Anda di halaman 1dari 7

G30S PKI DAN PROSES TRANSISI KEPEMERINTAHAN

SOEKARNO

Dibuat oleh :
Nama : Sultan Fathulhaq
NIM : A031201005
KELOMPOK 4 ....

JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

DAFTAR ISI

BAB I LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN

BAB IV PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara
kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha
Esa. Pada masa awal era revormasi, masyarkat Indonesia berbondong-bondong
mengguling era orde baru untuk menegakkan Hak Asasi Manusia. Era revormasi
ialah era yang di sebut-sebut era dimana Hak Asasi Manusia mulai diperhatikan oleh
pemerintah dan Masyarakat mulai diberi kebebasan.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II LANDASAN TEORI


BAB III PEMBAHASAN

Era reformasi merupakan sebuah wujud perubahan dari masa orde baru, dimana pada
masa orde baru banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang berkaitan dengan HAM. Pada era
reformasi ini, rakyat yang telah berusaha untuk menggulingkan pemerintahan yang penuh
dengan keotoriteran  mengharapkan pemerintah selanjutnya yaitu pada era reformasi mampu
menegakan HAM menjadi lebih baik dari orde sebelumnya. Sejak runtuhnya orde baru, HAM di
Indonesia sedikit lebih diperhatikan, mulai dari kebebasan untuk berpendapat, berpolitik,
beragama, dan juga kebebasan untuk melakukan pertemuan-pertemuan atau perkumpulan.
Bahkan melalui media masa inipun orang dapat dengan bebas mengekspresikan pikirannya,
tanpa ada rasa takut dan was-was seperti pada masa orde baru. Selain itu juga rakyat dapat
mengekspresikan pikiran yang tidak sejalan dengan pemerintah misalnya dengan jalan
demonstrasi, untuk melakukan demonstrasi saat ini tidak perlu mendapatkan izin dari
pemerintah, namun di harapkan melapor kepada pihak polisi untuk mendapatkan penjagaan
keamanan.

Era reformasi inipun memberikan kebebasan kepada rakyatnya untuk berorganisasi,


seperti mendirikan partai-partai politik dan ikut serta didalamnya. Selain itu rakyat bebas untuk
mendirikan organisasi-organisasi kemasyarakatan, seperti serikat petani, serikat buruh,
perkumpulan masyarakat adat dan lain sebagainya. Kebebasan berorganisasi ini memberikan
peluang bagi rakyat untuk memperjuangkan kepentingan bersama, dan memberikan peluang
yang luas bagi anggota sipil untuk dapat ikut serta terjun dalam kepartaian. Namun tidak dapat
dipungkiri, bahwa kemajuan diera reformasi ini tampak belum mencapai sebuah keberhasilan,
khususnya dalam penegakan HAM. Walaupun kita ketahui saat ini ada beberapa yang berhasil
dijalankan, namun perjalanan yang berhasil tidak sebanding dengan banyaknya penyimpangan-
penyimpangan yang terus terjadi.

Sejak era  refomasi berbagai jenis hukum dilahirkan untuk mengatasi penegakan HAM di
Indonesia, khususnya hak sipil dan hak politik. Antara lain, Pancasila (sila ke-2), UUD 1945
pasal 28A sampai pasal 28J, Ketetapan MPR Nomor XVII/ MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia, UU Pers, UU tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat (UU Unjuk rasa), UU
HAM (UU No. 39 Tahun 1999), UU Pemilu, UU Parpol, UU Susduk MPR, DPR, dan DPRD,
UU Otonomi Daerah, UU ratifikasi Konvensi PBB menentang penyiksaan, atau perlakuan atau
hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat, dan UU ratifikasi
Konvensi Anti Diskriminasi Rasial.

Lahirnya hukum-hukum diera reformasi untuk mengatur penegakan HAM ternyata tidak
membuat kemajuan dalam hal HAM. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya perhatian
pemerintah terhadap HAM, bahkan justru pemerintah lebih cenderung bersifat apatis. Selain itu
juga dinilai proses perubahan demokrasi saat ini mengalami kemandekan. Jika diamati dari segi
pandang yang objektif, penyelesaian kasus-kasus yang terjadi di Indonesia saat inipun dirasa
mengalami kemacetan seperti kasus peristiwa Trisakti-Semanggi I sampai Semanggi II, peristiwa
Wamena-Wasior, peristiwa kerusuhan 13-15 Mei 1998, peristiwa penghilangan orang secara
paksa, dan peristiwa Talangsari 1989 yang berkali-kali dikembalikan oleh pihak Kejaksaan
Agung kepada Komnas HAM. 

Berbagai HAM Indonesia di era reformasi

      1.      Hak asasi berpolitik

Setiap warga negara yang hidup dalam sebuah negara yang menganut hak asasi manusia
tentunya dapat merasakan kebebasan bernorma yang telah diberikan. Misalnya kebebasan dalam
berpolitik, seperti kebebasan/hak untuk dipilih atau memilih, hak ikut serta dalam pemerintahan,
hak membuat dan mendirikan partai politik atau orgnisasi-organisasi lainnya, hak untuk
melakukan pengoreksian terhadap kinerja pemerintah dan hak untuk membuat dan mengajukan
usulan atau petisi. Dengan adanya kebebasan menjalankan haknya tersebut, diharapkan
masyarakat mampu berperan aktif menggunakannya sesuai dengan tujuan, bukan berarti dengan
diberikannya kebebasan tersebut seolah-olah tidak mempunyai batasan terhadap segala hal
aturan.

      2.      Hak asasi hukum

Negara Indonesia negara hukum, oleh karenanya dalam pelaksanaan penegakan suatu hukum
diharapkan seoptimal mungkin, kemudian dengan adanya hak asasi hukum tersebut setiap warga
negara mempunyai hak untuk mendapatkan jaminan keamanan, perlakuan yang sama dimata
hukum, hak mendapatkan layanan dan perlindungan hukum, bahkan juga dalam hukum ini
terdapat aturan dalam hak untuk menjadi pegawai negeri. Dengan adanya jaminan hukum
tersebut, sehingga memberikan kemudahan bagi setiap rakyatnya untuk tetap menjalankan
aktifitasnya tanpa harus was-was ataupun takut dalam menjalankan setiap aktifitasnya. 

      3.      Hak asasi ekonomi

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang begitu
melimpah, dengan adanya kelebihan ini para rakyat diberikan jalan untuk mengembangkan
perekonomian, mulai dari hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli, kebebasan mengadakan
perjanjian kontrak, kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dan hak
memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Dengan adanya hak ini bangsa Indonesia
diharapkan untuk berlomba-lomba memperoleh kehidupan yang lebih layak dengan jalan yang
dapat terkontrol.

4.      Hak asasi sosial

Dalam kehidupan bermasyarakat, tentunya dibutuhkan adanya interaksi seperti saling


berkomunikasi satu sama lain, karena dunia sosial juga merupakan penentu sebuah keberhasilan.
Dalam kehidupan sosial hak-hak yang dapat diperoleh yaitu hak menentukan, memilih dan
mendapatkan pendidikan, hak mendapakan pengajaran, hak untuk mengembangkan budaya yang
sesuai dengan bakat dan minat. Hal itu dapat memberikan kemudahan bagi berlangsungnya
kehidupan sosial yang baik.

BAB VI PENUTUP

Era Revormasi merupakan era dimana masyarakat mulai meninggalkan era ordebaru agar
dapat memperoleh hak asasi yang lebih layak. Dalam upaya nya menyambut revormasi,
masyarakat berharap agar kedepannya Hak Asasi Manusia dan kebebasan dapat lebih
diperhatikan oleh pemerintah. Oleh karena itu, pada era revormasi oemerintah mulai melakukan
upaya untuk menegakkan Hak Asasi Manusia dengan berbagai cara seperti memberikan
kebebasan dalam berpendapat.
DAFTAR PUSTAKA

Safa’at, Muchamad Ali. 2014. “HAM DI ERA REFORMASI”


http://safaat.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/HAM-Di-era-reformasi.pdf

Anda mungkin juga menyukai