Anda di halaman 1dari 29

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................i
DAFTAR TABEL................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................2
1.5 Keutamaan Penelitian..........................................................................2
1.6 Temuan Yang Ditargetkan...................................................................2
1.7 Kontribusi penelitian............................................................................3
1.8 Luaran penelitian .................................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4
2.1 Pengawet .............................................................................................4
2.2 Kitosan.................................................................................................4
2.3 Ikan Asin..............................................................................................5
2.4 Cangkang Udang..................................................................................5
BAB 3. METODE PENELITIAN.......................................................................6
3.1 Alat dan Bahan.....................................................................................6
3.2 Pelaksanaan Penelitian...............................................................................6
3.3 Pembuatan Kitosan....................................................................................6
3.4 Destilasi Kitin Menjadi Kitosan..................................................................6
3.5 Perbandingan Konsentrasi Kitosan Yang Efektif................................7
3.6 Pengujian Aktivitas Anti Bakteri.........................................................7
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN...................................................8
4.1 Anggaran Biaya....................................................................................8
4.2 Jadwal kegiatan ...................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................9
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing.........................11
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan.......................................................24
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas...........26
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana................................................27

i
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya...................................................9
Tabel 2. Jadwal Kegiatan......................................................................................9

ii
1

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kitosan merupakan zat anti bakteri, efektif dalam menghambat
pertumbuhan bakteri, hal ini disebabkan karena kitosan memiliki polikation
alami yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang. Kitosan
merupakan bahan pengawet ikan selain garam, karena itu kitosan dapat
diaplikasikan terhadap produk pindang sebagai pengganti formalin yang marak
akhir-akhir ini. Kitosan mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Penelitian
yang sudah dilakukan antara lain pada cumi segar, pindang dan ikan asin. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kitosan mampu menggantikan formalin, bahkan
mutu produk yang dihasilkan lebih bagus dibandingkan dengan yang
menggunakan formalin (Rizqiyah et al., 2017). Kitosan juga dapat digunakan
sebagai pengawet karena sifat-sifat yang dimiliki yaitu dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme perusak sekaligus melapisi produk yang
diawetkan sehingga terjadi interaksi interaksi minimal antara produk dan
lingkungannya (Arifin dan Nugroho, 2016).
Sumber bahan baku kitosan bisa berasal dari udang. Udang merupakan
bahan makanan yang banyak dijual dipasar, dalam bentuk beku yaitu udang yang
telah mengalami cold storage setelah melalui pemisahan kepala dan kulit. Proses
pengolahan tersebut dihasilkan limbah atau hasil samping berupa kepala
(carapace) dan kulit (peeled) yang dapat menimbulkan masalah pencemaran
lingkungan apabila tidak diolah. Limbah cangkang udang memiliki kandungan
protein, kalsium karbonat dan kitin. Kandungan kitin pada limbah kulit udang
kering sekitar 20%-50%. Polimer kitin tersusun dari monomer,2-asetamida-2-
deoksi-D-Glukosa (Arsad et al., 2017).
Salah satu senyawa turunan dari kitin adalah kitosan yaitu suatu
polisakarida alami yang memiliki gugus asetamida yang bersifat elastis yang
banyak kegunaannya seperti sebagai bahan baku plastik biodegradable, dan
dapat dibuat sebagai film tipis (Mustafiah et al., 2018). Film dengan bahan
kitosan mempunyai sifat yang kuat dan sulit robek. Selain itu, kitosan dapat
memberikan daya tahan plastik terhadap air karena sifatnya yang tidak larut
dalam air sehingga kitosan mampu mereduksi sifat dari selulosa yang pada
dasarnya bersifat hidrofilik (Saputro dan Ovita, 2017). Kitosan juga dapat
menghambat bakteri pembusuk pada makanan lokal, dimana kitosan dapat
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif dan jamur
penyebab pembusukan pada makanan. Sebagai bahan pengawet alami kitosan
Sebagai bahan pengawet makanan, kitosan memiliki keunggulan diantaranya
adalah: merupakan bahan alami dan tidak memiliki efek samping yang
berbahaya sehingga aman dibandingkan dengan senyawa kimia sintesis. Kitosan
adalah bahan alami yang direkomendasikan untuk digunakan sebagai pengawet
makanan karena tidak beracun dan aman bagi kesehatan, dapat digunakan dalam
jumlah sedikit (konsentrat), memiliki muatan positif yang dapat mengikat
muatan negatif dari senyawa lain sehingga dapat berperan sebagai detoksifikasi
dan juga menghambat pertumbuhan bakteri, serta mudah mengalami degradasi
secara biologis (Wittriansyah et al., 2019).
Ada beberapa jenis ikan yang dibudidayakan di kabupaten Tanjung Jabung
Barat, Propinsi Jambi. Salah satu upaya yang dilakukan guna mengembangkan
wilayah Tanjung Jabung Barat adalah dengan menggali potensi sumber daya
2

alam yang ada, terutama potensi sumber daya ikan. Potensi ini belum tergali dan
diharapkan pada masa yang akan datang memberikan manfaat ekonomi, manfaat
sosial, dan manfaat ekologis bagi pengembangan Kabupaten Tanjung Jabung
Barat (Khaerudin et al., 2019). Potensi Pengolahan hasil perikanan di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat masih sangat potensial untuk dikembangkan, hal ini
didukung dengan adanya Sentra pengolahan hasil perikanan yang terus
dikembangkan, dengan harapan produk hasil olahan perikanan semakin beragam
dan inovatif, sehingga dapat meningkatkan penghasilan masyarakat, sekaligus
meningkatkan PAD Kabupaten. Dalam keadaan ini sumber daya alam yang
diperoleh harus diimanfaatkan dengan baik. Untuk beberapa jenis ikan yang
tidak habis dijual, maka petani ikan mengawetkannya dengan cara pengeringan
dan pengasapan.
Dari latar belakang diatas maka dalam penelitian ini akan dicoba menguji
daya simpan ikan dengan menggunakan pengawet alami dari kitosan yang dibuat
dari limbah kulit udang (Caridae) yang banyak terdapat di daerah Kuala
Tungkal, Tanjung Jabung Barat Propinsi Jambi. Ikan yang di perolehpun sangat
beragam, Dengan beragamnya hasil olahan perikanan bisa memberi nilai tambah,
baik dari segi kualitas, kuantitas dan harga jual, Sehingga perlu diolah dengan
baik. Adanya penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan tentang pemanfaatan
limbah cangkang udang sebagai bahan pengawet yang ramah ligkungan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalalah:
1. Apakah kitosan dari limbah cangkang udang (caridea) dapat digunakan sebagai
bahan pengawet alami pada jenis ikan hasil di daerah Kuala Tungkal Tanjung Jabung
Barat Propinsi Jambi?
2. Berapakah kondisi variasi konsentrasi kitosan yang efektif untuk digunakan
sebagai pengawet ikan?
3. Bagaimanakan efektifitas kitosan sebagai pengawet ikan dalam menghambat
pertumbuhan mikroba ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengekstrak kitosan dari limbah kulit udang untuk digunakan sebagai
pengawet alami pada ikan hasil yang ada di daerha Kuala Tungka Kabupaten
Tanjung Jabung Barat Propinsi Jambi.
2. Menentukan kondisi optimal konsentrasi kitosan yang efektif digunakan
sebagai pengawet ikan.
3. Menentukan efektifitas kitosan sebagai pengawet ikan dalam menghambat
pertumbuhan mikroba.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Dapat mengurangi limbah di lingkungan sekitar dan memberikan informasi
tentang potensi dari limbah cangkang udang.
2. Pengawet kitosan biodegradable yang dihasilkan ramah lingkungan sehingga
bisa mengurangi pencemaran.
1.5 Keutamaan Penelitian
3

Keutaman penelitian ini adalah memanfaatkan limbah cangkang udang


menjadi kitosan sebagai pengawet alami pada ikan.

1.6 Temuan Yang Ditargetkan


Target Penelitian ini adalah dihasilkan kitosan dari limbah cangkang
udang yang dapat digunakan sebagai pengawet alami pada ikan olahan yang ada
di Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat Propinsi Jambi.

1.7 Kontribusi penelitian


Menambah wawasan mahasiswa mengenai pemanfaatan limbah
cangkang udang menjadi kitosan sebagai pengawet alami pada ikan.

1.8 Luaran yang Diharapkan


1. Laporan kemajuan
2. Laporan akhir
3. Publikasi jurnal ilmiah ke Jurnal Nasional terindeks Sinta 3
4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengawet
Pengawet adalah zat (biasanya bahan kimia) yang di gunakan untuk
mencegah pertumbuhan bakteri pembusuk. Zat pengawet hendaknya tidak bersifat
toksik, tidak mempengaruhi warna, tekstur, dan rasa makanan. Bahan pengawet
umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat mudah
rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses fermentasi,
pengasaman, atau peruraian yang disebabkan oleh mikroba. Tetapi tidak jarang
bahwa produsen menggunakannya pada pangan yang relatif awet dengan tujuan
untuk memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur yang ada pada
bahan makanan (Tahir et al., 2019).
Salah satu contoh bahan tambahan pada produk makanan adalah pengawet.
Pengawet berfungsi untuk membuat produk makanan lebih bermutu dan tahan
lama karena penambahan pengawet dapat menghambat pertumbuhan mikro-
organisme dengan cara menghambat enzim, sistem genetika sel, dan merusak
dinding sel, sehingga makanan tidak cepat rusak. Penambahan bahan ke dalam
produk makanan diperlukan untuk meningkatkan mutu sehingga produk makanan
tersebut dapat bersaing (Luwitono dan Darmawan, 2019).
Pengawetan ikan perlu dilakukan untuk memperpanjang masa simpan ikan.
Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam
tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk
berkembang biak. Ada bermacam-macam pengawetan ikan, antara lain dengan
cara penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian dan
pendinginan ikan. Salah satu cara yang umum digunakan oleh produsen ikan asin
untuk memperpanjang daya awet produknya adalah dengan penambahan bahan
pengawet. Dalam memilih bahan pengawet, ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah bahan pengawet
tersebut bertujuan untuk memperpanjang umur simpan makanan dan aman
digunakan dalam dosis yang ditentukan. Bahan pengawet yang digunakan juga
tidak boleh menurunkan kualitas secara organoleptic (Jusnita, 2018).

2.2 Kitosan
Kitosan merupakan polimer rantai panjang yang disusun oleh monomer
glukosamin (2-amino-2-deoksi-D-glukosa). Biopolimer ini disusun oleh dua jenis
amino yaitu glu- kosamin (2-amino-2-deoksi-D-glukosa, 70-80%) dan N-
asetilglukosamin (2-asetamino-2- deoksi-D-gluko- sa, 20-30%). Kitosan diperoleh
dengan cara merubah kitin menjadi kitosan melalui proses deasetilasi. Kitin dapat
diperoleh melalui tahapan yaitu demineralisasi dan deproteinasi. Proses
demineralisasi menggunakan larutan asam sedangkan deproteinasi menggunakan
basa dengan konsentrasi tinggi. Setelah kitin diperoleh, kemudian dilanjutkan
proses deasetilasi dengan larutan basa konsentrasi tinggi untuk memperoleh
kitosan (Wittriansyah et al., 2019).
Kitosan adalah suatu polisakarida berbentuk linier yang terdiri dari
monomer N- asetilglukosamin dan D-glukosamin. Bentukan derivatif deasetilasi
dari polimer ini adalah kitin. Kitin adalah jenis polisakarida terbanyak ke dua di
bumi setelah selulosa, kitin dapat diperoleh dari crustacean atau berbagai fungi.
Kitin merupakan polimer linier yang tersusun oleh 2000 – 3000 monomer n-asetil
D-glukosamin dalam ikatan ß(1-4) atau 2-asetamida-2-deoksi-D-glukopiranol
5

dengan rumus molekul (C8H13NO5)n. Deproteinasi dilakukan dengan


menggunakan suatu larutan basa lemah (NaOH) untuk menghilangkan sisa-sisa
protein yang masih terdapat dalam bahan baku. Kitosan dapat ditemukan secara
alami yakni pada dinding-dinding sel filamen dan yeast karena deasetilasi
enzymatis (Trisnawati et al., 2013)
Kitosan merupakan modifikasi senyawa kitin yang banyak terdapat dalam
kulit luar hewan golongan Crustaceae seperti udang serta kepiting. Khasiat kitosan
sebagai bahan antibakteri dan kemampuannya untuk mengimobilisasi bakteri
tampaknya menjadikan senyawa tersebut dapat digunakan sebagai pengawet
makanan. Daya hambat kitosan terhadap bakteri tergantung dari konsentrasi
pelarutan kitosan (Nirmala et al., 2015).
Bentukan derivatif deasetilasi dari polimer ini adalah kitin. Kitin adalah
jenis polisakarida terbanyak ke dua di bumi setelah selulosa, kitin dapat diperoleh
dari crustacean atau berbagai fungi. Kitin merupakan polimer linier yang tersusun
oleh 2000 – 3000 monomer n-asetil D-glukosamin dalam ikatan ß(1-4) atau 2-
asetamida-2-deoksi-D-glukopiranol dengan rumus molekul (C8H13NO5)n.kitosan
dapat ditemukan secara alami pada dinding sel filamen dan yeast karena
deasetilasi enzymatis (Trisnawati et al., 2013).
Kitosan merupakan modifikasi senyawa kitin yang banyak terdapat dalam
kulit luar hewan golongan Crustaceae seperti udang serta kepiting. Khasiat kitosan
sebagai bahan antibakteri dan kemampuannya untuk mengimobilisasi bakteri
tampaknya menjadikan senyawa tersebut dapat digunakan sebagai pengawet
makanan. Daya hambat kitosan terhadap bakteri tergantung dari konsentrasi
pelarutan kitosan (Nirmala et al., 2015).
Kitosan memiliki gugus fungsional amina (-NH 2) bermuatan positif kuat
yang dapat menarik molekul asam amino bermuatan negatif pembentuk protein
dalam mikroba.Gugus fungsional amina juga memiliki pasangan elektron elektron
bebas yang dapat menarik Mg2+ pada ribosom dan Ca2+ pada dinding sel mikroba
(Wittriansyah et al., 2019).

2.3 Ikan
Salah satu penyebab kurangnya minat masyarakat mengkonsumsi ikan asin
adalah terlalu banyaknya jumlah konsentrasi garam yang diberikan pada ikan
sehingga ikan terasa sangat asin dan tidak enak di lidah bila mengkonsumsinya
terlalu banyak. Dengan konsentrasi larutan garam dan lama pengeringan yang
digunakan dalam pembuatan ikan asin diduga dapat mempengaruhi mutu dan
penerimaan konsumen terhadap ikan asin. Selain itu mutu produk merupakan hal
yang sangat penting yang akan menentukan masa simpan serta jangkauan
pemasaran. Suatu produk dikatakan memiliki mutu yang baik apabila produk
tersebut telah memiliki kesesuaian dengan standar yang telah ditetapkan. Salah
satu standar yang ditetapkan oleh pemerintah adalah Standar Nasional Indonesia
(SNI). Salah satu parameter mutu yang harus diperhatikan untuk produk ikan asin
kering adalah mutu proksimat serta keberadaan bahan pengawet berbahaya seperti
boraks dan formalin (Yusra, 2017).
Ikan asin merupakan bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang
diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Metode pengawetan ini dapat
memperlambat pembusukan daging ikan sepat dengan cara disimpan disuhu
kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan dan ditutup rapat. Ikan sebagai bahan
6

makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino essensial
yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya mencapai 90%,
dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah dicerna oleh konsumen. Dengan
demikian prinsip pembuatan olahan ikan asin merupakan salah satu cara untuk
memperpanjang daya simpan dan menambah nilai jual dari berbagai produk
makanan (Tambunan et al., 2018).
Dengan kandungan protein dan air yang cukup tinggi, Ikan merupakan
bahan pangan yang cepat mengalami kerusakan atau mengalami kemunduran
mutu. Dekomposisi protein dan lemak merupakan akibat dari kerusakan produk
perikanan yang bersifat enzimatis, oksidatif maupun bakteriologis. Kerusakan
protein akan mengakibatkan terjadinya kebusukan sedangkan kerusakan lemak
akan mengakibatkan terjadinya ketengikan, Ketengikan akan menyebabkan
penurunan kualitas gizi, sensori dan keamanan bahan pangan tersebut yang
disebabkan oleh terbentuknya senyawa sekunder yang berpotensi toksik seperti
komponen karbonil termasuk acrolein yang erat kaitannya dengan karsinogenesis
pada epitel bronchi manusia (Jusnita, 2018).
Oleh sebab itu, sangat penting bagi masyarakat yang akan mengkonsumsi
ikan untuk lebih berhati-hati dan memperhatikan kesegaran ikan. Adapun ciri-ciri
ikan yang mulai mengalami pembusukan dapat dilihat dari kenampakan luar,
kelenturan daging, keadaan mata, keadaan insang, sisik dan pH. Ikan yang sudah
tidak segar atau mengalami pembusukan memiliki pH yang tinggi (basa). Hal ini
disebabkan karena adanya senyawa-senyawa yang bersifat basa, misalnya:
amoniak, trimetilamin, dan senyawa volatile lainnya yang juga bermanfaat bagi
tubuh. Daging dan ikan selain merupakan salah satu sumber protein hewani, juga
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme terutama bagi
pertumbuhan bakteri (Salamah dan Jamilatun, 2017).

2.4 Cangkang Udang


Limbah udang ini dapat mencemari lingkungan di sekitar pabrik sehingga
perlu dimanfaatkan. Berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan limbah
udang ini memiliki potensi yang besar sebagai penghasil kitin. Kitin dapat
diisolasi dan diubah menjadi kitosan melalui proses deasetilasi Kitin dan kitosan
banyak diaplikasikan dalam bidang industrI, kesehatan serta masih banyak
dibidang lainnya oleh karena itu dapat digunakan sebagai bahan baku dalam
penelitian ini. Akhir-akhir ini kitosan banyak dimanfaatkan dalam beragam
industri dengan alasan limbah industri makanan laut begitu besar dan perlu untuk
diolah menjadi sesuatu yang berguna selain itu karena sifat-sifat kitosan yang
tidak beracun dan biodegradable (Rizqiyah et al., 2017).
Limbah udang ini kemudian menjadi sampah yang pemanfaatannya kurang
maksimal sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan khususnya bau dan
estetika lingkungan yang buruk. Dalam industri rumah tangga, limbah ini hanya
diolah menjadi terasi atau dikeringkan untuk pakan unggas. Untuk memberikan
nilai tambah lain pada limbah udang, perlu dilakukan peningkatan kualitas dalam
mengolah limbah udang menjadi suatu produk dengan nilai ekonomi tinggi dan
memiliki manfaat yang luas. Sebagai perbandingan di negara-negara seperti
Amerika, Jepang, dan Swiss, limbah udang telah diolah dalam industry besar
untuk dijadikan produk komersial. Hasil industrinya berupa produk kosmetika,
obat- obatan, pertanian, dan pengawet makanan (Mustafiah et al., 2018).
7

BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1 Alat dan Bahan
Adapun bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah cangkang kepala
udang yang didapatkan dari pedagang di pasar tradisional Angso Duo, Jambi,
NaOH, HCl, dan NaOCl reagen standar pro analisa.
Adapun alat yang digunakan adalah Stafif dan klem, Termometer,
Beaker glass, Magnetic Stirrer, Kompor Listrik.

3.2 Pelaksanaan Penelitian


Pelaksanaan penelitian ini meliputi 1 tahapan, yaitu pembuatan kitosan
dari limbah cangkang udang dengan menggunakan kitosan. Secara garis besar
pembuatan kitosan meliputi : cangkang udang basah → dicuci dan dikeringkan →
digrinding dan diayak sampai lolos ayakan (-35+48 mesh) atau diameter rata-rata
0,356 mm→ penghilangan protein (deproteinasi) → dicuci dengan air →
penghilangan mineral (demineralisasi)→ dicuci dengan air → penghilangan warna
→ dicuci dengan air dan dikeringkan (terbentuk kitin) → penghilangan gugus
asetil (deasetilasi) → dicuci dengan air dan dikeringkan → terbentuk produk
biopolimer kitosan.

3.3 Pembuatan Kitosan


a. Pembuatan kitin
- Deproteinasi
Proses ini dilakukan pada suhu 60-70°C dengan menggunakan larutan
NaOH 1 M dengan perbandingan serbuk udang dengan NaOH = 1:10 (gr
serbuk/ml NaOH) sambil diaduk selama 60 menit. Kemudian campuran
dipisahkan dengan disaring untuk diambil endapan.
- Pencucian dan pengeringan
Pencucian endapan dilakukan dengan menggunakan aquadest sampai
pH netral. Selanjutnya disaring untuk diambil endapannya dan dikeringkan.
- Demineralisasi
Penghilangan mineral dilakukan pada suhu 25-30°C dengan
menggunakan larutan HCl 1 M dengan perbandingan sampel dengan larutan
HCl = 1:10 (gr serbuk/ml HCl) sambil diaduk selama 120 menit. Kemudian
disaring untuk diambil endapannya.
- Penghilangan warna
Endapan hasil demineralisasi diekstrak dengan aseton dan dibleaching
dengan 0,315% NaOCl (w/v) selama 5 menit pada suhu kamar. Perbandingan
solid dan solven 1:10 (w/v).
- Pencucian dan pengeringan
Pencucian endapan dilakukan dengan menggunakan aquadest sampai
pH netral. Kemudian disaring, dan endapan dikeringkan.

3.4 Destilasi Kitin menjadi Kitosan


Kitin yang telah dihasilkan pada proses diatas dimasukkan dalam
larutan NaOH dengan konsentrasi 20, 30, 40, 50 dan 60% (berat) pada suhu
90-100°C sambil diaduk kecepatan konstan selama 60 menit. Hasilnya berupa
slurry disaring, endapan dicuci dengan aquadest lalu ditambah larutan HCl
8

encer agar pH netral kemudian dikeringkan. Maka terbentuklah kitosan.


Selanjutnya kitosan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode
FTIR untuk mengetahui Derajat Deasetilasi (DD). Untuk menentukan DD
digunakan metode garis oleh Moore dan Robert, seperti ditunjukkan dalam
persamaan (1). Sampel dibuat pellet dalam bubuk KBr kemudian ditentukan
spektrumnya.
A
[ (
DD= 1− 1588 ×
1
A 3410 1,33 )]
×100 %

Dengan :
A = log(Po/P) = absorbansi
A1588 = Absorbansi pada panjang gelombang 1588 cm-1 untuk serapan gugus
amida/asetamida (CH3CONH-)
A3410 = Absorbansi pada panjang gelombang 3410 cm-1 untuk serapan gugus
hidroksil (OH-).

3.5 Perbandingan Konsentrasi Kitosan Yang Efektif


Konsentrasi larutan kitosan cangkang udang yang digunakan yaitu 0,5%,
1,5% dan 2%. Masing-masing konsentrasi larutan kitosan Cangkang Udang
tersebut digu- nakan untuk merendam sampel ikan dengan lama waktu
perendaman yaitu 15 menit, 30 menit dan 60 menit. Dilakukan perlakukan
kontrol pada proses ini dengan penambahan larutan asam asetat 1% kemudian
lama perendaman sekitar 15 menit. Pengamatan terhadap ikan yang telah
diberi perlakuan dengan perendaman mengunakan larutan kitosan Cangkang
Udang dilakukan pada jam ke 0, 10, 15 dan ke 24. Hasil terbaik terdapat pada
perendaman dengan kitosan Cangkang Udang pada konsentrasi kitosan 2%
selama 60 menit. Lama perendaman dan besarnya kosentrasi berpengaruh
terhadap hasil TPC. Semakin besar kosentrasi dan lama perendaman, maka
kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri semakin baik.

3.6 Pengujian Aktivitas Anti Bakteri


Uji antibakteri terlebih dahulu dilakukan pada larutan asam asetat,
sebagai kontrol aktivitas antibakteri larutan kitosan. Kondisi uji dibuat dua set
yaitu uji dengan asam asetat dan tanpa asam asetat (hanya NB) sebagai
kontrol. Tujuh variasi konsentrasi asam asetat (50, 100, 150, 200, 250, 300 dan
350 ppm). Setiap konsentrasi saam asetat dibuat 25 ml dengan 15 ml NB.
Ketika digunakan sebagai pelarut kitosan maka peran serta asam asetat tidak
dapat diabaikan. Semakin besar konsentrasi asam asetat maka semakin besar
aktivitas antibakteri. Sebaiknya, untuk memanfaatkan kitosan dalam uji
bakteri digunakan pelarut asam asetat dengan konsentrasi kurang dari 100
ppm.
Mekanisme penghambat mikroba salah satunya interaksi muatan
positif kitosan dengan muatan negatif pada permukaan bakteri, yang
menyebabkan perubahan permeabilitas permukaan sel. Hal ini akan
menyebabkan hilangnya beberapa penyusun sel seperti protein, asam amino
dan glukosa. Alhasil kitosan akan menghambat metabolisme mikroorganisme
dan akhirnya mengakibatkan kematian sel. Kemungkinan mekanisme yang
9

lain adalah muatan positif kitosan berinteraksi dengan DNA bakteri, yang
mengakibatkan terhambatnya sintesis RNA dan protein.

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1 Anggaran Biaya
Tabel 1. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya PKM-RE
No Jenis pengeluaran Biaya
1 Perlengkapan yang Diperlukan Rp 910.000,-
2 Bahan Habis Pakai Rp 4.130.000,-
3 Perjalanan Rp 2.000.000,-
4 Lain-lain Rp 2.791.000,-
Jumlah Rp 9.831.000,-

4.2. Jadwal Kegiatan


Tabel 2. Jadwal Kegiatan
Bulan
NoNNo. Jenis Kegiatan
1 2 3 4
1 Persiapan dan Pengadaan Bahan dan
Alat Penelitian
2 Preparasi sampel cangkang udang
3 Pembuatan Kitosan, Pembuatan kitin
4 Uji Karakteristik kitosan
- Sifat Fisik
- Sifat kimia
5 Destilasi Kitin Menjadi Kitosan
6 Pembuatan dan Penyerahan Laporan
Akhir
10

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. dan Nugroho, P. 2016. Aplikasi Kitosan Limbah Udang sebagai
Pengawet Ikan Patin (Pangasius sp.). Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
“Kejuangan". 17, Maret 2016, Yogyakarta, Indonesia. 1-6.
Arsad, S., Afandy, A., Purwadhi, A. P., Maya, V. B., Saputra, D. K. dan Buwono,
N. R. 2017. Studi Kegiatan Budidaya Pembesaran Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) dengan Penerapan Sistem Pemeliharaan Berbeda.
Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan. 9 (1): 1-14.
Jusnita, N. 2018. Pengawetan Ikan Secara Alami. Jurnal BERDIKARI. 1 (1):6–13.
Khaerudin, Hamidah, A. dan Kartika, W. D. 2019. Jenis–jenis ikan hasil
tangkapan nelayan di Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung
Barat, Provinsi Jambi. Jurnal Iktiologi Indonesia. 18 (2): 115-126.
Luwitono, C. P. W. D. dan Darmawan, P. 2019. Analisis Pengawet Natrium
Benzoat pada Selai Stroberi Curah di Pasar Tradisional. jurnal Biomedika, 12
(2): 244–250.
Mustafiah, M., Darnengsih, D., Sabara, Z. dan Abdul Majid, R. 2018.
Pemanfaatan Kitosan Dari Limbah Kulit Udang Sebagai Koagulan
Penjernihan Air. Journal Of Chemical Process Engineering. 3 (1): 27-32.
Nirmala, D., Masithah, E. D. dan Purwanto, D. A. 2015. Kitosan Sebagai
Alternatif Bahan Pengawet Kamboko Ikan Kurisi(Nemipterus
nematophorus ) pada Penyimpanan Suhu Dingin. Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan. 8 (2): 109-125.
Rizqiyah, N., Karina, S. dan Musman, M. 2017. Uji Pendahuluan Kitosan Pada
Penyimpanan Ikan Layang (Decapterus Macrosoma). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 2 (4): 530-533.
Salamah, S. dan Jamilatun, S. 2017. Pemanfaatan Asap Cair Food Grade yang
Dimurnikan dengan Arang Aktif sebagai Pengawet Ikan Nila. Eksergi. 14
(2): 29-34.
Saputro, A. N. C. dan Ovita, A. L. 2017. Synthesis and Characterization of
Bioplastic from Chitosan-Ganyong Starch (Canna edulis). JKPK (Jurnal
Kimia Dan Pendidikan Kimia). 2 (1): 13-21.
Tahir, M., Nardin, dan Nurmawati, J. S. 2019. Identifikasi pengawet dan pewarna
berbahaya pada bumbu giling yang diperjualbelikan di pasar daya makassar.
Jurnal Media Laboran. 9 (1): 21-28.
Tambunan, S. B., Syahputra, N. dan Amin, N. 2018. Karakteristik Warna Ikan
Asin Sepat Sebagai Indikator Pengawet Formalin Di Pasar Tradisional Desa
Tunas Jaya Muaradua. BIOTIK: Jurnal Ilmiah Biologi Teknologi Dan
Kependidikan. 5 (2): 88-97.
Trisnawati, E., Andesti, D. dan Saleh, A. 2013. Pembuatan Kitosan dari Limbah
Cangkang Kepiting sebagai Bahan Pengawet Buah Duku dengan Variasi
Lama Pengawetan. Jurnal Teknik Kimia. 19 (2): 17-26.
Wittriansyah, K., Soedihono, S. dan Satriawan, D. 2019. Aplikasi Kitosan Emerita
sp. Sebagai Bahan Pengawet Alternatif pada Ikan Belanak (Mugil cephalus).
Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan. 11(1): 34-42.
Yusra, Y. 2017. Analisis Kandungan Formalin Ikan Asin Kering Di Gasan
Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Jurnal Katalisator. 2
(1): 20-28.
11

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing


12
13
14
15
16
17

Biodata Dosen Pendamping


A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap Dr. Intan Lestari S.Si,M.Si


2. Jabatan Fungsional Lektor [3C]
3. Jabatan Struktural -
4. NIP/NIK/Identitas Lain 19740922 199903 2 002
5. NIDN 0022097406
6. Tempat dan Tanggal Padang, 22 September 1974
Lahir
7. Alamat Rumah Kompleks Permata Regensi Blok E No 15
RT 58 Kel. Kenali Besar Kec. Kota Baru
Jambi
8. Nomor Telepon/ Faks 085266396534
9. Alamat Kantor Alamat ; Kampus Pinang Masak, Jalan Raya
Jambi - Ma. Bulian KM 15 Mendalo,
JAMBI 36361
10. No Telepon /Faks Telp 0741-583453 Fax 0741-583453
11. Alamat e-mail ilestari_15@unja.ac.id
12. Lulusan yang telah S1= 60 orang S2 = -
dihasilkan

B. Riwayat Pendidikan
Jejang
S1 S2 S3
Pendidikan
Nama Perguruan Universitas Universitas Universitas
Tinggi Andalas Andalas Andalas
Bidang Ilmu Kimia Kimia Analitik Kimia Analitik
Tahun Masuk-
1992-1997 1997-1999 2014-2017
Lulus
Judul Penentuan Tanin Metode Studi Kinetika dan
Skripsi/Thesis/ Secara Spektrofotomete Isoterm Adsorbsi
Disertasi Spektrofotometr r untuk ion-ion
i Serapan Atom penentuan nitrat Pb(II),Cd(II) dan
(SSA) tidak dan nitrit secara Zn(II)Pada
Langsung simultan Biosorben biji
durian (Durio
zibethinus) non
amo-bilisasi dan
18

teramo bilisasi Ca-


alginat
Nama 1. Prof. 1. Prof. Dr. 1. Prof. Dr.
Pembimbing Dr.Hamzar Hamzar Hermansyah
/Promotor Suyani, MSc Suyani, M.Sc Aziz, M.Sc
2. Prof. 2. Prof.Dr.
2. Prof. Dr.
Dr.Novesar Rahmiana
Edison
Jamarun, Zein,M.Eng
Munaf,
M.Sc M.Eng 3. Prof. Dr.Admin
3. Prof. Dr. Alif, MSc
Admin
Alif,M.Sc

C. Rekam Jejak Tridarma PT


No Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS
1 Kimia Dasar Wajib 3 SKS
2 Dasar-Dasar Kimia Analitik Wajib 3 SKS
3 Kimia Analitik II Wajib 3 SKS
4 Teknik Pemisahan Wajib 3 SKS
5 Kimia Instrumentasi Wajib 3 SKS
6 Peralatan Analisis Kimia Pilihan 2 SKS
7 Teknik Pengolahan Limbah Pilihan 2 SKS
8 Kromatografi dan Elektroforesis Pilihan 2 SKS
9 Managemen Laboratorium Wajib 2 SKS

D. Pengalaman Penelitian Dalam 5 tahun Terakhir


Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian Jumlah
Sumber
(Juta Rp )
Uji Laju Korosi Baja
Dengan Penambahan
Ekstrak Tanin Dari
Hibah bersaing
1. 2012 Limbah Kayu PT.LP3I 37.000.000
(Anggota)
Sebagai Inhibitor Dalam
Larutan Asam Sulfat,
NaCl dan NaOH
2. 2014- Pengembangan perangkat Hibah 90.000.000
2015 pembelajaran berbasis Bersaing
virtual Lab dengan (Ketua)
19

menerapkan model
pembelajaran inkuiri untuk
meningkatkan pemahaman
konsep belajar kimia
Biosorbsi ion logam Pb
Penelitian
3. 2014 menggunakan biji durian 5.000.000
Mandiri
(Durio zibethinus)
Biosorbsi ion logam
Pb(II), Cd(II) dan Zn(II)
dalam larutan Penelitian
4. 2017 menggunakan biosorben Disertasi 50.000.000
biji durian(Durio Doktor (Ketua)
zibethinus) teramobilisasi
Alginat
Penggunaan Biji Durian
(Durio zibethinus)
PNBP Fakultas
5. 2018 Teramobilisasi Ca-alginat 45.000.000
(Ketua)
Sebagai Biosorben Ion
Logam Berat Hg(II)
Aktifitas Antioksidan dan
Uji iritasi sediaan masker
PNBP LPPM
6. 2018 gel peel off ekstrak etanol 40.000.000
(Ketua)
buah pedada (Sonneratia
caseolaris)
Ekstrak Biji Alpukat
( Persea americana mill)
Sebagai Biomaterial PNBP Fakultas
7. 2018 45.000.000
Inhibitor Korosi Baja (Anggota)
Lunak dalam Larutan
Asam Sulfat
Pembuatan dan
Karakterisasi Komposit
Magnetit Oksida Besi-
PNBP Fakultas
8. 2019 Karbon Aktif Dari 33.500.000
(Ketua)
Cangkang Sawit Sebagai
Adsorben Ion Logam
Cd(II) dan Cr(III).
Pemanfaatan Serat Daun
Nanas (Ananas comosus)
Teramobilisasi PNBP Fakultas
9. 2019 33.500.000
Ca-alginat Sebagai (Ketua)
Adsorben Zat Warna
Rodamin B
10. 2019 Analisis Sifat Elektrokimia PNBP 33.500.000
20

dan Derajat Penutupan


Permukaan Pada Baja
Lunak Dalam Larutan
Fakultas
Asam Sulfat Oleh Ekstrak
(Anggota)
Kulit Ari Biji Kopi
Sebagai Biomaterial
Antikorosi
Spray antikorosi Pada Baja
Lunak Dari Ekstrak Kulit PNBP LPPM
11. 2019 50.000.000
Kayu Akasia (Acacia (Anggota)
manginum Willdt)

E. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat 5 Tahun Terakhir

Pendanaan
No Tahun Judul
Sumber Jumlah (Rp)
Penerapan Pendekatan saling
Temas Melalui Model GI Untuk
Meningkatkan Motivasi dan Minat DIPA
1. 2012 3.500.000,-
Belajar IPA siswa Kelas VIIIB UNJA
SMPN 14 Kota Jambi Pada Materi
Zat Aditif
Penyuluhan Pemanfaatan Obat
DIPA
2. 2012 Keluarga di RT 02 Kel. Bagan 3.500.000,-
UNJA
Pete Kec. Kota Baru Jambi
Penyuluhan Pengaruh Zat Aditif
DIPA
3. 2014 Makanan Bagi Kesehatan di RT 58 5.000.000,-
UNJA
Kel. Kenali Besar Kota Baru Jambi
Introduksi teknologi Kosmetika
dengan bahan baku arang aktif DIPA
4. 2018 cangkang sawit sebagai peawatan LPPM 15.000.000,-
kulit wajah di Paguyuban PT NSP UNJA
Desa Sungai Gelam Muara Jambi
Penyuluhan Pemanfaatan Barang
Bekas Sebagai Pengganti pipa
PNBP
PVC pada pembuatan biopori
5. 2019 Fakultas 8.000.000
sebagai lubang resapan di RT
(Anggota)
Kelurahan Kenali Besar Kec.
Alam Barajo Kota Jambi
Pemanfaatan Media Pembelajaran PNBP
6. 2019 Berbasis Digital dalam Fakultas 10.000.000
Pembelajaran Biologi (Anggota)
21

F. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal 5 Tahun


Terakhir
No Judul Artikel Ilmiah Vol/No/Th Nama Jurnal
Effect of pH on the biosorption of
heavy metal by alginate Vol 8(5),
1. Der Pharma Chemica
immobilized durian (Durio 2016
zibethinus) seed
Penyerapan logam berat
Kadmium (Cd) menggunakan
khitosan hasil transformasi khitin Vol 13, Jurnal Penelitian
2. dari limbah kulit udang (Penaeus No 1, Universitas Jambi Seri
sp) 2012 sains

Ekstraksi kulit kayu akasia


sebagai inhibitor pada laju korosi Proseding Semirata
3. baja lunak dalam media asam 2013
Universitas Lampung
sulfat
Pemanfaatan abu sekam padi
Payo dari Kerinci sebagai sumber Vol 13,
Jurnal penelitian
4. silica dan aplikasinya dalam issue 2,
Universitas Jambi
ekstraksi fasa padat ion Cu(II) 2012
Removal of Cu(II) from aqueous
solutions using shell and seed of Vol 8,
5. kelengkeng fruits ( Euphoria issue 14, Der Pharma Chemica
longan Lour) 2016
Characterization of Waste
Activated Sludge of Crumb Vol 8,
6. Rubber Industry (CRI-WAS) as issue 18, Der Pharma Chemica
Adsorbent of Cd(II) 2016
Biosorption of cadmium ion from Vol 7,
7. aqueous solutions by low-cost issue 9S, JOCPR
soybean waste (Gliycine max) 2015
Biosorption of Pb (II) from
aqueous solutions using coloum Vol 7,
8. method by issue 12, JOCPR
lengkeng (Euphoria logan lour) 2015
seed and shell
Equilibrium and kinetics
modeling biosorption of Zn(II) in
Vol 7,9S,
9. aqueous solution using durian JOCPR
2015.
( Durio zibethinus) seed as low-
cost biosorbent
10. Isoterm and Kinetisc of Cd(II) Proceedin Emerald Insight
Adsorption by Durian (Durio g of
22

zibethinus) seed immobilized into Micoms


Ca-alginate 2017
Pengaruh pH dan dosis adsorben
dari limbah lumpur aktif industry Vo 8 issue Jurnal Litbang
11.
crumb rubber terhadap kapasitas 2, 2018 Industri
penyerapan Cd(II) dan Zn(II)

G. Pengalaman Menyampaikan Makalah secara oral pada pertemuan Seminar


Ilmiah.
Nama Pertemuan
No Judul artikel ilmiah Waktu dan Tempat
ilmiah
Biosorbsi ion logam 7 Mei 2015, FMIPA
Seminar nasional
Pb(II) menggunakan Universitas Tanjung
1. BKS-PTN MIPA
biji durian (Durio Pura Pontianak,
wilayah Barat
zibethinus) Kalimantan Barat
Equilibrium and kinetic
modeling of the 16-17 September
Seminar biosorption of Zn(II) 2015, Jurusan Kimia,
2.
internasional ICCS from aqueous solution FMIPA Universitas
using powder durian Andalas, Padang.
(Durio zibethinus) seed
Kinetika dan isoterm
adsorbsi ion Pb(II) Mei 2016, FMIPA
Seminar nasional
menggunakan Universitas Sriwijaya
3. BKS- PTN MIPA
biosorben biji durian Palembang, Sumatera
wilayah Barat
teramobilisasi Ca- Selatan
alginat
Biosorbsi ion logam
kadmium Cd (II) dalam
larutan menggunakan 11 September 2017 di
Seminar Nasional
4. biji durian (Durio Axana Hotel, Padang
Kimia (SNK)
zibethinus) Sumbar.
teramobilisasi Ca-
alginat
Isoterm and kinetic 26-27 November
Seminar modeling of Cd(II) 2017 Di Universitas
5. internasional Uptake by alginate Malikussaleh,
MICoMS immobilized durian Lhokseumawe Aceh
(Durio zibethinus) seed Utara.
6. Seminar hasil Biosorbsi ion logam 4 Desember 2017,
Penelitian Disertasi Pb(II), Cd(II) dan Swiss Bell Hotel
Doktor Zn(II) dalam larutan Tangerang.
menggunakan biji
23

durian (Durio
zibethinus)
teramobilisasi Ca-
alginat
Penggunaan biji durian
12-13 Oktober 2018 di
Seminar Nasional (Durio zibethinus) yang
7. Jurusan Kimia UIN
Kimia diamobilisasi Ca-
Bandung
alginat sebagai
24

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan


1. Jenis Perlengkapan Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
Sarung tangan lateks 1 kotak 50.000 50.000
Masker 1 kotak 50.000 50.000
Lab kit 1 buah 50.000 50.000
Alumunium foil 3 kotak 40.000 120.000
Kertas label 3 kotak 20.000 60.000
Kertas Saring Whatman 1 kotak 250.000 250.000
Kertas Saring biasa 3 gulung 10.000 30.000
Bola hisap 1 buah 150.000 150.000
Kertas pH meter 1 set 150.000 150.000
Sub Total (Rp) 910.000,-
2. Bahan Habis Pakai Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
NaOH 1000 gr 175.000 350.000
Tisu 5 pcs 10.000 50.000
Cangkang Udang 2 Kg 50.000 50.000
Akuades 10 lt 7.000 70.000
HCl 1 lt 1.950 800.000
NaOCl 3 lt 400.000 1.200.000
Potassium Bromida 2 lt 450.000 900.000
Kitosan Komersial 6 gr 100.000 600.000
Ikan es 3 kg 33.000 100.000
NaCl 2 bks 5.000 10.000
Sub Total (Rp) 4.130.000,-
3. Perjalanan Volume Harga Nilai (Rp)
Satuan (Rp)
Transportasi ke pengambilan sampel 5 200.000 1.000.000
pulang pergi
Transportasi bahan habis pakai pulang 5 200.000 1.000.000
pergi
Sub Total (Rp) 2.000.000,-
4. Lain-lain Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
Tinta Printer 3 set 37.000 111.000
Kertas HVS 2 Rim 40.000 80.000
25

Analisis F-TIR 2 300.000 600.000


Sewa laboratorium 500.000 500.000
Publikasi Jurnal 1.500.000.- 1.500.000
Sub Total (RP) 2.791.000,-
Total 1 + 2 + 3 + 4 (Rp) 9.831.000,-
(Terbilang Sembilan Juta Delapan Ratus Tiga Puluh Satu Rupiah )
26

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim kegiatan Dan Pembagian Tugas


Alokasi
Program Bidang
No. Nama / NIM Waktu Uraian Tugas
Studi Ilmu
(jam/minggu)
1 Trisna Gita Kimia Kimia 6 jam / - Mengkoordinir
Cahyani / Analitik minggu semua kegiatan
F1C118017 - Pemesanan bahan
baku
- Penyelesaian
laporan akhir

2 Dara Shalsa Kimia Kimia 6 jam / - Sekretaris tim


Billah Hidayat/ Analitik minggu - Penyusunan
F1C118004 laporan awal
- Perencanaan
sistem penelitian
3 Yatasya Kimia Biokimia 6 jam / - Penanggung
Hairunisa/ minggu jawab keuangan
F1C118033 - Sewa
laboratorium
- Revisi laporan
4 Raudatul Biologi Biokimia 6 jam / - Penanggung
Jannah/ minggu jawab
F1C419037 administrasi
- Pembuatan
desain poster
- Revisi laporan

5 Dinni Biologi Biokimia 6 jam / - Pembelian alat


Khairunnisa/ minggu dan bahan
F1C419012 sampel
- Revisi
laporan
- Evaluasi
27

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana

Anda mungkin juga menyukai