angkatan bersenjata dari suatu milisi atau suatu negara dan tidak ikut terlibat
Militer adalah bagian dari warga sipil yang mempunyai kualifikasi militer yang
dididik, dibentuk dan dilatih untuk melakukan pertahanan negara secara militer. 30
Pengertiaan anggota Militer adalah orang yang berdinas pada suatu Angkatan
Perang dan tetap terus menerus berada dalam dinas tersebut selama periode waktu
ikatan dinas.31
orang yang bukan merupakan anggota militer. Militer sendiri merupakan angkatan
bersenjata dari suatu negara dan segala sesuatu yang berhubugan dengan angkatan
adalah orang-orang selain daripada kategori yang dimaksud dalam Pasal 4 (A)
(1),(2),(3) dan (6) konvensi ke-III dan pasal 43 Protokol Tambahan I 1977. Pada
30
Suryanto Suryokusumo, Konsep Sistem Pertahanan Non-Militer, 2016.
31
Undang-Undang Nomor. 39 Tahun 1947.
membawa senjata.
orang, seorang atau sekumpulan orang yang bukan anggota angkatan bersenjata,
yang karenanya tidak berhak ikut serta langsung dalam permusuhan. 32 Pada
hakekatnya penduduk sipil adalah seseorang atau warga masyarakat yang tidak
ikut ambil bagian dalam suatu konflik bersenjata, permusuhan, perang ataupun
suatu pertempuran dan bukan merupakan bagian dari sebuah angkatan bersenjata
serta tidak berhak turut dalam sebuah pertempuran dan harus dilindungi serta
Dalam Sebuah Perang yang melibatkan angkatan bersenjata ada aturan yang
kategori kejahatan perang. Sangat tidak beradab jika seorang tentara yang terlatih
dan bersenjata menyerang warga sipil yang tidak terlatih dan bersenjata.
kombatan dan penduduk sipil. Kombatan yang telah berstatus „hors de combat‟
harus dilindungi dan dihormati dalam segala keadaan. Kombatan yang jatuh
hak-hak sebagai tawanan perang diatur dalam Konvensi Jenewa III. Sedangkan
32
F. Sugeng Istanto, Perlindungan Penduduk Sipil dalam Perlawanan Rakyat Semesta
Dan Hukum Internasional, Yogyakarta, Andi Offset, 1992, hlm.6
perlindungan terhadap warga sipil telah diatur dalam Konvensi Jenewa IV.
dalam Bagian IV tentang penduduk sipil. Bagian IV Protokol tersebut ini, antara
lain mengatur mengenai perlindungan umum (general protection againts the effect
population); serta perlakuan orang-orang yang berada dalam salah satu kekuasaan
wartawan.
bersenjata semua seperti tidak ada gunanya, masih banyak warga sipil yang
menjadi korban luka-luka maupun tewas dan bahkan sampai meninggalkan tanah
kelahirannya untuk mendapatkan suatu kehidupan yang damai. Oleh sebab itu
Prinsip Martens Clause “Klausula Martens” ini sangat dibutuhkan dalam suatu
penduduk sipil tidak boleh dilakukan secara diskriminatif. Dalam segala keadaan,
penduduk sipil. Dalam segala keadaan, penduduk sipil berhak atas penghormatan
keterangan
Pada waktu pecah perang antara negara yang warga negaranya berdiam di
dalam wilayah negara musuh, maka orang-orang asaing ini merupakan warga
Jenewa IV, mereka harus diberi ijin untuk meninggalkan negara tersebut. Jika
Hukum yang berlaku bagi mereka harus sesuai dengan undang-undang yang
berlaku di masa damai (hukum tentang orang asing). Perlindungan minimum atas
hak asasi manusia mereka harus dijamin. Oleh karena itu mereka harus
kantor polisi, atau menentukan tempat tinggal tertentu jika keadaan keamanan
tinggal (pasal 42 Konvensi Jenewa IV). Mereka juga dapat dipindahkan ke negara
asal mereka kapan saja, dan apabila masih ada, mereka harus dipulangkan pada
negara ketiga. Harus pula terdapat jaminan bahwa mereka tidak akan diajukan ke
wilayah tersebut adalah hukum dari negara yang diduduki. Oleh karena itu,
34
Ibid
secara de facto. Sejalan dengan hal ini, maka Pemerintah Daerah Wilayah yang
misalnya mereka tidak boleh dipaksa bekerja untuk Penguasa Pendudukan, tidak
anak, serta menjamin kebutuhan makanan dan kesehatan penduduk; dan bila
Penguasa Pendudukan tidak mampu melakukan hal tersebut maka mereka harus
undangan sendiri, mereka juga dapat membentuk pengadilan militer yang bersifat
dengan Konvensi Jenewa, untuk memelihara keamanan dan ketertiban dan untuk
pidana mati hanya boleh dijatuhkan terhadap kasusu pelanggaran berat, seperti
3) Interniran Sipil
tentang peralakuan orang-orang yang diinternir diatur dalam Seksi IV, pasal 79-
perampasan kebebasan dapat dilakukan apabila terdapat alasan keamanan yang rill
administratif. 35 Oleh karena itu, walaupun penduduk sipil ini diinternir, namun
mereka tetap memiliki kedudukan dan kemampuan sipil mereka dan dapat
a) Penduduk sipil musuh dalam wialyah pihak yang bersengketa yang perlu
35
Mochtar Kusumaatmadja, Konvensi-konvensi Palang Merah, Op.cit.
36
Lihat pasal 79 Konvensi Jenewa IV yang berbunyi : “Pihak-pihak dalam pertikaian
hanya boleh menginternir orang-orang yang dilindungi, sesuai dengan aturan-aturan pasal-pasal
41-48, 68-78”
37
Lihat pasal 41 ayat (1) dan pasal 42 ayat (2) jo.pasal 78 Konvensi Jenewa IV
menyebabkan ia diinternir38
memerlukan, tempat interniran ini harus ditandai dengan huruf “IC” (TI = Tempat
bertanggung jawab yang dipilih dari anggota angkatan bersenjata tetap atau
Jenewa, tetap dapat dijatuhi sanksi pidana dan sanksi disipliner. Yang penting,
38
Lihat pasal 42 ayat (2), Konvensi Jenewa IV
39
Lihat pasal 68 ayat (1), Konvensi Jenewa IV
40
Lihat pasal 83, Konvensi Jenewa IV
41
Lihat pasal 99 ayat (1), Konvensi Jenewa IV
kembali ke negara asal mereka. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan untuk
4) Perlindungan Khusus
Mereka umumnya adalah penduduk sipil yang tergabung dalam suatu organisasi
penduduk sipil lainnya pada waktu bersengketa senjata. Mereka adalah penduduk
sipil yang menjadi anggota Perhimpunan Palang Merah Nasional dan anggota
Objek sipil adalah semua objek yang bukan objek militer, dan oleh karena
itu tidak dapat dijadikan sasaran serangan pihak yang bersengketa. Sebaliknya,
jika suatu objek termasuk dalam kategori sasaran militer, maka objek tersebut
objek yang dianggap sebagai sasaran militer bukan hanya meliputi objek-objek
militer saja seperti tank, barak-barak militer, pesawat mliter atau kapal perang
sebagaimana terlihat pada gambar di samping, akan tetapi yang termasuk sasaran
Sering kita lihat dalam berbagai konflik yang ada, rumah-rumah penduduk
sipil, hotel, atau sekolah yang merupakan fasilitas umum, menjadi sasaran
protes atas hal tersebut, terutama dari kalangan NGO, pemerhati konflik, pers dan
Penentuan apakah suatu objek merupakan objek sipil ataukah sasaran militer
secara yuridis menurut Hukum Humaniter, telah lama diupayakan dalam berbagai
forum. Secara kasat mata, apalagi pada waktu damai, penentuan demikian
santai, bahwa objek tertentu merupakan objek sipil atau sasaran militer. Rumah
sakit, sekolah, pasar, mall, lapangan bermain, tempat rekreasi, museum, adalah
sederet objek sipil yang dengan mudah dikenali. Adapun, kita dengan mudah pula
militer.
objek termasuk ke dalam objek sipil ataukah sasaran militer tidak semudah yang
kita bayangkan. Dalam kondisi seperti itu, penentuan mengenai status suatu objek
Humaniter ini akan berlaku jika terjadi sengketa bersenjata atau peperangan.
ditentukan apa yang dimaksudkan dengan objek sipil dan sasaran militer.
pada saat itu, maka hal tersebut dapat memberikan keuntungan militer yang
pasti.
Kita juga dapat melihat pula dalam pasal-pasal yang terdapat dalam Hague
mana yang boleh dan tidak boleh diserang. Pasal-pasal yang perlu diperhatikan,
antara lain : Pasal 23 ayat (g) Hague Regulation, yang melarang ; menghancurkan
Menurut Austin, pasal ini menyatakan adanya keinginan yang tumpang tindih
untuk melindungi kombatan dan penduduk sipil sekaligus. Ini dapat dilihat
sebagai suatu usaha untuk menganggap bahwa „harta benda musuh‟ adalah obyek-
pemboman. Ketentuan ini tidak saja melindungi penduduk sipil, tetapi juga
tempat dimana mereka yang luka dan sakit dirawat, asalkan semua bangunan ini
secara eksplisit obyek-obyek apa saja yang tidak boleh dijadikan sasaran serangan
dalam peperangan.
sering disebut sebagai “perang”, harus tetap ada dan mesti dipertahankan dalam
perlindungan hukum bagi para penduduk sipil. Dalam hal ini maka akan terpikir
b. Dalam perang tersebut tersedia cukup koridor tentang metode dan sarana
yang digunakan serta perlindungan hukum terhadap warga yang tak ikut
Saat terjadi perang, hak-hak sipil tetap dilindungi oleh hukum hak asasi
manusia internasional mencakup wilayah yang lebih luas. Hak sipil, hak politik,
hak ekonomi, hak budaya, hak sosial, hak atas pendidikan, hak pembangunan,
dibedakan menurut bentuk dan isinya yang tertuang dalam Hukum Internasional
halnya perlindungan penduduk sipil ini terdapat pada Instruksi Lieber tahun 1863
Konvensi Den Haag 1899/1907, Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan
1977.42
beberapa ketentuan yang mengatur orang sipil. Instruksi itu membedakan orang
sipil dalam tiga kelompok, yakni orang sipil yang “inoffensive”, orang sipil yang
ikut serta langsung dalam permusuhan, dan orang sipil yang terkait dalam
42
Fadillah Agus, Hukum Humaniter-Suatu Perspektif, Jakarta, Pusat Studi Hukum
Humaniter Universitas USAKTI,1977, hlm.42.
paksakan atau dipaksa bekerja pada pihak yang menang. Kesuciaan hubungan
keluarga juga tidak boleh dicemarkan. Orang sipil yang turut serta langsung dalam
“belligerent”. Orang sipil yang terkait aktif dalam pelaksanaan tugas angkatan
1863 yang mengatur penduduk sipil itu berlaku pada penduduk sipil beserta
internasional kebiasaan.45
korban perang ini menetapkan perlindungan bagi mereka yang luka di medan
perang, personil dan kesatuan medik beserta peralatannya. Ketentuan ini juga
43
Ibid, hlm.43.
44
F. Sugeng Istanto, Op.cit, hal.21.
45
Fadillah Agus, Loc.cit
terhadapnya.
1899 dan 1907 diadakan Konvensi Den Haag untuk mendapatkan aturan tentang
hukum dan kebiasaan perang darat “Regulations respecting the laws and Custom
of war on Land” atau disebut juga Pengaturan Den Haag “Hague Regulation”.
Pengaturan Den Haag ini lebih banyak mengatur “belligerents”, baik kualifikasi
maupun hak dan kewajibannya. “Belligerents” adalah mereka yang tunduk pada
Pengaturan Den Haag tidak menetapkan batasan pengertian orang sipil. Namun
“hostilities” atau dengan kata lain disebut sebagai penduduk sipil. Pengaturan Den
Haag ini melindungi penduduk sipil yang berada di wilayah pendudukan. Bentuk
penguasa pendudukan;
46
Ibid, hlm.44-45.
pada tahun 1949 diadakan Konvensi Jenewa tentang perlindungan korban perang.
Memiliki empat bagian dari Konvensi Jenewa (Geneva Convention) tahun 1949
1) Perlindungan terhadap korban luka dan yang menderita sakit dalam konflik
bersenjata
2) Perlindungan terhadap korban luka, korban yang menderita sakit dan korban
they are not nationals. Nationals of a States which is not bound by the
Convention are not protected by it. Nationals of a neutral State who find
State, shall not be regarded as protected persons while the State of which they are
are”.
musuh‟ apabila dilihat dari sudut pandang pihak yang menguasai mereka atau
dalam hal ini berarti penduduk sipil negara bersengketa yang jatuh dalam
Hal ini berarti bahwa selain di wilayahnya sendiri, suatu negara dalam
perang juga berkuasa diwilayah musuh yang diduduki oleh angaktan perangnya.
Dapat juga orang-orang yang dilindungi atu „Protected persons‟ dalam Konvensi
konvensi ini kepada orang-orang yang dilindungi ini diatur dalam paragraf
terakhir dalam Pasal 14 dari Konvensi Jenewa IV yaitu status „protected persons‟
yang terdapat dalam Konvensi Jenewa I-III 1977 tidak termasuk dalam orang-
IV ini hanya melindungi penduduk sipil saja. Selanjutnya, dalam pasal 5, pasal ini
mengatakan bahwa penduduk sipil di wilayah pihak dalam sengketa atau wilayah
yang diduduki, yang melakukan atau dicurigai keras melakukan atau terlibat
peperangan sebagai mata-mata bagi pihak musuh, akan kehilangan status dari
perlindungan terseut.
bersenjata, kebutuhan perlindungan yang lebih luas lagi bagi mereka yang luka,
sakit dan korban karam serta perkembangan cara dan sarana perang beberapa
waktu yang lalu lahirlah Protokol Tambahan tahun 1977. Protokol tambahan ini
merupakan tambahan pada Konvensi Jenewa 1949, namun melihat dari isi aturan
tambahan dari Kovensi Den Haag 1907 karena memuat aturan dan tata cara serta
Konvensi Jenewa 1949. Protokol ini sendiri terdiri dari dua bagian, yakni Protokol
dan orang-orang sipil; Obyek-obyek yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
dalam Protokol Tambahan II antara lain menentukan hal-hal sebagai berikut :48
mereka yang terlibat atau tidak dalam suatu pertempuran. Menentukan hal-hal
Protokol Tambahan II ini berlaku kepada semua konflik bersenjata yang tidak
konvensi.
dilanda konflik bersenjata dalam negeri memiliki kedaulatan yang penuh untuk
melakukan tindakan penyelamatan dalam bentuk apapun. Oleh sebab itu, dapat
47
Iskandarsyah, Pengantar Hukum Humaniter,op.cit
48
Ibid, hal.45.
digunakan sebagai suatu pembenaran bagi campur tangan (intervensi) pihak luar
di dalam konflik bersenjata atau di dalam urusan dalam negeri atau luar negeri
berbahaya;
49
Fadillah Agus, Op.cit., hlm.49.
bersenjata.
yang modern, untuk pertama kalinya dirumuskan oleh Rousseau menyatakan teori
sipil di masa perang. Perlindungan itu dibedakan dalam tiga macam perlindungan
bagi penduduk sipil yang berbeda yakni penduduk sipil yang inoffensive,
penduduk sipil yang ikut serta langsung dalam permusuhan dengan mengangkat
senjata dan penduduk sipil yang terkait dalam pelaksanaan tugas angkatan
harta dan kehormatannya. Mereka ini tidak boleh dibunuh, dijadikan budak,
dipindah paksakan atau dipaksa bekerja pada pihak yang menang. Kesucian
Penduduk sipil yang ikut serta langsung dalam permusuhan sebagai peserta
peserta leeve en masse sebagai public enemy itu maka bila tertangkap musuh
angkatan bersenjata tidak ditetapkan sebagai public enemy, yang karenanya bila
tertangkap musuh maka mereka tidak berhak atas perlindungan sebagai tawanan
dalam Konvensi Geneva (IV) TAHUN 1949, Grave Breaches dipakai untuk
(the protected persons) dengan kejahatan yang dilakukan dalam konflik internal
yang dalam waktu tertentu dan dengan cara apapun, mendapatkan dirinya, dalam
sebuah konflik atau pendudukan berada pada kekuasaan salah satu pihak dalam
mengarah pada proposisi bahwa tawanan perang ataupun orang-orang sipil dalam
meskipun pasal 3 serta Protokol Tambahan No.2 Konvensi Geneva dengan jelas
melindungi kaum sipil serta tawanan perang dalam konflik internal tekstual
legalnya mereka memang tak masuk dalam apa yang disebutkan sebagai “the
bersifat absolut.
korban sipil dalam konflik internal sebagai “the protected persons”. Pengadilan
Bosnia termasuk “orang-orang yang dilindungi” dari Kejahatan Serbia Bosnia dan
begitu pula sebaliknya (Karine Lescure, 1996). Hal ini mengindikasikan bahwa
bukanlah legal nationality dari seseorang, tetapi juga kenyataan bahwa ada kondisi
pelaku hukum internasional. Usaha perluasan penafsiran atas konflik internal terus
suatu prinsip yang dapat membedakan Warga Sipil dalam Konflik bersenjata,
dimana Prinsip ini dikenal dengan Prinsip Pembedaan. Prinsip Pembedaan ini
diketahui untuk mengetahui siapa yang dapat/boleh dijadikan objek sasaran dan
siapa yang harus dilindungi. Dengan kata lain, adanya prinsip pembedaan ini
dapat diketahui siapa yang turut ikut dalam permusuhan, sehingga dijadikan objek
50
Konflik Internal Yugoslavia serta Genosida di Rwanda barangkali dapat disebutkan
sebagai titik utama kriminalisasi atas kejahatan perang dalam konflik internal. Ketetntuan yang
dikeluarkan oleh peradilan Rwanda, misalnya dengan jelas menegaskan mengenai otoritas
yurisdiksinya terhadap pelanggaran atas pasal 3 Konvensi Geneva, serta protokol tambahannya
(Protokol Tambahan No.2)
perlindungan.
sipil dari sasaran perang serta untuk tidak menyerang objek-objek sipil, seperti
rumah sakit, sekolah, rumah ibadah dan lainya. Tujuan prinsip pembedaan ini
warga sipil. Apalagi warga sipil sebagai pihak yang lemah dan menderita, sangat
Humaniter juga telah mengatur perlindungan terhadap penduduk sipil dalam Pasal
maka harus diadakan lembaga/alat yang bertugas melindungi penduduk, yaitu alat
negara atau lembaga Kepolisian sebagai penegak Hukum yang bertanggung jawab
bertambah susahnya usaha untuk mencegah Warga Sipil turut menjadi sasaran
dewasa ini.52 Warga sipil membutuhkan perlindungan yang lebih positif/baik dan
kekuasaan dan lainnya, yang hanya menimbulkan penderitaan bagi Warga sipil
yang tidak ikut dalam konflik bersenjata tersebut. Oleh karena itu, Warga sipil
dibedakan secara tegas dengan pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam
konflik bersenjata tersebut. Disamping itu Warga sipil harus bersikap netral atau
dilindungi dalam Konvensi ini adalah mereka yang dalam suatu peristiwa
pendudukan, pada suatu saat tertentu dengan cara bagaimanapun juga ada dalam
tangan satu pihak dalam sengketa atau kekuasaan pendudukan yang bukan negara
mereka. Orang sipil dapat jatuh dibawah kekuasaan negara pendudukan dan untuk
hukum humaniter. Dasar Hukum bagi tindakan kejahatan dapat mendasarkan pada
Konvensi Den Haag IV tahun 1907 yang menyatakan bahwa penduduk sipil dan
pihak-pihak yang berperang akan tetap tunduk pada perlindungan dan prinsip-
52
Mochtar Kusumaatmadja, op.cit, hlm.103
kemanusiaan dan prinsip kesatria pada dasarnya telah menjadai landasan bagi
setiap negara dalam pengaturan hukum lebih lanjut dan bagi tindakan atau
perbuatan yang dilakukan oleh aparat negara atau kombatan yang terlibat dalam
konflik bersenjata. Dalam kenyataan, prinsip dan aturan yang telah ditetapkan
tegas untuk melindungi dan menyelesaikan masalah tersebut secara tuntas dengan
cara yang damai. Kenyataan nya menunjukan bahwa banyak orang-orang menjadi
koraban hanya karena keegoisan dari para pihak bersengketa, dan hal ini dapat
dilihat dalam kasus Perang Suriah yang sudah berlangsung kurang lebih 6 tahun.
Jelasnya perlindungan terhadap warga sipil sangat lemah sekali, baik karena
kekerasan dari pihak yang bertikai yang kurang peduli bagi keselamatan Warga
sipil.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa terhadap orang yang terlibat dalam
apalagi dengan warga sipil atau terhadap orang yang sama sekali tidak terlibat
optimal dan maksimal, akan tetapi dalam kenyataannya yang paling banyak
menjadi korban dalam konflik bersenjata tersebut adalah orang-orang yang tidak
menyerang penduduk sipil yang sebenarnya bukan merupakan sasaran atau obyek
yang bertikai dalam suatu konflik bersenjata juga tidak diperbolehkan menjadikan
penduduk sipil sebagai alat pertikaian atau konflik bersenjata, menyebarkan teror
Sipil
menjadi korban tidak hanya menderita karena terkena serangan langsung dari
sasaran konflik bersenjata, namun ada hal lain yang menyebabkan penderitaan
warga sipil menjadi sangat menderita akibat objek (fasilitas) sipil yang tidak dapat
rawan terkena serangan dari konflik bersenjata seperti; Sekolah, Rumah Sakit,
Oleh sebab itu Protokol Tambahan 1977, mengatur perlindungan objek sipil
dari sasaran-sasaran akibat dari adanya konflik bersenjata, teaptnya pengaturan ini
terdapat pada Pasal 57 dimana ditentukan sebagai dasar bahwa dalam melakukan
pengamanan, diantaranya :
1) Meneliti benar-benar bahwa objek serangan bukan orang sipil atau objek
sipil dan bahwa objek tersebut tidak secara khusus mendapat perlindungan.
Objek yang akan diserang haruslah objek militer seperti yang ditentukan
2) Mengambil tindakan yang perlu dalam memilih alat (means) dan cara
objek sipil yang lebih besar, dibandingkan dengan keuntungan militer yang
apabila keadaan tidak mengizinkan. Di sini tidak ditentukan siapa yang harus
menilai apakah keadaan mengizinkan atau tidak. Dapat diperkirakan bahwa hanya
memberikan keuntungan militer yang sama, harus dipilih objek yang dapat
menimbulkan kerugian kepada penduduk sipil dan objek sipil. Juga di sini
harus dipilih cara menyerang, yang dilihat dari segi militer kurang
Internasional. Selain tindakan pengamanan seperti yang baru saja diuraikan, masih
mengurangi efek-efek serangan terhadap penduduk sipil dan objek sipil. Pihak
bersengketa harus :
pengawasan mereka, dari sekitar objek militer. Dalam hal ini harus
padat penduduknya.
Masih ada ketentuan lain mengenai serangan yang perlu mendapat perhatian
2) Serangan dengan menggunakan cara atau alat bertempur yang tidak dapat
3) Serangan dengan menggunakan cara atau alat bertempur yang efeknya tidak
tidak dapat membedakan antara objek militer dengan objek sipil. Sebagai contoh
dikemukakan :
1) Serangan yang dilakukan dengan pemboman, dengan cara atau alat apapun,
yang memperlakukan sebagai satu objek militer sejumlah objek militer yang
wilayah, dimana terdapat pula konsentrasi penduduk sipil dan objek sipil;
penduduk sipil, luka-luka pada orang sipil, kerusakan pada objek sipil yang
yang mungkin dapat dijadikan sasaran serangan, dibagi dalam dua golongan besar
dengan batasan tertentu, yaitu objek militer dan objek sipil. Pembagian semacam
ini perlu diadakan karena objek yang dapat diserang hanyalah objek militer saja.
Adapun batasan dari objek sipil terdapat pada Pasal 52 ayat 1. Secara
negatif dinyatakan bahwa objek sipil (civilian object) adalah semua objek yang
bukan objek militer seperti dicantumkan dalam Pasal 52 ayat 2. Di dalam ayat 1
ditegaskan bahwa objek sipil tidak boleh dijadikan objek suatu serangan atau
reprisal. Mengenai objek militer, ayat 2 tidak memberikan batasan yang jelas.
Dinyatakan bahwa objek militer adalah terbatas pada objek-objek yang karena:
efektif untuk suatu aksi militer. Selanjutnya penghancuran atau perebutan atau
netralisasi untuk sebagian atau seluruhnya dari objek itu, akan memberikan
dilakukan apabila timbul keragu-raguan, yaitu apakah suatu objek itu merupakan
objek militer atau bukan. Dalam hal demikian, objek tersebut harus dianggap
tempat ibadah atau sebuah sekolah dipakai untuk kepentingan militer, objek
tersebut harus dianggap bukan objek militer. Selain ada pembedaan antara objek
sipil dan militer, ada juga ketentuan yang secara tegas melarang, atau dengan kata
keperluan militer.
makanan, ternak, daerah pertanian dan sumber serta instalasi air minum,
dengan motif apapun. Di antara motif yang disebut ialah untuk membiarkan
penduduk sipil mati kelaparan agar penduduk pindah dan seterusnya. Dalam
ayat 5 dinyatakan bahwa apabila oleh salah satu pihak dianggap sangat
perlu, dilihat dari segi kepentingan militer, pihak tersebut dapat melakukan
dilarang.
(dangerous forces)
Pasal 56 yang mengatur hal ini terdiri dari tujuh ayat. Pertama, yang
menjadi objek serangan sekalipun objek itu merupakan objek militer apabila
a) Suatu bendungan atau tanggul tidak dipakai untuk fungsi normalnya, tetapi
tersebut;
Bab V, Seksi I dari Bagian IV mengatur soal daerah (localities) dan zona
(zones) yang berbeda di bawah lindungan khusus. Pengertian daerah di sini adalah
menyerang daerah yang tidak dipertahankan dengan cara apapun. Pihak bertikai
dapat menyatakan sebagai daerah yang tidak dipertahankan setiap tempat yang
didiami, dekat atau dalam mana angkatan bersenjata yang bermusuhan sedang
dalam kontak, sedangkan daerah/tempat itu dapat diduduki lawan. Daerah yang
syarat:
a) Semua kombatan, semua senjata dan alat militer yang mobil harus di
evakuasi;
b) Instalansi tetap militer yang berada di situ tidak boleh dipakai untuk
c) Dapat diadakan secara langsung (antara pihak yang bertikai) atau melalui
negara pelindung;
permusuhan pecah.
Dengan adanya pengaturan terhadap objek sipil yang telah diatur dalam
Protokol Tambahan I 1997 ini masih belum semua terikat dan benar-benar tunduk
pada peraturan ini, karena nyata/fakata di lapangan yang terjadi di dalam konflik
yang sehingga membuat penderitaan warga sipil semakin memburuk dalam situasi
konflik bersenjata.53
yang tinggi. Von Clausewitz, seorang militer dan filsuf Jerman mengatakan antara
lain bahwa perang adalah kelanjutan politik dengan cara-cara lain. Dengan prinsip
sepanjang masa dan dalam hal ini ia identikkan politik dengan perjuangan
tersebut.
bahkan prajurit sewaan. Saat ini, bersamaan dengan tumbuhnya demokrasi dalam
pemerintahan dan dukungan teknologi yang cepat, maka berubahlah perang dan
konflik antar negara menjadi sangat luas dan kompleks. Dalam alam demokrasi,
perang dan konflik telah melibatkan secara politis seluruh rakyat negara yang
berada akan dapat dijangkau oleh radio, bahkan televisi, sarana komunikasi dan
53
Prof.KGPH.Haryomataram, S.H, Pengantar Hukum Humaniter, Op.cit, hlm.177-193.
dengan kekuatan militer dapat berupa satu ofensif luas yang dinamakan invasi,
juga dapat berupa serangan dengan sasaran terbatas. Hal ini, mencerminkan
Negara, namun konflik bersenjata bukan perang dapat terjadi di dalam suatu
Negara sebagai usaha yang dilakukan daerah untuk memisahkan diri atau gerakan
domestik karena dinamika dalam satu Negara, tetapi juga ada yang terjadi karena
peran atau pengaruh Negara lain. Meskipun masalah-masalah itu tidak termasuk
perang, dampaknya bagi Negara yang mengalami bisa sama atau dapat melebihi.
Dewasa ini (pada masa damai), sering terjadi konflik di dalam suatu Negara
yang dipandang akan berdampak langsung maupun tidak langsung bagi stabilitas
suatu Negara. Kesalahan tindakan preventif terhadap konflik yang terjadi, akan
aspek pertahanan. Begitu pula sulitnya penanganan konflik yang dipicu oleh
masalah identitas agama yang menyebabkan konflik, yang belum kunjung selesai
tersendiri sejak akhir abad 19 mendorong setiap Negara untuk mengantisipasi sifat
dan jenis-jenis konflik yang mungkin berdampak bagi faktor keamanan dan
pertahanan.
terjadi akibat adanya kepentingan politik dan kekuasaan, dan aktor dari konflik di
Suriah ini antara lain adalah Pemerintahan Suriah yang dipimpin Oleh Bashar Al
yang terbagi menjadi 2 kelompok oposisi, yaitu kelompok pertama adalah Free
Syrian Army (FSA) dan kedua Syrian National Council (SNC) dan ada juga
oposisi yang dibentuk atas adanya inisiatif intervensi negara Amerika yaitu Syrian
Suriah ini sudah berlangsung kurang lebih hampir 7 tahun lamanya dan korban
jiwa sudah sangat banyak serta kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat konflik
lingkungannya.
tidak luput dari sasaran dari konflik tersebut, baik terhadap warga sipil biasanya
2) Penyanderaan
hak-hak seseorang
Dari berbagai masalah yang timbul terhadap warga sipil dan obyek sipil
semua sudah dilindungi sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ada dan
mengatur Konflik bersenjata ini sangat penting adanya suatu kesadaran untuk
mentaati nya, karena ini menyangkut akan kelangsungan suatu umat manusia dan
dunia.
politik dan ekonomi dari oposisi penentang Assad dan negara-negara pendukung
oposisi, ada tiga pihak yang berperan dan terlibat dalam konflik ini, Presiden
Bashar al-Assad dan para pendukungnya, Oposisi Suriah, dan kelompok Jihadis.
pelajar di kota Darra. Ketika itu Maret 2011, 15 pelajar berumur 9-15 tahun
berbunyi, “Rakyat mengiginkan rezim turun”. 54 Polisi Suriah yang dipimpin oleh
meluas dari kota Daraa menuju kota-kota pinggiran Latakia dan kota Banyas di
Pantai Mediterania atau Laut Tengah, Homs, Ar Rasta, dan Hama di Suriah Barat,
54
Dina Y. Sulaeman, Praha Suriah: Membongkar Persekongkolan Multinasional
(Depok: IMaN, 2013)hlm. 100.
layaknya yang digunakan dalam perang, tapi juga menggunakan senjata kimia.55
Ada pandangan yang menyatakan bahwa perang yang saat ini terjadi Suriah
adalah perang antara mazhab Syi‟ah yang diwakili oleh Bashar al-Assad dan para
penentangnya yang bermazhab Sunni. Pandangan ini dibangun atas fakta yang
terjadi di Suriah: ada dua kekuatan besar yang sedang bertarung, yakni Arab Saudi
yang bermazhab Sunni dan Iran bermazhab Syi‟ah. Fakta lainnya adalah bahwa
pemerintahan Assad didukung oleh Iran dan gerakan Hizbullah, Iran merupakan
negara yang bermazhab Syi‟ah dan Hizbollah adalah gerakan berhaluan Syi‟ah
dukungan negara-negara yang bermazhab Sunni seperti Arab Saudi, Quwait, dan
Afganistan.
yang perlu diajukan adalah apakah benar konflik di Suriah kemudian bisa
merupakan konflik teologis, meskipun asumsi tersebut juga tidak bisa diabaikan
sama sekali. Sebuah konflik terjadi tidak disebabkan oleh satu sebab tunggal.
Konflik selalu lahir oleh sebab yang kompleks dan diliputi oleh banyak faktor dan
kepentingan. Isu agama biasanya merupaka salah satu faktor pemicu di antara
55
Merdeka.com, “Mereka mau hancurkan Suriah, bukan sekadar tumbangkan Assad,” 24
September 2013.
teologis, antara Sunni versus Syi‟ah.56 Dalam sebuah wawancara dengan jaringan
konflik yang terjadi di Suriah bukan “perang saudara” melainkan telah diserang
oleh puluhan ribu pejuang jihad asing yang bersekutu dengan al-Qaeda. 57 Jika
bukan konflik agama dan juga bukan konflik saudara, lalu apa penyebab lahirnya
konflik di Suriah, siapa saja pihak yang terlibat dan memainkan peran kunci
dalam konflik tersebut dan apa dampaknya bagi rakyat Suriah dan dunia
internasional.
Konflik Suriah dapat dirunut dari peristiwa protes yang dilakukan oleh
memenjarakan mereka selama satu bulan. Selama dalam masa penahanan, para
pelajar itu mengalami penyiksaan, hal itu diketahui setelah para pelajar itu
dibebaskan.
56
Dina Y. Sulaeman, Prahara Suriah, Op.cit.
57
www.antaranews.com, “Bashar: Suriah bukan perang saudara, tetapi diserang al-
Qaida,” 19 September 2013.
58
Ibid
59
Siti Muti‟ah, “Pergolakan Panjang Suriah, hlm. 5.
Kota Barat-Daya Daraa yang memprotes penyiksaan yang dilakukan oleh aparat
pada kasus ini 20 orang demonstran dikabarkan tewas. Menyusul insiden tersebut,
pembatasan partai politik dan menghapus hukum darurat Suriah yang telah
diterapkan selama 48 tahun. Namun pengumuman itu diabaikan oleh para tokoh
oposisi Suriah. Pada 25 Maret 2011, setelah salat Jum‟at, unjuk rasa kembali
membubarkan aksi unjuk rasa itu, namun unjuk rasa terus berjalan bahkan
bertambah intens. Protes dan demonstrasi yang dilakukan oleh oposisi Suriah
kabinet, hal ini dilakukan untuk memenuhi tuntutan reformasi yang didengungkan
oleh para demonstran. Satu hari setelah, pengumuman itu, Presiden Assad tampil
untuk pertama kalinya di depan publik sejak kerusuhan melanda Suriah, dan
demonstran dan mengklaim bahwa protes itu terjadi karena konspirasi yang
hukum darurat.
Suriah konservatif dan minoritas Kurdi. Pada 6 April 2011, pemerintah Suriah
satunya kasino Suriah dan membatalkan hukum 2010 yang melarang guru
mengumumkan bahwa Noruz, festival Tahun Baru yang di Rayakan oleh orang
laporan bahwa jumlah korban tewas telah mencapai lebih dari 200 orang.
kekerasan.
di seluruh negeri, Assad menunjuk kabinet baru dan berjanji untuk melembagakan
reformasi politik dan mencabut hukum darurat Suriah. Pada tanggal 19 April
dalam negeri Suriah yang baru diangkat mendesak rakyat Suriah agar tidak
dengan tank dan kendaraan lapis baja ke kota-kota Daraa, Baniyas, Homs, dan
layanan telepon dan internet. Di Daraa, pasukan keamanan memotong pasokan air
dan listrik.
Pada awal Mei, protes anti-pemerintah telah mencapai Damakus. Protes yang
tersebut. Uni Eropa (UE) menjatuhkan sanksi berupa pelarangan perjalanan dan
menerapkan embargo senjata untuk Suriah. Seiring dengan kekerasan yang terus
terjadi. Suriah juga semakin terisolasi dari sekutu regionalnya. Pada bulan Mei,
untuk pihak demonstran dengan mengadakan sebuah konferensi bagi para anggota
oposisi Suriah.
Pada tanggal 6 Juni Kantor berita Suriah melaporkan bahwa 120 tentara
Suriah disergap dan dibunuh oleh sekelompok orang bersenjata di kota utara Jisr
melarikan diri dan melintasi perbatasan Turki. Rezim Assad terus menggunakan
kekerasan terhadap para pengunjuk rasa di bulan Juli dan Agustus, serta
Pada awal November 2011, pejabat Suriah menyetujui inisiatif Liga Arab
para demontrans menarik mundur tank dan kendaraan lapis baja dari kota-kota,
pemerintah Suriah sebagai taktik untuk mengulur waktu. Satu hari kemudian
dari strategi tersebut. Meskipun kekerasan terus terjadi, penilaian yang diberikan
oleh tim pemantau cenderung positif sehingga menuai kritik dari kelompok HAM
dan oposisi Suriah. Pada pertengahan Januari 2012, kredibilitas delegasi yang
memberikan laporan palsu dari rekaman video yang direkayasa. Setelah beberapa
negara Arab menarik anggota tim mereka dari posisi sebagai observer Liga Arab
alasan kekerasan.
Pada awal Februari 2012, tentara Suriah melancarkan serangan kota Homs dengan
bulan yang sama, Liga Arab dan PBB bersama-sama menunjuk Koffi Annan,
sebagaimana dihadapi Liga Arab pada tahun 2011, digagalkan oleh keengganan
rezim Suriah untuk mematuhi perjanjian yang telah disepakati. Gencatan senjata
pertengahan April. Namun gencatan senjata hanya bertahan selama beberapa hari
sebelum konflik antara pasukan pemerintah dan oposisi kembali terjadi. PBB
menghentikan operasi pemantauan pada bulan Juni atas alasan keamanan. Akibat
peningkatan jumlah kekerasan yang terjadi selama musim panas 2012, Annan
mengundurkan diri pada bulan Agustus dan digantikan oleh diplomat Aljazir,
Lakhdar Brahimi.
bahwa Dewan Nasional Suriah yang berbasis di Instanbul masih terlalu lemah
untuk dapat mewakili kelompok oposisi Suriah. Pada bulan November, pemimpin
Nasional untuk Revolusi Suriah dan Kekuatan Militer Oposisi Koalisi Nasional
Suriah. Dalam satu bulan koalisi mendapat pangakuan dari berbagai negara
sebagai wakil sah rakyat Suriah. Dalam satu bulan berikutnya, sejumlah negara
Pada akhir tahun 2012, situasi militer tampaknya sudah mendekati jalan
Sementara itu, pasukan pemerintah juga semakin lemah akibat sejumlah aparatur
masyarakat sipil.
perang sipil. Upaya Turki, Arab Saudi, dan Qatar untuk mendanai dan
mempersenjatai pihak pemberontak semakin terlihat pada akhir 2012 dan awal
2013, sementara pemerintah Suriah terus menerima senjata dari Iran dan
kelompok militan Libanon, Hizbullah. Akhir tahun 2012, Hizbullah juga mulai
pemberontak.
kimia di pinggiran kota Damaskus oleh rezim Assad yang menewaskan ratusan
kimia oleh rezim Assad dan berencana untuk melakukan aksi militer. Assad juga
rencana aksi militer. Upaya Inggris untuk melakukan serangan militer Suriah
Kongres Amerika juga diundur, pada tanggal 10 September. Sementara itu, jalur
kesepakatan antara Rusia, Suriah dan Amerika Serikat pada tanggal 14 September
untuk menempatkan semua senjata kimia yang dimiliki Suriah dibawah kontrol
internasional.
2) Sumber Konflik
menjadi sumber utama konflik Suriah. Pertama, masalah sosial, ekonomi dan
politik di dalam negeri yang dihadapi oleh Suriah. Masalah-masalah itu antara lain
untuk mobilitas sosial, pembatasan kebebasan politik, dan aparat keamanan yang
represif.
didominasi oleh Partai Baath, kemudian keluarga al-Assad, yakni Hafidz al-Assad
yang memerintah sejak tahun 1970 hingga kematiannya di tahun 2000, dan
digantikan oleh putranya, yakni Bashar al-Assad dan memerintah sejak tahun
2000 sampai dengan sekarang. Selama empat puluh tahun di bawah pemerintahan
klan Assad (Hafez al-Assad dan anaknya Bashar al-Assad) pembangunan sosial
dan ekonomi Suriah masih jauh dari memuaskan. Suriah tergolong dalam negara
Dalam situasi seperti ini, sangat wajar bila muncul demo anti pemerintahan
dan keinginan perubahan rezim. Clan Assad memang telah berkuasa terlalu lama
sehingga wajar ada kejunahan politik. Para pengunjuk rasa menuntut reformasi,
dampak dari Arab spring ditolak oleh aktivis kemanusiaan MER-C Joserizal
penyebab konflik dan peperangan di Suriah mengapa hal yang sama tidak terjadi
di Qatar dan Arab Saudi, kedua negara itu menurutnya tidak lebih demokratis
60
www.voa-islam.com, “Diskusi terbuka: inilah pandangan Joserizal tentang konflik
Suriah.” 27 Juni 2013.
dan Libya.
konflik dan peperangan, bukan faktor utama penyebab konflik dan peperangan itu
sendiri. Dalam pandangan Jose ada dua faktor menjadi penyebab konflik di Suriah
yang tak kunjung selesai sampai sekarang, Pertama, Suriah adalah negara yang
kuat secara militer dan intelejen, Kedua Suriah selalu menunjukan sikap
negara seperti Israel, Amerika Serikat, NATO, Qatar, Arab Saudi dan Turki
Assad. Konflik dan peperangan di Suriah dengan demikian lebih disebabkan oleh
dan Israel.
konflik Suriah adalah dominasi minoritas Syi‟ah Alawiyah atas politik Suriah.
elit Syi‟ah Alawiyah atas berbagai sektor perekonomian di Suriah 61. Faktor ini
juga sering dirujuk untuk menyebut konflik dan peperangan di Suriah sebagai
61
Muhammad Fakhry Ghafur, “Membaca Konflik Suriah,” dalam www.politik.lipi.go.id,
31 Agustus 2012.
Iran dan Hizbullah yang bermazhab Syi‟ah, sebaliknya penentang Assad didukung
oleh Qatar, Arab Saudi, Turki, al-Qaeda, Jabhat al-Nusro yang bermazhab Sunni.
Pertama, berasal dari dalam negeri, yakni masalah sosial, ekonomi, dan politik
aparat keamanan. Kedua, berasal dari luar negeri, berupa kepentingan politik dan
Tengah karena itu negara ini ikut campur dalam konflik Suriah.
Presiden Bashar Al-Assad dan para pendukungnya, Kedua, Oposisi Suriah dan
dengan mendeklarasikan khilafah, yakni Islamic State Iraq and Sham (ISIS).
perang sipil hingga saat ini. Rezim Assad didukung oleh minoritas Alawi, Druze,
dan Ismaili, banyak kaum Kristen yang mendukung Assad karena kebijakan
sekulernya. Iran, Rusia dan China adalah negara yang mendukung rezim Assad,
selain didukung oleh negara tersebut, rezim Assad juga memperoleh dukungan
b. Oposisi Suriah
kepada rezim Assad, yakni: Pertama, kelompok pemberontak Suriah antara lain
Free Syrian Army (FSA), Syrian National Council (SNC) dan Syrian National
Council for Opposition and Revolutionary Forces (SNCORF) yang dibentuk atas
inisitif Amerika di Doha, Qatar koalisi ini terdiri dari 60 anggota yang berasal dari
22 mantan anggota SNC, perwakilan dari masing-masing kota besar Suriah, dan
sejumlah tokoh pemberontak Suriah yang berada di luar negeri. Amerika Serikat
dan sejumlah negara lainnya telah mengakui koalisi tersebut sebagai wakil
terpilih adalah Moaz al- Khatib dari kalangan Ikhwanul Muslimin, sementara
Perdana Menterinya Ghassan Hitto pengusaha asal Suriah keturunan Kurdi, yang
telah selama 30 tahun terakhir menjadi AS. Namun SNCORF kemudian pecah
dan al-Khatib dan beberapa anggota SNCORF mengundurkan diri. Pada Juli
pada Juli 2013. Jarba merupakan anggota etnis mayoritas yang berasal dari Suriah
bagian Timur. Jarba diyakini memiliki hubungan dekat dengan Arab Saudi.32
asing; mereka tergabung dalam koalisi yang bernama National Coordination Body
c. Kelompok Jihadis
tidak lagi membantu para oposisi tetapi memiliki agenda tersendiri untuk
Ahrar al-Sham kataeb, Liwa‟ al-Tauhid, Ahrar Souria, Halab al- Shahba, al-
Harakah al-Fajr al-Islamiyah, Dar al-Ummah, Liwa Jaish Muhammad, Liwa‟ al-
bertanggungjawab dalam sejumlah aksi bom bunuh diri yang ditargetkan terhadap
Desember 2012, Amerika Serikat menyatakan kelompok jihad Jabhat al- Nusra
lainnya, yaitu the Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), yang telah melebarkan
konflik tersebut sangat besar dan merugikan manusia, Banyak korban jiwa yang
kematian yang sia-sia. Bahkan jumlah Korban tewas dalam konflik yang telah
berlangsung di Suriah selama kurang lebih 7 tahun ini telah menelan korban
200.000 sampai dengan 500.000 jiwa, karna belum ada betul data akurat yang bisa
Data-data korban jiwa yang saya ambil ini merupakan data-data yang masih
Suriah ini masih terus berlanjut, data-data korban jiwa ini di akulasikan mulai dari
tahun 2011-2016, dimana Yaitu korban tewas dibunuh tentara Assad 183 ribu
(95%), dibunuh FSA 2.959 (1,5%), dibunuh ISIS 2.196 (1%), dibunuh Rusia
1.984 (1%), dibunuh Kurdi 415 (0,2%), dibunuh Al Nusra 356 (0,2%) dan
dibunuh intervensi AS-Turki-Saudi 311 (0,1%).62 Korban anak dan wanita tewas
dibunuh tentara Assad 39 ribu (91%), dibunuh FSA 1.424 (3%), dibunuh Rusia
729 (1,5%), dibunuh ISIS 644 (1,5%), dibunuh intervensi AS-Turki-Saudi 179
(0.5%), dibunuh Kurdi 129 (0,2%), dibunuh Al Nusra 115 (0,2%). 63 Korban
62
Dr.Mohamed Tenari 23 tahun, seperti yang diceritakan kepada Syrian America Medical
Society, http://whoiskillingciviliansinsyria.org/, https://diary.thesyriacampaign.org/whats-
happening-to-civilians-in-syria/, 3 September 2016.
63
Mousa 15 tahun dan Maisa perawat dari kota Damascus seperti yang diceritakan
kepada Save the Children dan Human Rights Watch, http://whoiskillingciviliansinsyria.org/,
https://diary.thesyriacampaign.org/whats-happening-to-civilians-in-syria/, 3 September 2016.
Nusra 4 (0,7%).64 Penyiksa sampai mati pelakunya tentara Assad 12.486 (99,5%),
dan pelakunya Al Nusra 14 (0,1%). 65 Korban tenaga medis (dokter dan perawat)
dibunuh tentara Assad 553 (91%), dibunuh FSA 19 (3%), dibunuh ISIS 19 (3%),
Tidak hanya korban tewas saja yang diakibatkan adanya konflik Suriah ini
namun banyak nya jumlah pengungsi dari warga sipil Suriah yang mencari suatu
tempat yang aman untuk menetap di berbagai-bagai daerah. Pada tahun 2016
bantuan kemanusiaan, dimana dari Jumlah tersebut lebih dari 6 Juta Pengungsi
dalam negeri dan lebih dari 4,8 Juta merupakan pengungsi di luar Suriah. Dimana
Turki merupakan negara penampung terbesar dengan jumlah lebih dari 2,7 Juta
pengungsi Suriah. Bantuan untuk pengungsi internal dalam negeri Suriah, dan
64
Noureddine Hashim 21 tahun, seperti yang diceritakan kepada The Committe to Protect
Journalists, http://whoiskillingciviliansinsyria.org/, https://diary.thesyriacampaign.org/whats-
happening-to-civilians-in-syria/, 3 September 2016.
65
Layla 21 tahun tahanan pemerintah Suriah, seperti yang dikatakan kepada Human
Rights Watch, http://whoiskillingciviliansinsyria.org/, https://diary.thesyriacampaign.org/whats-
happening-to-civilians-in-syria/, 3 September 2016.
66
Dr. Saoud, seperti yang diceritakan kepada New York Times,
http://whoiskillingciviliansinsyria.org/, https://diary.thesyriacampaign.org/whats-happening-to-
civilians-in-syria/, 3 September 2016.
Yordania, Turki, dan Uni Eropa (UE). Pada tahun 2016, janji telah dibuat kepada
UNHCR oleh berbagai negara untuk menampung secara tetap 170.000 pengungsi
terdaftar.67
Dan dari segi lainnya dampak yang ditimbulkan konflik di Suriah ini adalah
Banyak nya juga berbagai Benda-benda Sejarah yang telah diakui oleh
yang diantara dari peninggalan Sejarah di Suriah yang hancur itu adalah Masjid
Agung Aleppo merupakan salah satu masjid terbesar dan tertua di kota Aleppo,
yang terletak di distrik al-Jalloum yang dibangun pada awal abad ke-8. Menara
masjid yang ada pun telah dibangun pada tahun 1090 M, namun selalu ada
renovasi setiap tahunnya. Akan tetapi, Masjid Agung Aleppo telah rusak pada
Suriah (FSA) dengan pasukan rezim Assad. Bahkan, menara masjid juga sudah
67
https://id.wikipedia.org, "Syria Regional Refugee Response – Overview". UNHCR Syria
Regional Refugee Response. Diakses tanggal 2016-03-03.
tahun 1986 yang merupakan bagian dari kota kuno Aleppo. Bahkan, Al Madina
Souq juga merupakan pasar bersejarah terbesar dan tertutup di dunia, yang
hangus sebagai akibat dari sengitnya pertempuran antara pejuang FSA melawan
terbesar di dunia dengan bangunan istana di dalamnya yang pernah ditempati oleh
telah mengalami kerusakan amat parah pada tahun 2012 selama berlangsungnya
tatkala pejuang FSA dan oposisi bentrok dengan tentara rezim Assad. Pada tahun
2015, salah satu dinding luar benteng juga mengalami kerusakan yang parah pasca
meledaknya akibat ledakan sebuah bom, dan masih banyak lagi benda-benda
Suriah.
yang diantaranya mengakibatkan penderitaan dan kematian dari warga sipil yang
sebenarnya tidak terlibat dalam konflik Suriah. Oleh karena itu, pentingnya suatu
Hukum humaniter Internasional yang timbul dari kebiasaan antara negara yang
beradab, yang berprinsip pada hukum kemanusiaan dan dari hati nurani
masyarakat.
konflik atau kurang efektifnya peraturan tersebut, bukan berarti konflik tersebut
internasional dikenal apa yang disebut dengan Marten‟s Clause. Marten‟s Clause
atau Klausula Martens adalah suatu klausula yang menentukan bahwa apabila
terbentuk dari kebiasaan antara negara-negara yang beradab, yang berprinsip pada
Klausul Martens pertama kali lahir pada tahun 1899, tepatnya saat
darat) oleh Prof. Fyodor Fyodorovich Martens (dalam bahasa rusia) atau Prof.
pengacara dan anggota delegasi untuk konferensi perdamaian asal Rusia. Klausul
ini muncul setelah pada konferensi perdamaian yang diadakan di Den Haag gagal
klausul ini, muncul kembali pada hampir disetiap perjanjian tentang konflik
bersenjata antar-negara.
Masalah yang pada klausul ini yaitu memiliki pemahaman atau penafsiran
ini, sebagai contoh Inggris. Klausula Martens ini terdapat dalam Preambule
” Until a more complete code of the laws of war is issued, the High
Contracting Parties think it right to declare that in cases not included in the
protection and empire of the principles of international law, as they result from
the usages established between civilized nations, from the laws of humanity and
perkara yang tidak ada didalam peraturan yang telah mereka setujui, para
penduduk dan negara yang berperang tetap berada dibawah perlindungan atas
yang beradab, yang berprinsip pada hukum kemanusiaan dan dari hati nurani
masyarakat.
humaniter yang berasal dari kebiasaan antar-negara yang beradab dan dari hati
63 Konvensi Jenewa I 1949; [62/II; 142/III; 158/IV]; serta Pasal 1 ayat (2)
tengah konflik bersenjata, nilai-nilai murni dan mulia dari hati nurani masyarakat
harus dapat diandalkan. Dalam kondisi yang demikian ini, Martens dalam
efektifnya dalam suatu konflik bersenjata, namun para pihak yang terlibat dalam
perang atau konflik bersenjata harus dapat menghormati dan menjamin prinsip-
Prinsip ini merupakan ketentuan yang menetapkan bahwa suatu objek sipil
hanya bisa dijadikan sasaran militer apabila telah memenuhi syarat tertentu.
Menurut Prinsip ini, setiap serangan dalam operasi militer harus didahului
68
Abarawati, Denny Ramdhany, Rina Rusman, Hukum Humaniter Internasional dalam
Studi Hubungan Internasional, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2009.
dengan “combatant” serta antara objek sipil di satu pihak dengan objek
militer di lain pihak. Berdasarkan prinsip ini hanya kombatan dan objek
militer yang boleh terlibat dalam perang dan dijadikan sasaran. Banyak ahli
yang berpendapat bahwa prinsip pembedaan ini adalah yang paling penting
metode dan alat perang. Prinsip ini berkaitan dengan ketntuan yang
Pemberlakuan HHI, sebagai ius in bello (hukum yang berlaku untuk situasi
keabsahan tindakan perang). Dengan kata lain, HHI mengikat para pihak
yang bersengketa tanpa melihat alasan dari keputusan atau tindakan perang
tersebut.
prinsip awal atau dasar-dasar perlindungan manusia dari berbagai keadaan sebagai
terhadap hak asasi manusia, terutama pada saat terjadinya konflik bersenjata.
kemanusiaan dengan mengutamakan dari hati nurani manusia itu sendiri dan
memberikan hak-hak yang semestinya ada pada manusia. Adanya perhatian yang
itu.
internasional merupakan hal yang sangat tepat untuk ditempatkan pada situasi
ini lebih di utamakan pada setiap kasus-kasus konflik bersenjata yang telah
melindungi warga sipil dan objek sipil yang seharusnya tidak menjadi sasaran dan
Konflik yang telah lama berlangsung di Suriah ini sebenarnya sudah banyak
kematian terhadap Warga Sipil yang secara langsung tidak terlibat dalam konflik
Internasional angka korban meninggal dari warga sipil sudah mencapai angka
200.000-500.000 jiwa serta para Pengungsi yang dikeluarkan oleh Badan UNHCR
mencapai angka 13,5 juta pengungsi dimana diantaranya 6 Juta pengungsi dalam
sudah sangat jelas suatu peraturan-peraturan yang mengatur setiap tindakan dan
ketidakpedulian dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik tersebut sudah tidak
dapat dimiliki setiap manusia yang ada di dalamnya, oleh karena itu perlu adanya
suatu penegasan terhadap setiap pihak-pihak yang terlibat dalam konflik Suriah
untuk mengetahui pentingnya suatu nilai-nilai kemanusiaan yang ada, dan disini
masyarakat.
Adanya Martens Clause ini harus adanya dibantu dan didampingi oleh suatu
Organisasi yang secara tegas mengatur setiap tingkah laku negara-negara yang
ada di dunia yang mempunyai suatu tujuan mempersatukan setiap negara dalam
intelegensi juga tidak terlalu keliru kalau dikatakan bahwa perang merupakan
suatu sistem kemanan kolektif. Upaya pertama tentunya ketika dunia membentuk
69
Ade Maman Suherman,S.H.,M.Sc, Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi
Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Ghalia Indonesia, Pajetan Barat Jakarta, 2003,
hlm. 102
menonjol terlebih adanya dua blok kekuatan yakni antara Uni Soviet dan Amerika
dingin antarblok Barat dan Timur berkesudahan, dunia nampak semakin terpola
pada suatu komando dan satu irama melalui fungsionalisasi optimal organ-organ
menciptakan perdamaian dunia dapat dilihat dalam Pasal 1 Piagam PBB tentang
keanggoataan.
sesuai amanat dari Pasal 1 dan 4 UN Charter. Salah satu Organ Utama dalam
bangsa). Dewan Keamanan PBB ini mempunyai 3 Tugas dan Fungsi utama, yaitu
70
D.W Bowett, Hukum Organisasi Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 1991, hlm.42
penjaga perdamaian
Dari 3 tugas dan fungsi utama Dewan Keamanan PBB dan Tujuan utama
Organisasi PBB jika dikaitkan dengan konflik Suriah saat ini yang telah
berlangsung sangat lama mungkin tugas dan tujuan itu hanya berupa angan-angan
belaka saja, dikarenakan sudah sangat lamanya konflik Suriah ini berlangsung
tidak ada tampak sesuatu yang akan merubah keadaan pada Konflik Suriah
tersebut, namun keadaan di Suriah hari ke hari semakin memburuk. Bukan berarti
terhadap konflik di Suriah ada beberapa hal saja, diantaranya penaganan para
lembaga PBB seperti HAM PBB dan UNICEF yang terus meginvestigasi dan
mengungkap berbagai data kasus Suriah. Meski Program dan Upaya-upaya PBB
sampai saat ini konflik Suriah masih terus berlanjut dan kondisi di Suriah masih
kian mencekam. Bahkan tingkat angka kematian dari tahun ke tahun kian
kimia) semakin sering digunakan pada situasi konflik Suriah. Jika telah terjadi
menderita dan tewas nya warga sipil, PBB hanya selalu meresponnya dengan
kalimat “Mencekam hal tersebut”, namun kalimat tersebut tidak akan berguna bila
lebih dari PBB dalam mencegah hal buruk tersebut untuk tidak akan pernah
terjadi kembali.
Seperti yang dikatakan oleh Utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de
Mistura, yang menyatakan betapa mengerikan konflik Suriah. “Sejauh yang saya
amati, tragedi ini dianggap sebagai bencana kemanusiaan terburuk sejak Perang
Konflik Suriah, selalu saja banyak kegagalan PBB untuk memberikan suatu
tidak luput dari adanya 2 negara Adidaya yang menjadi anggota permanen/tetap
PBB yaitu Amerika Serikat dan Rusia, yang dimana kedua negara ini tampaknya
Rusia yang dimana ke lima negara ini masing-masing mempunyai hak veto.
Dewan Keamanan dalam kaitannya dengan hak veto yang mereka miliki. Apabila
terdapat suatu konflik, negara anggota tetap Dewan Keamanan turut campur
kepentingan tersembunyi.
menurut BAB VII Piagam dalam 3 hal, yaitu Pertama, jika negara itu mengadakan
perdamaian dan yang ketiga jika negara itu melancarkan suatu agresi terhadap
dalam kerangka Pasal 34 Piagam dimana terjadi pertikaian diantara negara yang
berkelanjutan yang mungkin dapat mengancam perdamaian dan tidak akan diikuti
dengan sanksi. Sedangkan pengertian kedua adalah di dalam kerangka BAB VII
Piagam yaitu menyangkut suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu negara yang
Jika Melihat pada Pasal 29 ayat (2) Universal Declaration of Human Right
tidak akan menggiring orang per orang menjadi bebas tanpa ada batasan
terjadi di Suriah yang sudah berlangsung sangat lama kurang lebih 7 tahun
lamanya, kerugian baik materiil dan moril terus menerjang rakyatnya. Hancurnya
konflik yang sampai saat ini masih berlangsung. Hal ini tidak membuat pihak
yang terlibat konflik, baik dari pihak pemerintah maupun oposisi yang kontra
dengan pemerintah, untuk segera menghentikan agresi perang ini yang terus
Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk menghentikan serangan pada rakyat pro-
demokrasi.
rakyat Suriah sendiri. Banyak warga yang tewas akibat gempuran senjata
konvensional seperti senapan, granat, rudal, dan sebagainya. Namun yang lebih
mengerikan adalah penggunaan senjata kimia pemusnah massal yang mulai marak
namun ternyatamasih terus digunakan pada konflik Suriah. Dalam hal penggunaan
senjata kimia dalam konflik Suriah sudah berulang kali terjadi penggunaannya,
dimana penggunaannya dimulai sejak tahun 2013 dan terakhir kalinya terjadai
pada bulan April 2017 yang menewaskan kurang lebih 100 jiwa.
konflik Suriah ini, Dewan Keamanan PBB melakukan sidang Resolusi DK PBB
terkait penggunaan Senjata Kimia dalam konflik Suriah yang dimana hasil dari
sidang ini kelima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Rusia
menggunakan hak Veto nya dalam draf Resolusi Dewan Keamanan PBB
sedangkan Cina abstein dalam hasil sidang ini dan Amerika Serikat, Inggris, dan
PBB.71 Secara keseluruhan Rusia sebagai salah satu dari lima anggota permanen
Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan delapan veto yang menggagalkan draf
menggunakan hak veto adalah Uni Sovyet (Rusia), yaitu sebanyak 122 kali.
kali dan Prancis menggunakan hak veto sebanyak 18 kali. Sedangkan China baru
71
http://www.bbc.com/indonesia/dunia-39585739 diakses pada tanggal 13 April 2017
veto didominasi oleh dua negara yang pernah bersiteru dalam perang dingin, yaitu
Uni Sovyet (Rusia) dan Amerika Serikat. Untuk Amerika Serikat, 39 veto yang
dalam konflik Arab-Israel, dari 175 resolusi Dewan Keamanan PBB tentang
Israel, 97 menentang Israel, 74 netral dan 4 mendukung Israel. Tentunya ini tidak
termasuk resolusi yang diveto Amerika Serikat. Melihat realitas saat ini,
penggunaan hak veto yang dimiliki oleh anggota tetap Dewan Keamanan PBB
sangat jauh atau bertentangan dengan asas keadilan dan mengingkari realitas
sosial. Adakala keputusan yang ditetapkan dalam forum PBB dibatalkan oleh
negara pemilik veto. Sebenarnya, hak veto tidak menjadi sebuah masalah jika
digunakan sebagaimana mestinya. Namun, jika melihat kondisi saat ini hak veto
kata lain merusak citra PBB sebagai penjaga perdamaian dunia. Hingga detik ini,
masalah hak veto selalu membayangi legitimasi PBB. Dengan hak veto, maka
perubahan substansi secara besar-besaran dari suatu resolusi. Bahkan, hak veto
yang dianggap tidak menguntungkan bagi negara pemegang veto. Inilah sebuah
kesalahan fatal dari penyalahgunaan sistem hak veto. Di lain sisi, para perwakilan
“closet veto”.
Dengan kata lain ketidakefektifan PBB dengan batu sandungan veto negara
anggota menunjukan bahwa PBB sendiri juga menjadi medan tarik ulur politik.
Pasal 1 Piagam PBB tentang keanggotaan sudah tidak sesuai lagi dengan apa
yang terjadi dalam penaganan kasus konflik Suriah. Seharusnya sudah saatnya
adanya reformasi di dalam badan keanggotaan PBB khususnya oragan utama PBB
dalam menjaga perdamaian dunia yaitu Dewan Keamanan PBB. Dimana ada
beberapa hal yang harus berubah dalam struktur , kewajiban, hak serta tugas dan
1. Tidak ada lagi penteapan anggota permanen dan tidak permanen dalam
yang mempunyai tujuan yang sama yaitu perdamaian dunia dan dimana jika
diperhatikan Dewan Keamanan PBB itu hanya dukuasai atau diduduki oleh
permanen Dewan Keamanan PBB, dimana, agar hak veto itu dihapuskan
anggota permanen saja yang dapat memiliki hak veto tersebut, tetapi setiap
negara yang menjadi anggota Dewan Keamanan PBB mendapat hak veto
memiliki hak veto tersebut itu menggambarkan tidak adanya suatu prinsip
yang timbul dari kebiasaan antara negara yang beradab, yang berprinsip
dunia.
Dengan adanya reformasi atau perubahan baru yang ada dalam Dewan
Keamanan PBB yang berdasarkan kepada asas keadilan, asas kemanusiaan, asas
persatuan dan asas kepentingan perdamaian dunia yang timbul dari kebiasaan
antara negara yang beradab dan dari hati nurani mungkin akan ada suatu hal yang
baru untuk dapat menyelesaikan setiap konflik yang ada di dunia ini, khusus nya
terhadap konflik Suriah yang sudah berlangsung begitu lama yang mengakibatkan
setiap manusia yang ada dalam negara Suriah tersebut mengalami penderitaan
yang sudah sangat lama akan dapat merasakan suatu kebebasan yang dirasakan
A. Kesimpulan
ditegaskan dalam isi dari Prinsip ini serta adanya kesadaran dari bangsa-
bangsa yang beradab. Dalam Prinsip Martens Clause ini juga terkandung
maupun pihak yang bersengketa yang menjadi korban dalam sebuah konflik
kebiasaan perang.
dan obyek sipil yang telah diatur secara umum dalam bentuk suatu konvensi
obyek sipil serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam suatu konflik
warga sipil dan obyek sipil ini sudah seharusnya dapat memberikan
kepastian perlindungan warga sipil dan obyek sipil dalam suatu konflik
warga sipil dan obyek sipil ini dikarenakan dalam kenyataan di suatu
konflik bersenjata masih banyak warga sipil dan obyek sipil yang menjadi
kematian terhadap warga sipil. Oleh karena itu sangat pentingnya peraturan
ini diterapkan dan dipatuhi dengan baik dalam suatu konflik yang terjadi
agar tidak adanya warga sipil dan obyek sipil yang menjadi korban sasaran
perang khususnya dalam konflik Suriah yang telah berlangsung lama yang
sipil dan obyek sipil yang menjadi korban. Jika dilihat kembali isi dari
khususnya perlindungan warga sipil dan obyek sipil. Prinsip Martens Clause
ini dapat diterapkan bila adanya dukungan dari negara-negara yang beradab
serta pendapat publik dan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik Suriah
dengan kinerja atau hasil yang sungguh-sungguh, yang dimana konflik ini
Dari hasil penulisan skripsi ini, ada beberapa saran yang akan dikemukakan,
semoga saran ini berguna bagi semua pihak, terutama bagi kita kalangan akademis
1. Istilah yang benar kalau dikatakan konflik itu tidak akan pernah lepas dari
kehidupan manusia. Namun konflik itu dapat kita hindari agar tidak terjadi,
karena konflik itu akan hanya terus membawa penderitaan pada setiap pihak
yang terlibat di dalamnya. Konflik itu meupakan suatu yang timbul karena
adanya suatu sifat kebencian dan jika konflik tersebut terus berlanjut, yang
2. Marilah kita setiap manusia yang hidup di dunia ini sebagai makhluk yang
paling berarti di mata Tuhan Yang Maha Esa tidak menciptakan hal-hal
yang dimurkakan Tuhan, karena setiap hal yang kita lakukan di dunia
salah dan rugi bila setiap manusia hidup bersama dan berdampingan secara
damai ? mungkin tidak, malah sebaliknya apabila kita hidup dalam suatu
konflik, maka banyak kerugian yang akan terjadi. Oleh karena itu, marilah
kita sebagai manusia menghargai setiap kehidupan yang ada dan saling
DUNIA diutamakan dia tidak akan bersifat sementara saja tetapi akan