Anda di halaman 1dari 14

JURNAL

PENGARUH PEMBERIAN FEED SUPLEMEN VITERNA PLUS


DENGAN DOSIS BERBEDA PADA PAKAN BUATAN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN BENIH IKAN SELAIS
(Ompok hypopthalmus) DENGAN SISTEM RESIRKULASI

OLEH :
DITA LORENZA

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
1

EFFECT OF GIVING DIFFERENT DOSES OF VITERNA SUPLEMENT


WITH ARTIFICAL FEED ON THE GROWTH DAN SURVIVAL OF
CATFISH (Ompok hypopthalmus) WITH A RECIRCULATION SYSTEM

By :
Dita Lorenza , Niken Ayu Pamukas2), Rusliadi2)
1)

Aquaculture Departement, Fisheries and Marine Faculty


Riau University, Pekanbaru, Riau Province
e-mail : ditalorenza2@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research was to study the effect of giving different doses of
viterna suplement with artifical feed on the growth dan survival of catfish (ompok
hypopthalmus) with a recirculation system. The method used was the
experimental method, namely a completely randomized design (CRD) of one
factor with 5 levels of training and 3 replications required 15 experimental units
with training P0 (without viterna), P1 (viterna 13 ml/kg of feed) , P2 (viterna 15
ml/kg of feed), P3 (viterna 17 ml/kg of feed), P4 (viterna 19 ml/kg of feed). The
results of the research was absolute weight growth, absolute length growth,
increased fish growth, daily growth rate, survival rate, and feed conversion ratio
(FCR) the best in P3 with the use of viterna 17 ml/kg of feed.

Keywords: viterna plus, Catfish, recirculation system, survival rate.

1) Student of the Faculty of Fisheries and Marine, University of Riau


2) Lecture of the Faculty of Fisheries and Marine, University of Riau
2

PENGARUH PEMBERIAN FEED SUPLEMEN VITERNA PLUS DENGAN


DOSIS BERBEDA PADA PAKAN BUATAN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN BENIH IKAN SELAIS
(Ompok hypopthalmus) DENGAN SISTEM RESIRKULASI
Oleh :

Dita Lorenza1), Niken Ayu Pamukas2), Rusliadi2)

Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan


Universitas Riau, Pekanbaru Provinsi Riau
e-mail : ditalorenza2@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis terbaik dengan
pemberian feed suplemen viterna plus pada pakan buatan terhadap pertumbuhan
dan kelulushidupan benih ikan selais (Ompok hypopthalmus) dengan sistem
resirkulasi. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu Rancangan
Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan 5 taraf perlakuan dan 3 kali ulangan
sehingga dibutuhkan 15 unit percobaan dengan perlakuan P0 (tanpa viterna), P1
(viterna 13 ml/kg pakan), P2 (viterna 15 ml/kg pakan), P3 (viterna 17 ml/kg
pakan), P4 (viterna 19 ml/pakan). Hasil penelitian menunjukan pertumbuhan
bobot mutlak, pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan harian,
kelulushidupan, dan rasio konversi pakan (FCR) yang terbaik P3 dengan
penggunaan viterna plus 17 ml/kg pakan.

Kata kunci : Viterna plus, ikan selais, sistem resirkulasi, kelulushidupan.

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau


2) Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
3

Pendahuluan dengan dosis 15 ml/kg pakan


Ikan selais (Ompok memberikan pertumbuhan berat
hypopthalmus) merupakan ikan yang mutlak dan harian tertinggi pada
digemari masyarakat. Kegiatan benih ikan lele sangkuriang (Clarias
penangkapan ikan selais yang gariepinus). Penelitian ini bertujuan
meningkat menggambarkan untuk mengetahui dosis terbaik
tingginya permintaan pasar terhadap penambahan viterna pada pakan
ikan ini, sehingga menyebabkan para buatan dengan dosis berbeda
nelayan juga meningkatkan intensitas terhadap pertumbuhan dan
penangkapan ikan diperairan umum. kelulushidupan ikan selais
Saat ini usaha budidaya ikan
selais telah mulai dikembangkan, Metode Penelitian
terutama setelah berhasil dilakukan Penelitian ini telah
pemijahan buatan dalam rangka dilaksanakan pada tanggal 9
penyediaan benih (Adelina et al,. Desember- 19 Januari 2019 di
2012). Namun penerapan pemberian Laboratorium Teknologi Budidaya,
pakan buatan untuk budidaya ikan Fakultas Perikanan dan Kelautan,
selais menjadi salah satu kendala Universitas Riau, Pekanbaru, Riau.
dalam usaha budidaya serta masih Metode yang digunakan dalam
sedikit informasi yang tersedia penelitian ini adalah metode
sehubungan dengan kebutuhan eskperimen dengan rancangan acak
nutrisi benih ikan tersebut. lengkap (RAL) satu faktor dengan 5
Sementara untuk meningkatkan taraf perlakuan dan pengulangan
produksi budidaya, hanya dapat sebanyak 3 kali.Perlakuan pada
dicapai dengan meningkatkan penelitian ini adalah :
pertumbuhan ikan, dimana dalam hal
ini memerlukan pakan dengan P0 : Tanpa penambahan viterna
kandungan nutrisi yang sesuai P1 : Penambahan dosis viterna 13
dengan kebutuhan gizi ikan ml/kg pakan
(Sumantadinata, 1983). P2 : Penambahan dosis viterna 15
Viterna merupakan suplemen ml/kg pakan
yang berasal dari berbagai macam P3 : Penambahan dosis viterna 17
bahan alami yang bermanfaat untuk ml/kg pakan
meningkatkan kandungan nutrisi dan P4 : Penambahan dosis viterna 19
mempercepat pertumbuhan. Selain ml/kg pakan
itu juga viterna dapat berfungsi
Wadah dalam penelitian ini
memacu enzim-enzim pencernaan
menggunakan akuarium yang
ternak, memberikan mineral-mineral 3
berukuran (40x30x30) cm sebanyak
essensial maupun non essensial.
15 unit akuarium. Benih ikan selais
(Setiaji et al., 2014).
yang digunakan berukuran 5-8
Menurut Hendrasaputro et
cm/ekor sebanyak 150 ekor dengan
al., (2015), pemberian viterna
4

jumlah 10 ekor/akuarium atau 1 Dimana :


ekor/1,5 L air, Ikan uji dipelihara Lm=Pertumbuhan panjang mutlak (mm)
selama 40 hari dan sampling Lt= Panjang akhir (mm)
dilakukan 10 hari sekali. Lo= Panjang awal (mm)
Pakan yang digunakan adalah
Laju Pertumbuhan Harian
pakan dengan kadar protein 38 %,
Laju pertumbuhan harian (%)
pakan terlebih dahulu disemprotkan
ditentukan berdasarkan selisih bobot
dengan suplemen viterna dengan
rata rata-rata akhir dengan bobot
dosis yang sudah ditentukan. Setelah
rata-rata awal kemudian
diaduk rata, lalu dikering dengan
dibandingkan dengan waktu
cara di angin-anginkan.
pemeliharaan dengan rumus
Pemberian pakan pada ikan uji
Zonneveld et al. (1991) yaitu
sebanyak 3 kali sehari yaitu pada
pukul 08.00, 14.00, dan pukul 19.00
sebanyak 5 % dari bobot biomassa.
Penimbangan ikan uji dilakukan Dimana :
setiap 10 hari sekali untuk SGR= Laju pertumbuhan harian (%)
mengetahui berat ikan, dan panjang Wo= Berat rata-rata ikan pada awal
tubuh ikan. penelitian (g/ekor)
Parameter yang diukur dalam Wt= Berat rata-rata ikan pada akhir
penelitian ini adalah pertumbuhan penelitian (g/ekor)
bobot dan panjang, laju pertumbuhan t = Lama pemeliharaan (hari)
spesifik, kelulushidupan (SR),
Kelulushidupan/Survival Rate
konversi rasio pakan (FCR), dan
(SR)
kualitas air (pH, suhu, DO, dan
Untuk mengukur kelansungan
Amoniak),
hidup digunakan rumus dari
Zonneveld et al (1991) sebagai
Pertumbuhan bobot mutlak
berikut :
Pertumbuhan bobot mutlak
dapat dihitung dengan menggunakan SR = x 100%
rumus Effendie (2004) yaitu : Dimana :
Wm = Wt – Wo SR = Tingkat kelulushidupan ikan uji
Dimana : (%)
Wm=Pertumbuhan Bobot Mutlak (g) Nt = Jumlah ikan yang hidup pada
Wt= Bobot Akhir (g) akhir penelitian (ekor)
Wo= Bobot Awal (g) No = Jumlah ikan yang hidup pada
awal penelitian (ekor)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak Rasio Konversi Pakan
larva ikan jelawat digunakan rumus Perhitungan konversi pakan
Effendie (2002) sebagai berikut : dilakukan dengan mengggunakan
Lm= Lt – Lo rumus dari NRC (1977), yaitu:
5

dilakukan pada awal, tengah , dan


( ) akhir penelitian.

Dimana :
Analisis Data
FCR = Rasio Konversi Pakan Data yang diperoleh selama
Wo =Bobot biomassa hewan uji penelitiandianalisis menggunakan
pada awal penelitian (g) ANAVA (Analisis Varian) untuk
Wt =Bobot biomassa hewan uji mengetahui pengaruh dari semua
pada akhir penelitian (g) perlakuan.Apabila ada pengaruh
D =Jumlah bobot hewan uji yang dosis suplemen viterna yang
mati (g) diberikan terhadap pertumbuhan dan
F =Jumlah Pakan yang diberikan
kelulushidupan ikan selais (P<0,05),
maka dilanjutkan dengan uji Student
Kualitas Air
Newman Keuls (SNK)
Kualitas air yang diamati
(Sudjana,1991).
selama penelitian adalah suhu, pH,
DO, dan amonia. Pengukuran

Hasil dan Pembahasan


Pertumbuhan Bobot Mutlak
Pada setiap perlakuan selama penelitian bobot rata-rata ikan selais dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pertumbuhan bobot mutlak ikan selais (Ompok hypothalmus) yang
diukur selama penelitian
Pertumbuhan Bobot Mutlak (g)
Ulangan
P0 P1 P2 P3 P4
1 4,32 6,18 6,69 7,54 6,47
2 4,56 6,37 6,88 7,66 6,81
3 4,92 6,2 6,74 7,75 6,57
Jumlah 13,8 18,75 20,31 22,95 19,85
Rerata 4,60±0,30ª 6,25±0,10b 6,77±0,09c 7,65±0,10d 6,62±0,17c

Tabel 1 menunjukan bahwa menyebabkan kelebihan protein dan


pertumbuhan bobot mutlak tertinggi lemak sehingga menimbulkan
pada perlakuan P3 (viterna 17 ml/kg) penimbunan lemak menyebabkan
sebesar 7,65 g, sedangkan yang kurangnya nafsu makan dan
terendah terdapat pada perlakuan P0 menghambat laju pertumbuhan pada
(kontrol) yaitu 4,60 g, hal ini diduga ikan (Kordi 2009).
bahwa pemberian pakan yang Hasil analisis variansi
mengandung viterna dengan dosis 17 (ANAVA), pertumbuhan bobot
ml/kg pakan merupakan dosis yang mutlak benih ikan selais
tepat, sedangkan perlakuan P4 terlihat menunjukkan bahwa pemberian
lebih rendah dibandingkan P3. Hal suplemen (viterna) dengan dosis
ini disebabkan karena dosis 19 ml/kg yang berbeda pada pakan
6

memberikan pengaruh nyata kedalam pakan mempunyai


terhadap pertumbuhan benih ikan kandungan seperti potein dan lemak
selais (Ompok hypopthalmus) yang akan dicerna oleh ikan untuk
(P<0,05). Hasil uji lanjut Student- kebutuhan energi dan pertumbuhan.
Newman-Keuls menunjukkan bahwa Hal ini didukung oleh Subandiyono
antara perlakuan P0 (kontrol) sangat (2009), menyatakan bahwa Protein
berbeda nyata dengan P3 (viterna 17 dan lemak akan dicerna, diserap dan
ml/kg) sedangkan P1 (viterna 13 dimetabolisme setelah itu diubah
ml/kg) berbeda nyata dengan P2 menjadi energi yang bermanfaat.
(viterna 15 ml/kg) dan P4(viterna 19 Menurut Aprilia et al.,
ml/kg). (2018), penambahan suplemen
Pada akhir penelitian pakan (viterna) pada pakan memberikan
dengan penggunaan suplemen pertumbuhan bobot mutlak ikan patin
(viterna) menghasilkan bobot rata- pada dosis 15 mL/kg yaitu sebesar
rata ikan lebih tinggi dibandingkan 4,51 g. Sedangkan pada ikan lele
perlakuan P0 (kontrol) pakan tanpa dumbo penambahan suplemen
penambahan suplemen. Diakhir (viterna) dosis 15 mL/kg
penelitian pemberian pakan yang memberikan pertumbuhan bobot
mengandung suplemen (viterna) terbaik yakni 3,14 g (Hendrasaputro
pada perlakuan P3 menghasilkan et al., 2015). Pada penelitian ini
bobot rata-rata individu tertinggi dosis terbaik yang mampu
yaitu 8,88 g, sedangkan pertumbuhan memberikan pertumbuhan bobot
terendah terdapat pada perlakuan P0 mutlak yaitu 17 ml/kg.
(kontrol) yaitu 5,76 g. Zonneveld et al., (1991)
Tingginya pertumbuhan menyatakan bahwa pertumbuhan
bobot rata-rata pada P3 karena terjadi karena adanya kelebihan
adanya pengaruh pemberian energi yang berasal dari pakan
suplemen viterna dalam pakan setelah dikurangi energi hasil
buatan berprotein tinggi. Hal ini metabolisme dan energi yang
diduga ikan selais dengan pemberian terkandung dalam feses. Mudjiman
pakan yang mengandung suplemen (1998) dalam Pariyanti (2007),
viterna dengan dosis 17 ml/kg pakan menyatakan bahwa faktor yang
merupakan dosis yang tepat sehingga mempengaruhi pertumbuhan ikan
menunjukan pertumbuhan bobot dapat digolongkan menjadi dua yaitu
yang tinggi pada ikan selais faktor eksternal dan faktor internal.
disebabkan terjadi hubungan Faktor eksternal merupakan faktor
pertambahan berat antara pakan yang yang berkaitan dengan lingkungan
diberi penambahan viterna dan yang tempat hidup ikan yang meliputi sifat
tidak diberi tambahan viterna. fisika dan kimia air, ruang gerak dan
Sedangkan pada perlakuan P4 ketersediaan makanan. Sedangkan
terlihat lebih rendah dibandingkan faktor internal merupakan faktor
P3. Viterna yang telah dicampurkan yang berhubungan dengan ikan itu
7

sendiri seperti umur,dan sifat genetik makanan ketahanan terhadap


ikan yang meliputi keturunan, penyakit
kemampuan untuk memanfaatkan

Pertumbuhan Panjang Mutlak Benih Ikan Selais


Pertumbuhan panjang mutlak ikan selais dapat dilihat pada Tabel 2
berikut:
Tabel 2. Pertumbuhan panjang mutlak ikan selais (O. hypopthalmus) yang
diukur selama penelitian
Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm)
Ulangan
P0 P1 P2 P3 P4
1 3,23 4,71 4,25 5,98 5,5
2 3,88 4,34 4,51 5,59 5,27
3 3,9 4,89 5,11 5,88 4,72
Jumlah 11,01 13,94 13,87 17,45 15,49
Rerata 3,67±0,38a 4,65±0,28b 4,62±0,44b 5,82±0,20c 5,16±0,40b
Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukan
perbedaan nyata

Tabel 2 menunjukkan bahwa antara perlakuan P3 sangat berbeda


pertumbuhan panjang mutlak rata- nyata terhadap P0, sedangkan
rata individu benih ikan selais selama perlakuan P1, P2, dan P4 tidak berbeda
penelitian mengalami pertumbuhan nyata.
yang berbeda-beda setiap perlakuan. Pertumbuhan panjang rata-
Pertumbuhan panjang yang terbaik rata individu ikan selais dengan
terdapat pada perlakuan P3 sebesar pemberian pakan yang mengandung
5,82 cm,dan pertumbuhan panjang suplemen viterna dengan dosis
mutlak terendah diperoleh pada berbeda memberikan hasil
perlakuan P0 sebesar 3,67, hal ini pertumbuhan panjang yang berbeda.
diduga karena pada perlakuan P3 Pertumbuhan panjang rata-rata ikan
ikan uji dapat memanfaatkan pakan selais pada masing-masing perlakuan
yang mengandung suplemen selama penelitian menunjukkan
(viterna) dengan baik untuk bahwa panjang rata-rata individu
pertumbuhan dan mempercepat ikan selais mengalami peningkatan
proses metabolisme. disetiap perlakuan. Diakhir penelitian
Hasil uji Analisis Variansi pemberian pakan yang mengandung
(ANAVA) menunjukkan pemberian suplemen viterna menghasilkan
pakan yang mengandung suplemen panjang rata-rata individu ikan selais
(viterna) dengan dosis berbeda lebih tinggi dibandingkan dengan
berpengaruh nyata terhadap kontrol (P0). Pada pertumbuhan
pertumbuhan panjang mutlak ikan panjang tertinggi terdapat pada
selais (Ompok hypopthalmus) perlakuan P3 (17 mg/kg) yaitu
(P<0,05). Hasil ini lanjut Student- sebesar 12,38 cm sedangkan
Newman-Keuls menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang rata-rata
8

terendah pada P0 (kontrol) yaitu meningkatkan pertumbuhan pada


sebesar 9,66 cm. ikan. sedangkan protein histidin,
Suplemen viterna yang Valin dan Lysin berfungsi untuk
digunakan pada penelitian ini merangsang nafsu makan ikan.
mengandung protein Serin, Tyrosin, Menurut Hunt (2004), vitamin E
Histidin, Arginin, Phenil Alanin, merupakan mikronutrient yang
Threonin, Leusin, Metionin, Vitamin sangat dibutuhkan dalam proses
A, C, D, E, K dan B komplek. pertumbuhan, reproduksi dan
Menurut Rahayu (2014), menyatakan kesehatan ikan. Menurut Millamena
bahwa protein Tyrosin, Histidin, et al. (2002), kalsium berperan
Arginin, Phenil Alanin, Threonin, penting untuk perkembangan dan
Leusin, Metionin berfungsi untuk pertumbuhan tulang pada ikan.

Laju Pertumbuhan Harian


Laju pertumbuhan harian individu ikan selais pada tiap perlakuan selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :
Tabel 3. Laju pertumbuhan Harian Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)
selama penelitian
Laju Pertumbuhan Harian (%)
Ulangan
P0 P1 P2 P3 P4
1 3,90 4,52 4,71 4,68 4,73
2 3,92 4,41 4,73 4,94 5,01
3 4,21 4,64 4,83 5,21 4,53
Rerata 4,011±0,172a 4,522±0,11b 4,758±0,06b 4,946±0,26b 4,758±0,24b
Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukan
perbedaan nyata
Tabel 3 dapat dilihat bahwa dengan dosis berbeda berpengaruh
rata-rata laju pertumbuhan harian nyata terhadap laju pertumbuhan
ikan selais tertinggi terdapat pada P3 harian ikan selais (O. hypothalmus)
yaitu sebesar 4,946 %, sedangkan (P<0,05). Hasil lanjut Studi
laju pertumbuhan harian ikan selais Newman-Keuls menunjukkan bahwa
yang terendah adalah P0 (kontrol) antara perlakuan P0, P1, P2, dan P4
yaitu 4,011 %. Penambahan feed tidak berbeda nyata sedangkan P3
suplemen (viterna) sebanyak 17 berbeda nyata dengan perlakuan
mL/kg (P3) mampu meningkatkan lainnya.
laju pertumbuhan harian ikan selais Hal ini diduga dosis
yang dipelihara selama 40 hari jika suplemen viterna merupakan dosis
dibandingkan dengan ikan selais yang tepat untuk meningkat laju
yang tidak diberi pakan dengan pertumbuha harian ikan selais.
penambahan suplemen (viterna) (P0). Peningkatan laju pertumbuhan harian
Hasil uji Analisi Variansi sangat erat kaitannya dengan
(ANAVA) menunjukkan pemberian pertumbuhan bobot mutlak tubuh
pakan yang mengandung suplemen ikan, dimana semakin tinggi angka
9

laju pertumbuhan ikan maka semakin cepat bobot ikan bertambah.

Tingkat Kelulushidupan Ikan Selais


Kelulushidupan ikan selais selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Tingkat kelulushidupan selama penelitian
Tingkat kelulushidupan (%)
Ulangan
P0 P1 P2 P3 P4
1 100 100 100 100 80
2 100 100 100 100 70
3 100 100 100 100 80
b b b b
Rerata 100±0,00 100± 0,00 100±0,00 100±0,00 77±0,57a
Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukan
perbedaan nyata
Tabel 4 menunjukkan bahwa menyesuaikan diri dengan
tingkat kelulushidupan ikan selais lingkungan, faktor luar yaitu kualitas
tiap perlakuan selama 40 hari air, kompetisi antar spesies,
penelitian menghasilkan kepadatan populasi, peningkatan
kelulushidupan tertinggi terdapat predator dan parasit, sifat biologis
pada P0 (kontrol), dan P1, P2, dan P3 lainnya terutama yang berhubungan
yaitu sebesar 100%, dan tingkat dengan daur hidup, penanganan dan
kelulushidupan terendah pada P4 penangkapan.
(viterna 19 ml/kg ) sebesar 77 %. Handayani (2014) menyatakan
Hasil Analisis Variansi bahwa tingginya persentase
(ANAVA), menunjukkan bahwa kelangsungan hidup ikan disebabkan
pemberian suplemen viterna kualitas air yang digunakan masih
berpengaruh nyata pada perlakuan P4 dalam kondisi ideal untuk
dengan P0, P1, P2, dan P3 yaitu pemeliharaan ikan. Kelulushidupan
(P<0,05). Angka kelulushidupan ikan sangat bergantung pada daya
yang di dapatkan pada penelitian ini adaptasi ikan terhadap makanan dan
berkisar 77 %-100 %. lingkungan, status kesehatan ikan,
Setiap ikan mempunyai padat tebar, dan kualitas air yang
kemampuan yang berbeda dalam cukup mendukung pertumbuhan.
menyerap makanan yang diberikan. Hidayati et al. (2013) bahwa
Selain itu juga harus diketahui rendahnya kelangsungan hidup suatu
berdasarkan sifat dan cara makan biota budidaya dipengaruhi beberapa
ikan yang dipelihara, agar faktor salah satunya nutrisi pakan
kemampuan dalam menyesuaikan yang tidak sesuai.
diri dengan lingkungannya akan Menurut Marbun et al.,(2013)
lebih kuat. Faktor yang menyatakan bahwa kematian ikan
menyebabkan terjadinya mortalitas dipengaruhi oleh beberapa faktor,
terbagi dua yaitu faktor dalam terdiri diantaranya kualitas air dan kondisi
dari umur, dan kemampuan ikan tersebut. Ikan yang lemah
10

dikarenakan lingkungan yang kurang dilakukan penyiponan saat sisa pakan


mendukung sehingga daya imunitas dan feses banyak didalam wadah
menurun dan mudah terserang parasit sehingga kualitas airnya dapat dijaga
Tingginya kelulushidupan ikan dan sesuai dengan kriteria kualitas
selais pada penelitian ini karena air untuk pertumbuhan ikan selais.
adanya proses resirkulasi dan

Konversi Pakan Benih Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)


Konversi pakan dan efisiensi pakan benih ikan selais selama penelitian
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Konversi pakan pada ikan selais (Ompok hypopthalmus)
Rasio konversi pakan (ml/kg)
Ulangan
P0 P1 P2 P3 P4
1 1,69 1,53 1,49 1,50 1,62
2 1,68 1,56 1,49 1,45 1,64
3 1,60 1,51 1,47 1,41 1,67
Rerata 1,66±0,04c 1,53±0,02b 1,49±0,01ab 1,46±0,04a 1,64±0,02c
Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukan
perbedaan nyata
Tabel 5 di atas dapat dilihat Menurut Sanoesi et al dalam
nilai konversi pakan terendah Ihsanudin et al. (2014) nilai konversi
diperoleh pada perlakuan P3 sebesar pakan yang rendah berarti kualitas
1,46 yang berarti bahwa untuk pakan yang diberikan baik,
menghasilkan 1 kg daging ikan sedangkan bila nilai konversi pakan
dibutuhkan pakan sekitar 1,46kg tinggi berarti kualitas pakan yang
pakan, dan tertinggi apada P1 yaitu diberikan kurang baik. Menurut
sebesar 1,66 yang berarti bahwa DKPD (2010), Nilai Food
untuk menghasilkan 1 kg daging ikan Convertion Ratio (FCR) cukup baik
dibutuhkan pakan sekitar 1,66 kg berkisar 0,8-1,6.
pakan. Semakin rendah nilai FCR Berdasarkan hasil uji analisis
menunjukan bahwa pakan yang variasi (ANAVA) menunjukan
dimakan digunakan dengan baik oleh bahwa adanya pengaruh penambahan
ikan untuk pertumbuhan. feed suplemen viterna yang nyata (P
Rendahnya nilai FCR pada P3 <0,05) terhadap konversi pakan ikan
diduga disebabkan pola nafsu makan selais. Dari hasil uji lanjut Studi
ikan selais yang diberi perlakuan Nemwan Keuls didapat P3 berbeda
viterna dengan dosis berbeda lebih nyata terhadap P0 ,P4, sementara
besar dibandingkan dengan kontrol P1,P3 tidak berbeda nyata dengan P2,
sehingga jumlah pakan yang hal ini berarti P3 merupakan dosis
dikonsumsi lebih banyak dan energi viterna yang optimal untuk menekan
yang dihasilkan lebih besar untuk FCR.
dimanfaatkan secara maksimal dalam
meningkatkan pertumbuhan.
11

Kualitas Air produksi, dengan cara memantau


Salah satu faktor yang dapat parameter kualitas air selama proses
meningkatkan pertumbuhan dan budidaya dilaksanakan. Adapun
kelulushidupan ikan selais (Ompok parameter kualitas yang dimaksud
hypothalmus) adalah pengelolaan adalah suhu, pH, DO dan amonia.
parameter kualitas air. Pengelolaan Data hasil pengukuran kualitas air
kualitas air bertujuan untuk tiap perlakuan selama penelitian
mengurangi resiko kegagalan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Kualitas Air Selama Penelitian


Parameter Perlakuan SB
P0 P1 P2 P3 P4
Suhu (ºC) 28,0- 28,8-29,7 28,7 -29,7 28,8 – 28-29,5 27 -29
29,5 29,4
pH 6,9 – 7,3 6,9 -7,2 6,8 – 7,3 6,9 – 7,3 4,8-5,8 6 – 8,5
DO 4,8 – 5,4 4,0 -5,3 4,0 -5,4 4,7 – 5,6 4,0-5,4 2,4 – 6
(mg/L)
Amoniak 0,00512- 0,00513- 0,00512- 0,00513- 0,00920- 0,1
(mg/L) 0,00548 0,00803 0,00590 0,00803 0,1

Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukan untuk kehidupan dan pertumbuhan
pemberian suplemen viterna pada ikan selais.
pakan dengan dosis berbeda
memberikan pengaruh terhadap DAFTAR PUSTAKA
pertumbuhan, FCR dan Adelina., I. Boer dan I. Suharman.
kelulushidupan benih ikan selais 2012. Pakan Ikan Budidaya
(Ompok hypopthalmus). Perlakuan dan Analisis Formulasi.
Pekanbaru : UNRI Press. 102
terbaik dijumpai pemberian dosis
hlm.
suplemen viterna sebanyak 17 ml/kg
pakan yang menghasilkan Aprilia, P., S. Karina dan S. Mellisa.
2018. Penambahan Suplemen
pertumbuhan bobot mutlak (7,65
Viterna Plus pada Pakan Benih
gram), pertumbuhan panjang mutlak Ikan Patin (Pangasius sp.).
(5,82 cm), laju pertumbuhan harian Jurnal Ilmiah Mahasiswa
(4,946%), kelulushidupan (100%) Kelautan dan Perikanan
dan FRC (1,46). Parameter kualitas Unsyiah. 3 (1) : 66 – 75.
air selama penelitian seperti, suhu air Effendie, MI. 2004. Biologi
berkisar antara 26-28°C, (pH) air 5- Perikanan. Bagian I Study
7, kandungan oksigen terlarut (DO) Natural History. Fakultas
5,5-5,6 mg/L serta amonia 0,00512- Perikanan. Institut Pertanian
0,1 mg/L. Nilai parameter kualitas Bogor. Bogor. 105 hlm.
air selama penelitian mendukung
12

Handayani, I., 1972. Fish Nutrition auratus) dengan Menggunakan


Academic Press, London, Berbagai Substrat. Universitas
NewYork. 713 pp. Sumatera Utara, Medan. 63
hlm
Hendrasaputro, R., Rully, dan Mulis.
2015. Pengaruh Pemberian Millamena, O. M., Coloso, R.M., and
Viterna Plus dengan Dosis Pascual, F.P. 2002. Nutrition in
Berbeda pada Pakan terhadap Tropical Aquaculture. South-
Pertumbuhan Benih Ikan Lele east Asian Fisheries Deve-
Sangkuriang di Balai Benih lopment Center (SEAEDEC)
Ikan Kota Gorontalo. Jurnal Tagibauan, iloilo, Philippines,
Ilmiah Perikanan dan Kelautan p. 55-56.
3 (2). 86 hlm. Pariyanti, F. 2007. Pengaruh
Hidayati, D., A.D. Sasanti dan Penambahan Suplemen Dalam
Yulisman. 2013. Kelangsungan Pakan Terhadap Laju
Hidup, Pertumbuhan dan Pertumbuhan dan Rasio
Efisiensi Pakan Ikan Gabus Konversi Pakan Lobster Air
(Channa Striata) yang diberi Tawar (cheraxquadri
Pakan Berbahan Baku Tepung carinatus). Skripsi Jurusan
Keong Mas (Pomacea sp). Perikanan. Fakultas
Jurnal Akuakultur Rawa Peternakan-Perikanan.
Indonesia. 1 (2) : 2303-2960. Universitas Muhammadiyah
Hunt, A.O., F. Ozkan, and T. Altun. Malang
2004. Effect of broodstock
nutrition on reproductive Rahayu, M., Pramono wibowo,
perfomance of fish. Turk. Yulianto, T. 2014. Profil asam
Journal Aquatic, 2 (3): 487- amino yang terdistribusi
493. kedalam kolom ai laut pada
ikan kembung (Rastrelliger
Ihsanudin, I., S. Rejeki dan T. kanagurta) sebagai umpan
Yuniarti. 2014. Pengaruh (skala laboratorium). Journal of
pemberian rekombinan hormon Fisheries Resources Utilization
pertumbuhan (rGH) melalui Management and Technology.
metode oral dengan interval V: 3 (3). 238-247.
waktu yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan Salamudin. 2012. Pembesaran Ikan
kelulushidupan benih Ikan Nila Motan (Thynnicthys thynnoides
Larasati (Oreochromis Blkr) Dalam Jaring Di Kolam
niloticus). Journal of Dengan Pemberian Pakan
Aquaculture Mangement and Yang Mengandung Hormon
Technology. 3 (2). 94-102 hal. Tiroksin (T4). [Skripsi].
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kordi, K. M. G. H. 2009. Budidaya Kelautan Universitas Riau.
perairan. Citra Ditya Bakti. Pekanbaru.
Bandung. 427 P. Setiaji, J., J. Hardianto dan Rosyadi.
2014 Pengaruh Penambahan
Marbun, T. P. 2013. Pembenihan Probiotik Pada Pakan Buatan
Ikan Mas Koki (Carrasius Terhadap Pertumbuhan Ikan
13

Baung. Fakultas Pertanian Zonneveld, N. E. A. Huisman, dan J.


Universitas Islam Riau. H. Boon. 1991. Prinsip
Prinsip Budidaya Ikan.
Sudjana.1991. Desain dan Gramedia, Jakarta. 318 hlm
Eksperimen Edisi III. Bandung:
Tarsito

Anda mungkin juga menyukai