Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lanjut usia menurut UU Nomor 13 Tahun 1998 adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Penduduk lanjut usia terus
mengalami peningkatan seiring kemajuan di bidang kesehatan yang ditandai
dengan meningkatnya angka harapan hidup dan menurunnya angka kematian.
Perkembangan demografi ini dapat membawa dampak di bidang kesehatan,
ekonomi, dan sosial.1
Dalam waktu hampir lima dekade, persentase lansia Indonesia meningkat
sekitar dua kali lipat (1971-2020), yakni menjadi 9,92 persen (26,82 juta-an) di
mana lansia perempuan lebih banyak dibandingkan lansia laki-laki (52,29 persen
banding 47,71 persen). Dari seluruh lansia yang ada di Indonesia, lansia muda
(60-69 tahun) jauh mendominasi dengan besaran yang mencapai 64,29 persen,
selanjutnya diikuti oleh lansia madya (70- 79 tahun) dan lansia tua (80+ tahun)
dengan besaran masing-masing 27,23 persen dan 8,49 persen. Enam provinsi yang
memiliki struktur penduduk tua di mana penduduk lansianya sudah mencapai 10
persen, yaitu: DI Yogyakarta (14,71 persen), Jawa Tengah (13,81 persen), Jawa
Timur (13,38 persen), Bali (11,58 persen),Sulawesi Utara (11,51 persen) dan
Sumatera Barat (10,07 persen).1
Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa
upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat termasuk lanjut
usia dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif dan
berkelanjutan. Setiap upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
merupakan investasi bagi pembangunan negara. Prinsip non diskriminatif
mengandung makna bahwa semua masyarakat harus mendapatkan pelayanan
kesehatan termasuk lanjut usia (Lansia).2 Oleh karena itu pemerintah wajib
menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok
lanjut usia untuk tetap dapat terlaksana dan berkembang dengan baik dalam
mencapai tujuan lanjut usia yang mandiri dan produktif.2
Besarnya populasi lanjut usia serta pertumbuhan yang sangat cepat juga
menimbulkan berbagai permasalahan, sehingga lanjut usia perlu mendapatkan
perhatian yang serius dari semua sektor untuk upaya peningkatan kesejahteraan
lanjut usia. Salah satu bentuk perhatian yang serius terhadap lanjut usia adalah
terlaksananya pelayanan pada lanjut usia melalui kelompok (posyandu) lanjut usia
yang melibatkan semua lintas sektor terkait, swasta, LSM dan masyarakat.2
Posyandu lansia merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan terhadap terjadinya
penyakit. Kegiatan posyandu dilakukan untuk pemeriksaan kesehatan rutin,
memberikan edukasi dan informasi tentang pencegahan penyakit dengan promosi
untuk mengajak lansia untuk menerapkan pola hidup sehat, bukan untuk
pengobatan bagi lansia yang sakit. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu
untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati,
digerakkan oleh masyarakat dimana usia lanjut bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan. Kegiatan posyandu lansia menitik beratkan pada upaya promotif dan
preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.3
Usia lanjut adalah orang yang berumur 60 tahun ke atas dan di kota Padang
tahun 2019 berjumlah 68.509 orang dan mendapat skrining kesehatan sebanyak
51.303 orang (74,9%), cakupan skrining ini meningkat dari tahun 2018 (59,0%).
Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, lansia perempuan lebih banyak mendapat
pelayanan kesehatan di banding laki-laki. 4 Pada tahun 2020, Puskesmas Rawang
memiliki 30.759 penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Rawang, yang
mana terdapat 1.329 penduduk lansia.5
Transisi demografi ke arah menua akan diikuti oleh transisi epidemiologi ke
arah penyakit degeneratif seperti rematik, diabetes, hipertensi, jantung koroner,
neoplasma. Angka kesakitan penduduk lanjut usia tahun 2009 sebesar 30,46%
artinya bahwa setiap 100 orang lanjut usia, sekitar 30 orang diantaranya
mengalami sakit. Angka kesakitan penduduk lanjut usia perkotaan 27,20% lebih
rendah dibandingkan lanjut usia pedesaan 32,96%. Hal ini menunjukkan bahwa
derajat kesehatan penduduk lanjut usia di perkotaan relatif lebih baik
dibandingkan lanjut usia di daerah pedesaan. Bila dilihat perkembangannya,
derajat kesehatan penduduk lanjut usia relatif tidak berbeda. Angka kesakitan
penduduk lanjut usia pada tahun 2005 sebesar 29, 98%, tahun 2007 sebesar
31,11%, dan tahun 2009 sebesar 30,46
%. Pola yang serupa terjadi baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Kebiasaan berobat serta cara berobat yang dilakukan seseorang, merupakan salah
satu faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi apakah orang yang
bersangkutan telah memiliki perilaku hidup sehat. Berdasarkan Profil Penduduk
Lanjut Usia 2009, ternyata 32,24% lanjut usia mencari pengobatan di puskesmas,
Namun masih ada yang mengobati sendiri dengan menggunakan obat modern
60,47% dan obat tradisional 10,87%..2
Terjadinya peningkatan jumlah dan angka harapan hidup pada lansia di
Indonesia menjadi permasalahan besar bagi negara dan jika tidak adanya
antisipasi untuk meningkatkan kemandirian pada lansia maka diperkirakan setiap
usia muda harus menanggung kebutuhan lebih dari satu lansia. Maka perlu adanya
suatu pelayanan untuk mengatasi masalah kesehatan pada lansia dan
meningkatkan kualitas hidup lansia. Pelayanan lansia meliputi pelayanan yang
berbasiskan pada keluarga, masyarakat, dan lembaga 6.
Salah satu solusi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia
yaitu dengan cara melakukan promosi kesehatan melalui pengorganisasian dan
memberikan asuhan bagi lansia.7 Promosi kesehatan yang dilakukan saat ini
melalui posyandu lansia untuk mendukung upaya peningkatan kesehatan
(preventif), mengingat jumlah lansia cukup besar maka petugas kesehatan sangat
diperlukan dalam pelaksanaannya, namun cakupan yang diharapkan tidak dapat
berjalan sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya dukungan dari masyarakat,
kelompok masyarakat yang ditunjuk sebagai media penyampai langsung dalam
promosi kesehatan adalah kader atau orang yang ditunjuk untuk membantu
pelaksanaan posyandu lansia.
Upaya kesehatan yang dilakukan oleh kader dalam posyandu lansia
memiliki peranan yang sangat penting dalam mengupayakan cakupan dalam
kegiatan promosi kesehatan lansia meliputi penyuluhan kesehatan, pengisian
indeks massa tubuh (IMT) pada kartu menuju sehat (KMS), pengisian buku
pemantauan kesehatan pribadi dan aktivitas senam lansia. Peran dan tugas kader
dalam menggerakkan masyarakat, membantu petugas kesehatan, mengelola
pertemuan bulanan kader dan mengelola pelaporan bulanan posyandu yang sudah
berjalan dengan baik akan mempengaruhi lansia terhadap kunjungan ke posyandu
karena pelayanannya yang menyenangkan, ramah, dan memberikan informasi
serta penyuluhan kesehatan yang jelas dan mudah dimengerti bagi lansia dari
petugas kesehatan, sehingga lansia sadar untuk datang ke posyandu.7
Melihat besarnya peran kader, oleh karena itu penulis tertarik
mengangkatkan topik POA ini adalah “pengoptimalan peran kader dalam skrining
lansia melalui pendekatan reward dengan upaya kerjasama CSR (Corporate Social
Responsibility) perusahaan di wilayah kerja Puskesmas Rawang”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja masalah kesehatan yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas
Rawang?
2. Apa prioritas masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Rawang ?
3. Apa penyebab masalah kesehatan yang ditemukan di wilayah kerja
Puskesmas Rawang?
4. Apa alternative penyelesaian masalah yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan capaian pelayanan kesehatan usia lanjut sesuai standar di
wilayah kerja Puskesmas Rawang ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3. 1 Tujuan Umum
Meningkatkan capaian pelayanan kesehatan usia lanjut melalui
peningkatan kinerja kader dengan ……….
1.3. 2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui masalah kesehatan yang ditemukan diwilayah kerja di
Puskesmas Rawang
2. Mengetahui prioritas masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Rawang
3. Mengetahui penyebab masalah kesehatan yang ditemukan di wilayah kerja
Puskesmas Rawang
4. Mencari alternative penyelesaian masalah untuk meningkatkan capaian
pelayanan kesehatan usia lanjut sesuai standar di wilayah kerja Puskesmas
Rawang
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah POA ini diharapkan dapat menjadi suatu upaya untuk
meningktakan cakupan pelayanan kesehatan pada kelompok usia lanjut di wilayah
kerja Puskesmas Rawang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Lanjut Usia
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun. Pra
Lanjut usia adalah seseorang yang berumur 45 sampai 59 tahun. Lanjut usia
terlantar adalah lanjut usia yang mempunyai 3 atau lebih kriteria keterlantaran.
Lanjut usia tidak terlantar adalah lanjut usia yang hanya mempunyai 1 kriteria
keterlantaran. Lanjut usia rawan terlantar adalah lanjut usia yang mempunyai 2
kriteria keterlantaran.2
Kriteria keterlantaran di antaranya adalah2:
a. Tidak/belum sekolah atau tidak tamat SD
b. Makan makanan pokok kurang dari 21 kali seminggu.
c. Makan lauk pauk berprotein tinggi kurang dari 4 kali seminggu
d. Memiliki pakaian kurang dari 4 stel
e. Tidak mempunyai tempat tinggal tetap untuk tidur
f. Bila sakit tidak diobati
2.2 Komorbiditas Lanjut Usia
2.2.1 Diabetes Melitus
2.2.1.1 Definisi
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemia dan disebabkan karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya.8,9 Hiperglikemia atau peningkatan kadar
gula darah dalam tubuh merupakan efek umum dari diabetes yang tidak
terkontrol yang lama-kelamaan akan mengakibatkan kerusakan yang serius
pada banyak sistem organ tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah.8
2.2.1.2 Epidemiologi
Penelitian epidemiologi menunjukkan terdapat peningkatan angka
insidens dan prevalensi DM tipe-2 di dunia. Berdasarkan estimasi terakhir
International Diabetic Federation (IDF) tahun 2013, terdapat 382 juta orang
yang hidup dengan diabetes di dunia. Diperkirakan akan meningkat menjadi
592 juta orang pada tahun 2035. Pada data IDF 2014, saat ini diperkiraan 9,1
juta orang penduduk Indonesia didiagnosis sebagai penderita DM. Indonesia
menempati peringkat ke-5 di dunia, atau naik dua peringkat dibandingkan
data IDF tahun 2013 yang menempati peringkat ke-7 di dunia dengan 7,6 juta
orang penyandang DM. World Health Organization (WHO) memprediksi
akan terjadi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada
tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.8
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 didapatkan
bahwa proporsi diabetes melitus pada penduduk usia ≥15 tahun di Indonesia
telah meningkat menjadi 1.9% berdasarkan pemeriksaan darah.10 Penemuan
kasus diabetes melitus di kota Padang dari 171.594 orang penduduk berusia ≥
15 tahun pada tahun 2019, ditemukan penderita diabetes melitus sebanyak
17.017 orang.4
2.2.1.3 Faktor Resiko
DM memiliki gejala klasik namun beberapa kelompok prediabetes tidak
menunjukan gejala meskipun memiliki faktor risiko. Kelompok dengan faktor
risiko tinggi diantaranya:8
1. Kelompok dengan berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh [IMT] ≥23
kg/m2) yang disertai dengan satu atau lebih faktor risiko sebagai
berikut:
a. Aktivitas fisik yang kurang.
b. First-degree relative DM (terdapat faktor keturunan DM dalam
keluarga).
c. Kelompok ras/etnis tertentu.
d. Perempuan yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan BBL
>4 kg atau mempunyai riwayat diabetes Mellitus gestasional
(DMG).
e. Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat terapi untuk
hipertensi).
f. HDL <35 mg/dL dan atau trigliserida >250 mg/dL.
g. Wanita dengan sindrom polikistik ovarium.
h. Riwayat prediabetes.
i. Obesitas berat, akantosis nigrikans.
j. Riwayat penyakit kardiovaskular.
2. Usia >45 tahun tanpa faktor risiko di atas.
2.2.1.4 Diagnosis Diabetes Melitus
Diagnosis DM dapat ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah.
Pemeriksaan darah dapat menggunakan darah vena yang akan diuji secara
enzimatik. Menurut WHO, diagnostik DM dapat menggunakan darah utuh
(whole blood), darah vena, ataupun kriteria diagnostik sesuai keadaan
setempat. Sedangkan untuk pengukuran glukosa darah kapiler dapat
digunakan untuk memantau hasil pengobatan.8
Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM (mg/dl)
Belum pasti
Bukan DM DM
DM
Kadar GDS Plasma Vena <100 100-199 >200
(mg/dl) Darah Kapiler <90 90-199 ≥200
Kadar GDP Plasma Vena <100 100-125 ≥126
(mg/dl) Darah Kapiler <90 90-99 ≥100
Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabeter Mellitus Tipe 2 di
Indonesia, PERKENI 2015
Kriteria Diabetes Mellitus menurut PERKENI 2015:8

2.2.1.5 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe 2


A. Tujuan Penatalaksanaan
 Jangka pendek: menghilangkan keluhan, memperbaiki kualitas hidup,
dan mengurangi risiko komplikasi akut.
 Jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati, dan makroangiopati.
Tujuan akhirnya adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas diabetes
mellitus. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian
glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui
pengelolaan pasien secara komprehensif.8,11
B. Langkah Penatalaksanaan DM
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat
(terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi
farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan.
Obat antihiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau
kombinasi. Pada keadaan emergensi dengan dekompensasi metabolik berat,
misalnya: ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat,
atau adanya ketonuria, harus segera dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Sekunder
atau Tersier.11
a. Edukasi
Diabetes Mellitus tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup
dan perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang
diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat.
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku
sehat untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan
edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.
Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala
hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien.
Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah
mendapat pelatihan khusus.8
b. Terapi Nutrisi Medis
Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari penatalaksanaan
diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara
menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang
lain serta pasien dan keluarganya). Setiap penyandang diabetes sebaiknya
mendapat TNM sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai sasaran
terapi. Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan,
terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah
atau insulin.8
c. Latihan jasmani
Latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama 30 menit/
kali), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan
sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, dan
berkebun harus tetap dilakukan. Latihan jasmani selain untuk menjaga
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
Latihan jasmani yang dianjurkan adalah berupa latihan jasmani yang
bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, joging, dan berenang.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran
jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa
ditingkatkan. Sementara bagi mereka yang sudah mengalami komplikasi
DM, intensitas latihan jasmani dapat dikurangi.8,11
d. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat
oral dan bentuk suntikan.8
1. Obat antihipergilkemia oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat antihipergilkemia oral dibagi
menjadi:8
 Pemacu sekresi insulin (insulin secretagogue): Sulfonilurea dan
Glinid
 Meningkatkan sensitivitas terhadap insulin: Metformin dan
Tiazolidindion
 Penghambat absorpsi glukosa: Penghambat Alfa Glukosidase
 Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV) : Sitagliptin dan
Linagliptin.
 Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2) :
Canagliflozin, Empagliflozin, Dapagliflozin, Ipragliflozin
 Insulin
Pemberian insulin dilakukan pada keadaan HbA1c >9% dengan
kondisi metabolik, penurunan berat badan yang cepat, hipeglikemia
berat dengan ketosis, krisis hiperglikemia, gagal dengan kombinasi
OHO dosis optimal, stres berat (infeksi sistemik, operasi besar,
infark miokard akut, stroke), kehamilan dengan diabetes mellitus
yang tidak terkendali dengan perencanaan makan, gangguan fungsi
ginjal atau hati berat, kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO,
dan kondisi perioperatif sesuai indikasi.8 Berdasarkan lama kerja,
insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:
1. Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
2. Insulin kerja pendek (short acting insulin)
3. Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
4. Insulin kerja panjang (long acting insulin)
5. Insulin kerja ultra panjang (ultra-long acting insulin)
 Agonis GLP-1
Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan
pendekatan baru untuk pengobatan DM. Agonis GLP-1 dapat
bekerja sebagai perangsang pelepasan insulin yang tidak
menimbulkan hipoglikemia ataupun peningkatan berat badan
yang biasanya terjadi pada pengobatan dengan insulin ataupun
sulfonilurea. Agonis GLP-1 bahkan mungkin menurunkan berat
badan. Efek agonis GLP-1 yang lain adalah menghambat
penglepasan glukagon yang diketahui berperan pada proses
gluconeogenesis.8
2. Terapi Kombinasi
OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, lalu
dinaikkan secara bertahap. Bersamaan dengan pengaturan diet dan
kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO
tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan OHO kombinasi
(secara terpisah ataupun fixed-combination dalam bentuk tablet tunggal),
harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai
mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum
tercapai, dapat diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang
berbeda atau kombinasi OHO dengan insulin.8
Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana insulin tidak
memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga OHO dapat
menjadi pilih. Kombinasi OHO dan insulin, berupa kombinasi OHO dan
insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang) yang
diberikan pada malam hari menjelang tidur. Bila dengan cara seperti di
atas kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali, maka
OHO dihentikan dan diberikan terapi kombinasi insulin.8

Gambar 2.1 Algoritma Pengelolaan Diabetes Tipe 2 di Indonesia8


2.2.1.6 Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 2
A. Komplikasi Akut
a. Krisis Hiperglikemia
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah komplikasi akut diabetes yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300- 600
mg/dl), disertai tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat.
Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/ml) dan terjadi peningkatan
anion gap.8
Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH) adalah suatu keadaan dimana
terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dl), tanpa
tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380
mOs/ml), plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat.8
b. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan penurunan glukosa darah.Hipoglikemia
pada pasien diabetes paling sering disebabkan oleh penggunaan sulfonilurea
dan insulin.Hipoglikemia akibat sulfonilurea dapat berlangsung lama,
sehingga harus diawasi sampai seluruh obat diekskresi dan waktu kerja obat
telah habis.8
B. Komplikasi Kronik
a. Mikrovaskular/Neuropati
 Retinopati, katarak : penurunan penglihatan
 Nefropati : gagal ginjal
 Neuropati perifer : hilang rasa, malas bergerak
 Neuropati autonomic : hipertensi,gastroparesis
 Kelainan pada kaki : ulserasi, artropati 8,11
b. Makrovaskular
 Sirkulasi koroner : iskemi miokardial/infark miokard
 Sirkulasi serebral : transient ischaemic attack, stroke 8,11

2.2.2 Hipertensi
2.2.2.1 Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg
atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg dalam 2 kali pengukuran dengan
selang waktu 5 menit dan keadaan cukup istirahat.12 Hipertensi yang
ditemukan dilayanan primer berkomplikasi menjadi infark miokard, stroke,
gagal ginjal, dan kematian.13
2.2.2.2 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi hipertensi
primer dan hipertensi sekunder. Penyebab hipertensi primer belum
diketahui sedangkan penyebab hipertensi sekunder berupa penyebab
endogen dan eksogen. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit
komorbid seperti renal akibat gagal ginjal kronis atau penyakit
renovaskular dan dapat disebabkan oleh pengkonsumsian obat yang dapat
meningkatan tekanan darah seperti kortikosteroid, estrogen.14
2.2.2.3 Klasifikasi
Menurut World Health Organization (WHO) dan International Soecity
of Hypertension (ISH), kelompok hipertensi dibagi atas kelompok optimal,
normal, normal tinggi, hipertensi derajat 1 (ringan), hipertensi derajat 2
(sedang), hipertensi derajat 3 (berat) dan hipertensi sistolik yang terisolasi.
Pembagaian drajat keparahan hipertensi menurut WHO/ISH dapat dilihat
pada tabel berikut.13
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Diastolik
Klasifikasi Sistolik (mmHg) (mmHg)
Optimal <120 Dan <80
Normal 120-139 dan/atau 80-84
Normal tinggi 130-139 dan/atau 84-89

Hipertensi derajat 1 140-159 dan/atau 90-99


Subgrup: Borderline 140-159 dan/atau 90-94
Hipertensi derajat 2 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi derajat 3 ≥180 dan/atau ≥110
Hipertensi terisolasi ≥140 Dan <90
Sumber: Hypertension, World Health Organization 2013
2.2.2.4 Status Hipertensi
Status hipertensi dibagi atas status hipertensi terkontrol dan status
hipertensi tidak terkontrol. Hipertensi tidak terkontrol yaitu ukuran tekanan
darah sistolik besar 140 mmHg dan tekanan darah diastolik besar 90 mmHg
berdasarkan rata-rata dua kali pengukuran dalam waktu pemeriksaan yang
berbeda pada subyek dengan pengobatan anti hipertensi atau tidak diobati
dengan benar.15 Faktor- faktor yang mempengaruhi status hipertensi adalah
kepatuhan mengkonsumsi obat, prilaku merokok, status gizi, dan aktivitas
fisik.16
2.2.2.5 Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis hipertensi, diperlukan beberapa tahapan
pemeriksaan yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau tatalaksana
yang akan diambil. Algoritma diagnosis ini diadaptasi dari Canadian
Hypertension Education Program The Canadian Recommendation for The
Management of Hypertension 2014.17

Gambar 2.2 Algoritma Diagnosis Hipertensi17


2.2.2.6 Tatalaksana
Terapi farmakologi dimulai pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak
mengalami penurunan setelah >6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada
pasien hipertensi derajat ≥2. Pada tahun 2013, Joint National Committee
(JNC) 8 mengeluarkan guideline terbaru mengenai tatalaksana hipertensi.
Secara umum, JNC memberikan rekomendasi terkait target tekanan darah
dan rekomendasi golongan obat hipertensi.15
Terapi nonfarmakologi harus dilaksanakan oleh semua pasien
hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan
faktor-faktor risiko serta penyakit penyerta lainnya. Terapi nonfarmakologi
dapat dilakukan dengan menjalani pola hidup sehat diantaranya dengan:18
a. Menurunkan berat badan dapat dilakukan dengan mengganti makanan
tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayur dan buah.
b. Mengurangi asupan garam dengan menghindari makanan cepat saji,
makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Dianjurkan asupan
garam tidak melebihi 2 gram per hari.
c. Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit per hari
minimal 3 hari per minggu dapat membantu menurunkan tekanan darah.
Bila pasien tidak dapat melakukan olahraga secara khusus, dianjurkan
untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam
aktivitas rutin sehari-hari.
d. Mengurangi konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan
tekanan darah. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria
atau 1 gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah.
e. Merokok merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular,
pasien hipertensi dianjurkan berhenti merokok. Penting juga untuk
cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress.
Gambar 2.3 Panduan tatalaksana hipertensi berdasarkan JNC 815
2.3 Posyandu Lansia
2.3.1 Definisi
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi tekhnologi dalam pelayanan
kesehatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan
dukungan pelayanan serta pembinaan tekhnis dari petugas kesehatan.
Posyandu merupakan unit kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dengan
pembimbing dari tenaga kesehatan dari Puskesmas yang bertujuan untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal.19
Sementara menurut Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komisi
Nasional Lanjut Usia (2010) disebutkan bahwa Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di
masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh
masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor
pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain,
dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan
preventif. Disamping pelayanan kesehatan, di Posyandu Lanjut Usia juga
dapat diberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, ketrampilan, olah raga
dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan
mengembangkan potensi diri. 20
Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia merupakan suatu forum komunikasi,
alih tehnologi dan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk
masyarakat yang mempunyai nilai stategis untuk pengembangan sumber daya
manusia, khususnya Lanjut Usia.19
Pelayanan yang dilakukan di posyandu merupakan pelayananujung
tombak dalam penerapan kebijakan pemerintah untukpencapaian lanjut usia
sehat, mandiri dan berdaya guna. Olehkarena itu arah dari kegiatan posyandu
tidak boleh lepas darikonsep active ageing/menua secara aktif. Active Ageing
adalahproses optimalisasi peluang kesehatan, partisipasi dan keamananuntuk
meningkatkan kualitas hidup di masa tua. Jika seseorangsehat dan aman,
maka kesempatan berpartisipasi bertambahbesar. Masa tua bahagia dan
berdayaguna tidak hanya fisik tetapimeliputi emosi, intelektual, sosial,
vokasional dan spiritual yangdikenal dengan dimensi wellness.19
Wellness merupakan suatu pendekatan yang utuh untukmencapai menua
secara aktif. Lebih jelasnya, konsep keenamdimensi wellness secara utuh
mencakup beberapa hal sebagaiberikut:19
1. Fisik
Mampu menjaga kesehatan fisik, melalui kebiasaan makanyang baik, olah
raga teratur, perawatan kesehatan sertamenggunakan pelayanan kesehatan
yang sesuai.
2. Emosional
Mampu mengekspresikan perasaannya dan dapat menerimaperasaan orang
lain, serta memandang hidup secara positif;kemampuan untuk membentuk
hubungan dengan orang laindidasarkan pada komitmen bersama,
kepercayaan, dan rasahormat adalah bagian penting dari kesehatan
emosional.
3. Intelektual
Mampu mempertahankan kemampuan intelektualnya melaluipendidikan
formal maupun informal, serta kegiatan kognitiflainnya, misalnya
membaca, menulis, dan melukis; berbagipengetahuan dan skill dengan
orang lain.
4. Sosial
Berkontribusi terhadap lingkungan dan masyarakat; salingketergantungan
dengan orang lain dan alam; mampu hidupberdampingan secara harmonis
dengan sesama dalamkehidupan sosial.
5. Vokasional
Mampu memberdayakan diri dalam berbagai aktivitas, baiksebagai
relawan maupun pekerjaan yang membuahkanpenghasilan sehingga
memperoleh kepuasan.
6. Spiritual
Mampu menghargai dan mensyukuri hidup dan kehidupan.

2.3.2 Tujuan Posyandu Lansia


1. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia.
2. Mendekatkan keterpaduan pelayanan lintas program dan lintas sektor
serta meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan
kesehatan.
3. Mendorong dan memfasilitasi lansia untuk tetap aktif, produktif, dan
mandiri serta meningkatkan komunikasi di antara masyarakat lansia.
2.3.3 Sumber Daya Manusia
Tenaga yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posyandu sebaiknya 8 orang
namun bisa kurang dengan konsekuensi bekerjarangkap. Kepengurusan yang di
anjurkan adalah:19
1. Ketua Posyandu
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Kader sekitar 5 orang :
a) Meja 1 tempat pendaftaran
b) Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat
badan,pengukuran dan pencatatan tinggi badan
sertapenghitungan index massa tubuh (IMT)
c) Meja 3 tempat melakukan kegiatan Pemeriksaan danpengobatan
sederhana (tekanan darah, gula darah, Hb danpemberian vitamin,
dan lain - lain)
d) Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizidan
kesejahteraan)
e) Meja 5 tempat memberikan informasi dan melakukankegiatan
sosial (pemberian makan tambahan, bantuanmodal,
pendampingan, dan lain – lain sesuai kebutuhan)
2.3.4 Sumber Dana Pelaksanaan Posyandu Lansia
Biaya Posyandu Kegiatan posyandu merupakan kegiatan partisipasi
masyarakat, dari masyarakat untuk masyarakat.Secara umum biaya berasal dari
masyarakat itu sendiri melalui berbagai cara antara lain :19
- iuran dari para warga
- donatur tidak tetap atau tetap
- usaha mandiri dari posyandu
- bantuan dari dunia usaha/CSR (corporate socialresponsibilty)
- bantuan dari kelurahan
- subsidi pemerintah
- dll
2.3.5 Upaya-Upaya yang Dilakukan Dalam Posyandu Lansia
a. Promotif
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya
promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan
dukungan klien, tenaga profesional, dan masyarakat terhadap praktik
kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Penyampaian 10 perilaku
yang baik bagi lansia, baik perorangan maupun kelompok lansia adalah
dengan cara sebagai berikut.
1. Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mau menerima keadaan, sabar dan optimis, serta meningkatkan rasa
percaya diri dengan melakukan kegiatan sesuai kemampuan.
3. Menjalin hubungan yang teratur dengan keluarga dan sesama.
4. Olahraga ringan setiap hari.
5. Makan sedikit tapi sering, memilih makanan yang sesuai, dan
banyak minum (sebanyak air putih).
6. Berhenti merokok dan meminum minuman keras.
Menurut Suyono (1997), ada beberapa tindakan yang disampaikan
dalam bentuk pesan “BAHAGIA” yaitu :
1. B-Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi
2. A-Aturlah maanan hingga seimbang
3. H-Hindari faktor resiko penyakit degeneratif 4. A-Agar terus
berguna denganmempunyai hobi yang bermanfaat
4. G-Gerak badan teratur agar terus dilakukan
5. I-Iman dan takwa ditingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang
menegangkan
6. A-Awasi kesehatan dengan memeriksa badan secara periodik
b. Peningkatan Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Meliputi kegiatan peningkatan keagamaan (kegiatan doa bersama).
Peningkatan ketakwaan berupa pengajian rutin satu bulan sekali. Kegiatan ini
memberikan kesempatan mewujudkan keinginan lanjut usia yang selalu
berusaha terus memperkokoh iman dan takwa.
c. Peningkatan Kesehatan dan Kebugaran Usia Lanjut
1. Pemberian pelayanan kesehatan melalui klinik lanjut usia Kegiatan
pelayanan kesehatan dengan cara membentuk suatu pertemuan yang
diadakan disuatu tempat tertentu atau cara tertentu misalnya pengajian
rutin, arisan pertemuan rutin, mencoba memberikan pelayanan kesehatan
yang bersifat sederhana dan dini. Sederhana karena kita menciptakan
sistem pelayanan yang diperkirakan bisa dilaksanakan diposyandu lansia
dengan kader yang juga direkrut dari kelompok pra usia lanjut. Bersifat
dini karena pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan rutin tiap bulan
dan diperuntukkanbagi seluruh lanjut usia baik yang merasa sehat
maupun yang merasa adanya gangguan kesehatan. Selain itu aspek
preventif mendapatkan porsi penekanan dalam pelayanan kesehatan ini.
2. Penyuluhan gizi
3. Penyuluhan tentang tanaman obat keluarga
4. Olah raga
Olah raga adalah suatu bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh
baik terhadap tingkat kemampuan fisik seseorang, apabila dilakukan
secara baik dan benar. Manfaat latihan fisik bagi kesehatan adalah
sebagai upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. Ada berbagai
jenis kegiatan yang dapat dilakukan, salah satunya adalah olah raga. Jenis
olah raga yang bisa dilakukan dalam kegiatan posyandu lansia adalah
pekerjaan rumah, berjalan-jalan, jogging atau berlari-lari, berenang,
bersepeda, bentuk-bentuk lain seperti tenis meja dan tenis lapangan
5. Rekreasi
d. Peningkatan Keterampilan
Kesenian, hiburan rakyat dan rekreasi merupakan kegiatan yang sangat
diminati oleh lanjut usia. Kegiatan yang selalu bisa mendatangkan rasa
gembira tersebut tidak jarang menjadi obat yang sangat mujarab terutama
bagi lansia yang kebetulan anak cucunya bertempat tinggal jauh darinya atau
usia lanjut yang selalu berusaha terus memperkokoh iman dan takwa.
Peningkatan ketrampilan untuk lansia meliputi :
1. Demontrasi ketrampilan lansia membuat kerajinan
2. Membuat kerajinan yang berpeluang untuk dipasarkan
3. Latihan kesenian bagi lansia
e. Upaya Pencegahan/Prevention
Masing-masing upaya pencegahan dapat ditunjukkan kepada :
1. Upaya pencegahan primer (primary prevention) ditujukan kepada lanjut
usia yang sehat, mempunyai resiko akan tetapi belum menderita penyakit
2. Upaya pencegahan sekunder (secondary prevention) ditujukan kepada
penderita tanpa gejala, yang mengidap faktor resiko. Upaya ini dilakukan
sejak awal penyakit hingga awal timbulnya gejala atau keluhan
3. Upaya pencegahan tertier (tertiery prevention) ditujukan kepada
penderita penyakit dan penderita cacat yang telah memperlihatkan gejala
penyakit.
2.4 Definisi Kader dan Tugas Kader
Kader posyandu merupakan anggota yang berasal dari masyarakat didaerah
tersebut serta bersedia, mampu, dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan
kegiatan Posyandu. Kader posyandu sebagai penyelenggara posyandu dituntut
untuk memenuhi kriteria yaitu anggota masyarakat setempat, dapat membaca dan
menulis huruf latin, memiliki minat dan bersedia menjadi kader, bekerja secara
sukarela, dan memiliki kemampuan dan waktu luang. Kriteria kader posyandu
menurut Kemenkes RI tahun 2011 adalah kader yang dipilih diutamakan berasal
dari anggota masyarakat setempat sehingga kader lebih mengetahui karakteristik
dan memahami kebiasaan masyarakat, kader harus bisa membaca dan menulis
huruf latin karena pelaksanaan tugas di Posyandu berhubungan juga dengan
pencatatan dan pengisian KMS dan kader sebaiknya dapat menggerakkan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan posyandu dan bekerja secara
sukarela.21
Pada posyandu lansia kader memiliki fungsi sebagai :19
 Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan pada
kegiatan posyandu.
 Memobilisasi sasaran pada hari pelayanan posyandu.
 Melakukan pendaftaran sasaran pada pelayanan posyandu lanjut
usia.
 Melaksanakan kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan para lanjut usia dan mencatatnyadalam KMS atau
buku pencatatan lainnya.
 Membantu petugas dalam pelaksanaan pemeriksaankesehatan dan
pelayanan lainnya.
 Melakukan penyuluhan ( kesehatan, gizi, sosial, agamadan karya)
sesuai dengan minatnya.6
2.5 KIE
Komunikasi adalah penyampaian pesan secara langsung atau tidak
langsung melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan untuk mendapatkan
tanggapan. Tanggapan (respon) diperoleh karena telah terjadi penyampaian pesan
yang dimengerti oleh masing-masing pihak. Informasi adalah keterangan, gagasan
maupun kenyataan yang perlu diketahui masyarakat (pesan yang disampaikan)
dan dimanfaatkan seperlunya.Edukasi adalah sesuatu kegiatan yang mendorong
terjadinya penambahan pengetahuan, perubahan sikap, perilaku dan ketrampilan
seseorang/kelompok secara wajar.22

2.5.1 Kategori KIE

KIE dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian :22

a) KIE individu : Suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas
KIE dengan individu sasaran program, misalnya terjadi meditasi, refleksi diri,
berdoa. Media KIE yang digunakan bisa merupakan alat peraga, bahan bacaan

b) KIE kelompok : Suatu proses KIE timbul secara langsung antara


petugas KIE dengan kelompok (2-15) orang, misalnya melalui diskusi kelompok
(FGD). Media yang digunakan bisa berupa alat peraga, video, buku panduan,
modul, film-film pendek.

c) KIE massa : Suatu proses KIE tentang sesuatu program yang dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat dalam
jumlah besar. Penyampaian Pesan Kepada Kelompok besar/ sebagian besar
populasi .Bisa dalam bentuk seminar, kempanye akbar, seruan moral/pernyataan
sikap, dll.Media yang digunakan bisa melalui; stiker, poster, siaran radio, TV,
surat kabar, leaflet/brosur, media sosial, dan lain lain.

2.5.2 Tujuan KIE22

• Menambah Pengetahuan, mengubah sikap , kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku


individu atau kelompok.

• Secara aktif mendukung suatu masalah/issu dan mencoba untuk mendapatkan


dukungan dari pihak lain

• Meletakan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin


berlangsungnya proses penerimaan masyarakat terhadap suatu isu

• KIE mendidik individu dan masyarakat tentang keberadaan dan manfaat suatu
isu yang berbasis masyarakat

2.6 CSR
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan pihak swasta
sebagai salah satu bentuk tanggungjawab sosial kepada masyarakat dan
lingkungan sekitarnya. Corporate Social Responsibility merupakan kepedulian
perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple
bottom lines (3P) yaitu Selain mengejar profit, perusahaan juga mesti
memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people)
dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). CSR
sendiri memiliki konsep sebagai berikut :23
1. Perusahaan harus mempunyai perhatian terhadap persoalan sosial dan
lingkungannya
2. Berdasarkan prinsip sukarela
3. Kegiatan bisnis dan interaksi dengan pemangku kepentingan harus
memperhatikan persoalan social dan lingkungan
Terdapat motivasi perusahaan saat menjalankan CSR yaitu terdapat tiga
tahap yaitu:22
1. Corporate charity, yakni dorongan amal berdasarkan motivasi
keagamaan.
2. Corporate philantrophy, yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya
bersumber dari norma dan etika universal untuk menolong sesama dan
memperjuangkan pemerataan sosial.
3. Corporate citizenship, yaitu motivasi kewargaan demi mewujudkan
keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial.
Peraturan mengenai pelaksanaan CSR diantaranya adalah Undang-undang
No. 40 tahun 2007 mengenai ketentuan umum perseroan terbatas dan Peraturan
Menteri Negara BUMN No.PER-5/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan
Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Pada
UU. No. 40 tahun 2007 menekankan tanggung jawab sosial dan lingkungan badan
usaha yang terkait dengan pengolahan sumber daya alam, seperti pasal 74
menyebutkan bahwa “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan”.24
Berikut merupakan mekanisme kerjasama CSR
BAB III
ANALISIS SITUASI
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
RENCANA KEGIATAN
BAB VI
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
1. Sari NR, Maylasari I, Dewi FWR, Putrianti R, Nugroho SW, Wilson H.
Statistik Penduduk Lanjut Usia 2020. Badan Pusat Statistik; 2020.
2. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Jakarta: Komisi Nasional
Lanjut Usia; 2010.
3. Kusumawati Y, Sari Y, Zulaekah S. Pengembangan Kegiatan Posyandu
Lansia Anthurium Di Surakarta. War LPM. 2016;19(2):125–33.
4. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil kesehatan kota padang. 2019.
5. Puskesmas Rawang. Laporan Tahunan Puskesmas Rawang Tahun 2020.
Padang: Puskesmas Rawang; 2020.
6. Demartoto, A.Pelayanan Sosial Non Panti bagi Lansia Suatu Kajian
Sosiologis. Surakarta: Sebelas Maret University Press. 2007
7. Steanley & Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta:
EGC.
8. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan Diabeter Mellitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta; 2015.
9. Sudoyo A. Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi VI jilid III. Jakarta:
Interna Publishing; 2014.
10. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
2018. Jakarta: Departemen Kesehatan. 2018.
11. Decroli E. Diabetes Melitus Tipe 2. Padang : Pusat Penerbitan Bagian
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas; 2019.
12. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Dennison-himmelfarb C.
evidence-based guideline for the management of high blood pressure in
adults report from the panel members appointed to the eighth joint
nationalcommittee (jnc 8). JAMA. 2014; 311(17):1809
13. World Health Organization 2013. Hypertension.
http://www.searo.who.int/entity/noncommunicable_diseases/media/nonc
omm unicable_diseases_hypertension_fs.pdf.- Diakses 18 Februari 2021.
14. Guyton, A.C., dan Hall, J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
12. Penterjemah: Ermita I, Ibrahim I. Singapura: Elsevier; 2014.
15. World Health Organization. 2013. Hypertension.
http://www.searo.who.int/entity/noncommunicable_diseases/media/nonc
omm unicable_diseases_hypertension_fs.pdf.- Diakses 18 Februari 2021.
16. Hulaima IS. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kontrol tekanan darah
pada pasien hipertensi di uskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung. Skripsi.
Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Bandar Lampung; 2017.
17. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardio vaskular Indonesia. Pedoman
tatalaksana hipertensi pada penyakit kardio vaskular. 1st; 2015.
18. Oktariani Dhini D. Hubungan keteraturan berolahraga dengan tekanan darah
pada orang berusia 26-40 tahundi Padang. Skripsi. Padang. Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas; 2014.
19. Bahtiyar, Lutfi (2011) GDS: Hadi dan Kris Pranaka. 2010. Buku Ajar
Boedhi-Darmojo GERIATRI. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
20. Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lansia
Jakarta.
21. Lubis Z, Syahri IM. Pengetahuan dan tindakan kader posyandu dalam
pemantauan pertumbuhan anak balita. Jur Kes Mas. 2015:11(1);65-73
22. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan
Komunikasi Perubahan Perilaku, Untuk KIBBLA, Jakarta 2008
23. Nayenggita GB, Raharjo ST, Resnawaty R. Praktik corporate social
responsibility (CSR) di Indonesia. Jurnal Pekerj Sos. 2019:2(1);61-6
24. Machmud S. Kajian pemanfaatan dana corporate social responsibility
sebagai alternative sumber pembiayaan pembangunan daerah. Jur Eko Bis
dan Ent. 2015:9(1);29-44
25.

Anda mungkin juga menyukai