapy aims to help the – High-potency benzodiazepines
patient to change his or her behavior. • Ex: Clonazepam
– Cognitive-behavioral therapy generally • may cause depression and are associated with
requires at least eight to 12 weeks adverse effects during use and after
discontinuation of therapy
• Some people may need a longer time in
treatment to learn and implement the • Poorer outcome and global functioning than
skills antidepresant
– monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)
• Treatment i n Emergency Departement • Combination Therapy
– Oral benzodiazepine • Psychodynamic therapy
– Iv medication, e.x. Lorazepam – help to relieve the stress that contributes to
– Sometimes beta blockers are used to panic attacks, they do not seem to stop the
reduce anxiety attacks directly

http://www.aafp.org/afp/2005/0215/p733.html
Ven XR :Venlafaxine extended release
• SNRI : Serotonin norephinephrine
reuptake inhibitor

http://www.currentpsychiatry.com/home/article/panic-
disorder-break-the-fear-
circuit/990b7a325883ba278cdf8e46222a61f9.html
Beberapa Jenis Fobia Spesifik yang Sering
Ditemui
FOBIA F O B I A T E R H A DA P :
Arachnofobia Laba-laba

Aviatofobia Terbang

Klaustrofobia Ruang tertutup

Akrofobia Ketinggian

Astrafobia/ brontofobia Badai-Petir

Nekrofobia Kematian

Aichmofobia Jarum suntik atau benda tajam lainnya

Androfobia Laki-laki

Ginofobia Perempuan
Tatalaksana Fobia Spesifik
• Medikamentosa
– Tidak terlalu berperan
– Obat yang digunakan: short actiing benzodiazepine pada
kondisi yang sudah dapat diduga akan terjadi fobia.
Contoh: pada pasien fobia ketinggian, dapat diberikan
diazepam sesaat sebelum akan naik pesawat.

• Cognitive Behavior Therapy


– Terapi kognitif: pasien fobia dibantu mengendalikan
pikiran negatifnya mengenai hal yang menjadi fobianya
dan dibantu melihat situasi sesuai dengan realita.
– Terapi perilaku: dengan terapi desensitisasi

 Terapi desensitisasi merupakan terapi paling spesifik dan


efektif untuk fobia spesifik.
Terapi Desensitisasi
• Desentisasi yaitu suatu cara untuk mengurangi
rasa takut atau cemas pasien dengan jalan
memberikan rangsangan yang membuatnya takut
atau cemas sedikit demi sedikit rangsangan
tersebut diberikan terus, sampai pasien tidak
takut atau cemas lagi.

• Menggunakan prinsip counterconditioning, yaitu


respons yang tidak diinginkan digantikan dengan
tingkah laku yang diinginkan sebagai hasil latihan
yang berulang-ulang.
PEDOMAN DIAGNOSIS
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH (PPDGJ-III)
• Penderita harus menunjukan anxietas sebagai gejala primer yg
harus berlangsung setiap hari untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan.

• Gejala tersebut mencakup unsur-unsur:


– Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seprti diujung tanduk
dan nasib buruk)
– Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak santai)
– Overaktivitas otonomik (kepala terasa sakit, keringatan, jantung
berdebar-debar, sesak napas, kelujhan lambung, pusing kepala)

• Pada anak-anak sering terlihat kebutuhan berlebihan untuk


ditenangkan & keluhan somatik berulang yg menonjol.

• Adanya gejala lain yg sifatnya sementara, khususnya untuk depresi,


tidak membatalkan diagnosis utama gangguan cemas menyeluruh
selama tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif.
Tatalaksana
Gangguan
Cemas
Menyeluruh
OCD
GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF
(F42)
PEDOMAN DIAGNOSIS PPDGJ-III:
• Untuk menegakkan diagnosis pasti gejala
obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-
duanya harus ada hampir setiap hari selama
sedikitnya 2 minggu berturut-turut.
• Hal tersebut merupakan sumber penderitaan
(distress) atau menganggu aktivitas
penderita.
Gejala obsesif mencakup:
• Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri;
• Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak
berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi
dilawan oleh penderita.
• Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas
bukan untuk merupakan hal yang memberi kepuasan
atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari
ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai
kesenangan seperti dimaksud diatas);
• Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus
merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan
(unpleasantly repetitive).
Tipe Gangguan Obsesif Kompulsif (1)
• OCD tipe Checking  ketakutan irasional yang
membuat pasien terobsesi untuk memeriksa
sesuatu berulang-ulang.
• OCD tipe Contamination  ketakutan terkena
penyakit dan mati pada diri sendiri dan orang
yang dicintai. Contoh:kebiasaan cuci tangan
berkali-kali karena takut kuman.
• OCD tipe Hoarding  penderita mengumpulkan
barang yang tidak berharga karena takut akan
terjadi hal-hal buruk jika barang tersebut
dibuang.
Tipe Gangguan Obsesif Kompulsif (2)
• OCD tipe Rumination  pasien memikirkan
pikiran-pikiran yang tidak produktif tetapi
berulang-ulang. Contohnya preokupasi
tentang kehidupan setelah kematian.
• OCD tipe symmetry dan orderliness  pasien
terfokus untuk mengatur semua obyek sejajar,
urut, dan simetris.
Tatalaksana Gangguan Obsesif Kompulsif

Koran LM, Hanna GL, Hollander E, Nestadt G, Simpson HB, for the American Psychiatric Association. Practice guideline for the treatment of patients with
obsessive-compulsive disorder. Am J Psychiatry. 2007;164(7 suppl):5–53.
Tatalaksana Medikamentosa
Gangguan Obsesif Kompulsif
STARTING TARGET MAXIMAL
DOSAGE (MG DOSAGE (MG DOSAGE (MG
SRI PER DAY) PER DAY) PER DAY)
Citalopram 20 40 to 60 80
(Celexa)
Escitalopram 10 20 40
(Lexapro)
Fluoxetine 20 40 to 60 80
(Prozac)*
Fluvoxamine* 50 200 300
Paroxetine 20 40 to 60 60
(Paxil)*
Sertraline (Zoloft)* 50 200 200

Koran LM, Hanna GL, Hollander E, Nestadt G, Simpson HB, for the American Psychiatric Association. Practice guideline for the treatment of patients with
obsessive-compulsive disorder. Am J Psychiatry. 2007;164(7 suppl):5–53.
G A N G G U A N M E N TA L
TERKAIT STRESS
GANGGUAN MENTAL TERKAIT STRESS
Gangguan Karaktristik

Reaksi stres akut (F43.0) Ada stresor berat/katastrofik, Kesulitan berkonsentrasi,


merasa terlepas dari tubuh, mengingat detail spesifik dari
peristiwa traumatik (prinsipnya gejala serupa dengan PTSD),
terjadinya beberapa jam setelah kejadian traumatis, dan
paling lama gejala tersebut bertahan selama 1 bulan.

Reaksi stres pasca trauma Ada stresor berat/katastrofik, adanya bayang-bayang


(Post traumatic stress kejadian yang persisten, mengalami gejala penderitaan bila
disorder/ PTSD) (F43.1) terpajan pada ingatan akan trauma aslinya, menimbulkan
hendaya pada kehidupan sehari-hari. Gejala terjadi selama
1-6 bulan.

Gangguan penyesuaian Ada stresor nonkatastrofikGejala emosional (ansietas/afek


(F43.2) depresif ) atau perilaku dalam waktu <3 bulan dari awitan
stresor. Tidak berhubungan dengan duka cita akibat
kematian orang lain.
Diagnosis Post Traumatic Stress Disorder
(PTSD)
• Diagnosis baru bisa ditegakkan apabila gangguan stres
pasca trauma ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah
kejadian traumatik berat.

• Gejala yang harus muncul sebagai bukti tambahan selain


trauma bahwa seseorang telah mengali gangguan ini
adalah:
1. Individu tersebut mengalami mimpi-mimpi atau bayang-
bayang dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-
ulang kemabali (flashback)
2. Muncul gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan
tingkah laku, gejala ini mungkin saja mewarnai hasil
diagnosis akan tetapi sifatnya tidak khas.

PPDGJ-III
Tatalaksana PTSD
• Psikoterapi
– Cognitive behavioral therapy
– Cognitive processing therapy
– Cognitive therapy
– Prolonged exposure therapy
• Farmakoterapi
– Antidepresan gol. SSRI (fluoxetine, paroxetine,
sertraline)
– Antidepresean gol. SNRI (venlafaxine)
GANGGUAN PENYESUAIAN (F43) (DSM-IV)
GANGGUAN PENYESUAIAN
• Klasifikasi (DSM-IV)
– Adjustment disorder with depressed mood
– Adjustment disorder with anxiety
– Adjustment disorder with mixed anxiety and depressed mood
– Adjustment disorder with disturbance of conduct
– Adjustment disorder with mixed disturbance of emotions and conduct
– Adjustment disorder, Unspecified

• Tatalaksana utama: PSIKOTERAPI


– Terapi keluarga
– Terapi relaksasi
– Cognitive behavior therapy

• Terapi medikamentosa dengan antidepresan.


– DOC: Antidepresan SSRI (Fluoxetine)
Reaksi Stres Akut vs PTSD vs Gangguan Penyesuaian

Reaksi Stres Akut Ggn. Penyesuaian PTSD

Tipe stresor Berat (kejadian Ringan-sedang Berat (kejadian


traumatis, kehilangan traumatis, kehilangan
orang terdekat) orang terdekat)

Waktu antara stresor Beberapa hari hingga Maksimal 3 bulan Bisa bertahun-tahun
dan timbulnya gejala maksimal 4 minggu

Durasi gejala Maksimal 1 bulan Maksimal 6 bulan >1 bulan


setelah stresor
berakhir
G A N G G U A N D I S O S I AT I F
Gangguan Disosiatif (F44)
PPDGJ III • Klasifikasi:
• Kehilangan sebagian atau – Amnesia disosiatif
seluruh dari integrasi normal (di – Fugue disosiatif
bawah kendali kesadaran) dari: – Stupor disosiatif
• ingatan masa lalu, – Gangguan trans dan kesurupan
• kesadaran identitas dan – Gangguan motorik disosiatif
penginderaan segera & – Konvulsi disosiatif
• kontrol terhadap gerakan tubuh – Anestesia dan kehilangan sensorik
• Terdapat bukti adanya penyebab disosiatif
psikologis, kejadian yang – Gangguan disosiatif campuran
stressful atau hubungan – Gangguan disosiatif lainnya:
interpersonal yang terganggu sindrom Ganser, kepribadian
ganda, YDT
• Tidak ada bukti adanya
gangguan fisik.
GANGGUAN KONVERSI (DISOSIATIF)

• Gejala utama adalah adanya kehilangan dari


integrasi normal, antara:
• ingatan masa lalu,
• kesadaran identitas dan penginderaan segera, &
• kontrol terhadap gerakan tubuh
• Terdapat bukti adanya penyebab psikologis,
kejadian yang stressful atau hubungan
interpersonal yang terganggu
• Tidak ada bukti adanya gangguan fisik.

PPDGJ
Gangguan Disosiatif
Diagnosis Karakteristik
Amnesia Hilang daya ingat mengenai kejadian stressful atau traumatik yang baru terjadi
(selektif)
Fugue Terdapat ciri-ciri amnesia disosiatif
Melakukan perjalanan tertentu ke tempat di luar kebiasaan, tapi tidak
mengingat perjalanan tersebut.
Stupor Sangat berkurangnya atau hilangnya gerakan volunter & respons normal
terhadap rangsangan luar (cahay, suara, raba)
Trans Kehilangan sementara penghayatan akan identitias diri & kesadaran,
berperilaku seakan-akan dikuasai kepribadian lain/kekuatan gaib.
Motorik Tidak mampu menggerakkan seluruh/sebagian anggota gerak.
Konvulsi Sangat mirip kejang epileptik, tapi tidak dijumpai kehilangan kesadaran,
mengompol, atau jatuh.
Anestesi & Kehilangan sensorik yang tidak mungkin disebabkan oleh kerusakan neurologis
kehilangan Anestesi pada kulit yang tidak sesuai dermatom.
sensorik Penurunan tajam penglihatan atau tunnel vision (area lapang pandang sama,
tidak tergantung jarak). Contoh: buta konversi dan tuli konversi
Tuli atau anosmia sangat jarang
PPDGJ
Bedanya dengan Psikosomatis, Gangguan Konversi,
Malingering, Factitious disorder
Kelainan Karakteristik
Psikosomatis Pada gangguan psikosomatis, ada keluhan dan ditemukan
keabnormalan pada pemeriksaan. Namun penyebabnya adalah
masalah psikis.
Gangguan Konversi Adanya satu atau beberapa gejala neurologis (misalnya buta, lumpuh
anestesi, amnesia, dll) yang tidak dapat dijelaskan dengan penjelasan
medis maupun neurologis yang ada.

Malingering Berpura-pura sakit atau melebih-lebihkan kondisi fisik yang sudah ada
sebelumnya dengan tujuan untuk mendapatkan kompensasi tertentu
(misalnya untuk mendapatkan cuti kerja).
Factitious disorder/ Berpura-pura sakit atau membuat dirinya sakit. Namun hal ini
Munchhausen dilakukan semata-mata untuk mendapatkan perhatian/ simpati dari
syndrome orang lain saja.
GANGGUAN
S O M AT O F O R M ( F 4 5 )
GANGGUAN SOMATOFORM (F45)
Diagnosis Karakteristik
Gangguan somatisasi Banyak keluhan fisik (4 tempat nyeri, 2 GI tract, 1
seksual, 1 pseudoneurologis).
Hipokondriasis Keyakinan ada penyakit fisik.

Gangguan Dismorfik Preokupasi adanya cacat pada tubuhnya


Tubuh Jika memang ada kelainan fisik yang kecil,
perhatian pasien pada kelainan tersebut akan
dilebih-lebihkan
Nyeri somatoform Nyeri menetap yang tidak terjelaskan.

Disfungsi otonomik Bangkitan otonomik: palpitasi, berkeringat,


somatoform tremor, flushing.

PPDGJ
Kriteria Diagnosis Somatisasi
A. Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode beberapa tahun
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan:
– 4 gejala (G) nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung,
sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi)
– 2 G gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama
kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
– 1 G seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi,
menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).
– 1 G pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau deficit yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak
terbatas pada nyeri (gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis, sulit menelan, retensi urin, halusinasi,
hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau
hilangnya kesadaran selain pingsan).
C. Salah satu (1)atau (2):
– Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah
kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau
alkohol)
– Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya
adalah melebihi apa yang diperkirakan dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan
buatan atau pura-pura).
Referensi: PPDGJ-III
Gangguan Dismorfik Tubuh (DSM-5)
NYERI PSIKOGENIK/ NYERI
SOMATOFORM (DSM-IV)
• Pain in one or more anatomical sites is the predominant
focus of the clinical presentation and is of sufficient severity
to warrant clinical attention.
• The pain causes clinically significant distress or impairment
in social, occupational, or other important areas of
functioning.
• Psychological factors are judged to have an important role
in the onset, severity, exacerbation, or maintenance of the
pain.
• The symptom or deficit is not intentionally produced or
feigned
• The pain is not better accounted for by a Mood, Anxiety, or
Psychotic Disorder and does not meet criteria for
Dyspareunia.
Gangguan Hipokondriasis
Untuk diagnosis pasti, kedua hal ini harus ada:
• Keyakinan yang menetap adanya sekurang-
kurangnya 1 penyakit fisik yang serius,
meskipun pemeriksaan yang berulang tidak
menunjang
• Tidak mau menerima nasehat atau dukungan
penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak
ditemukan penyakit/abnormalitas fisik

PPDGJ-III
GANGGUAN MAKAN
(F50)
GANGGUAN MAKAN
ANOREKSIA NERVOSA (PPDGJ III)
• Menolak mempertahankan berat badan pada atau diatas berat badan normal minimal
menurut usia dan tinggi badan (misalnya, menurunkan berat badan untuk mempertahankan
berat badan kurang dari 85% yang diharapkan; atau kegagalan untuk menaikan berat badan
yang diharapkan selama periode pertumbuhan, menyebabkan berat badan kurang dari 85%
dari yang diharapkan).

• Ketakutan yang kuat mengalami kenaikan berat badan atau menjadi gemuk, walaupun
sesungguhnya memiliki berat badan kurang.

• Gangguan dalam cara memandang berat atau bentuk badannya sendiri; berat badan atau
bentuk badan yang tidak pantas atas dasar pemeriksaan sendiri, atau menyangkal keseriusan
berat badannya yang rendah.

• Pada wanita pascamenarki, amenore yaitu tidak ada sekurangnya tiga siklus menstruasi
berturut-turut (seorang wanita dianggap mengalami amenore jika periodenya timbul hanya
setelah pemberian hormon, misalnya, estrogen)
BULIMIA NERVOSA (PPDGJ III)
1. Terdapat perokupasi yang menetap untuk makan dan ketagihan (craving)
terhadap makanan yang tidak bisa dilawan, penderita tidak berdaya terhadap
datangnya episode makan berlebihan, dimana makanan dalam jumlah yang
besar dimakan dalam waktu singkat.

2. Pasien berusaha melawan efek kegemukan dengan salahs atu cara atau lebih
seperti merangsang muntah sendiri, menggunakan pencahar secara
berlebihan, puasa berkala, memakai obat-obatan penekan nafsu makan,
sediaan tiroid atau diuretik. Jika terjadi pada penderita diabetes, mereka
akan mengabaikan pengobatan insulinnya.

3. Gejala psikopatologi terdiri atas ketakutan yang luar biasa akan kegemukan
dan penderita mengatur sendiri batasan yang ketat dari ambang berat
badannya sangat di bawah berat badan sebelum sakit yang dianggap berat
badan sehat atau optimal. Seringkali, tetapi tidak selalu, ada riwayat episode
anoreksia nervosa sebelumnya, interval antara kedua gangguan tersebut
berkisar antara beberapa bulan sampai beberapa tahun. Episode sebelumnya
ini dapat terungkap atau dalam bentuk ringan yang tersembunyi dengan
kehilangan berat badan yang sedang dan/ atau suatu fase sementara dari
amenore.
Anorexia
vs
Bulimia
GANGGUAN TIDUR (F51)
GANGGUAN TIDUR
• Gangguan tidur non organik mencakup :
– Disomnia: kondisi psikogenik primer dengan ciri
gangguan pada jumlah, kualitas atau waktu tidur
 insomnia, hipersomnia, gangguan jadwal
tidur
– Parasomnia: peristiwa episodik abnormal selama
tidur. Pada masa kanak ada hubungan dengan
perkembagan anak, pada orang dewasa berupa
 somnabulisme, night terror, nightmare
INSOMNIA
Menurut DSM IV
• Sulit memulai atau mempertahankan tidur
• Tidur non-restoratif yang berlangsung setidaknya satu bulan
• Menyebabkan gangguan fungsi yang signifikan pada individu

INSOMNIA AKUT INSOMNIA KRONIK


• Terjadi pada 1 malam dalam • Terjadi pada 3 malam dalam
beberapa minggu seminggu, terjadi selama
• Etiologi: minimal 1 bulan
- Stres psikologis (pekerjaan, • Etiologi:
kehidupan cinta) - Gangguan cemas
- Jet lag - Depresi
- Stres kronik
- Nyeri kronik
Prinsip tatalaksana non farmakologis
• Terapi pilihan utama: Cognitive Behavioural Therapy
(CBT)
• Tatalaksana non-farmakologis:
1. Sleep hygiene (mengurangi kafein dan alkohol di
malam hari, mengurangi menonton TV atau meliha
handphone sebelum tidur)
2. Terapi kognitif: memperbaiki pola pikir dan
kecemasan
3. Terapi relaksasi
4. Terapi kontrol stimulus: menggunakan tempat tidur
hanya untuk tidur dan aktivitas seksual, tidak
berbaring sebelum mengantuk
5. Terapi restriksi tidur: membatasi waktu berbaring di
tempat tidur mulai dari 5 jam per hari
Tatalaksana Farmakologis
Benzodiazepine Adult dose (usual) Indication Half-life (hours)

Estazolam 1 to 2 mg Sleep onset or sleep maintenance insomnia Intermediate (10 to 24)

Long (40 to 114; 120 to 160


Flurazepam 15 to 30 mg Sleep onset or sleep maintenance insomnia
older adults)

Lorazepam 0.5 to 2 mg Sleep onset or sleep maintenance insomnia Intermediate (10 to 14)

Temazepam 7.5 to 30 mg Sleep onset or sleep maintenance insomnia Intermediate (8 to 15)

Triazolam 0.125 to 0.25 mg Sleep onset insomnia Short (2 to 5)

Nonbenzodiazepine Adult dose (usual) Indication Half-life (hours)


Sleep onset or sleep maintenance
Eszopiclone 1 to 3 mg Intermediate (6)
insomnia

Zaleplon 5 to 20 mg Sleep onset insomnia Short (1)

Men 5 to 10 mg Sleep onset or sleep maintenance


Zolpidem Short (1.4 to 4.5)
Women 5 mg insomnia
Zolpidem extended Men 6.25 to 12.5 mg Sleep onset or sleep maintenance
Intermediate (1.6 to 4)
release Women 6.25 mg insomnia
• Sulit memulai tidur
• Memanjangnya masa laten tidur EARLY INSOMNIA
(waktu dari berbaring hingga tidur) - Sleep onset-
• Sering berkaitan dengan gangguan
cemas

• Sulit mempertahankan • Bangun lebih pagi


tidur
• Sering terbangun di malam
hari
INSOMNIA dari biasanya
• Terus menerus
• Berkaitan dengan
• Sulit memulai tidur lagi depresi
• Korelasi: penyakit organik,
nyeri, dan depresi

MIDDLE INSOMNIA LATE INSOMNIA


- Sleep mainenance - - Terminal -
Obat Golongan Benzodiazepin
F51.1 Hipersomnia non organik
• Hipersomnia adalah bertambahnya waktu tidur
sampai 25% dari pola tidur yang biasa.
• Gejala :
a) Rasa kantuk siang hari yang berlebihan atau
adanya serangan tidur dan atau transisi yang
memanjak dari saat mulai bangun hingga sadar
penuh.
b) Terjadi setiap hari, lebih dari 1 bulan atau
berulang dengan kurun waktu lebih pendek.
c) Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang
menunjukan gejala rasa kantuk pada siang hari.
F51.2 Gangguan jadwal tidur non
organik
• Gangguan ini timbul akibat ketidakcocokan antara
ritme sirkadian normal dan siklus tidur-terjaga
normal yang dituntut oleh lingkungan.
• Ditandai dengan :
– Pola tidur-jaga dari individu tidak seirama dengan pola
tidur-jaga yang normal bagi masyarakat setempat.
– Insomnia pada waktu orang-orang tidur dan
hipersomnia pada waktu kebanyakan orang jaga, yang
dialami hampir setiap hari untuk sedikitnya 1 bulan
atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek.
– Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti cemas,
depresi.
F51.3 Somnambulisme (Sleepwalking)
• Somnambulisme adalah gangguan tidur sambil berjalan,
yang merupakan gangguan perilaku yang terjadi dalam
tahap mimpi dari tidur.

• Penyebab
a) Kurang tidur (sleep deprivation)
b) Jadwal tidur yang tidak teratur/kacau (chaotic sleep
schedules)
c) Demam (fever)
d) Stres atau tekanan (stress)
e) Kekurangan (deficiency) magnesium
f) Intoksikasi obat atau zat kimia
F51.4 Teror tidur (night terrors)
• Night terror adalah suatu kondisi terbangun dari sepertiga awal tidur malam,
biasanya diikuti dengan teriakan dan tampakan gejala cemas yang berlebihan,
berlangsung selama 1 – 10 menit.
• Gejala
Dalam episode yang khas, ypenderita akan terduduk di tempat tidur dengan
kecemasan yang sangat dan tampakan agitasi serta gerakan motorik perseverativ
(seperti menarik selimut), ekspresi ketakutan, pupil dilatasi, keringat yang
berlebihan, merinding, nafas dan detak jantung ang cepat.
• Kriteria DSM-IV untuk Night Terror :
– Episode berulang dari bangun secara tiba-tiba dari tidur, biasanya berlangsung pada sepertiga
awal tidur dan dimulai dengan teriakan yang panik.
– Ketakutan yang sangat dan tanda-tanda sistem autonomik yang meningkat seperti takikardi,
bernafas dengan cepat, dan keringat dalam setiap episode.
– Tidak responsif secara relatif terhadap dukungan orang sekitar untuk menenangkan disaat
episode.
– Tidak dijumpainya mimpi yang dapat diingat dan timbulnya amnesia terhadap episode.
– Episode-episode serangan dapat menyebabkan distress tang tampak secara klinis dan ketidak
seimbangan dalam lingkungan, pekerjaan dan dalam aspek lain.
– Gangguan tidak disebabkan oleh efek psikologis suatu zat secara langsung (seperti
penyalahgunaan zat atau untuk medikasi) ataupun dalam suatu kondisi medis umum.
F51.5 Mimpi buruk (nightmare)
• Gangguan ini terdiri dari terjaga dari tidur yang berulang
dengan ingatan terperinci yang hidup akan mimpi
menakutkan.
• Gambaran klinis berikut adalah esensial untuk diagnosis
secara pasti terhadap mimpi buruk, yaitu:
– Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan
mimpi yang menakutkan yang dapat diingat kembali secara
terperinci dan jelas (vivid),
– Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu segera
sadar dan mampu mengenali lingkungannya.
– Pengalaman mimpi itu dan akibat dari tidur yang terganggu,
menyebabkan penderitaan yang cukup berat bagi individu.
• Psikoterapi dan pengobatan perilaku merupakan metode
pengobatan paling efektif.
DISFUNGSI SEKSUAL
(F52)
Disfungsi Seksual
Dorongan • Kurangnya fantasi dan keinginan untuk aktifitas seksual secara terus
hiposeksual menerus atau berulang
• Gangguannya disebabkan oleh stress atau masalah interpersonal
• Gangguan seksual bukan mask ke axis 1 dan bukan efek dari penggunaan
obat.
Aversi seksual • Keenganan dan penghindaran untuk hubungan seksual dengan partner
sex yang berulang atau terus menerus
• Gangguan karena stress atau masalah interpersonal
• Gangguan fungsi seksual bukan masuk ke axis 1 (kecuali gangguan seksual
lainnya)
Disfungsi • Gangguan terus menerus atau berulang ketidakmampuan dalam
ereksi mencapai atau menjaga dan menyelesaikan aktifitas seksual, ereksi tidak
adekuat
• Gangguan karena stress atau masalah interpersonal
• Gangguan fungsi seksual bukan masuk ke axis 1 (kecuali gangguan seksual
lainnya)
Female Sexual Persistent or recurrent inability to attain, or to maintain until completion of
Arousal the sexual activity, an adequate lubrication-swelling response of sexual
Disorder excitement. Kaplan & Sadock Synopsis of Psychiatry:
behavioral science/ clinical psychiatry, ED10
Disfungsi Seksual

Ejakulasi dini Gangguan Ejakulasi terus-menerus atau berulang yang muncul dengan
stimulus seksual minimal, sebelum, saat sedang berlangsung atau segera
setelah penetrasi dan sebelum orangnya menginginkan (< 1 menit)

Ejakulasi Ketidakmampuan unduk mencapai klimaks saat melakukan hubungan


terhambat seksual dengan partner dengan ejakulasi terhambat atau jarang atau tidak
ada ejakulasi

Dyspareunia recurrent or persistent genital pain associated with sexual intercourse.

Vaginismus: involuntary muscle constriction of the outer third of the vagina that
interferes with penile insertion and intercourse.

Nymphomania Wanita yang memiliki kompulsi melakukan aktivitas seksual berlebihan.

Satyriasis Pria yang memiliki kompulsi melakukan aktivitas seksual berlebihan.

Kaplan & Sadock Synopsis of Psychiatry:


behavioral science/ clinical psychiatry, ED10
G A N G G U A N P S I K I AT R I
P O S T PA R T U M ( F 5 3 )
GANGGUAN PSIKIATRI POST PARTUM

• Post partum blues


– Sering dikenal sebagai baby blues
– Mempengaruhi 50-75% ibu setelah proses melahirkan
– Sering menangis secara terus-menerus tanpa sebab
yang pasti dan mengalami kecemasan
– Berlangsung pada minggu pertama setelah
melahirkanbiasanya kembali normal setalah 2
minggu tanpa penanganan khusus
– Tindakan yang diperlukanmenentramkan dan
membantu ibu
• Post partum Depression
– Kondisi yang lebih serius dari baby blues
– Mempengaruhi 1 dari 10 ibu baru
– Mengalami perasaan sedih, emosi yang
meningkat, tertekan, lebih sensitif, lelah, merasa
bersalah, cemas dan tidak mampu merawat diri
dan bayi
– Timbul beberapa hari setelah melahirkan sampai
setahun sejak melahirkan
– Tatalaksanapsikoterapi dan antidepresan
• Postpartum Psychosis
– Kondisi ini jarang terjadi
– 1 dari 1000 ibu yang melahirkan
– Gejala timbul beberapa hari dan berlangsung
beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah
melahirkan
– Agitasi, kebingungan, hiperaktif, perasaan hilang
harapan dan malu, insomnia, paranoia, delusi,
halusinasi, bicara cepat, mania
– Tatalaksanaharus segera dilakukan, dapat
membahayakan diri dan bayi
Baby Blues vs Postpartum Depression
POSTPARTUM MAJOR
CHARACTERISTIC BABY BLUES DEPRESSION
Duration Less than 10 days More than two weeks

Onset Within two to three days Often within first month;


postpartum may be up to one year

Prevalence 80 percent 5 to 7 percent


Severity Mild dysfunction Moderate to severe
dysfunction

Suicidal ideation Not present May be present

Postpartum Depression, Am Fam Physician. 2010 Oct 15;82(8):926-933


Tatalaksana Postpartum Depression
• Tatalaksana utama: PSIKOTERAPI

• Tatalaksana farmakologis terutama digunakan untuk


depresi sedang dan berat.
– Drug of choice: antidepresan golongan SSRI
– Pada ibu menyusui, secara umum antidepresan dapat
ditemukan dalam ASI. Namun pada penggunaan Sertraline,
Paroxetine, dan Nortryptiline, kadar obat tidak terdeteksi
dalam serum bayi. Sedangkan penggunaan Fluoxetine dan
Citalopram terdeteksi dalam serum bayi namun dalam kadar
yang sangat rendah dan secara umum tidak menimbulkan
bahaya bagi bayi.
Postpartum Depression, Am Fam Physician. 2010 Oct 15;82(8):926-933
GANGGUAN
KEPRIBADIAN (F60)
GANGGUAN KEPRIBADIAN
Ciri Khas Masing-masing Gangguan Kepribadian

Gangguan Kepribadian Cluster A (ditandai dengan perilaku/ tindakan yang


eksentrik):
• Paranoid: mudah curiga, sering berpikiran buruk
• Skizotipal: penampilan dan kepercayaan aneh/ magis
• Skizoid: introvert, suka menyendiri, afek terbatas

Gangguan Kepribadian Cluster B (orang yang cenderung emosional):


• Antisosial: suka melanggar peraturan, mudah marah
• Borderline/ ambang: moodnya tidak stabil, perilaku impulsive
• Histrionik: ‘drama-queen’
• Narsistik: hanya peduli diri sendiri, kurang empati

Gangguan Kepribadian Cluster C (orang yang cenderung mudah cemas):


• Avoidant/ cemas menghindar: hipersensitif terhadap pandangan negatif orang lain
• Dependen: tidak bisa mengambil keputusan sendiri, harus dirawat orang lain
• Anankastik: kaku, perfeksionis, sangat taat aturan
GANGGUAN
PENGENDALIAN IMPULS
(F63)
GANGGUAN PENGENDALIAN IMPULS
Penyakit Karakteristik
Intermittent explosive Ditandai dengan episode perilaku impulsif yang mengakibatkan
disorder kerusakan serius baik kepada orang atau properti, dimana tingkat
agresivitas tidak proporsional dengan keadaan atau provokasi.

Kleptomania Sulit menahan impuls untuk mencuri barang-barang yang tidak


diperlukan untuk pemakaian pribadi atau yang memiliki arti ekonomi,
benda-benda yang diambil sering kali dibuang, dikembalikan secara
rahasia, atau disembunyikan
Piromania Dorongan yang tidak dapat ditolak untuk melakukan pembakaran.
Muncul perasaan puas atau lega saat api mulai membakar.

Judi patologis Adanya kebutuhan untuk mempertaruhkan uang dalam jumlah yang
semakin banyak dari waktu ke waktu dan timbul gejala gelisah ketika
berusaha berhenti (withdrawal).

Trikotilomania Adanya dorongan untuk mencabuti rambut sendiri dari bagian tubuh
yang manapun, termasuk rambut di kulit kepala, alis dan bulu bulu
tangan.
PA R A F I L I A ( F 6 5 )
Gangguan Preferensi Seksual
Fetishisme Mengandalkan benda mati sebagai rangsangan untuk memberikan kepuasan
seksual. Objek fetish biasanya pakaian
Transvestisme Mengenakan pakaian dari lawan jenis dengan tujuan mencapai kepuasan
fetishistik seksual
Ekshibisionisme Kecenderungan berulang untuk memamerkan alat kelamin pada orang lain/di
tempat umum
Voyeurisme Kecenderungan untuk melihat orang yang sedang berhubungan seksual atau
berperilaku intim tanpa sepengetahuan orang yang diintip, observing an
unsuspecting person who is naked, in the process of disrobing
Pedofilia Preferensi seksual pada anak-anak (umumnya prapubertas) (generally 13
years or younger) and the pedophilia must at least 16 years or older and at
least 5 years older than the child
Sadomasokism Preferensi terhadap aktivitas seksual yang menimbulkan rasa sakit atau
e penghinaan. Pelaku  sadisme; Resipien  masokisme
Frotteurism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving touching and
rubbing against a nonconsenting person.
Necrophilia Necrophilia is an obsession with obtaining sexual gratification from cadavers.
R E TA R D A S I M E N TA L
RETARDASI MENTAL
• Retardasi mental merupakan suatu penurunan fungsi
intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa
perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan
adaptasi sosial (AAMD).
• 3 komponen utama yang terganggu: penurunan fungsi
intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan.
• Ketentuan subtipe retardasi mental meliputi:
– F70: Ringan (IQ 50-69)
– F71: Sedang (IQ 35-49)
– F72: Berat (IQ 20-34)
– F73: Sangat Berat (<20)
• Masih dapat dididik (educable)
• Komunikasi sehari-hari masih baik
• Kesulitan utamanya pada pekerjaan akademik di sekolah (terutama
Ringan membaca dan menulis)
• ±85% dari semua penderita MR
(50-69) • Umumnya tidak terdeteksi hingga setelah kelas 1 atau 2 SD
• Saat late adolescence  kemampuan akademik setara anak kelas 6 SD
• Kebanyakan dewasa dengan mild MR dapat hidup mandiri, dan dapat
membangun keluarga sendiri

• Retardasi mental yang dapat dilatih (trainable)


• Dapat mempelajari beberapa kemampuan social dan pekerjaan pada
usia 6 – 20 tahun
Sedang • Dapat belajar bepergian sendiri ke tempat yang dikenal pada usia 6 – 20
tahun
(35-49) • Keterlambatan pemahaman dan penggunaan bahasa
• Kesadaran social kurang, koordinasi otot cukup,
• Kemampuan merawat diri terbatas, butuh pengawasan
• Kemampuan sekolah terbatas
PPDGJ & Buku Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000
• Kemampuan serupa dengan RM sedang
Berat • Pada kelompok ini, kemampuan motorik sangat
terbatas
(20-34)
• Umumnya disertai defisit neurologis

Sangat • Sangat terbatas untuk mengerti instruksi


Berat • Sangat terbatas dalam mobilitas
• Hanya mampu komunikasi non verbal yang
(<20) sederhana

PPDGJ & Buku Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000
P E R VA S I F
D E V E L O P M E N TA L
DISORDER
PERVASIVE DEVELOPMENTAL
DISORDER (PDD)

mild severe

Asperger’s PDD Not Autistic Rett’s disorder Childhood


disorder Otherwise disorder disintegrative
Classified disorder
(PDD-NOS)

Autism spectrum disorder (ASD)


Autism Spectrum Disorder (ASD)
Asperger, PDD-NOS, Autism
PDD-NOS Autism Asperger
Impaired social interaction Impaired social interaction Impaired social interaction

OR AND AND

Impaired communication Impaired communication Normal communication/


language development
OR AND
AND
Restricted repetitive and Restricted repetitive and
stereotyped patterns or stereotyped patterns or Restricted repetitive and
behaviors behaviors stereotyped patterns or
behaviors
Rett Syndrome (DSM-IV)
Childhood Disintegrative Disorder
(DSM-IV)
ADHD
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas/
Attention-deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

• ADHD
– Sekumpulan gejala yang menunjukkan
keterbatasan pemusatan perhatian dan
impulsivitas yang tinggi pada anak atau remaja.
• Klasifikasi ADHD:
– Gangguan atensi,
– Hiperaktivitas/impulsive, atau
– Gabungan keduanya
Inatensi

http://www.adhd-institute.com/assessment-diagnosis/symptoms-of-adhd/
Hiperaktivitas

http://www.adhd-institute.com/assessment-diagnosis/symptoms-of-adhd/
Impulsivitas

http://www.adhd-institute.com/assessment-diagnosis/symptoms-of-adhd/
Jenis-jenis ADHD
• Gangguan atensi • Hiperaktivitas-impulsif
Terdapat minimal 6 gejala berikut: Terdapat minimal 6 gejala berikut:
1. Tidak bisa memperhatikan hal detil, Hiperaktivitas
sering membuat kesalahan sederhana 1. Tangan dan kaki tidak bisa diam saat
2. Sulit menjaga perhatian duduk
3. Sering tampak tidak mendengarkan 2. Sulit untuk tetap duduk diam
4. Kesulitan mengikuti instruksi 3. Berlari-lari atau memanjat pada
5. Sulit untuk mengorganisir sesuatu situasi yang tidak sesuai
6. Menghindari/tidak menyukai kegiatan 4. Sulit untuk beraktivitas dengan
yang membutuhkan focus tenang
7. Sering kehilangan barang-barang 5. Sering bersikap seperti digerakkan
penting oleh motor
8. Mudah terdistraksi 6. Bicara berlebihan
9. Pelupa dalam aktivitas sehari-hari Impulsivitas
1. Menjawab pertanyaan sebelum
pertanyaan selesai
2. Sulit menunggu giliran
3. Menginterupsi orang lain
• Campuran: pasien memiliki gejala
yang cukup memenuhi kriteria
diagnosis kedua jenis ADHD. • Tidak terspesifikasi: terdapat
beberapa gejala namun tidak
cukup untuk menegakkan
diagnosis
• First line drugs: psychostimulant such as methylphenidate
American family physician. 2014.
American family physician. 2014.
TIC DISORDER
Tic Disorder
• Kelainan neurologis bersifat genetik dengan interaksi faktor sosial
dan lingkungan yang dikarakteristikkan dengan tic vokal dan
motorik kronik dengan onset sebelum usia dewasa
• Penderita biasanya menunjukkan gerakan dan vokalisasi repetitid
dan stereotipik seperti mengedip-ngedipkan mata, sniffing,
pergerakan wajah, atau otot abdomen
Simple motor tic: hanya melibatkan satu otot atau satu kelompok
otot, seperti mata berkedip-kedip
Motorik
Complex motor tic: melibatkan beberapa kelompok otot, seperti
Tic lompat, mengocok
Simple phonic tic: hanya berupa bunyi atau vokalisasi
Phonic/vokalisasi sederhana seperti suara batuk, menelan, menghisap

Complex phonic tic: berupa vokalisasi kata-kata dan atau


frase kompleks
Tic Simple
vs
Tic Complex
Tourette vs Chronic Tic vs Provisional Tic

Tourette Persistent Tic (Chronic) Provisional Tic (Sementara)


Gejala gejala motorik multipel Tic motorik ATAU vokal Tic motorik ATAU vokal saja
DAN minimal 1 gejala (salah satu); bisa (salah satu) ATAU motorik +
vocal harus ada bersifat single atau vokal (keduanya); bisa
multipel bersifat single atau multipel

Durasi > 1 tahun > 1 tahun < 1 tahun


Onset < 18 tahun < 18 tahun < 18 tahun
S TA G E O F G R I E V I N G
1) Denial ( pengingkaran )
Stages of Grieving • Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia
akan meninggal dan dia tidak dapat menerima
informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan
• Dr.Elisabeth Kublerr-Ross mungkin mengingkarinya
2) Anger ( Marah )
telah mengidentifikasi lima
• Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi
tahap berduka yang dapat mengingkari kenyataan bahwa ia akan
terjadi pada pasien meninggal
3) Bergaining ( tawar-menawar )
menjelang ajal • Merupakan tahapan proses berduka dimana
pasien mencoba menawar waktu untuk hidup
4) Depetion ( depresi )
• Tahap dimana pasien datang dengan
Stage 5: kesadaran penuh bahwa ia akan segera mati.
Stage 4: Acceptance
Depression
Ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia
Stage 3: tidak akan lama lagi bersama keluarga dan
Bargaining
teman-teman.
Stage 2: 5) Acceptance ( penerimaan)
Anger
• Merupakan tahap selama pasien memahami
Stage
dan menerima kenyataan bahwa ia akan
1:
Shock • meninggal. Ia akan berusaha keras untuk
and menyelesaikan tugas-tugasnya yang belum
Denial terselesaikan

Anda mungkin juga menyukai