Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PROBLEM SOLVING

4.1 Fishbone

Mencari akar permasalahan dari setiap masalah yang ada dengan metode
fishbone melalui brainstorming dengan staf penanggung jawab bagian kesehatan
gigi dan mulut, imunisasi dan P2P (Pencegahan dan Pengendalian Penyakit).
LINGKUNGAN
DANA SARANA

 Balita menyukai makanan manis


 Kurangnya tersebarnya media dan minum susu botol
 Mahalnya perawatan untuk
promotif  Lingkungan rumah/sekolah yang
gigi dan mulut menjajakan makanan manis
 Tindakan perawatan yang  Ruang lingkup dalam keluarga yg
berulang dan butuh waktu masih melakukan kebiasaan yg Meningkatnya kasus karies pada
salah balita di Puskesmas Nanggalo
pada tahun 2019 dibandingkan
dengan tahun 2018 dari 99 kasus
 Mindset yang beranggapan bahwa gigi dapat menjadi 184 kasus
 Melakukan rencana program yang lebih
tumbuh kembali
 Kedokter gigi hanya pada saat merasa sakit terintegrasi dan lebih menarik
 Kurangnya pengetahuan Ibu mengenai  Melakukan program deteksi
kesehatan gigi balita yg normal karies dini untuk balita
 Balita malas ke dokter gigi karena takut
disuntik
 Anggapan jika tindakan pencabutan gigi
merupakan cara mengatasi
masalah gigi SDM
METODE
 Membiarkan kebiasaan buruk
balita terus berlanjut
Tabel 4.2 Alternatif Pemecahan Masalah terhadap meningkatnya kasus karies pada
balita di Puskesmas Nanggalo pada tahun 2019 dibandingkan dengan tahun 2018 dari
99 kasus menjadi 184 kasus

No Aspek Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah


Masalah
1. SDM Mindset yang beranggapan Mengadakan penyuluhan rutin
bahwa gigi dapat tumbuh kepada Ibu tentang gigi dan mulut
kembali mengenai cara menjaga kesehatan
gigi dan mulut balita
Kedokter gigi hanya pada Penyuluhan mengenai tanda tanda
saat merasa sakit gejala agar lebih waspada dan
mengenali penyakit gigi dan mulut
Kurangnya pengetahuan Ibu Memberikan KIE kepada Ibu
mengenai kesehatan gigi mengenai kesehatan gigi dan mulut
balita yg normal yang sehat dan tanda-tanda
kerusakan gigi dan mulut pada
balita
Balita malas ke dokter gigi Memberikan edukasi kepada Ibu
karena takut disuntik dan Balta dengan cara yang menarik
dan memberikan hadiah kecil
seperti sticker untuk balita yang
berkunjung ke Puskesmas
Orangtua memberikan pengertian ke
balita bahwa ke dokter gigi itu
merupakan tindakan pencegahan
sebelum gigi rusak parah
Anggapan jika tindakan Memberi edukasi mengenai
pencabutan gigi merupakan pentingnya melaksanakan kontrol
cara mengatasi dan pengobatan pada penyakit gigi
masalah gigi tidak selalu harus dicabut
Memberikan penjelasan kepada
pasien terhadap kondisi gigi dan
mulutnya serta tindakan yang akan
dilakukan ke pasien
Membiarkan kebiasaan Memberikan edukasi kepada Ibu
buruk bahwa pentingnya menjaga
balita terus berlanjut kesehatan gigi dan mulut balita dan
pengaruhnya pada pertumbuhan dan
perkembangan gigi pada saat remaja
2. Metode Rencana program yang Membangun kerjasama dengan
kurang terintegrasi lintas program dan lintas sektor
untuk mendukung program agar
lebih optimal
3. Sarana Kurangnya tersebarnya Penyebaran media promosi
media promotif kesehatan gigi dan mulut di
puskesmas dan di sekolah
Ibu sebagai support system pada
anak untuk mau menjaga kesehatan
gigi nya secara mandiri
4. Dana Mahalnya perawatan untuk Melakukan perawatan di puskesmas
atau rumah sakit dengan
gigi dan mulut
menggunakan kartu BPJS

Tindakan perawatan yang Memberikan PEnjelasan kepada


pasien bahwa perawatan yang akan
berulang dan butuh waktu
dilakukan itu secara bertahap dan
tidak bisa dengan sekali kunjungan
untuk kasus tertentu
5. Lingkungan Balita menyukai makanan Memberikan edukasi keada Ibu agar
manis dan minum susu botol nantinya Ibu dapat mengingatkan
balita untuk tidak mengonsumsi
susu dan makanan manis terlalu
sering dan berlebihan
Lingkungan rumah/sekolah Memberikan KIE kepada Ibu dan
yang menjajakan makanan balita bahwa makanan manis yang
manis berlebihan dapat mnyebabkan gigi
berlubang
Ruang lingkup dalam Memberikan KIE dan
keluarga yg masih penjelasan/pendekatan kepada Ibu
melakukan kebiasaan yg tentang hal-hal yang dapat dicegah
salah dalam kerusakan gigi pada balita

A. PROMOSI KESEHATAN
Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan. Promosi kesehatan dapat berupa kegiatan penyampaian informasi
menggunakan media elektronik yaitu video yang berisi materi, dan mengguankan
media leaflet/brosur.
Upaya Promosi Kesehatan adalah upaya untuk melaksanakan pemberdayaan
kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap
individu, keluarga, serta lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan
upaya kesehatan bersumber daya masyasarakat
Tujuan promosi kesehatan adalah meningkatkan kemampuan baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat agar mampu hidup sehat dan
mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat serta terwujudnya
lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan tersebut
(Notoatmodjo, 2012).
Upaya untuk mewujudkan promosi kesehatan dapat dilakukan melalui strategi
yang baik. Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dalam promosi kesehatan sebagai penunjang dari program-program
kesehatan yang lainnya, seperti kesehatan lingkungan, peningkatan status gizi
masyarakat, pemberantasan penyakit menular, pencegahan penyakit tidak menular,
peningkatan kesehatan ibu dan anak, serta pelayanan kesehatan (Notoatmodjo,
2012).
Tujuan dari penyuluhan kesehatan, yaitu melakukan perubahan terhadap
pengetahuan, pengertian atau konsep yang sudah ada, serta perubahan terhadap
pandangan dan keyakinan dalam upaya menempatkan perilaku yang baru sesuai
dengan informasi yang diterima.
Jenis Media Promosi Kesehatan
Berdasarkan peran-fungsinya sebagai penyaluran pesan / informasi
kesehatan, media promosi kesehatan dibagi menjadi 3 yakni :
a. Media cetak Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya
terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna.
Yang termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet, flyer
(selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik atau tulisan pada surat
kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi
kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama,
mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana,
tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan
gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat
menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.
b. Media elektronik Media ini merupakan media yang bergerak dan
dinamis, dapat dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat
bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah televisi,
radio, video film, cassette, CD, VCD, internet (computer dan modem),
SMS (telepon seluler). Seperti halnya media cetak, media elektronik ini
memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik,
sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh
panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta
jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya
lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk
produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan
berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk
mengoperasikannya.
c. Media luar ruang Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa
melalui media cetak maupun elektronik misalnya papan reklame,
spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar, umbul-umbul, yang
berisi pesan, slogan atau logo. Kelebihan dari media ini adalah lebih
mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan,
bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat
dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini
adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk
produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan
berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan
untuk mengoperasikannya.

Sasaran Promosi Kesehatan


a) Sasaran primer
Sasaran primer kesehatan adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah
tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Masyarakat diharapkan mengubah
perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah
sesuatu 11 yang mudah. Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga
(rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung oleh sistem nilai dan norma
sosial serta norma hukum yang dapat diciptakan atau dikembangkan oleh para
pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal. Keteladanan
dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun formal dalam
mempraktikkan PHBS. Suasana lingkungan sosial yang kondusif (social pressure)
dari kelompok-kelompok masyarakat dan pendapat umum (public opinion).
Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang dapat
diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung jawab dan
berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan dan dunia
usaha (Maulana, 2011).
b) Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
(misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal
(misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi
kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam
upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga)
dengan cara: berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. Turut
menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang
kondusif bagi PHBS. Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna
mempercepat terbentuknya PHBS (Maulana, 2011).
c) Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan serta
mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka
diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat
dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:
1. Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak
merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan
kesehatan masyarakat.
2. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang
dapat mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya
(Maulana, 2011)

Anda mungkin juga menyukai