PSIKIATRI
DR. MARCELA YOLINA
Jakarta
Jl. Layur Kompleks Perhubungan VIII No.52 RT.001/007
Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur Tlp 021-22475872
WA. 081380385694/081314412212
Medan
Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Sari, Kec. Medan Selayang 20132 WA/Line 082122727364
w w w. o p t i m a p r e p . c o . i d
Hierarkis
• Cara yang sistematik untuk memastikan suatu diagnosis gangguan jiwa
• Urutan Hierarki:
• F0 : Gangguan Mental Organik / Simptomatik
• F1 : Gangguan Mental & Perilaku akibat penggunaan Zat Psikoaktif
• F2 : Gangguan skizofrenia, skizotipal, dan waham
• F3 : Gangguan suasana perasaan (afek dan mood)
• F4 : Gangguan neurotik, somatoform, dan terkait stress
• F5 : Sindrom perilaku yang berkaitan dengan gangguan fisiologis dan
faktor fisik
• F6 : Gangguan Kepribadian & Perilaku masa Dewasa
• F7 : Retardasi Mental
• F8 : Gangguan perkembangan psikologis
• F9 : Gangguan Perilaku dan emosional dengan Onset Masa Kanak &
Remaja
Diagnosis Multiaksial
• Aksis I : gangguan psikiatri (kecuali gangguan
kepribadian dan retardasi mental)
• Aksis II : gangguan kepribadian dan retardasi
mental
• Aksis III : gangguan medis umum (misal diabetes,
hipertensi)
• Aksis IV : masalah psikososial dan lingkungan
• Aksis V : Penilaian fungsi secara global (GAF
Scale)
TILIKAN, GANGGUAN
PROSES PIKIR &
PERSEPSI
TILIKAN
• Tilikan adalah kemampuan seseorang untuk memahami sebab
sesungguhnya dan arti dari suatu situasi (termasuk di
dalamnya gejala yang dialaminya sendiri).
Derajat Deskripsi
4 menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan tetapi tidak memahami penyebab
sakitnya
5 menyadari penyakitnya dari faktor-faktor yang berhubungan dengan
penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya
6 menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk
mencapai perbaikan
GANGGUAN PROSES PIKIR
Gangguan
bentuk pikir
Gangguan Gangguan
proses pikir isi pikir
Gangguan
arus pikir
Gangguan Bentuk Pikir
Jenis Karakteristik
Autistik Pikiran yang timbul dari fantasi, berokupasi pada sebuah ide.
Secara emosional terlepas dari orang lain.
Pikiran konkrit Pikiran terbatas pada satu dimensi arti, pasien mengartikan
kata/kalimat apa adanya, tidak mampu berpikir secara metafora.
Contoh: meja hijau = meja yang berwarna hijau.
Gangguan Isi Pikir
Jenis Karakteristik
Waham Keyakinan yang salah, tidak dapat dikoreksi, dihayati oleh penderita
sebagai hal yang nyata, tidak sesuai dengan sosiokultural di mana
penderita tinggal.
Obsesi Gagasan (ide), bayangan, atau impuls yang berulang dan persisten.
Kompulsi Perilaku/perbuatan berulang yang bersifat stereotipik, biasanya
menyertai obsesi.
Fobia Ketakutan irasional yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu
objek, aktifitas, atau situasi spesifik yang menimbulkan keinginan yang
mendesak untuk menghindarinya.
Anosognosis Pasien menolak kenyataan bahwa ia mengalami gangguan fisik, hal ini
terjadi pada pasien yang mengalami luka/trauma dan kerusakan otak
yang luas. Contoh: penderita buta mengatakan bahwa ia dapat
melihat.
Gangguan Arus Pikir
Jenis Karakteristik
Neologisme Pembentukan kata-kata baru yang memiliki arti khusus bagi
penderita, sering terdapat pada pasien skizofrenia. Neologisme
dapat pula akibat halusinasi akustik sehingga sering merupakan
kata yang diulang
Sirkumstansial Gangguan asosiasi karena terlalu banyak ide yang disampaikan.
Pada umumnya pasien dapat mencapai tujuannya, tetapi harus
secara bertahap.
Tangensial Pembicaraan pasien terlepas sama sekali dari pokok pembicaraan
dan tidak kembali ke pokok pembicaraan tersebut, sehingga tujuan
tidak pernah tercapai
Asosiasi longgar Pasien berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak berhubungan,
namun masih dapat dimengerti.
Flight of ideas Melompat-lompat dari satu topik ke topik lain tanpa terputus,
dimana masih terdapat benang merah.
Inkoherensi/ asosiasi longgar yang berat, kata yang satu tidak berhubungan
word salad dengan kata yang lain.
GANGGUAN PERSEPSI
Gangguan Persepsi Definisi
Depersonalisasi satu kondisi patologis yang muncul sebagai akibat dari perasaan
subyektif dengan gambaran seseorang mengalami atau
merasakan diri sendiri (atau tubuhnya) sebagai tidak nyata atau
khayali (asing, tidak dikenali).
Derealisasi perasaan subyektif bahwa lingkungannya menjadi asing, tidak
nyata.
http://www.encephalos.gr/48-3-07e.htm
DELIRIUM (F05)
• Delirium: kesadaran fluktuatif, ditandai dengan kesulitan memfokuskan,
mempertahankan, dan mengalihkan perhatian .
• Pedoman diagnostik:
– Gangguan kesadaran & perhatian
– Gangguan kognitif (distorsi persepsi, halusinasi, hendaya daya pikir, daya ingat,
disorientasi)
– Gangguan psikomotor: hipo/hiperaktivitas
– Gangguan siklus tidur-bangun
– Gangguan emosional: depresi, ansietas, lekas marah
– Onset cepat, hilang timbul, kurang dari 6 bulan
• Penyebab:
– SSP: kejang (postictal)
– Metabolik: gangguan elektrolit, hipo/hiperglikemia
– Penyakit sistemik: infeksi, trauma, dehidrasi/ovehidrasi
– Obat-obatan
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition.
Delirium
Subtipe delirium: Prinsip terapi delirium:
• Hyperactive subtype • Mengatasi kondisi
May be agitated, disoriented, and delusional, and penyakit medis yang
may experience hallucinations. This presentation menjadi penyebab
can be confused with that of schizophrenia, • Mengatasi gangguan
agitated dementia, or a psychotic disorder. perilaku/ agitasi yang
terjadi (misalnya dengan
• Hypoactive subtype
antipsikotik haldol jika
Subdued, quietly confused, disoriented, & terdapat agitasi berat;
apathetic. Delirium in these patients may go BZD dipakai jika terdapat
unrecognized or be confused with depression or putus obat alkohol/ BZD
dementia. atau jika antipsikotik
• Mixed subtype kontraindikasi
Fluctuating between the hyperactive &hypoactive
Delirium. Ondria C, Gleason MD., University of Oklahoma College of Medicine, Tulsa, Oklahoma. Am Fam Physician. 2003
Mar 1;67(5):1027-1034. | Uptodate 2019
Diagnosis Banding Delirium
Diagnosis Karakteristik
Delirium cognitive changes develop acutely and fluctuate. Speech can be confused or
disorganized. Alertness and attention wax and wane
Dementia insidious onset, chronic memory and executive function disturbance, tends not
to fluctuate. Intact alertness and attention but impoverished speech and
thinking
Schizofrenia Onset is rarely after 50. Auditory hallucinations are much more common than
visual hallucinations. Memory is grossly intact and disorientation is rare.
Speech is not dysarthric. No wide fluctuations over the course of a day
Mood Manifest persistent rather than labile mood with more gradual onset. In mania
disorder the patient can be very agitated however cognitive performance is not usually
as impaired. Flight of ideas usually have some thread of coherence unlike
simple distractibility. Disorientation is unusual in mania
P E N YA L A H G U N A A N Z AT
P S I KO A K T I F
Depressant
• Zat yang mensupresi, menghambat dan menurunkan aktivitas CNS.
• Yang termasuk dalam golongan ini adalah sedatives/hypnotics,
opioids, and neuroleptics.
• Medical uses sedation, sleep induction, hypnosis, and general
anaesthesia.
• Contoh:
– Opioid drugs seperti heroin, morphine, and methadone.
– Hipnotik sedatif benzodiazepin, alkohol
• Effects:
– Relief of tension, mental stress and anxiety
– Warmth, contentment, relaxed detachment from emotional as well
as physical distress
– Positive feelings of calmness, relaxation and well being in anxious
individual
– Relief from pain
Stimulants
• Zat yang mengaktivkan dan meningkatkan aktivitas CNS
psychostimulants
• Memiliki berbagai efek fisiologis
– Perubahan denyut jantung, dilatasi pupil, peningkatan TD, banyak
berkeringat, mual dan muntah.
– Menginduksi kewaspadaan, agitasi, dan mempengaruhi penilaian
• Penyalahgunaan kronik akan menyebabkan perubahan kepribadian
dan perilaku seperti lebih impulsif, agresif, iritabilitas, dan mudah
curiga
• Contoh:
– Amphetamines, cocaine, caffeine, nicotine, and synthetic appetite
suppressants.
• Effects:
– feelings of physical and mental well being, exhilaration, euphoria,
elevation of mood
– increased alertness, energy and motor activity
– postponement of hunger and fatigue
Hallucinogens (psyche delics)
• Zat yang merubah dan mempengaruhi persepsi, pikiran, perasaan, dan orientasi
waktu dan tempat.
• Menginduksi delusi, halusinasi, dan paranoia.
• Adverse effects sering terjadi
– Halusinasi yang menakutkan dan tidak menyenangkan (“bad trips”)
– Post-hallucinogen perception disorder or flashbacks
– Delusional disorder persepsi bahwa halusinasi yang dialami nyata, setelah gejala mereda
– mood disorder (anxiety, depression, or mania).
• Effects:
– Perubahan mood, perasaan, dan pikiran“mind expansion”
– Meningkatkan kepekaan sensorismore vivid sense of sight, smell, taste and hearing
– dissociation of body and mind
• Contoh:
– Mescaline (the hallucinogenic substance of the peyote cactus)
– Ketamine
– LSD
– psilocybin (the hallucinogenic substance of the psilocybe mushroom)
– phencyclidine (PCP)
– marijuana and hashish
Other sign &
Toxidrome Mental status Pupils Vital signs Examples of toxic agents
Symptoms
Hallucinations,
Phencyclidine, LSD,
perceptual
Hyperthermia, mescaline, psilocybin,
HALLUCINO distortions, Mydriasis
tachycardia, Nystagmus designer amphetamines
GENIC depersonaliza- (usually)
hypertension, tachypnea (eg, MDMA ["Ecstasy"],
tion, synesthesia,
MDEA)
agitation
Referensi: PPDGJ-III
Pedoman Diagnostik Skizofrenia
• Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang
harus selalu ada secara jelas:
– Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja
– Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau
pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
– Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah
(excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atay
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
– Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan
respons emosional yang menumpul tidak wajar
Gejala Kronik, sejak awal Kronik, sejak awal Hanyaada setelah episode
psikotik onset sakit onset sakit gangguan mood terjadi
Gangguan Tidak ada, atau ada Ada terus menerus Ada, memenuhi kriteria
mood tetapi tidak selama sakit diagnosis gangguan mood
menonjol berlangsung. Gejala (manik/ depresi)
mayor gangguan mood
belum tentu ada
Western Australian Psychotropic Drugs Committee. Antipsychotic Drug Guidelines Version 3 August 2006
Obat Antipsikotik Tipikal dan Atipikal
ES ANTIPSIKOTIK: GEJALA
EKSTRAPIRAMIDAL
Gejala Ekstrapiramidal
Karakteristik
Akathisia Gelisah dan merasa perlu bergerak terus. Menggerakkan kaki mengetuk lantai (foot
tapping atau toe tapping). Gejala ini berkurang saat tidur atau pada posisi berbaring.
Pasien merasa tertekan bila tidak dapat bergerak.
Dystonia Kelainan neurologis dimana terdapat kontraksi otot yang terus-menurus sehingga
mengakibatkan gerakan repetitif dan twisting atau postur yang abnormal. Dapat
melibatkan punggung, leher, ekstremitas atas dan bawah, rahang, dan laring. Bisa
terjadi kesulitan menelan, bernapas, bicara, dan menggerakkan leher.
Oculogyric crisisDeviasi keatas bola mata yang ekstrim disertai dengan konvergen,
menyebabkan diplopia. Berkaitan dengan fleksi posterolateral dari leher dan dengan
mulut terbuka atau rahang terkunci.
Parkinsonism Tremor, rigiditas, dan kelambatan bergerak, yang melibatkan batang tubuh dan
ekstremitas. Kesulitan berdiri dari posisi duduk, postur tidak seimbang, muka
topeng.
Tardive dyskinesia Gerakan koreatetoid abnormal yang melibatkan regio orofasial dan lidah. Lebih
jarang mengenai ekstremitas dan batang tubuh. Ada gerakan mulut mencucu,
gerakan mengunyah, dan lidah menjulur. Gejala tidak menimbulkan nyeri, namun
menyebabkan penderitanya malu di depan umum.
http://www.uspharmacist.com/content/c/10205/?t=women%27s_health,neurology
Prinsip Terapi Gejala Ekstrapiramidal
AKATHISIA DYSTONIA AKUT
• Obat yang menyebabkannya dikurangi • Hentikan obat yang menyebabkan distonia
dosisnya atau ganti obat menjadi dan ganti obat menjadi golongan antipsikotik
antipsikotik atipikal atipikal
• Diberikan antimuskarinik (THP, Benztriopin), • Berikan obat-obatan antimuskarinik
benzodiazepin, atau beta bloker (benztriopin/THP), atau difenhidramin
PPDGJ
Terapi Depresi
• Sasarannya adalah Nonfarmakologis:
perubahan biologis/efek • PSIKOTERAPI
berupa mood pasien. – interpersonal therapy: berfokus pada konteks sosial
• Karena mood pasien depresi dan hub pasien dengan orang lain
dipengaruhi kadar – cognitive - behavioral therapy: berfokus pada
serotonin dan nor- mengoreksi pikiran negatif, perasaan bersalah yang
tidak rasional dan rasa pesimis pasien
epinefrin di otak, maka
tujuan pengobatan • ELECTROCONVULSIVE THERAPY (ECT): „
depresi adalah modulasi – diindikasikan pada : depresi berat yg perlu respons
serotonin dan cepat, respon terhadap obat jelek
norepinefrin otak dengan
agen-agen yang sesuai. Farmakologis:
• Dapat berupa terapi • DOC: SSRI, alternatif: SNRI, trisiklik
farmakologis dan non antidepresan
farmakologis.
Terapi Farmakologis
Dosis Obat Antidepresan
BIPOLAR
Episode Manik (DSM-IV)
Bipolar Tipe I dan II
Gangguan bipolar
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17696573
Tatalaksana: Mood Stabilizer
Tatalaksana Gangguan Bipolar
FASE AKUT (DOC: Lithium) MAINTENANCE
• Manik • Lithium atau Asam valproat,
– Lithium, atau setidaknya selama 6 bulan.
– Asam valproat • Antipsikotik perlu diteruskan bila
pasien cenderung memiliki risiko
• Depresi mengalami gejala psikotik berulang
– Lithium, atau • Psikoterapi
– Lamotrigine • Electroconvulsive therapy (ECT)
– Monoterapi dengan antidepresan
tidak direkomendasikan
• Gejala psikotik
– Antipsikotik, diutamakan golongan
atipikal
Gangguan panik (F41) Serangan ansietas yang intens & akut disertai dengan perasaan akan
datangnya kejadian menakutkan.
Tanda utama: serangan panik yang tidak diduga tanpa adanya provokasi
dari stimulus apapun & ada keadaan yang relatif bebas dari gejala di
antara serangan panik.
Tanda fisis:Takikardia, palpitasi, dispnea, dan berkeringat.
Serangan umumnya berlangsung 20-30 menit, jarang melebihi 1 jam.
Tatalaksana: terapi kognitif perilaku + antidepresan.
Gangguan cemas Ansietas berlebih terus menerus berlangsung setiap hari sampai bbrp
menyeluruh (F42) minggu disertai Kecemasan (khawatir akan nasib buruk), ketegangan
motorik (gemetar, sulit berdiam diri, dan sakit kepala), hiperaktivitas
otonomik (sesak napas, berkeringat, palpitasi, & gangguan
gastrointestinal), kewaspadaan mental (iritabilita).
Tatalaksana Gangguan Panik
• Cognitive-Behavioral Therapy • Medication
– This is a combination of cognitive therapy – SSRIs
– Cognitive therapymodify or eliminate • the first line of medication treatment for panic
thought patterns contributing to the disorder
patient’s symptoms – Tricyclic antidepressants
– Behavioral therapy aims to help the – High-potency benzodiazepines
patient to change his or her behavior. • Ex: Clonazepam
– Cognitive-behavioral therapy generally • may cause depression and are associated with
requires at least eight to 12 weeks adverse effects during use and after
discontinuation of therapy
• Some people may need a longer time in
treatment to learn and implement the • Poorer outcome and global functioning than
skills antidepresant
– monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)
• Treatment i n Emergency Departement • Combination Therapy
– Oral benzodiazepine • Psychodynamic therapy
– Iv medication, e.x. Lorazepam – help to relieve the stress that contributes to
– Sometimes beta blockers are used to panic attacks, they do not seem to stop the
reduce anxiety attacks directly
http://www.aafp.org/afp/2005/0215/p733.html
Ven XR :Venlafaxine extended release
• SNRI : Serotonin norephinephrine
reuptake inhibitor
http://www.currentpsychiatry.com/home/article/panic-
disorder-break-the-fear-
circuit/990b7a325883ba278cdf8e46222a61f9.html
Beberapa Jenis Fobia Spesifik yang Sering
Ditemui
FOBIA F O B I A T E R H A DA P :
Arachnofobia Laba-laba
Aviatofobia Terbang
Akrofobia Ketinggian
Nekrofobia Kematian
Androfobia Laki-laki
Ginofobia Perempuan
Tatalaksana Fobia Spesifik
• Medikamentosa
– Tidak terlalu berperan
– Obat yang digunakan: short actiing benzodiazepine pada
kondisi yang sudah dapat diduga akan terjadi fobia.
Contoh: pada pasien fobia ketinggian, dapat diberikan
diazepam sesaat sebelum akan naik pesawat.
Koran LM, Hanna GL, Hollander E, Nestadt G, Simpson HB, for the American Psychiatric Association. Practice guideline for the treatment of patients with
obsessive-compulsive disorder. Am J Psychiatry. 2007;164(7 suppl):5–53.
Tatalaksana Medikamentosa
Gangguan Obsesif Kompulsif
STARTING TARGET MAXIMAL
DOSAGE (MG DOSAGE (MG DOSAGE (MG
SRI PER DAY) PER DAY) PER DAY)
Citalopram 20 40 to 60 80
(Celexa)
Escitalopram 10 20 40
(Lexapro)
Fluoxetine 20 40 to 60 80
(Prozac)*
Fluvoxamine* 50 200 300
Paroxetine 20 40 to 60 60
(Paxil)*
Sertraline (Zoloft)* 50 200 200
Koran LM, Hanna GL, Hollander E, Nestadt G, Simpson HB, for the American Psychiatric Association. Practice guideline for the treatment of patients with
obsessive-compulsive disorder. Am J Psychiatry. 2007;164(7 suppl):5–53.
G A N G G U A N M E N TA L
TERKAIT STRESS
GANGGUAN MENTAL TERKAIT STRESS
Gangguan Karaktristik
PPDGJ-III
Tatalaksana PTSD
• Psikoterapi
– Cognitive behavioral therapy
– Cognitive processing therapy
– Cognitive therapy
– Prolonged exposure therapy
• Farmakoterapi
– Antidepresan gol. SSRI (fluoxetine, paroxetine,
sertraline)
– Antidepresean gol. SNRI (venlafaxine)
GANGGUAN PENYESUAIAN (F43) (DSM-IV)
GANGGUAN PENYESUAIAN
• Klasifikasi (DSM-IV)
– Adjustment disorder with depressed mood
– Adjustment disorder with anxiety
– Adjustment disorder with mixed anxiety and depressed mood
– Adjustment disorder with disturbance of conduct
– Adjustment disorder with mixed disturbance of emotions and conduct
– Adjustment disorder, Unspecified
Waktu antara stresor Beberapa hari hingga Maksimal 3 bulan Bisa bertahun-tahun
dan timbulnya gejala maksimal 4 minggu
PPDGJ
Gangguan Disosiatif
Diagnosis Karakteristik
Amnesia Hilang daya ingat mengenai kejadian stressful atau traumatik yang baru terjadi
(selektif)
Fugue Terdapat ciri-ciri amnesia disosiatif
Melakukan perjalanan tertentu ke tempat di luar kebiasaan, tapi tidak
mengingat perjalanan tersebut.
Stupor Sangat berkurangnya atau hilangnya gerakan volunter & respons normal
terhadap rangsangan luar (cahay, suara, raba)
Trans Kehilangan sementara penghayatan akan identitias diri & kesadaran,
berperilaku seakan-akan dikuasai kepribadian lain/kekuatan gaib.
Motorik Tidak mampu menggerakkan seluruh/sebagian anggota gerak.
Konvulsi Sangat mirip kejang epileptik, tapi tidak dijumpai kehilangan kesadaran,
mengompol, atau jatuh.
Anestesi & Kehilangan sensorik yang tidak mungkin disebabkan oleh kerusakan neurologis
kehilangan Anestesi pada kulit yang tidak sesuai dermatom.
sensorik Penurunan tajam penglihatan atau tunnel vision (area lapang pandang sama,
tidak tergantung jarak). Contoh: buta konversi dan tuli konversi
Tuli atau anosmia sangat jarang
PPDGJ
Bedanya dengan Psikosomatis, Gangguan Konversi,
Malingering, Factitious disorder
Kelainan Karakteristik
Psikosomatis Pada gangguan psikosomatis, ada keluhan dan ditemukan
keabnormalan pada pemeriksaan. Namun penyebabnya adalah
masalah psikis.
Gangguan Konversi Adanya satu atau beberapa gejala neurologis (misalnya buta, lumpuh
anestesi, amnesia, dll) yang tidak dapat dijelaskan dengan penjelasan
medis maupun neurologis yang ada.
Malingering Berpura-pura sakit atau melebih-lebihkan kondisi fisik yang sudah ada
sebelumnya dengan tujuan untuk mendapatkan kompensasi tertentu
(misalnya untuk mendapatkan cuti kerja).
Factitious disorder/ Berpura-pura sakit atau membuat dirinya sakit. Namun hal ini
Munchhausen dilakukan semata-mata untuk mendapatkan perhatian/ simpati dari
syndrome orang lain saja.
GANGGUAN
S O M AT O F O R M ( F 4 5 )
GANGGUAN SOMATOFORM (F45)
Diagnosis Karakteristik
Gangguan somatisasi Banyak keluhan fisik (4 tempat nyeri, 2 GI tract, 1
seksual, 1 pseudoneurologis).
Hipokondriasis Keyakinan ada penyakit fisik.
PPDGJ
Kriteria Diagnosis Somatisasi
A. Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode beberapa tahun
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan:
– 4 gejala (G) nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung,
sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi)
– 2 G gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama
kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
– 1 G seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi,
menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).
– 1 G pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau deficit yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak
terbatas pada nyeri (gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis, sulit menelan, retensi urin, halusinasi,
hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau
hilangnya kesadaran selain pingsan).
C. Salah satu (1)atau (2):
– Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah
kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau
alkohol)
– Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya
adalah melebihi apa yang diperkirakan dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan
buatan atau pura-pura).
Referensi: PPDGJ-III
Gangguan Dismorfik Tubuh (DSM-5)
NYERI PSIKOGENIK/ NYERI
SOMATOFORM (DSM-IV)
• Pain in one or more anatomical sites is the predominant
focus of the clinical presentation and is of sufficient severity
to warrant clinical attention.
• The pain causes clinically significant distress or impairment
in social, occupational, or other important areas of
functioning.
• Psychological factors are judged to have an important role
in the onset, severity, exacerbation, or maintenance of the
pain.
• The symptom or deficit is not intentionally produced or
feigned
• The pain is not better accounted for by a Mood, Anxiety, or
Psychotic Disorder and does not meet criteria for
Dyspareunia.
Gangguan Hipokondriasis
Untuk diagnosis pasti, kedua hal ini harus ada:
• Keyakinan yang menetap adanya sekurang-
kurangnya 1 penyakit fisik yang serius,
meskipun pemeriksaan yang berulang tidak
menunjang
• Tidak mau menerima nasehat atau dukungan
penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak
ditemukan penyakit/abnormalitas fisik
PPDGJ-III
GANGGUAN MAKAN
(F50)
GANGGUAN MAKAN
ANOREKSIA NERVOSA (PPDGJ III)
• Menolak mempertahankan berat badan pada atau diatas berat badan normal minimal
menurut usia dan tinggi badan (misalnya, menurunkan berat badan untuk mempertahankan
berat badan kurang dari 85% yang diharapkan; atau kegagalan untuk menaikan berat badan
yang diharapkan selama periode pertumbuhan, menyebabkan berat badan kurang dari 85%
dari yang diharapkan).
• Ketakutan yang kuat mengalami kenaikan berat badan atau menjadi gemuk, walaupun
sesungguhnya memiliki berat badan kurang.
• Gangguan dalam cara memandang berat atau bentuk badannya sendiri; berat badan atau
bentuk badan yang tidak pantas atas dasar pemeriksaan sendiri, atau menyangkal keseriusan
berat badannya yang rendah.
• Pada wanita pascamenarki, amenore yaitu tidak ada sekurangnya tiga siklus menstruasi
berturut-turut (seorang wanita dianggap mengalami amenore jika periodenya timbul hanya
setelah pemberian hormon, misalnya, estrogen)
BULIMIA NERVOSA (PPDGJ III)
1. Terdapat perokupasi yang menetap untuk makan dan ketagihan (craving)
terhadap makanan yang tidak bisa dilawan, penderita tidak berdaya terhadap
datangnya episode makan berlebihan, dimana makanan dalam jumlah yang
besar dimakan dalam waktu singkat.
2. Pasien berusaha melawan efek kegemukan dengan salahs atu cara atau lebih
seperti merangsang muntah sendiri, menggunakan pencahar secara
berlebihan, puasa berkala, memakai obat-obatan penekan nafsu makan,
sediaan tiroid atau diuretik. Jika terjadi pada penderita diabetes, mereka
akan mengabaikan pengobatan insulinnya.
3. Gejala psikopatologi terdiri atas ketakutan yang luar biasa akan kegemukan
dan penderita mengatur sendiri batasan yang ketat dari ambang berat
badannya sangat di bawah berat badan sebelum sakit yang dianggap berat
badan sehat atau optimal. Seringkali, tetapi tidak selalu, ada riwayat episode
anoreksia nervosa sebelumnya, interval antara kedua gangguan tersebut
berkisar antara beberapa bulan sampai beberapa tahun. Episode sebelumnya
ini dapat terungkap atau dalam bentuk ringan yang tersembunyi dengan
kehilangan berat badan yang sedang dan/ atau suatu fase sementara dari
amenore.
Anorexia
vs
Bulimia
GANGGUAN TIDUR (F51)
GANGGUAN TIDUR
• Gangguan tidur non organik mencakup :
– Disomnia: kondisi psikogenik primer dengan ciri
gangguan pada jumlah, kualitas atau waktu tidur
insomnia, hipersomnia, gangguan jadwal
tidur
– Parasomnia: peristiwa episodik abnormal selama
tidur. Pada masa kanak ada hubungan dengan
perkembagan anak, pada orang dewasa berupa
somnabulisme, night terror, nightmare
INSOMNIA
Menurut DSM IV
• Sulit memulai atau mempertahankan tidur
• Tidur non-restoratif yang berlangsung setidaknya satu bulan
• Menyebabkan gangguan fungsi yang signifikan pada individu
Lorazepam 0.5 to 2 mg Sleep onset or sleep maintenance insomnia Intermediate (10 to 14)
• Penyebab
a) Kurang tidur (sleep deprivation)
b) Jadwal tidur yang tidak teratur/kacau (chaotic sleep
schedules)
c) Demam (fever)
d) Stres atau tekanan (stress)
e) Kekurangan (deficiency) magnesium
f) Intoksikasi obat atau zat kimia
F51.4 Teror tidur (night terrors)
• Night terror adalah suatu kondisi terbangun dari sepertiga awal tidur malam,
biasanya diikuti dengan teriakan dan tampakan gejala cemas yang berlebihan,
berlangsung selama 1 – 10 menit.
• Gejala
Dalam episode yang khas, ypenderita akan terduduk di tempat tidur dengan
kecemasan yang sangat dan tampakan agitasi serta gerakan motorik perseverativ
(seperti menarik selimut), ekspresi ketakutan, pupil dilatasi, keringat yang
berlebihan, merinding, nafas dan detak jantung ang cepat.
• Kriteria DSM-IV untuk Night Terror :
– Episode berulang dari bangun secara tiba-tiba dari tidur, biasanya berlangsung pada sepertiga
awal tidur dan dimulai dengan teriakan yang panik.
– Ketakutan yang sangat dan tanda-tanda sistem autonomik yang meningkat seperti takikardi,
bernafas dengan cepat, dan keringat dalam setiap episode.
– Tidak responsif secara relatif terhadap dukungan orang sekitar untuk menenangkan disaat
episode.
– Tidak dijumpainya mimpi yang dapat diingat dan timbulnya amnesia terhadap episode.
– Episode-episode serangan dapat menyebabkan distress tang tampak secara klinis dan ketidak
seimbangan dalam lingkungan, pekerjaan dan dalam aspek lain.
– Gangguan tidak disebabkan oleh efek psikologis suatu zat secara langsung (seperti
penyalahgunaan zat atau untuk medikasi) ataupun dalam suatu kondisi medis umum.
F51.5 Mimpi buruk (nightmare)
• Gangguan ini terdiri dari terjaga dari tidur yang berulang
dengan ingatan terperinci yang hidup akan mimpi
menakutkan.
• Gambaran klinis berikut adalah esensial untuk diagnosis
secara pasti terhadap mimpi buruk, yaitu:
– Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan
mimpi yang menakutkan yang dapat diingat kembali secara
terperinci dan jelas (vivid),
– Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu segera
sadar dan mampu mengenali lingkungannya.
– Pengalaman mimpi itu dan akibat dari tidur yang terganggu,
menyebabkan penderitaan yang cukup berat bagi individu.
• Psikoterapi dan pengobatan perilaku merupakan metode
pengobatan paling efektif.
DISFUNGSI SEKSUAL
(F52)
Disfungsi Seksual
Dorongan • Kurangnya fantasi dan keinginan untuk aktifitas seksual secara terus
hiposeksual menerus atau berulang
• Gangguannya disebabkan oleh stress atau masalah interpersonal
• Gangguan seksual bukan mask ke axis 1 dan bukan efek dari penggunaan
obat.
Aversi seksual • Keenganan dan penghindaran untuk hubungan seksual dengan partner
sex yang berulang atau terus menerus
• Gangguan karena stress atau masalah interpersonal
• Gangguan fungsi seksual bukan masuk ke axis 1 (kecuali gangguan seksual
lainnya)
Disfungsi • Gangguan terus menerus atau berulang ketidakmampuan dalam
ereksi mencapai atau menjaga dan menyelesaikan aktifitas seksual, ereksi tidak
adekuat
• Gangguan karena stress atau masalah interpersonal
• Gangguan fungsi seksual bukan masuk ke axis 1 (kecuali gangguan seksual
lainnya)
Female Sexual Persistent or recurrent inability to attain, or to maintain until completion of
Arousal the sexual activity, an adequate lubrication-swelling response of sexual
Disorder excitement. Kaplan & Sadock Synopsis of Psychiatry:
behavioral science/ clinical psychiatry, ED10
Disfungsi Seksual
Ejakulasi dini Gangguan Ejakulasi terus-menerus atau berulang yang muncul dengan
stimulus seksual minimal, sebelum, saat sedang berlangsung atau segera
setelah penetrasi dan sebelum orangnya menginginkan (< 1 menit)
Vaginismus: involuntary muscle constriction of the outer third of the vagina that
interferes with penile insertion and intercourse.
Judi patologis Adanya kebutuhan untuk mempertaruhkan uang dalam jumlah yang
semakin banyak dari waktu ke waktu dan timbul gejala gelisah ketika
berusaha berhenti (withdrawal).
Trikotilomania Adanya dorongan untuk mencabuti rambut sendiri dari bagian tubuh
yang manapun, termasuk rambut di kulit kepala, alis dan bulu bulu
tangan.
PA R A F I L I A ( F 6 5 )
Gangguan Preferensi Seksual
Fetishisme Mengandalkan benda mati sebagai rangsangan untuk memberikan kepuasan
seksual. Objek fetish biasanya pakaian
Transvestisme Mengenakan pakaian dari lawan jenis dengan tujuan mencapai kepuasan
fetishistik seksual
Ekshibisionisme Kecenderungan berulang untuk memamerkan alat kelamin pada orang lain/di
tempat umum
Voyeurisme Kecenderungan untuk melihat orang yang sedang berhubungan seksual atau
berperilaku intim tanpa sepengetahuan orang yang diintip, observing an
unsuspecting person who is naked, in the process of disrobing
Pedofilia Preferensi seksual pada anak-anak (umumnya prapubertas) (generally 13
years or younger) and the pedophilia must at least 16 years or older and at
least 5 years older than the child
Sadomasokism Preferensi terhadap aktivitas seksual yang menimbulkan rasa sakit atau
e penghinaan. Pelaku sadisme; Resipien masokisme
Frotteurism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving touching and
rubbing against a nonconsenting person.
Necrophilia Necrophilia is an obsession with obtaining sexual gratification from cadavers.
R E TA R D A S I M E N TA L
RETARDASI MENTAL
• Retardasi mental merupakan suatu penurunan fungsi
intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa
perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan
adaptasi sosial (AAMD).
• 3 komponen utama yang terganggu: penurunan fungsi
intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan.
• Ketentuan subtipe retardasi mental meliputi:
– F70: Ringan (IQ 50-69)
– F71: Sedang (IQ 35-49)
– F72: Berat (IQ 20-34)
– F73: Sangat Berat (<20)
• Masih dapat dididik (educable)
• Komunikasi sehari-hari masih baik
• Kesulitan utamanya pada pekerjaan akademik di sekolah (terutama
Ringan membaca dan menulis)
• ±85% dari semua penderita MR
(50-69) • Umumnya tidak terdeteksi hingga setelah kelas 1 atau 2 SD
• Saat late adolescence kemampuan akademik setara anak kelas 6 SD
• Kebanyakan dewasa dengan mild MR dapat hidup mandiri, dan dapat
membangun keluarga sendiri
PPDGJ & Buku Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000
P E R VA S I F
D E V E L O P M E N TA L
DISORDER
PERVASIVE DEVELOPMENTAL
DISORDER (PDD)
mild severe
OR AND AND
• ADHD
– Sekumpulan gejala yang menunjukkan
keterbatasan pemusatan perhatian dan
impulsivitas yang tinggi pada anak atau remaja.
• Klasifikasi ADHD:
– Gangguan atensi,
– Hiperaktivitas/impulsive, atau
– Gabungan keduanya
Inatensi
http://www.adhd-institute.com/assessment-diagnosis/symptoms-of-adhd/
Hiperaktivitas
http://www.adhd-institute.com/assessment-diagnosis/symptoms-of-adhd/
Impulsivitas
http://www.adhd-institute.com/assessment-diagnosis/symptoms-of-adhd/
Jenis-jenis ADHD
• Gangguan atensi • Hiperaktivitas-impulsif
Terdapat minimal 6 gejala berikut: Terdapat minimal 6 gejala berikut:
1. Tidak bisa memperhatikan hal detil, Hiperaktivitas
sering membuat kesalahan sederhana 1. Tangan dan kaki tidak bisa diam saat
2. Sulit menjaga perhatian duduk
3. Sering tampak tidak mendengarkan 2. Sulit untuk tetap duduk diam
4. Kesulitan mengikuti instruksi 3. Berlari-lari atau memanjat pada
5. Sulit untuk mengorganisir sesuatu situasi yang tidak sesuai
6. Menghindari/tidak menyukai kegiatan 4. Sulit untuk beraktivitas dengan
yang membutuhkan focus tenang
7. Sering kehilangan barang-barang 5. Sering bersikap seperti digerakkan
penting oleh motor
8. Mudah terdistraksi 6. Bicara berlebihan
9. Pelupa dalam aktivitas sehari-hari Impulsivitas
1. Menjawab pertanyaan sebelum
pertanyaan selesai
2. Sulit menunggu giliran
3. Menginterupsi orang lain
• Campuran: pasien memiliki gejala
yang cukup memenuhi kriteria
diagnosis kedua jenis ADHD. • Tidak terspesifikasi: terdapat
beberapa gejala namun tidak
cukup untuk menegakkan
diagnosis
• First line drugs: psychostimulant such as methylphenidate
American family physician. 2014.
American family physician. 2014.
TIC DISORDER
Tic Disorder
• Kelainan neurologis bersifat genetik dengan interaksi faktor sosial
dan lingkungan yang dikarakteristikkan dengan tic vokal dan
motorik kronik dengan onset sebelum usia dewasa
• Penderita biasanya menunjukkan gerakan dan vokalisasi repetitid
dan stereotipik seperti mengedip-ngedipkan mata, sniffing,
pergerakan wajah, atau otot abdomen
Simple motor tic: hanya melibatkan satu otot atau satu kelompok
otot, seperti mata berkedip-kedip
Motorik
Complex motor tic: melibatkan beberapa kelompok otot, seperti
Tic lompat, mengocok
Simple phonic tic: hanya berupa bunyi atau vokalisasi
Phonic/vokalisasi sederhana seperti suara batuk, menelan, menghisap