1. Bagaimana sistem operasi financial technology ?
Fintech atau teknologi finansial belakangan masuk ke masyarakat. Fintech berkembang pesat dimulai ketika krisis ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di Amerika Serikat. Hal tersebut menimbulkan ketidaksabaran masyarakat di dunia untuk menciptakan sesuatu yang lebih efisien dan tidak menunggu bertele-tele proses yang ada di birokrasi kemudian pemeriksaan versi pemerintah ataupun juga otoritas sehingga perkembangan yang menjadi pesat sekali hingga tahun 2016 dikenal dengan istilah Fintech (financial technology). Fintech dalam sederhananya itu mengawinkan antara teknologi dan keuangan baik itu perbankan ataupun industri yang membutuhkan uang. Jadi ada uang ada teknologi mereka membuat sebuah sistem. Sistem inilah yang bekerja dengan lebih cepat dan efisien apalagi di tengah masyarakat yang menggunakan teknologi dengan sangat pesat belakangan ini. Untuk ragam fokus teknologi financial, mayoritas memang yang bergerak dibidang ini adalah para Start- up. para Start-up ini merupakan salah satu pionir sehingga mereka menciptakan sesuatu yang baru untuk masyarakat. Jadi mereka tidak lagi selalu bergantung dengan birokrasi pemerintah. Contoh konkretnya adalah misalnya peminjaman. apabila ingin melakukan peminjaman bisa meminjam dengan proses hanya beberapa hari tapi melalui Fintech dengan Start-up yang kini banyak sekali menjamur di akun-akun dunia maya. Kemudian ada salah satu ataupun beberapa investor yang akan menjadi peminjam yang menyediakan dana. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk masyarakat yang memang pengusaha kecil dan menengah karena waktunya lebih cepat, efisien, dan tidak ada memangkas biaya-biaya yang tidak diperlukan sehingga ini menjadi salah satu fokus banyak sekali perusahaan-perusahaan Start- up di bidang Fintech yang masuk ke platform pinjaman. lalu selanjutnya adalah alat pembayaran (cashless). Pemerintah Indonesia juga sudah mulai mensosialisasikan bagaimana cashless bisa masuk ke masyarakat Indonesia. Jadi tidak perlu lagi kemana-mana membawa uang dan makin disadari saat ini jika ingin membayar sesuatu dapat membayar dengan kartu debit, kartu kredit ataupun e-money ketika ingin masuk ke tol. alat pembayaran kemudian semakin mudah ketika ada Fintech di dalamnya. kemudian adalah P2P atau sederhananya adalah sharing file. Hal tersebut juga menjadi termasuk bagian dari Fintech. Selanjutnya adalah perbandingan layanan bank dan juga asuransi ini juga menarik Ketika situs-situs sekarang bisa di masukkan ketika perlu dana. Contohnya ada beberapa bank jadi dibuka seperti tabel yang mana tabel itu kemudian bisa dibandingkan antara Bank A, Bank B dan Bank C membandingkannya dari segi biaya administrasi dibandingkan dengan berapa total pinjaman yang bisa dilakukan. Jadi ada juga yang seperti itu jadi jasa-jasa perbankan mereka masukkan ke situ ada simulatornya sehingga lebih mudah dalam memutuskan bank mana ketika akan berinvestasi ataupun ketika akan melakukan pinjaman. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam Fintech (financial technology). Kelebihannya ada crowdfunding atau urun dana. Masyarakat di negara-negara maju sudah sangat paham dengan hal ini yang mana mereka akan menemukan dana mayoritas mereka untuk pembangunan infrastruktur di daerah tempat tinggal, kegiatan sosial dan membangun sektor sektor energi. Jadi siapapun bisa melakukan sumbangan ataupun mendonasikan uangnya. Kelebihan lainnya adalah efisiensi karena tidak perlu datang ke bank melainkan bisa menggunakan tablet,laptop ataupun komputer. Untuk kekurangannya yaitu bisa jadi celah kejahatan cyber. Jadi harus berhati- hati kita dalam memilih akun yang menyediakan jasa ataupun peminjamnya memang memiliki track record yang bagus. Di Indonesia yang semakin marak adalah website-website yang memberikan lending facility ataupun juga peminjaman dana fasilitas pinjaman seperti uang teman.com, Amar Bank, Taralite. Ini merupakan beberapa pilihan ketika ingin meminjam uang lebih sederhana dan efisien dibandingkan bank dan bisa dalam waktu dekat meskipun varian jumlah peminjaman beda-beda. Tantangan bagi perusahaan-perusahaan di bidang financial technology adalah penetrasi internet kita baru 20% artinya mereka harus memetahkan dengan spesifik 20% itu di titik mana saja. mayoritas pasti di pulau jawa dan memang pasti ada di perkotaan dan mereka harus menyasar itu dan mereka harus mengenali bagaimana kultur masyarakat di sektor tersebut. Lalu untuk celah bisnisnya ternyata mereka begitu yakin saat ini adalah saat yang tepat mereka merintis perusahaan-perusahaan fintech karena 81% populasi di Indonesia belum menggunakan bank. OJK mengaku mereka mempelajari perkembangan dari perusahaan-perusahaan fintech ini tapi harus berhati-hati karena ketika regulasi akan melakukan kontrol dan ketika regulator akan melakukan pengawasan terhadap bisnis ini kita harus teliti dalam empat hal yaitu sudah memiliki izin kemenkominfo, mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan dan mendapat perizinan dari Bank Indonesia dan juga mendapatkan laporan yang lebih spesifik karena setiap investor yang mendapat keuntungan harusnya melakukan pungutan ataupun juga membayar pajak kepada negara.
2. Apa beda financial technology konvensional dan syariah ?
Perbedaan di fintech syariah terletak pada proses akad yang dilakukan antara pemilik usaha dan investor. Yang pertama bisa dilihat dari kegiatan ini harus sesuai dengan prinsip syariah. Yang kedua dari sisi akad yang mana modalnya nanti menggunakan beberapa akad di dalam syariah yaitu akad mudharabah, musyarakah, wakalah dan lain-lain. Berdasarkan prosedur Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia secara sederhana setidaknya ada empat tahapan untuk satu perusahaan fintech agar menyandang fintech Syariah. Pertama perusahaan fintech harus sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan atau Bank Indonesia. Kedua melengkapi desk review di DSN-MUI atau pemeriksaan dokumen perusahaan. Setelah lengkap maka perusahaan melakukan presentasi di hadapan tim visitasi dari DSN-MUI. Apabila presentasi memenuhi standar maka perusahaan tersebut mendapat rekomendasi dewan pengawas syariah dari DSN-MUI. Selain akad, pengawasan juga sangat penting guna menjaga marwah kesyariahan fintech syariah. jadi, pemantauan DSN itu dibagi 2, kalau ada otoritas yang mengawasinya seperti Bank Indonesia atau OJK maka proses pengawasannya kita titipkan kepada OJK dan bank Indonesia. Dalam artian SOP nya itu kemudian sudah jadi syariah berarti diawasi oleh audit internal, eksternal (akuntan publik) dan juga pengawasan oleh otoritas yaitu BI atau OJK. sehingga dititipkan melalui sistem yang sudah di approve syariahnya. itu jika ada pengawasnya tentu ada juga dewan pengawas syariah yang juga mengawasi. Jadi paling tidak ada 4 pihak yang mengawasi yaitu audit internal, audit eksternal (kantor akuntan publik), otoritas berupa OJK atau BI, dan Dewan Pengawas Syariah .