Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ANDIKA RAMADHANI

NIM : 18313270

RANGKUMAN : FINANCIAL TECHNOLOGY

1. Bagaimana sistem operasi financial technology ?


Fintech atau teknologi finansial belakangan masuk ke masyarakat. Fintech berkembang pesat
dimulai ketika krisis ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di Amerika Serikat. Hal tersebut
menimbulkan ketidaksabaran masyarakat di dunia untuk menciptakan sesuatu yang lebih
efisien dan tidak menunggu bertele-tele proses yang ada di birokrasi kemudian pemeriksaan
versi  pemerintah ataupun juga otoritas sehingga perkembangan yang menjadi pesat sekali
hingga tahun 2016 dikenal dengan istilah Fintech (financial technology). Fintech dalam
sederhananya itu mengawinkan antara teknologi dan keuangan baik itu perbankan ataupun
industri yang membutuhkan uang. Jadi ada uang ada teknologi mereka membuat sebuah 
sistem. Sistem inilah yang bekerja dengan lebih cepat dan efisien apalagi di tengah
masyarakat yang menggunakan teknologi dengan sangat pesat belakangan ini. Untuk ragam
fokus teknologi financial, mayoritas memang yang bergerak dibidang ini adalah para Start-
up. para Start-up ini merupakan salah satu pionir sehingga mereka menciptakan sesuatu yang
baru untuk masyarakat. Jadi mereka tidak lagi selalu bergantung dengan birokrasi
pemerintah. Contoh konkretnya adalah misalnya peminjaman. apabila ingin melakukan
peminjaman bisa meminjam dengan proses hanya beberapa hari tapi melalui Fintech  dengan
Start-up yang kini banyak sekali menjamur di akun-akun  dunia maya. Kemudian ada salah
satu ataupun beberapa investor yang akan menjadi peminjam yang menyediakan dana. Hal
ini akan sangat bermanfaat untuk masyarakat yang memang pengusaha kecil dan menengah
karena waktunya lebih cepat, efisien, dan tidak ada memangkas biaya-biaya yang tidak
diperlukan sehingga ini menjadi salah satu fokus banyak sekali perusahaan-perusahaan Start-
up di bidang Fintech yang masuk ke platform pinjaman. lalu selanjutnya adalah alat
pembayaran (cashless). Pemerintah Indonesia juga sudah mulai mensosialisasikan bagaimana
cashless bisa masuk ke masyarakat Indonesia. Jadi tidak perlu lagi kemana-mana membawa
uang dan makin disadari saat ini jika ingin membayar sesuatu dapat membayar  dengan kartu
debit, kartu kredit ataupun e-money ketika ingin masuk ke tol.  alat pembayaran kemudian
semakin mudah ketika ada Fintech di dalamnya. kemudian adalah P2P atau sederhananya
adalah sharing file. Hal tersebut juga menjadi termasuk  bagian dari Fintech.  Selanjutnya
adalah perbandingan layanan bank dan juga asuransi ini juga menarik Ketika situs-situs
sekarang bisa di masukkan ketika perlu dana. Contohnya ada beberapa bank jadi dibuka
seperti tabel yang mana tabel itu kemudian bisa dibandingkan antara Bank A, Bank  B dan
Bank C membandingkannya dari segi biaya administrasi dibandingkan dengan berapa total
pinjaman yang bisa dilakukan. Jadi ada juga yang seperti itu jadi jasa-jasa perbankan mereka
masukkan ke situ ada simulatornya sehingga lebih mudah dalam memutuskan bank mana
ketika akan berinvestasi ataupun ketika akan melakukan pinjaman. Ada beberapa kelebihan
dan kekurangan dalam Fintech (financial technology). Kelebihannya ada crowdfunding atau
urun dana. Masyarakat di negara-negara maju sudah sangat paham dengan hal ini yang mana
mereka akan menemukan dana mayoritas mereka untuk pembangunan infrastruktur di daerah
tempat tinggal, kegiatan sosial dan membangun sektor sektor energi. Jadi siapapun bisa
melakukan sumbangan ataupun mendonasikan uangnya.  Kelebihan lainnya adalah efisiensi
karena tidak perlu datang ke bank melainkan bisa menggunakan tablet,laptop ataupun
komputer.  Untuk kekurangannya yaitu bisa jadi celah kejahatan cyber. Jadi harus berhati-
hati kita dalam memilih akun yang menyediakan jasa ataupun peminjamnya memang
memiliki track record yang bagus. Di Indonesia yang semakin marak adalah website-website
yang memberikan lending facility ataupun juga peminjaman dana fasilitas pinjaman seperti
uang teman.com, Amar Bank, Taralite. Ini merupakan beberapa pilihan ketika ingin
meminjam uang lebih sederhana dan efisien dibandingkan bank dan bisa dalam waktu dekat
meskipun varian jumlah peminjaman beda-beda. Tantangan bagi perusahaan-perusahaan  di
bidang financial technology  adalah penetrasi internet kita baru 20% artinya mereka harus
memetahkan dengan spesifik 20% itu di titik mana saja. mayoritas pasti di pulau jawa dan
memang pasti ada di perkotaan dan mereka harus menyasar itu dan mereka harus mengenali
bagaimana kultur masyarakat di sektor tersebut. Lalu untuk celah bisnisnya ternyata mereka
begitu yakin saat ini adalah saat yang tepat mereka merintis perusahaan-perusahaan fintech
karena 81% populasi di Indonesia belum menggunakan bank. OJK mengaku mereka
mempelajari perkembangan dari perusahaan-perusahaan fintech ini tapi harus berhati-hati
karena  ketika regulasi akan melakukan kontrol dan ketika regulator akan melakukan
pengawasan terhadap bisnis ini kita harus teliti dalam empat hal yaitu sudah memiliki izin
kemenkominfo, mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan dan mendapat perizinan dari
Bank Indonesia dan juga mendapatkan laporan yang lebih spesifik karena setiap investor
yang mendapat keuntungan harusnya melakukan pungutan ataupun juga membayar pajak
kepada negara.

2. Apa beda financial technology konvensional dan syariah ?


Perbedaan di fintech syariah terletak pada proses akad yang dilakukan antara pemilik usaha
dan investor. Yang pertama bisa dilihat dari kegiatan ini harus sesuai dengan prinsip syariah.
Yang kedua dari sisi akad yang mana modalnya nanti menggunakan beberapa akad di dalam
syariah yaitu akad mudharabah, musyarakah, wakalah dan lain-lain. Berdasarkan prosedur
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia secara sederhana setidaknya ada empat
tahapan untuk satu perusahaan fintech agar menyandang fintech Syariah. Pertama perusahaan
fintech harus sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan atau Bank Indonesia. Kedua
melengkapi desk review di DSN-MUI atau pemeriksaan dokumen perusahaan. Setelah
lengkap maka perusahaan melakukan presentasi di hadapan tim visitasi dari DSN-MUI.
Apabila presentasi memenuhi standar maka perusahaan tersebut mendapat rekomendasi
dewan pengawas syariah dari DSN-MUI. Selain akad, pengawasan juga sangat penting guna
menjaga marwah kesyariahan fintech syariah. jadi, pemantauan DSN itu dibagi 2, kalau ada
otoritas yang mengawasinya seperti Bank Indonesia atau OJK maka proses pengawasannya
kita titipkan kepada OJK dan bank Indonesia. Dalam artian SOP nya itu kemudian sudah jadi
syariah berarti diawasi oleh audit internal, eksternal (akuntan publik) dan juga pengawasan
oleh otoritas yaitu BI atau OJK. sehingga dititipkan melalui sistem yang sudah di approve
syariahnya. itu jika ada pengawasnya tentu ada juga dewan pengawas syariah yang juga
mengawasi. Jadi paling tidak ada 4 pihak yang mengawasi yaitu audit internal, audit
eksternal (kantor akuntan publik), otoritas berupa OJK atau BI, dan Dewan Pengawas
Syariah . 

Anda mungkin juga menyukai