Anda di halaman 1dari 34

JURNAL

“Bentuk Kebijakan Moneter dalam Bank Sentral serta Kerangka Kerja


Kebijakan Moneter Indonesia dan di Beberapa Negara”

Jurnal ini disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah


Materi mata kuliah Kebanksentralan
Yang Diampu Oleh Ibu Sinta Ayu Purnama Sari, S. E. I., M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 1

1. Aprilia Suganda (1831710001)


2. Wahyu Noor Azizah (1831710003)
3. Ahmad Saubari (1831710005)
4. Gita Indri Prameswari (1831710007)
5. Miftahul Khoiriyah (1831710009)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SAMARINDA

2021
A. Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bentuk kebijakan
moneter dalam bank sentral serta kerangka kerja kebijakan moneter
Indonesia dan beberapa negara. Penelitian ini dilakukan melalui penelitian
pustaka dan bersifat deskriptif kualitatif agar dapat menggambarkan
dengan jelas tentang bagaimana bentuk kebijakan moneter dalam bank
sentral serta kerangka kerja kebijakan moneter Indonesia dan beberapa
negara. Data dikumpulkan dari beberapa buku, artikel dan jurnal. Data
yang dihasilkan diharapkan agar masyarakat Indonesia sendiri tahu dan
mengenali bagaimana kebijakan moneter itu dan mengetahui bagaimana
kebijakan moneter diterapkan di negara sendiri yaitu Indonesia dan
beberapa negara lainnya yang menerapkan kebijakan moneter.

Kata kunci: kebijakan moneter, bentuk kebijakan moneter, kerangka kerja


kebijakan moneter.

Abstract
This study aims to determine the form of monetary policy in the central
bank as well as the monetary policy framework of Indonesia and some
countries. This research was conducted through lifestyle and descriptive
qualitative research in order to describe clearly about how the monetary
policy form in the central bank and the monetary policy framework of
Indonesia and several countries. Data are collected from several books,
articles and journals. The resulting data is expected that the Indonesian
people themselves know and recognize how the monetary policy is and
knowing how monetary policy is applied in the country itself of Indonesia
and some other countries applying monetary policy.

Keywords: Monetary policy, monetary policy form, monetary policy


framework.

1
B. Pendahuluan
Ekonomi moneter merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang
mempelajari tentang sifat fungsi serta pengaruh uang terhadap kegiatan
ekonomi. Secara umum, kegiatan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan yang mempengaruhi tingkat pengangguran produksi; harga dan
hubungan perdagangan/pembayaran internasional.1
Kebijakan moneter bank sentral atau Bank Indonesia pada April 2020
lalu menetapkan suku bunga deposit facility sebesar 3,75%. Kebijakan
moneter merupakan cara untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah
ditengah ketidakpastian pasar keuangan global terutama di masa pandemi
saat ini. Langkah bijak BI untuk memproduksi seperangkat kebijakan
moneter bank sentral ini tercantum dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia, yang selanjutnya diubah melalui UU No. 3 Tahun 2004
dan UU No. 6 Tahun 2009 pasal 7.
Secara ideal, kebijakan moneter bank sentral bersifat independen dari
segala pengaruh politik. Namun, dalam pelaksanaannya, bank sentral
melakukan sinergi dengan pemerintah dan institusi moneter lainnya. Hal
ini dilakukan karena kebijakan moneter adalah penting dan berpengaruh
luas terhadap ekonomi suatu bangsa. Kebijakan moneter bank sentral
bersifat dinamis.artinya, kebijakan moneter adalah cerminan dan
kebutuhan dan dinamika perekonomian suatu negara. Setiap negara
memiliki kebutuhan dan dinamika yang berbeda-beda. Namun, secara
umum, kebijakan moneter bank sentral memiliki empat tujuan, yaitu:
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja,
kestabilan harga, dan keseimbangan neraca pembayaran.
Kebijakan moneter terdiri dari beberapa proses. Kebijakan diawali
dengan proses penyusunan, pengumuman, dan implementasi. Lebih lanjut,
proses implementasi ini dilakukan oleh bank sentral dan institusi lainnya.
Di Indonesia, BI akan selalui berkoordinasi dengan Pemerintah dan
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), serta otoritas lain yang

1
Nopirin, Ekonomi Monete Buku I Edisi ke-4, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2018), h. 1

2
terkait. Secara garis besar, kebijakan moneter dari manajemen jumlah uang
dan suku bunga. Kegiatan tersebut dicapai dengan beberapa cara, mulai
dari memodifikasi tingkat bunga, membeli atau menjual obligasi
pemerintah, mengatur nilai tukar mata uang asing, dan mengubah jumlah
uang yang harus dipertahankan bank sebagai cadangan. Karena sifatnya
yang sangat penting, maka para ekonom, analis, investor dan pakar
keuangan akan menunggu dengan sabar laporan kebijakan moneter dan
hasil pertemuan para pemangku kebijakan moneter.2
Pada dasarnya manajemen perusahaan berfungsi untuk mengelola
perusahaan dalam rangka mencari keuntungan sesuai dengan kewajiban
yang diamanahkan oleh pemilik perusahaan. Tugas manajemen yang
paling utama adalah menciptakan kinerja yang efektif dan efesien,
sehingga terjadi peningkatan kapabilitas sekaligus kelancaran keadaan
finansial perusahaan. Keberhasilan tersebut dapat dicapai dengan adanya
penerapan prinsip-prinsip tata kelola yang baik atau GCG secara
menyeluruh (Indra & Yustiavandana, 2008). Hal ini senada diungkapkan
oleh Riandi & Siregar, (2011) mengatakan bahwa pelaksanaan mekanisme
GCG pada dasarnya memiliki tujuan untuk meningkatkan efektifitas
operasional sehingga berdampak positif terhadap kinerja suatu perusahaan
yang salah satu diantaranya adalah profitabilias perusahaan. Dengan
demikian, pelaksanaaan prinsip-prinsip GCG mamppu meningkatkan
profitabilitas perusahaan karena keberhasilan kinerja yang dicapai. 3
Studi ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kebijakan moneter dalam
bank sentral serta kerangka kerja kebijakan moneter Indonesia dan di
beberapa negara. Berdasarkan tujuan di atas, adapun rumusan masalah
yang akan dipaparkan antara lain: bagaimana bentuk kebijakan moneter
dalam bank sentral? Bagaimana kerangka kerja kebijakan moneter di

2
Peluang, Atur Stabilitas Keuangan Masa Pandemi, Ketahui 5 Kebijakan Moneter BI, diakses
melalui https://blog.pluang.com/ (dikutip pada tanggal 17/03/2021 pukul 14.00)
3
Lucky Nugroho dan Herda Nezzim Bararah, “Pengaruh Good Corporate Governance dan
Biaya-Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap stabilitas keuangan bank umum
syariah di Indoneisa Tahun 2012-2017”, Jurnal Inovasi dan Bisnis 6, 2018, Universitas Mercu
Buana, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

3
Indonesia? dan bagaimana kerangka kerja kebijakan moneter di beberapa
negara?
C. Landasan Teori
1. Pengertian, Tujuan, Jenis-Jenis dan Ruang Lingkup Kebijakan
Moneter
a. Pengertian Kebijakan Moneter
Ekonomi moneter adalah salah satu instrumen penting dalam
perekonomian modern, dalam perekonomian modern ada dua
kebijakan perekonomian yang dijadikan sebagai instrumen oleh
pemerintah dalam menstabilkan pereknomian suatu negara yaitu
yaitu kebijakan fiskal atau kebijakan pemerintah untuk
membelanjakan pendapatanya dalam tujuan ekonomi; kebijakan
moneter yaitu kebijakan pemerintah untuk mengatur penawaran
uang dan tingkat bunga. Ekonomi moneter merupakan suatu
cabang ilmu ekonomi yang membahas tentang peranan uang dalam
mempengaruhi tingkat harga-harga dan tingkat kegiatan ekonomi
dalam suatu negara yang bertujuan untuk menjaga tingkat
kestabilan harga dan pembinaan tingkat tinggi rendahnya inflasi.
Ekonomi moneter merupakan salah satu instrumen penting dalam
perekonomian
b. Tujuan Kebijakan Moneter
Tujuan kebijakan moneter seperti halnya kebijakan ekonomi
pada umumnya adalah keseimbangan intern (Internal Balance).
Kebijakan intern biasanya diwujudkan oleh terciptanya kesempatan
kerja yang tinggi dan dipertahankan laju inflasi yang rendah.
Sedangkan keseimbangan ekstern dipertahankan agar neraca
pembayaran internasional (Nalamce of Payment). Seimbang dalam
arti bahwa neraca pembayaran internasional tidak deficit dan
surplus. Dibawah ini adalah tujuan dari dilakukan kebijakan
moneter, yaitu:

4
1. Stabilitas Ekonomi, adalah suatu keadaan di mana
pertumbuhan ekonomi berlangsung secara terkendali dan
berkelanjutan. Artinya, pertumbuhan arus barang/jasa dan
arus uang berjalan seimbang.
2. Keseimbangan Kerja, kesempatan kerja akan meningkat
bila produksi meningkat. Peningkatan produksi biasanya
diikuti dengan perbaikan nasib para karyawan ditinjau
dari segi upah maupun keselamatan kerja. Perbaikan upah
dan keselamatan kerja akan meningkatkan taraf hidup
karyawan dan pada akhirnya kemakmuran dapat tercapai.
3. Kestabilan Harga, ditandai dengan stabilitas harga barang
dari waktu ke waktu. Harga yang stabil menyebabkan
masyarakat percaya bahwa membeli barang pada tingkat
harga sekarang sama dengan tingkat harga yang akan
datang atau daya beli uang dari waktu ke waktu adalah
sama.
4. Neraca Pembayaran, dapat dikatakan dalam keadaan
seimbang apabila jumlah nilai barang yang diekspor sama
dengan nilai barang yang diimpor. Untuk mendapatkan
neraca pembayaran yang seimbang, pemerintah sering
menjalankan kebijakan moneter. Contohnya adalah
dengan cara melakukan devaluasi.4
c. Jenis-Jenis Kebijakan Moneter
Tahun 1998 terjadi krisis moneter dan menyebabkan
perekonomian Indonesia terguncang., belum lagi aksi protes dari
berbagai pihak dengan segala tuntutannya. Untuk itu pemerintah
mengambil kebijakan khusus yang digunakan untuk mengatur
peredaran uang untuk menjaga stabilitas ekonomi. Beberapa jenis
ekonomi moneter yang bisa diterapkan, yaitu:

4
Dosen Pendidikan “Ekonomi Moneter”. Diakses melalui
https://www.dosenpendidikan.com.id (dikutip pada tanggal 17/03/2020 pukul 15.550)

5
1. Monetary Expanasive Policy (Kebijakan Moneter
Ekspansif), merupakan kebijakan pemerintah yang
diluncurkan dalam rangka menambah jumlah uang yang
beredar di masyarakat. Kebijakan ekspansif ini dilakukan
dengan menurunkan jumlah suku bunga di bank,
menurukan persyaratan cadangan bank, dan membeli
sirkuit pemerintah. Monetary expansive juga disebut
sebagai kebijakan yang longgar karena tidak terlalu
mengekang masyarakat. Kebijakan ini dapat mengurangi
tingkat pengangguran dalam negara dan merangsang
pertumbuhan bisnis serta konsumsi masyarakat.
Umumnya, kebijakan ini diterapkan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi pada suatu negara dengan risiko
inflasi yang juga akan semakin meningkat. Kebijakan
ekspansif dilakukan dengan meningkatkan perederan
uang dalam masyarakat sehingga daya beli masyarakat
meningkat.
2. Monetary Concractive Policy (Kebijakan Moneter
Kontraktif), merupakan kebijakan pemerintah yang
diluncyrkan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang
beredar. Hal ini berbanding terbalik dengan kebijakan
moneter ekspansif yang justru menambah perederan.
Pengurangan peredaran jumlah uang ini juga dikenal
dengan politik uang ketat (Tight Money Policy).5
d. Ruang Lingkup Ekonomi Moneter
Sistem moneter mencakup sektor perbankan pasar modal dan
pasar keuangan lainnya yang harus didesain dan diarahkan
sedemikian rupa agar bisa meningkatkan peranan sektor riil dalam
kegiatan ekonomi sehingga tujuan-tujuan utama dari sistem
ekonomi dapat tercapai.
5
Accurrate, “Ekonomi Moneter: Pengertian, Tujuan, Jenis, dan Contohnya”. Diakses melalui
https://accurate.id (dikutip pada tanggal 17/03/2021 pukul 16.06)

6
Ekonomi moneter merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang
mempelajari tentag sifat fungsi serta pengaruh uang terhadap
kegiatan ekonomi. Secara umum, kegiatan ekonomi dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan yang mempengaruhi tingkat penggunaan
produksi harga dan hubungan perdagangan atau pembayaran
internasional. Oleh karena itu, ekonomi moneter mencakup atau
mempelajari beberapa hal antara lain:
1. Pengaruh dan fungsi uang dalam perekonomian.
2. Sistem moneter serta pengaruhnya terhadap jumlah uang
dan kredit.
3. Struktur dan fungsi dari Bank Sentral.
4. Pengaruh jumlah uang dan kredit terhadap kegiatan
ekonomi.
5. Pembayaran serta sistem moneter Internasional.
6. Pasar modal.
Uang menjadi sangat penting untuk dibahas karena fungsi
dan peranan uang dalam kegiatan ekonomi manusia. Seluruh
aspek dalam kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dan
ditopang sepenuhnya oleh uang. Tidak ada satu peradaban di dunia
yang tidak mengenal dan menggunakan uang.6
2. Kebijakan Moneter di Indonesia
a. Kebijakan Moneter dan Siklus Kegiatan Ekonomi
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah untuk
memperbaiki keadaan perekonomian melalui pengaturan jumlah
uang beredar. Jumlah uang beredar, dalam analisis ekonomi makro,
memiliki pengaruh penting terhadap tingkat output perekonomian,
juga terhadap stabilitas harga-harga. Uang yang beredar terlalu
tinggi tanpa disertai kegiatan produksi yang seimbang, akan

6
Sri Mulyani, “Uang Dalam Tinjauan Sistem Moneter Islam”, Al-Iqtishod: Jurnal Ekonomi
Syari’ah, IAI Sunan Kalijogo Malang, Vol. 2 No. 1, 2020

7
ditandai dengan meningkatnya harga-harga pada seluruh barang
dalam perekonomian (Pohan,2008:14).
Kebijakan moneter daam perekonomian modern dilakukan
melalui berbagai instrumen yaitu: (Wijoyo, 2007:111)
a. Operasi pasar terbuka (Open market operation),
b. Penentuan tingkat bunga (Discount rate policy),
c. Penentuan cadangna wajib (Reserve requirements policy),
d. Himbauan moral (moral persuasion).
Operasi pasar terbuka (OPT) adalah kegiatan jual beli suart
berharga oleh Bank Sentral. Dalam kaitan ini penjualan surat-surat
berharga oleh Bank Sentral akan mempunyai dampak kontraksi
moneter karena pengurangan alat-alat likuid perbankan yang akan
memperkecil kemampuan bank-bank memberikan pinjaman.
Sebaliknya pembelian surat-surat berharga oleh Bank Sentral akan
membawa dampak ekspansi moneter karena peningkatan alat-alat
likuid bank-bank yang akan memperbesar kemampuannya dalam
pemberian pinjaman. OPT dilaksanakan untuk mempengaruhi
likuiditas rupiah di pasar uang yang ada pada gilirannya akan
mempengaruhi tingkat suku bunga. OPT dilakukan dengan dua
cara, yaitu melalui penjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan
intervensi rupiah melalui Fasilitas Simpanan Bank Indonesia
(FASBI). Penjualan SBI dilakukan melalui lelang sehingga tingkat
diskonto yang terjadi benar-benar mencerminkan kondisi likuiditas
pasar uang. Semnetara itu, kegiatan intrevensi rupiah dilakukan
oleh Bank Sentral untuk menyesuaikan kondisi pasar uang baik
likuiditas maupun tingkat suku bunga (Mishkin, 2007:89).
Fasilitas diskonto adalah kebijakan moneter Bank Sentral
untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar melalui penetapan
diskonto pinjaman Bank Sentral kepada bank-bank. Dengan
menetapkan tingkat diskonto yang tinggi diharapkan bank-bank
akan mengurangi permintaan kredit dari Bank Sentral yang pada

8
gilirannya akan mengurangi jumlah uang beredar.7 Sebaliknya
penetapan tingkat diskonto yang rendah akan meningkatkan
pemrintaan pinjaman Bank Sentral yang selanjutnya akan
menambah jumlah uang beredar (Pohan, 2008:15). Sebaliknya
pembelian valuta asing oleh Bank Sentral akan meningkatkan
likuiditas rupiah di pasar uang (Wijoyo, 2007:112).
Indikator dan Orientasi Kebijakan Moneter yaitu: (Pohan,
2008:15)
a. Tingkat suku bunga, kebijakan moneter menggunakan suku
bunga sebagai sasaran antara akan menetapkan tingkat suku
bunga yang ideal dengan mendorong kegiatan investasi.
Apabila suku bunga menunjukkan kenaikan melampaui angka
yang ditetapkan, bank sentral akan segera melakukan ekspansi
moneter agar suku bunga turun sampai pada tingkat yang
ditetapkan tersebut, dan begitu sebaliknya.
b. Uang beredar, kebijakan moneter yang menggunakan monetery
aggregat atau uang beredar sebagai sasaran menengah
mempunyai dampak positif verupa tingkat harga yang stabil.
Apabila terjadi gejolak dalam jumlah besaran moneter, yaitu
melebihi atau kurang dari jumlah yang ditetapkan, Bank
Sentral akan melakukan kontraksi atau ekspansi moneter
sedemikian rupa sehingga besaran moneter akan tetap pada
suatu jumlah yang ditetapkan.
Kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
bertumpu pada hubungan antara suku bunga dalam perekonomian
dengan uang beredar untuk mempengaruhi tujuan pembangunan
ekonomi, seperti pengendalian harga (inflasi dan nilai tukar),
pertumbuhan ekonomi, dan tingkat pengangguran. Hal ini
dimungkinkan karena otoritas moneter suatu negara pada
umumnya memiliki otoritas tunggal dalam mencetak dan
7
Nurlina dan Zurjani, “Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia” dalam Jurnal Samudra Ekonomika, Vol.2, No.2, 2018, h. 128-129

9
mengedarkan uang resmi negara, sehingga otoritas moneter dapat
mempengaruhi suku bunga dalam perekonomian melalui
kemampuannya mengubah jumlah uang beredar untuk mencapai
tujuan akhir kebijakan.8
Kebijakan moneter menurut Iswardono SP (1995:3),
memiliki tujuan paling utama adalah:
a. Masyarakat menginginkan antara barang dan jasa yang
diprimistikoduksi sama dengan kapasitas produksinya. Dengan
kata lain “Actual GNP Should Equal Potential GNP” baik
untuk tenaga kerja, capital, dan tanah seharusnya diolah para
enterpreneur untuk menghasilkan barang dan jasa. Tenaga kerja
merupakan faktor produksi yang sangat penting terhadap
sumbangannya terhadap pendapatan, sehingga pencapaian
tingkat GNP yang tinggi sehingga secara dapat mencerminkan
rendahnya tingkat angka pengangguran.
b. “A Stable Price On at Least a Constant and Pradictable rate of
Inflation” ada suatu kepercayaan. Suatu yang diperkiran tidak
akan bakal akan terjadi memberikan dampak pada misal
location sumber daya ekonomi, demikian juga dengan laju
inflasi yang tidak akan berdampak pada perekonomian tetapi
juga akan memiliki dampak pada bidang social dan juga bidang
politik.
c. A Light rate of Growth of Ouput yang dapat dicapai melalui
efesiensi atau penghematan. Pada dasarnya perluasan efesiensi
terjadi dikarenakan meningkatnya tingkat tabungan masyarakat
serta para investor mendapatkan hasil yang sangat tinggi.9
Perkembangan ekonomi suatu negara tentu mengalami
pasang surut (siklus) yang pada periode tertentu perekonomian

8
Sriyono, Strategi Kebijakan Moneter di Indonesia dalam JKMP, Vol.1, No.2, 2013, h.116-
117
9
Seno Sudarmono Hadi, “Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian
Indonesia Secara Global” dalam Jurnal Moneter, Vol. 4, No.1, 2017, h.96-97

10
tumbuh pesat dan pada periode lain tumbuh melambat. Untuk
mengelola dan memperngaruhi perkembangan perekonomian agar
dapat berlangsung dengan baik dan stabil, pemerintah atau otoritas
moneter biasanya melakukan langkah-langkah yang dikenal dengan
kebijakan ekonomi makro. Inti dari kebijakan tersebut dasarnya
adalah pengelolaan sisi permintaan dan sisi penawaran suatu
perekonomian agar mengarah pada kondisi keseimbangan dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
Kebijakan moneter adalah salah satu dari kebijakan ekonomi
makro pada umumnya diterapkan sejalan dengan business cycle
‘siklus kegiatan ekonomi’. Dalam hal ini, kebijakan moneter yang
diterapkan pada kondisi dimana perekonomian sedang mengalami
perkembangan yang sangat pesat tentu berbeda dengan kebijakan
moneter yang diterapkan pada kondisi dimana perekonomian
sedang mengalami perkembangan yang melambat. Dalam kajian
literatur dikenal dua jenis kebijakan moneter, yaitu kebijakan
moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan
moneter ekspansif adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk
mendorong kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui
peningkatan jumlah uang beredar. Sebaliknya, kebijakan moneter
kontraktif adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk
memperlambat kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan
melalui penurunan jumlah uang beredar.
Pemerintah dapat memperpendek periode resesi dengan
melakukan kebijakan moneter yang ekspansif sehingga
perekonomian dapat lebih cepat mengalami recovery ‘pemulihan
kembali’. Sebaliknya, dalam kondisi perekonomian mengalami
perkembangan yang sangat pesat pemerintah dapat menghindari
over heating ‘pemanasan kegiatan perekonomian’ dengan
melakukan kebijakan moneter yang kontraktif. Pola penerapan
kebijakan moneter yang secara aktif bersifat ‘memperlunak’

11
perkembangan kegiatan ekonomi yang cenderung menuju titik
balik ekstrim tersebut dikenal dengan counter-cyclical monetary
policy.
Secara sepintas, pola kebijakan moneter yang counter-
cyclical cukup tepat untuk diterapkan agar perekonomian dapat
terhindar dari gejolak struktural atau fluktuasi siklus kegiatan
ekonomi. Namun, permasalah mendasar yang muncul adalah
berkaitan dengan sulitnya memprediksi siklus kegiatan ekonomi,
terutama menyangkut sampai sejauh mana perkembangan suatu
perekonomian mencapai posisi tertentu pada siklus yang terjadi.
Kesalahan dalam memprediksi siklus ekonomi yang terjadi dapat
menimbulkan kesalahan dalam menentukan respons kebijakan
moneter.
Sejalan dengan itu, seyogyanya bank sentral melaksanakan
kebijakan moneter secara pasif. Usaha-usaha untuk melunakkan
fluktuasi perekonomian hendaknya dihindari dan kebijakan
moneter hendaknya diarahkan agar siklus kegiatan ekonomi
berjalan dengan wajar.10

b. Kerangka Strategis Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter merupakan salah satu kebijakan ekonomi
yang strategis mengingat kebijakan moneter dapat digunakan oleh
pengambil kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat (social welfare) yang umumnya tercermin pada
pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, keseimbangan neraca
pembayaran, dan perluasan lapangan kerja. Peranan kebijakan
moneter dalam mempengaruhi perkembangan beberapa indikator
ekonomi makro utama tersebut diyakini karena terdapat keterkaitan
yang cukup erat antara perkembangan variabel indikator kebijakan
10
Saipur Rohman, “Kebijakan Moneter dan Siklus kegiatan Ekonomi”
(https://www.academia.edu/30779598/kebijakan_Moneter_dan_Siklus_Kegiatan_Ekonomi,
diakses pada 18 Maret 2021, 16:20)

12
moneter, uang beredar, dan suku bunga dengan perkembangan
kegiatan sektor riil.
Pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu kebijakan moneter
dapat ditunjukkan oleh tingkat pertumbuhan Produk Domestik
Bruto (PDB) yang antara lain merupakan hasil dari pengeluaran
konsumsi masyarakat, investasi di sektor riil, dan sektor eksternal,
yaitu neraca pembayaran.perkembangan kegiatan di sektor riil
tersebut pada dasarnya sangat tergantung pada perkembangan
likuiditas dan suku bunga di pasar leuangan. Selain itu, mengingat
perkembangan inflasi dalam jangka panjang dianggap sebagai
fenomena moneter maka dinamika perkembangannya juga
tergantung pada ketersedian likuiditas, yang sesuai dengan
kebutuhan, dalam suatu perekonomian. ketika tingkat pertumbuhan
penawaran uang melebihi permintaan akan uang, laju inflasi akan
mengalami kenaikan. Dengan mengendalikan pertumbuhan jumlah
uang beredar atau tingkat likuiditas perekonomian, bank sentral
akan dapat mengendalikan kestabilan harga.
Di sektor eksternal, sasaran akhir kebijakan moneter dapat
juga diarahkan untuk menjaga keseimbangan neraca pembayaran.
Dalam kaitan ini, pertumbuhan jumlah uang beredar yang terlalu
besar dapat meningkatkan pengeluaran di dalam negeri, yang pada
gilirannya akan meningkatkan harga. Peningkatan harga di dalam
negeri yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan turunnya daya
saing barang ekspor, dan sebaliknya, akan meningkatkan daya
saing barang impor. Secara keseluruhan, kondisi tersebut akan
mempengaruhi keseimbangan neraca pembayaran. Dalam kaitan
ini, kebijakan moneter yang diambil diharapkan secara langsung
akan mempengaruhi neraca modal melalui pengendalian jumlah
penawaran uang dan nilai tukar.
Pada paraktiknya, semua sasaran akhir kebijakan moneter
tersebut tidak selalu dapat dicapai secara bersamaan, bahkan

13
kebijakan yang diambil dapat saling kontradiktif. Sebagai contoh,
pada saat bank sentral menerapkan kebijakan uang ketat untuk
menjaga kestabilan harga yang disebabkan oleh berlebihnya
penawaran uang, bank sentral akan mengurangi jumlah uang
beredar sehingga terjadi kelangkaan dana di pasar keuangan dan
selanjutnya akan mendorong kenaikan suku bunga. Sementara itu,
kenaikan suku bunga akan mengakibatkan invstasi terhambat, yang
pada gilirannya mempengaruhi produksi dan pertumbuhan
ekonomi. Kondisi ini telah mendorong bank sentral pada umumnya
cenderung untuk menetapkan sasaran kebijakan moneter pada
sasaran tunggal, yaitu menjaga kestabilan nilai mata uang yang
tercermin pada tingkat inflasi dan nilai tukar (external and internal
value).11
Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter,
Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter melalui
pengendalian suku bunga, dicerminkan oleh penetapan suku bunga
(BI Rate). Dalam tataran operasional, BI Rate tercermin dari suku
bunga pasar uang jangka pendek yang merupakan sasaran
operasional kebijakan moneter. Sejak 9 Juni 2008, BI
menggunakan suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) 1
overnight (o/n) sebagai sasaran operasional kebijakan moneter.
Agar pergerakan suku bunga PUAB o/n tidak terlalu melebar
dari anchor-nya (BI Rate), Bank Indonesia selalu berusaha untuk
menjaga dan memenuhi kebutuhan likuidutas perbankan secara
seimbang sehingga terbentuk suku bunga yang wajar dan stabil
melalui pelaksanaan Operasi Moneter (OM)
Operasi Moneter adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh
BankIndonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui
Operasi Pasar Terbuka dan Standing Facilities. Operasi Pasar
Terbuka yang selanjutnya disebut OPT Indonesia dalam rangka
11
F. X Sugiyon, Instrumen Pengendalian Moneter: Operasi Pasar Terbuka, Pusat Pendidikan
dan Studi Kebanksentralam Indonesia (PPSK) Bank Indonesia, 2017, h. 4-5

14
mengurangi (Smoothing) volatilitas suku bunga PUAB o/n.
Sementara instrumen Standing Facilities merupakan penyediaan
dana rupiah (lending facilitiy) dari Bank Indonesia kepada Bank
dan penempatan dana rupuah (depocite facility) oleh Bank di
Indonesia dalam rangka membentuk koridor suku bunga di PUAB
o/n. OPT dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia, sementara
Standing Facilities dilakukan atas inisiatif bank.12

c. Kebijakan moneter di Indonesia dengan Sasaran Kestabilan


harga
Target Kebijakan Moneter
Target akhir sebuah kebijakan moneter adalah suatu kondisi
makroekonomi yang ingin dicapai. Target akhir kebijakan moneter
dapat berbeda dari negara satu dengan negara lain dan target
kebijakan ini bersifat dinamis, atau tidak harus sama dari waktu
ke waktu. Target akhir tersebut menurut Pohan, (2012:91) antara
lain:
a. Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan yang lebih merata.
b. Kesempatan kerja yang tinggi.
c. Kestabilan harga.
d. Keseimbangan neraca pembayaran.
Namun, seringkali target akhir yang ingin diraih tidak dapat
dicapai dalam waktu yang bersamaan. Misal bank sentral
melakukan ekspansi moneter (dengan menambah jumlah uang
beredar) dengan maksud untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
dan memperluas kesempatan kerja, namun tindakan tersebut dapat
berdampak buruk terhadap kestabilan harga (inflasi) dan
keseimbangan neraca pembayaran.

Tingkat Suku Bunga


12
Sriyono, “Strategi Kebijakan Moneter di Indonesia”, Jurnal Kebijakan & Manajemen
Publik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 2013

15
Kebijakan moneter yang menggunakan suku bunga sebagai
sasaran antara akan menetapkan tingkat suku bunga yang ideal
untuk mendorong kegiatan investasi. Apabila suku bunga
menunjukkan kenaikan melampaui angka yang ditetapkan, bank
sentral akan segera melakukan ekspansi moneter agar suku bunga
turun sampai pada tingkat yang ditetapkan tersebut, dan begitu
sebaliknya.
Kasmir (2012:28) menyebutkan bahwa bunga bank adalah
sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan
prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual
produkanya. Bunga juga dapat diartikan harga yang harus dibayar
kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus
dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh
pinjaman). Berdasarkan pengertian tersebut suku bunga terbagi
dalam dua macam yaitu sebagai berikut:
1. Bunga simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai
rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan
uangnya di bank. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan,
dan bunga deposito.
2. Bunga pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para
peminjam atau harga. Sebagai contoh bunga deposito.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bisa
juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka
waktu atau periode tertentu dalam satuan persen.

Jumlah Uang Beredar


Uang adalah benda-benda yang disetujui oleh masyarakat
sebagai perantara untuk mengadakan tukar menukar atau
pedagangan. Disetujui dalam definisi tersebut adalah terdapat kata
sepakat diantara anggota-anggota masyarakat untuk menggunakan

16
satu atau beberapa benda sebagai alat perantara dalam kegiatan
tukar menukar. Dalam pandangan ilmu ekonomi, uang merupakan
barang ekonomi (economic good), karena uang merupakan barang
langka (scare good). Sedangkan dalam pandangan ilmu hukum,
uang adalah alat pembayaran yang sah. Di dalam perekonomian
modern, penggunaan sesuatu benda sebagai uang dikuatkan
berdasarkan keputusan hukum atau undang-undang. Uang adalah
pengganti materi terhadap segala aktivitas ekonomi yaitu media
atau alat yang memberikan kepada pemiliknya daya beli untuk
memenuhi kebutuhannya, juga dari segi peraturan perundangan
menjadi alat bagi pemiliknya untuk memenuhi segala
kewajibannya (Sukirno, 2012:101).13

d. Penerapam Flixible Inflantion Targeting Framework (FITF) di


Indoensia
Flexible Inflation Targeting Framework (FITF) merupakan
suatu kerangka kebijakan moneter yang berasal dari salah satu
kerangka kerja kebijakan moneter Bank Indonesia yang dikenal
dengan sebutan Inflation Targeting Framework (ITF) Perumusan
kerangka kerja tersebut berdasarkan setelah UU Nomor 23 Tahun
1999 diamandemenkan dan digantikan dengan UU Nomor 3 Tahun
2004 tentang Bank Indonesia yang telah membawa perubahan
mendasar bagi perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter di
Indonesia. Pada awalnya Kerangka kerja kebijakan moneter
tersebut merupakan kerangka kerja yang relatif baru digunakan.
Kerangka kerja kebijakan moneter tersebut pertama kali diterapkan
di Selandia baru pada tahun 1990 sebelum akhirnya Indonesia juga
menerapkan kerangka kerja kebijakan moneter tersebut pada 1 Juli
tahun 2005. Selain di Indonesia kerangka ini juga diterapkan oleh

13
Fatimah Zuhra, “Pengaruh Indikator Kebijakan Moneter Terhadap Inflasi di Indonesia”,
Dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.19, No.1, Februari 2018, h.2-3

17
bank sentral di beberapa negara lainnya seperti: Kanada, Inggris,
Chili dan lain sebagainya.
Secara umum, kerangka kerja Inflation Targeting Framework
(ITF) ini bertujuan untuk dapat membantu bank sentral dalam
mencapai dan memelihara kestabilan harga dengan menentukan
sasaran kebijakan moneter secara eksplisit dengan berdasarkan
pada proyeksi dan target inflasi tertentu ke depan. Adapun ciri- ciri
utama kerangka kerja Inflation Targeting Framework (ITF) adalah
sebagai berikut: yaitu adanya pernyataan resmi dari bank sentral
dan dikuatkan dengan adanya undang- undang bahwa tujuan akhir
kebijakan moneter adalah mencapai dan menjaga tingkat inflasi
yang rendah serta pengumuman target inflasi kepada publik atau
masyarakat. pengumuman tersebut mengandung arti bahwa bank
sentral memberikan komitmen dan jaminan kepada publik atau
masyarakat bahwa setiap kebijakan moneternya selalu mengacu
pada pencapaian target tersebut dan bank sentral akan
mempertanggungjawabkan kebijakannya apabila target tersebut
tidak tercapai.14
Selain itu dalam kerangka kerja kebijakan moneter Inflation
Targeting Framework juga terdapat prinsip dasar yang melandasi
kerangka kerja tersebut adalah bahwa sasaran akhir dari kebijakan
moneter diutamakan untuk mencapai dan memelihara laju inflasi
baik itu inflasi rendah, sedang maupun tinggi. Selain itu juga dalam
kerangka kerja kebijakan moneter Inflation Targeting Framework
(ITF) juga memiliki elemen- elemen pokok yang menjadi konsep
dasar dalam penerapan Inflation Targeting Framework (ITF) yaitu
sebagai berikut:
1) Adanya pengumuman sasaran inflasi kepada publik

14
Tommy Pusriadi, Dio Caisar Darma, ”Penerapan Flexible ITF (Inflation Targeting
Framework):Sinergitas Kebijakan Moneter Indonesia dengan Sasaran Kestabilan Harga”,
JurnalFeb Unmul, diakses melalui http://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/PROSNMEB Vol.1,
2017, Pada Se16/03/ 2021 Pukul 20:15

18
adanya pengumuman ini dimaksudkan untuk
menetapkan sasaran inflasi dengan
mempertimbangkan berbagai factor ekonomi dan
dalam hal ini penetapan sasaran inflasi tidak hanya
dilakukan dalam jangka waktu pendek, menengah,
maupun panjang.
2) Komitmen kebijakan moneter yang ditempuh dengan
terus berwawasan ke depan
Kebijakan ini di maksudkan untuk nmengukur
seberapa lama kedepan sasaran inflasi yang ingin
ditetapkan tergantung pada tenggat waktu yang telah
ditetapkan.
3) Adanya strategi yang menggunakan semua informasi
melalui komunikasi yang efektif dengan publik yang
berguna untuk pengambilan kebijakan serta
pencapaian target, dan lain sebagainya.
Selanjutnya setelah berhasil menerapkan Inflation Targeting
Framework (ITF) Pada tahun 2008/2009 terjadilah krisis keuangan
global yang mengharuskan bank sentral untuk melakukan stabilitas
keuangan dan penyelamatan perekonomian, dan pada saat itu
sistem Inflation Targeting Framework (ITF) dipandang tidak sesuai
untuk mengatasi permasalan krisis keuangan tersebut dikarenakan
penerapan Inflation Targeting Framework (ITF) hanya berfokus
pada mandat kebijakan moneter untuk menjaga inflasi sesuai
dengan targetnya, dan tidak cukup untuk menjaga stabilitas sistem
perekonomian secara keseluruhan.
Setelah pascakrisis keuangan global tahun 2008/2009 bank
sentral dituntut untuk semakin memperkuat stabilitas sistem
keuangan untuk memastikan perekonomian berada dalam kondisi
stabil, baik dari sisi makroekonomi maupun sector keuangan.
Untuk itu, keberhasilan penerapan Inflation Targeting Framework

19
(ITF) harus didukung dengan kerangka pengaturan sektor
keuangan secara makro. Oleh karena itu, bank Indonesia
memperkuat kerangka Inflation Targeting Framework (ITF)
menjadi Flexible atau yang lebih dikenal dengan Flexible Inflation
Targeting Framework (FITF) yang bertujuan untuk memperkuat
mandatnya dalam menjaga stabilitas harga dan turut mendukung
stabilitas sistem keuangan. 15
Flexible Inflation Targeting Framework (FITF) sendiri
dibangun dengan tetap berpijak pada elemen- elemen pokok
Inflation Targeting Framework (ITF) yang telah diterapkan sejak
tahun 2005. Adapun Penerapan Flexible Inflation Targeting
Framework (FITF) di Indonesia tak lepas dari penerapan Inflation
Targeting Framework (ITF) di Indonesia yang berdasarkan pada
amandemen UU Nomor 23 Tahun 1999 yang telah diganti dengan
UU Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia yang telah
memberikan landasan hukum yang jelas menyangkut kewenangan
Bank Indonesia dalam melaksanakan tugasnya di bidang moneter,
yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Selain itu,
dalam undang- undang tersebut juga telah dijelaskan secara rinci
tentang bagaimana kerangka kerja kebijakan moneter tersebut
bekerja. Selanjutnya dalam kerangka kerja kebijakan moneter
tersebut juga memerlukan dukungan sistem keuangan dan
perbankan yang sehat agar mekanisme transmisi kebijakan moneter
ini dapat berjalan dengan lebih efektif selanjutnya agar keberadaan
kerangka kerja kebijakan moneter ini dapat dipahami oleh
masyarakat luas perlu dilakukan langkah sosialisasi secara intensif
dan terarah mengenai manfaat dari keberadaan kerangka kerja
kebijakan moneter tersebut.16

15
Diakses melalui www.bi.go.id Moneter Pada 16 /03/2021 Pukul 21:30
16
Warjiyo, Perry dan Sholikin, Kebijakan Moneter di Indonesia Seri Kebansentralan No.6,
2003 (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK), h.61-62

20
3. Kerangka Kebijakan Moneter di Beberapa Negara
a. Kebijakan Moneter di Malaysia
Sejak krisis keuangan Asia pada tahun 1998, perubahan
signifikan telah terjadi di sektor perbankan Malaysia. Sebelum
tahun 1998 sektor perbankan di tandai oleh sejumlah besar
lembaga kecil. Namun, gelombang konsolidasi dan merger
lembaga keuangan sejak tahun 1998 telah menyebabkan
munculnya Sembilan kelompok perbankan domestik pada tahun
2006. Sistem keuangan Malaysia telah berkembang sejalan
perubahan struktur perekonomian. Perubahan dalam struktur dan
sistem keuangan pada gilirannya memiliki pengaruh penting dalam
membentuk dan meningkatkan kompleksitas hubungan antara
kebijakan moneter dan ekonomi rill. Dalam hal ini, sebagai
pembuat kebijakan, penting untuk memahami bagaimana
transformasi ekonomi mempengaruhi sifat saluran transmisi
kebijakan moneter.
Saluran Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Malaysia,
Malaysia menggunakan suku bunga sebagai umpan dalam menarik
investasi terutama investasi asing. Siaran yang dibuat oleh Bank
Dunia menyatakan bahwa kegiatan investasi di Malaysia masuk
lima besar negara di dunia yang memiliki iklim investasi terbaik.
Pengolahan yang baik juga mempengaruhi investasi di Malaysia
dalam pengolahan pinjaman, karena adanya dana yang cukup ke
dalam peningkatan investasi, pemberian kredit di dalam negeri
juga meningkat selama periode terakhir.
Tujuan dari kebijakan moneter untuk mencapai target seperti
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menjaga harga tetap
stabil. Hal ini penting bagi para pembuat kebijakan untuk
memahami mekanisme transmisi moneter dalam mempengaruhi
variabel ekonomi. Untuk tujuan penelitian ini, dua saluran
transmisi kebijakan moneter akan dibahas yaitu:

21
1) Jalur Suku Bunga, mekanisme transmisi moneter melalui jalur
suku bunga telah berdiri selama lebih dari lima puluh tahun.
Mekanisme ini didasarkan pada Keynesian model IS/LM
(Mishkin, 1996). Saluran ini juga dikenal sebagai pandangan
uang. Dalam pandangan uang, kebijakan moneter dapat
mempengaruhi variabel ekonomi melalui suku bunga.
Mekanisme transmisi moneter ini dapat diilustrasikan sebagai
berikut, dengan asumsi bahwa terjadi kontraksi moneter.
M↓ → i↑ → I↓ → Y↓
Ketika kontraksi moneter dilaksanakan, hal itu mempengaruhi
tingkat bunga riil meningkat. Tingkat bunga riil yang tinggi
akan meningkatkan biaya pinjaman kepada investor. Oleh
karena itu, investasi akan menurun, yang menyebabkan
penurunan permintaan agregat sehingga output ekonomi
menurun. Dalam teori ekonomi disebutkan bahwa peran nilai
tukar dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah
semakin besar terhadap sektor perekonomian. Meskipun
demikian, banyak studi yang dilakukan menemukan bahwa
nilai tukar tidak berperan signifikan dalam transmisi kebijakan
moneter seperti yang dimuat dalam teori ekonomi. Perkiraan
BNM menunjukkan bahwa rasio saluran nilai tukar terhadap
jalur suku bunga adalah 1:4. Dengan kata lain, jalur suku
bunga lebih efektif empat kali daripada nilai tukar dalam
transmisi kebijakan moneter.
2) Jalur Nilai Tukar, sistem ekonomi terbuka yang diadopsi
Malaysia dimana negara harus dilibatkan dengan transaksi
internasional, untuk mengakomodasi perdagangan internasional
nilai tukar harus diatur. Di bawah sistem nilai tukar yang
fleksibel, dampak perubahan suku bunga dapat diserap oleh
nilai tukar (Mishkin, 1995). Oleh karena itu, transmisi moneter

22
juga dapat mempengaruhi variabel ekonomi seperti inflasi dan
output. Skema saluran nilai tukar disajikan di bawah ini.
M ↓ → i↓ → I↓ → Y ↓
Dari skema di atas, ketika kontraksi kebijakan moneter
dilaksanakan, meningkat tingkat bunga riil, yang membuat
tingkat bunga riil dalam negeri menjadi relatif lebih tinggi dari
tingkat bunga riil asing. Akibatnya, dana dari investor asing
akan mengalir ke dalam negeri dan nilai tukar akan
menghargai menyebabkan harga produk yang diekspor ke
relatif lebih tinggi dari pesaing asing lainnya. Oleh karena itu,
sebagai akibat dari penurunan output permintaan agregat akan
menurun.17
b. Kebijakan Moneter di Singapura
1) Sejarah Singkat MAS (The Monetary Authority of Singapore)
Monetary Authority of Singapore didirikan di bawah
Otoritas Moneter Singapura Act of 1970, dan mulai beroperasi
pada 1 Januari 1971. Hal ini menandai sebuah tonggak penting
dalam sejarah perkembangan keuangan dan moneter Singapura.
Sebelum ini, berbagai fungsi moneter biasanya terkait dengan
bank sentral telah dilakukan oleh beberapa departemen dan
instansi pemerintah. Namun, pada akhir 1969, pemerintah
memutuskan bahwa berbagai badan yang bertanggung jawab
untuk pengelolaan moneter harus dibawa di bawah satu
organisasi. Tidak hanya akan ini membuatnya lebih nyaman
untuk tujuan administratif, juga akan memberikan rasa
organisasi yang lebih besar terhadap arah dan tujuan, dan
menumbuhkan konsentrasi dan pertumbuhan keahlian
profesional yang diperlukan dalam pelaksanaan urusan
moneter.
17
Hirim M Lumban Batu, “Efektifitas kebijakan kebijakan moneter melalui suku bunga
acuan terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN” skripsi Universitas Sumatra Utara 2019, h. 17-
18.

23
Pada bulan April tahun 1977, Pemerintah memutuskan
untuk membawa pengaturan industri asuransi di bawah
naungan MAS. Fungsi regulasi berdasarkan Securities Act
Industry (1973) juga dialihkan ke pihak MAS pada bulan
September 1984. Setelah merger dengan Dewan Komisaris
Mata Uang, Singapura pada 1 Oktober 2002, MAS kini juga
bertanggung jawab atas penerbitan mata uang. Dunia prospek
ekonomi terus menjadi patokan negara-negara mitra utama
pertama di Singapura seperti Amerika Serikat, Jepang, Eropa
atau China di mana setiap perubahan ke negara biasanya
Singapura akan segera menyesuaikan diri dengan cepat karena
sekali lagi ekonomi Singapura bergantung pada kegiatan
perdagangan internasional. Sektor manufaktur dan industri jasa
yang berorientasi ekspor mengalami peningkatan secara
bertahap selama beberapa tahun terakhir. Sedangkan untuk
pasar tenaga kerja, Singapura adalah negara di mana warga
masih cukup mudah untuk menemukan pekerjaan sehingga
pengangguran dapat dikurangi sedikit di Singapura daripada di
negara-negara Asia lainnya.
1) Saluran Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Singapura
a. Jalur Suku Bunga, peran Singapura sebagai pusat
keuangan internasional, ekonomi Singapura sangat
terbuka untuk arus modal. Akibatnya, perubahan kecil
dalam perbedaan antara suku bunga domestik dan asing
akan menyebabkan gerakan besar dan cepat terhadap
modal. Hal ini membuat sulit untuk menargetkan
jumlah uang beredar di Singapura, karena arus bersih
dari dana luar negeri dengan mudah dapat
mempengaruhi jumlah uang beredar dalam negeri.
Demikian juga, suku bunga domestik sangat ditentukan

24
oleh tingkat asing dan ekspektasi pasar pergerakan $ S.
Dengan demikian, setiap upaya oleh MAS untuk
menaikkan atau menurunkan suku bunga domestik
selama periode waktu yang panjang, akan digagalkan
oleh pergeseran dana masuk atau keluar dari Singapura.
Dengan kata lain, mengingat konteks mobilitas modal
bebas, pilihan nilai tukar sebagai fokus kebijakan
moneter menyiratkan bahwa MAS tidak dapat
mengendalikan suku bunga domestik atau pasokan uang
pada waktu yang sama.
b. Jalur Nilai Tukar, sejak 1981, kebijakan moneter
Singapura telah difokuskan pada nilai tukar. Hal ini
karena nilai tukar adalah alat yang paling efektif dalam
mengendalikan inflasi, mengingat ukuran Singapura
yang kecil dan keterbukaan ekonomi Singapura.
Namun, MAS tidak hanya melihat dolar Singapura (S $)
nilai tukar terhadap dolar AS atau terhadap mata uang
asing tunggal. Sebaliknya, MAS mengelola S $ nilai
tukar terhadap banyak mata uang yang terdiri dari mata
uang mitra dagang utama Singapura dan pesaing. MAS
secara teratur meninjau dan merevisi komposisi mata
uang asing, untuk memperhitungkan perubahan dalam
pola perdagangan Singapura. Pemilihan nilai tukar, dari
pada uang beredar atau suku bunga, sebagai alat utama
kebijakan moneter telah di pengaruhi oleh kecilnya
ukuran negara Singapura dan tingginya tingkat
keterbukaan terhadap perdagangan dan arus modal.
Kurangnya sumber daya alam Singapura yang berarti
bahwa Singapura harus mengimpor kebutuhan yang
paling dasar sehari-hari. Bahkan, dari setiap $ 1 yang di
habiskan di Singapura, 51 sen digunakan untuk

25
mengimpor barang-barang luar negeri. Hal ini
menyiratkan bahwa harga domestik sangat di pengaruhi
oleh harga asing, Juga karena ukurannya yang kecil,
Singapura adalah price taker di pasar dunia. Dengan
demikian, kenaikan harga asing akan menyebabkan
harga domestik lebih tinggi, yang dapat di imbangi oleh
perubahan nilai tukar.
c. Kebijakan Moneter Singapura berpusat Pada Nilai
Tukar

Gambar 2.4: Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Singapura


Sumber: H.K. Chow Singapore Management University
Gambar di atas menggambarkan hubungan kunci dalam
mekanisme transmisi moneter dari gangguan nilai
tukar. Perubahan nilai tukar yang merupakan harga
relatif dari mata uang domestik dan asing menyebabkan
pergerakan harga relatif barang dan jasa dalam negeri
dan luar negeri. Seperti fluktuasi harga relatif pada
gilirannya dapat mempengaruhi tingkat pola akhir
pengeluaran dalam perekonomian domestik. Misalnya,
apresiasi nilai tukar menurunkan harga domestik impor
dengan demikian mengurangi daya saing produsen
dalam negeri dan impor barang dan jasa. Hal ini

26
mendorong pengeluaran jauh dari yang dihasilkan
terhadap barang yang di produksi luar negeri dan jasa.
Pada saat yang sama, apresiasi mata uang lokal
menaikkan harga luar negeri ekspor dalam negeri,
sehingga mengurangi daya saing produsen dalam negeri
ekspor. Penurunan ekspor memberikan kontribusi
terhadap penurunan neraca perdagangan. Pemilihan
nilai tukar dari pada jumlah uang beredar atau tingkat
bunga sebagai alat utama kebijakan moneter telah di
pengaruhi oleh ukuran kecil Singapura dan tingkat
tinggi keterbukaan terhadap perdagangan dan arus
modal.18
c. Kebijakan Moneter di Thailand
Setelah program IMF (rezim penargetan, bank membuat
target jumlah uang beredar dalam negeri dengan menggunakan
pendekatan pemrograman keuangan dalam rangka untuk
memastikan konsistensi makro ekonomi serta untuk mencapai
tujuan akhir dari pertumbuhan yang berkelanjutan dan stabilitas
harga. Bank akan menetapkan target triwulanan moneter dasar dan
sehari-hari, dimana manajemen likuiditas harian yang didasarkan,
Bank melakukan penilaian kembali luas baik dari dalam negeri dan
lingkungan eksternal dan menyimpulkan bahwa penargetan uang
beredar akan kurang efektif daripada penargetan inflasi. Penyebab
utama perubahan adalah bahwa hubungan antara jumlah uang
beredar dan pertumbuhan output menjadi kurang stabil sepanjang
waktu, terutama sejak krisis keuangan.
Tujuan utama dari Bank of Thailand (MWA) adalah untuk
memastikan stabilitas harga dalam perekonomian, yang
didefinisikan sebagai inflasi yang rendah dan stabil. Harga

18
Hirim M Lumban Batu, “Efektifitas kebijakan kebijakan moneter melalui suku bunga acuan
terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN” skripsi Universitas Sumatra Utara 2019, h. 19-26

27
stabilitas membantu memfasilitasi pengambilan keputusan dan
perencanaan konsumsi.
Bank of Thailand (BOT) telah melaksanakan kebijakan
moneter bahwa kerangka penargetan inflasi yang fleksibel sejak
Mei 2000 dimana bank setuju untuk membayar perhatian tidak
hanya inflasi tetapi juga untuk pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
termasuk kondisi pasar keuangan serta status keuangan rumah
tangga, bisnis, dan lembaga keuangan.
Keputusan Bank of Thailand (BOT) dalam keputusan tingka
suku bunga melakukan transaksi dengan tingkat bunga tetap
dengan tingkat bunga kebijakan dalam pembelian kembali putaran
yaitu lembaga keuangan mengajukan tawaran untuk jumlah yang
mereka ingin meminjam atau berinvestasi.
Di bawah kerangka kerja penargetan inflasi yang fleksibel,
Komite Kebijakan Moneter (MPC) memberi sinyal sikap
kebijakannya melalui perubahan tingkat bunga kebijakan, atau
tingkat pembelian kembali bilateral 1 hari. BOT telah membentuk
kerangka kerja operasi moneter yang terdiri dari berbagai
instrumen kebijakan moneter untuk mengarahkan suku bunga pasar
uang jangka pendek sejalan dengan suku bunga kebijakan.19

D. Hasil dan Pembahasan


1. Bentuk Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter merupakan salah satu upaya untuk
mengendalikan keadaan ekonomi agar mencapai tingkat
pertumbuhan yang tinggi dengan mengatur jumlah uang yang
beredar. Kebijakan ekonomi moneter merupakan suatu kebijakan
yang diambil dari salah satu ilmu ekonomi yaitu ekonomi moneter.
Ekonomi moneter merupakan suatu ilmu yang membahas tentang
peranan uang dalam mempengaruhi tingkat harga-harga dan
19
Hirim M Lumban Batu, “Efektifitas kebijakan kebijakan moneter melalui suku bunga acuan
terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN” skripsi Universitas Sumatra Utara 2019, h.27.

28
tingkat kegiatan ekonomi dalam suatu negara yang bertujuan untuk
menjaga tingkat kestabilan harga dan pembinaan tingkat tinggi
rendahnya inflasi. Kebijakan moneter dapat digunakan Ketika
kestabilan didalam kegiatan perekonomian mengalami gangguan.
Tujuan utama kebijakan moneter adalah mencapai dan
menstabilkan nilai rupiah atau dapat dikatakan sebagai kestabilan
terhadap harga baik barang maupun jasa yang tercermin pada
inflasi. Untuk menjaga laju inflasi pemerintah telah menetapkan
beberapa jenis-jenis kebijakan moneter yang dapat diterapkan
yaitu:
1) Monetary Expanasive Policy (Kebijakan Moneter
Ekspansif) merupakan kebijakan pemerintah yang
diluncurkan dalam rangka menambah jumlah uang yang
beredar di masyarakat. Kebijakan ekspansif ini dilakukan
dengan menurunkan jumlah suku bunga di bank,
menurukan persyaratan cadangan bank, dan membeli
sirkuit pemerintah.
2) Monetary Concractive Policy (Kebijakan Moneter
Kontraktif), merupakan kebijakan pemerintah yang
diluncurkan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang
beredar.

2. Bentuk Kebijakan Moneter dalam Bank Sentral


Bank Sentral adalah Lembaga negara yang bertujuan untuk
menjaga laju inflasi yang terdapat dalam kebijakan moneter untuk
mengatasi laju infalsi tersebut bank sentral memiliki banyak
instumen- instrument pendukung yang digunakan dalam
pengendalian sasaran inflasi tersebut seperti: Operasi pasar terbuka
(Open market operation), Penentuan tingkat bunga (Discount rate
policy), Penentuan cadangan wajib (Reserve requirements policy),
Himbauan moral (moral persuasion). Selain itu bank senrtral juga

29
memiliki orientasi pada tingkat suku bunga dan jumlah uang yang
beredar.

3. Kerangka Kerja Kebijakan Moneter di Indonesia dan di


Berbagai Negara
Kerangka kerja kebijakan moneter di Indonesia sebagaimana
telah dirumuskan dalam kebijakan bank sentral yang berdasarkan
pada perumusan UU No. 23 Tahun 1999 yang telah
diamandemnenkan dan digantikan dengan UU. No.3 Tahun 2004
tentang bank Indonesia dan dalam undang- undang tersebut telah
membawa perubahan mendasar bagi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan moneter di Indonesia. Selain Indonesia kerangka
kebijakan moneter juga diterapkan di berbagai negara seperti:
Malaysia, Singapura, Thailand yang mempunyai kebijakan
tersendiri berdasarkan peraturan pemerintahan masing- masing
negara.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan Pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :
1) Bank Sentral adalah Lembaga negara yang bertujuan untuk
menjaga laju inflasi yang terdapat dalam kebijakan moneter
untuk mengatasi laju infalsi tersebut.
2) kerangka kerja kebijakan moneter di Indonesia sebagaimana
telah dirumuskan dalam kebijakan bank sentral yang

30
berdasarkan pada perumusan UU No. 23 Tahun 1999 yang
telah diamandemnenkan dan digantikan dengan UU. No.3
Tahun 2004 tentang bank Indonesia dan dalam undang-
undang tersebut telah membawa perubahan mendasar bagi
perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter di Indonesia.
3) kerangka kebijakan moneter di berbagai negara seperti:
Malaysia, Singapura, Thailand yang mempunyai kebijakan
tersendiri berdasarkan peraturan pemerintahan masing-masing
negara.
2. Saran
Berdasarkan hasil dari kesimpulan, maka saran yang dapat
di berikan antara lain adalah sebagai berikut :
1) Di harapkan bagi bank sentral dan pemerintah untuk
memperhatikan perubahan yang terjadi dalam menjaga laju
inflasi dalam kebijakan moneter untuk mengatasi laju inflasi.
2) Bagi bank indonesia di harapkan agar tidak membawa
perubahan drastis yang berdampak pada pelaksanaan
kebijakan moneter diindonesia
3) Bagi Bank indonesia di harapkan dapat menstabilkan nilai
tukar rupiah agar tidak terlalu melemah di banding nilai tukar
rupiah di berbagai negara.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Nopirin, Ekonomi Monete Buku I Edisi ke-4, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,


2018), h. 1

Warjiyo, Perry dan Sholikin, Kebijakan Moneter di Indonesia Seri

Kebansentralan No.6, 2003 (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi


Kebanksentralan (PPSK), h.61-62

31
X Sugiyon, Instrumen Pengendalian Moneter: Operasi Pasar Terbuka, Pusat

Pendidikan dan Studi Kebanksentralam Indonesia (PPSK) Bank Indonesia,


2017, h. 4-5

Jurnal

Hadi, Seno Sudarmono, 2017, “Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap


Perekonomian Indonesia Secara Global” dalam Jurnal Moneter, Vol. 4,
No.1, h.96-97

Mulyani, Sri, 2020, “Uang Dalam Tinjauan Sistem Moneter Islam”, Al-Iqtishod:
Jurnal Ekonomi Syari’ah, IAI Sunan Kalijogo Malang, Vol. 2 No.
1

Nugroho, Lucky dan Herda Nezzim Bararah, 2018, “Pengaruh Good Corporate
Governance dan Biaya-Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
terhadap stabilitas keuangan bank umum syariah di Indoneisa Tahun 2012-
2017”, Jurnal Inovasi dan Bisnis 6, Universitas Mercu Buana, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis

Nurlina dan Zurjani, 2018, “Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” dalam Jurnal Samudra Ekonomika,
Vol.2, No.2, h. 128-129

Sriyono, 2013, “Strategi Kebijakan Moneter di Indonesia”, Jurnal Kebijakan &

Manajemen Publik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Zuhra, Fatimah, 2018, “Pengaruh Indikator Kebijakan Moneter Terhadap Inflasi

di Indonesia”, Dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.19, No.1, Februari,


h.2-3

Skripsi

Hirim M Lumban Batu, 2019, “Efektifitas kebijakan kebijakan moneter melalui

suku bunga acuan terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN” skripsi


Universitas Sumatra Utara, h. 17-18.

32
Internet

Accurrate, 2020, “Ekonomi Moneter: Pengertian, Tujuan, Jenis, dan


Contohnya”.

Diakses melalui https://accurate.id

https://www.bi.go.id/, Moneter

Dosen Pendidikan, 2021, “Ekonomi Moneter”. Diakses melalui

https://dosenpendidikan.com.id

Peluang, 2020, Atur Stabilitas Keuangan Masa Pandemi, Ketahui 5 Kebijakan


Moneter BI, diakses melalui https://blog.pluang.com/

Rohman, Saipur, “Kebijakan Moneter dan Siklus kegiatan Ekonomi”


https://www.academia.edu/

33

Anda mungkin juga menyukai