Makalah Arbitrase Negosiasi
Makalah Arbitrase Negosiasi
Dosen Pengampu :
Disusun : Kelompok 8
Kelas : Muamalah D
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul.”Negoisasi” Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Arbitrase Dan
Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah semester 4 jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas
Syariah UIN Raden Intan Lampung.
Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah pada
waktu dan kesempatan berikutnya. Kami pun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu
Juhratul Khulwah, M.SI. selaku dosen mata kuliah Arbitrase Dan Penyelesaian Segketa Ekonomi
Syariah. Kami berharap penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi
pembaca umumnya. Serta dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan
meningkatkan prestasi di masa yang akan datang. Semoga Allah SWT memberikan keberkahan
kepada kita semua Aamiin Yaa Rabbal’Alamiin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan Masalah...........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Negosiasi..................................................................................5
B. Peran Negosiator.........................................................................................7
C. Tahapan-Tahapan Dalam Negosisi ............................................................8
D. Kendala Yang Dihadapi Negosiator Dalam Negosiasi...............................13
A. Kesimpulan ...............................................................................................17
B. Saran ..........................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelesaian sengketa dapat diselesaikan oleh berbagai macam cara salah satunya
disini dalah negosiasi. Negosiasi adalah sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak-pihak
yang terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan
bertentangan. Menurut KBBI, Negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan jalan
berunding guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau
organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) lain
Negosiasi adalah sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak-pihak yang terlibat
berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan. Menurut
KBBI, Negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai
kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak
(kelompok atau organisasi) lain. Dan untuk lebih jelasnya akan di bahas dibawah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi Negosiasi?
2. Apa Saja Peran Seorang Negosiator?
3. Bagaimana Tahapan Dalam Negosiasi?
4. Bagaimana Kendala Yang Dihadapi Oleh Negosiator Dalam Negosiasi?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Definisi Negosiasi.
2. Mengetahui Peran Seorang Negosiator.
3. Mengetahui Tahapan-Tahapan Dalam Negosiasi.
4. Mengetahui Kendala Yang Dihadapi Oleh Negosiator.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Negosiasi
Dalam bahasa sehari-hari kata negosiasi sering kita dengar sepadan dengan istilah
“berunding”,”bermusyawarah”, atau “bermufakat”. Kata negosiasi ini berasal dari bahasa
inggris “negotiation” yang berarti perundingan.
“Negosiasi merupakan proses usaha untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain, suatu
proses interaksi dan komunikasi yang dinamis dan beraneka ragam, dapat lembut dan
bernuansa, sebagaimana manusia itu sendiri. Orang bernegosiasi dalam situasi yang tidak
terhitung jumlahnya dimana mereka membutuhkan atau menginginkan sesuatu yang dapat
diberikan ataupun ditahan oleh pihak orang lain, bila mereka menginginkan untuk
memperoleh kerjasama, bantuan atau persetujuan orang lain, atau ingin menyelesaikan atau
mengurangi persengketaan atau perselisihan."1
Larry L. Teply:
“The world negotiate in latin, consists of neg meaning not and atium, meaning
ease. These latin words suggest that one will not be at ease during the process
or until the agreement ia Made. Furthermore, incertain contexts, some individuals
are uncomfortable with compromising they consider it an unprincipled selling
out”.
Artinya: “Dunia bernegosiasi dalam bahasa latin, terdiri dari neg berarti tidak dan atium,
yang berarti kemudahan. Kata-kata latin ini menunjukkan bahwa seseorang tidak akan
merasa nyaman selama proses atau sampai ia membuat perjanjian. Lebih jauh, dalam
konteks yang tidak pasti, beberapa individu merasa tidak nyaman dengan kompromi yang
mereka anggap sebagai penjualan yang tidak berprinsip ”.
1
Rachmadi Usman, pilihan penyelesaian sengketa diluar pengadilan,(Bandung : PT Citra Aditya
Bakti,2013)h.53
5
Christopher W.moore:
Mark E.Roszkowski:
Menurut kamus besar nahasa indonesia menjelaskan arti negosiasi sebagai berikut:
1. Proses tawar-menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna
mencpai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau orgaisasi) dan pihak
(kelompok atau organisasi ) yang lain.
2. Penyelesaian sengketa ecara damai melalui perundingan antara pihak-pihak yang
bersengketa.
6
Menurut kamus ekonomi ELIPS mengartikan:
Negotiation, negosiasi suatu proses perundingan atau tawar menawar suatu konsesi dalam
transaksi surat-surat berharga berarti pengambil alihan surat-surat pembawa atau order.2
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa negosiasi itu adalah cara penyelesaian sengketa
diluar pengadilan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersengketa atau kuasanya secara
langsung pada saat negosiasi dilakukan, tanpa keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah.
Dengan kata lain, negosiasi adalah suatu proses struktur dimana dimana para pihak yang
bersengketa berbicara sesama mereka mengenai persoalan yang diperselisihkan dalam
rangka mencapai persetujuan stau kesepakatan bersama.3
Para pihak yang bersengketa secara langsung melakukan perundingan atau tawar-menawar,
sehingga menghasilkan suatu kesepakatan bersama. Para pihak yang bersengketa barang
tentu telah berdiskusi atau bermusyawarah sedemikian rupa agar kepentingan-kepentingan
dan hak-haknya terakomodir menjadi kepentingan atau kebutuhan bersama para pihak yang
bersengketa. Pada umumnya kesepakatan bersama teresebut dituangkan secara tertulis.4
5
Agnes M.Toar et al. Arbitrase di Indonesia,( Jakarta : Ghalia Indonesia, 1995 ) h. 45
8
Berdasarkan hasil pengamatan Gerald Williams terhadap proses negosiasi yang
berlaangung diantara pengacara atau kuasa hukum, menyimpulkan bahwa proses
pelaksanaan negosiasi melalui penahapan sebagai berikut :
2. Tahap Argumentasi
Berikutnya tahap pengajuan argumentasi sambil meletakkan posisi sesungguhnya
dari negosiator lawan, seraya mencoba menghindarkan diri dalam membuka posisi
mereka yang sesungguhnya. Masalah-masalah pokok mulai terdefinisikan secara jelas
dan juga kekuatan serta kelemahan masing-masing pihak sudah mulai terlihat. Konsesi
dalam tahap ini dilakukan oleh satu pihak saja ataupun masing-masing pihak.
9
konsesi seperti apa dan yang bagaimana yang perlu dikembangkan oleh para
negosiator.
6
Rachmadi Usman, pilihan penyelesaian sengketa diluar pengadilan,(Bandung : PT Citra Aditya
Bakti,2013)h. 67- 69.
10
yang akan bermanfaat dalam mempersiapkan strategi bernegosiasi
12
4. Tahap Akhir Permainan
Proses pelaksanaan negosiasi diakhiri dengan pembuatan
komitmen atau membatalkam komitmen yang telah dinyatakan
sebelumnya.
Negosiasi hanya berlangsung secara efektif d mencapai kesepakatan yang
bersifat stabil, bila terdapat berbagai kondisi yang mempengaruhinya
yaitu:
1. Pihak-pihak bersedia bernegosiasi secara sukarela perdasarkan kesadar
yang penuh (Willingness).
2. Pihak-pihak siapa melakukan negosiasi (Preparedness).
3. Mempunyai wewenang mengambil keputusan (Authoritative).
4. Memiliki kekuatan yang relatif seimbang sehingga dapat
menciptakan saling ketergantungan (Relative aqual bargainin
power).
5. Mempunyai kemauan menyelesaikan masalah.
13
1. Reaksi Kita
Bila kita dalam keadaan stres atau dala keadaan diserang oleh negosiator
lawan, secara manusia terdapat kecenderungan bereaksi emosional atau
membalas seranga. Siklus “aksi-reaksi” ini cenderung mengakibatkan pihak-
pihak yang bersengketa tidak mendapatkan apa-apa. Dalam keadaaan emosional,
kita juga cenderung bersaksi secara impulsif memberikan konsesi yang
sebenarnya-besarnya Bagi pihak lain ( menyerah ) sekedar memelihara hubungan.
Sikap impulsif menunjukan kelemahan kita dan memperhatikan kita dapat
dieksplotasi orang lain. Dengan demikian, dalam negosiasi bukan aja perilaku
“alot” lawan, melainkan reaksi atau emosi kita juga mempengaruhi perilaku.
Untuk mencegah siklus “aksi-reaksi”, kita memiliki ketentuan untuk
mematahkan siklus tersebut setiap waktu dengan kekuatan diri sendiri. Cara
pencegahannya dengan “tidak beraksi” dalam rumus fisika didalilkan bahwa
“untuk setiap aksi terdapat reaksi baik yang sama besarnya”. Namun demikian,
hukum tersebut berlaku untuk objek bukan benda hidup atau pikiran. Tidak
melakukan reaksi dapat dilakukan dengan cara yang diformulasikan dengan
metafor, yaitu metafor untuk sikap mental terhadap siklus aksi-reaksi, kita harus
seolah-olah atau membayangkan keluar dari panggung negosiasi menuju balkon
disebelah atas untuk melihat panggung negosiasi yang ada dibawahnya. Dari atas
balkon kita secara lebih jernih dan tenang dapat mengevaluasi sengketa seperti
halnya pihak ketiga netral. Setelah berpikir secara konstruktif, tenang dan
kontemplatif sejenak, kita embali ke panggung negosiasi dengan situasi yang
lebih tenang, bahkan membawa gagasan baru yang lebih memuakan kedua belah
pihak.
2. Emosi Mereka
Kendala ini terletak pada lawan, yaitu emosi yang bersifat negatif. Sikap
mereka yang kooperatif dan sikap bertahan pada posisinya dapat dilatarbelakangi
oleh sikap marah, takut dan rasa curiga atau tidak percaya, sehingga sering kali
mendengar kita saja mereka menolak. Prinsip mereka ini didasarkan pada asumsi
bahwa dunia ini harus dilihat dalam konteks “memakan atau dimakan”, sehingga
mereka merasa perlu menggunakan taktik yang tidak bersahabat.
14
Sebelum melakukan negosiasi, ita perlu menciptakan “atmosfer” yang
favorable, kita harus dapat menetralisir kemarahan, kekhawatiran, kecurigaan
serta ketidakpercayaan dari pihak lawan dengan cara bertindak kontras atau
sebaliknya. Dengan perkataan lain, jangan melakukan “kontra serangan”,
maksudnya dengaran mereka, pahami dan formulasikan kembali poin-poin yang
merea kemukakan dan kemukakan pesetujuan apabila memungkinkan cara
mengatasi emosi mereka tersebut dengan cara jangan berargumentasi dan lakukan
taktik “step to their side”.
3. Posisi mereka
Dalam hal pihak lawan bersikukuh pada posisi yang ditawarkannya, seringkali
kita tergoda serta-merta menolaknya. Sikap demikian dapat mengakibatkan pihak
lawan lebih dalam lagi mempertahankan posisinya. Caramua pahami apa yang
mereka kemukakan dan atasi persoalan dengan cara “reframe” terhadap apa yang
telah dikemukakan oleh mereka dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang bersifat pemecahan masalah, seperti “menggapa anda mengingikan atau
bertahan pada posisi tersebut?” atau “apa yang akan kalian lakukan bila kalian
dalam posisi seperti saya?” dalam trategi “reframe” ini cegah sifat menggurui
dan biarkan persoalan menjadi guru mereka.
4. Ketidakpuasan Mereka
Tujuan interest based dengan model pemecahan masalah berama tidak hanya
bertujuan mencapai kesepakatan tetapi juga, kesepakatan yang memenuhi
kepuasan bersama. Pihak lawan tidak tertarik terhadap kesepakatan ini. Pihak
lawan tidak melihat kemanfaatan dari kesepakatan tersebut dn gagasan
kesepakatan dari kita sering kali ditolak pihak lawan, karema semata-mata
gagasannya bukan berasal dari mereka. Andai kata kita pun telah dapat memenuhi
kepentingan mereka, sering kali mereka khawatir kehilangan muka, apabila
menarik posisi mereka .
15
Bila pihak lawan boelum yakin akan kemanfaatan dari kesepakatan, jangan
paksakan dan bertahan pda argumen kita. Paksaan akan menakibatkan kepada
resistensi mereka semakin tinggi. Perlakukan diri sebagai penengah yang
memudahkkan mereka berkata “ya”. Libatkan mereka dalam proses penyelesaian
dan inkorporasikan gagasan mereka dengan gagasan kita. Dalam hal ini teedapat
2 (dua) hal yang penting untuk mengatasi ketidakpuasan mereka, yaitu : pertama ,
identifikasi dan penuhi kepentingan dan kebutuhan mereka, terutama kebutuhan
dasar mereka sebagai manusia. Kebutuhan manusia tercermin dalam terori
segitiga kepuasan ( triangle of satisfaction – kebutuhan substantif, psikologis dan
prosedural ). Kedua, membantu menyelamatkan muka pihak lawan dan ciptakan
hasil yang juga dapat mencerminkan keberhasilan dan kemenangan mereka.
Strategi ini yang disebut dengan “ build them a golden bridge”, strategi ini
pilihan terhadap upaya memaksa lawan untuk sampai pada kesepakatan.
5. Kekuatan Mereka
Sering kali pihak lawan melihat negosiasi sebagai suatu proses yang bertujuan
menciptakan “win-lose”, sehingga mereka berkepentingan mengalahkan kita.
Negosiator demikian berprinsip “whats mine is mine – whats yours is
negotiable”. Dengan perataan lain, negosiator keras semacam itu berprinsip bila
mereka bisa mendapatkan yang diinginkan dengan power plays, mengapa perlu
kerja sama dengan kita.
Bila pihak lawan bertahan dan berpikir bahwa tanpa negosiasi pun ia dapat
menang, kita sebaiknya perlu “mendidik” mereka. Caranya dengan menyakinkan
mereka bahwa biaya yang dipikul mereka bila tidak tercapai kesepakatan lebih
besar dibandingkan bila para pihak berhasil mencapai kesepakatan. Tunjukan
Best Alternatif To A Negotiation Agreement ( BATNA) yang kita miliki, dengan
(BATNA) kita dapat bergumam dalam hati “ aya tidak ada masalah apabila
negosiasi tidak tercapai kesepakatan”. Kita yakinkan kembali bahwa tujuan
kesepakatan itu memenuuhi kepuasan mereka.7
7
Rachmadi Usman, pilihan penyelesaian sengketa diluar pengadilan,(Bandung : PT Citra Aditya
Bakti,2013)h. 73-77.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa negosiasi itu adalah alternatif penyelesain sengketa dimana pihak
ketiganya sebagai negosiator dan negosiasi ini untuk mencari solusi kedua belah
pihak dan negosiator sebagai penengah jika terjadi cekcok akan ditengahi oleh
negosiator dan keputusan negosiator sifatnya tidak mengikat hanya sebagai
pendapat saja krena fungsi negosiator itu pasif jadi keputusan negosiator tidak
bisa mengikat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa negosiasi itu adalah cara
penyelesaian sengketa diluar pengadilan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
bersengketa atau kuasanya secara langsung pada saat negosiasi dilakukan, tanpa
keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah. Para pihak yang bersengketa secara
langsung melakukan perundingan atau tawar-menawar, sehingga menghasilkan
suatu kesepakatan bersama. Para pihak yang bersengketa barang tentu telah
berdiskusi atau bermusyawarah sedemikian rupa agar kepentingan-kepentingan
dan hak-haknya terakomodir menjadi kepentingan atau kebutuhan bersama para
pihak yang bersengketa. Pada umumnya kesepakatan bersama teresebut
dituangkan secara tertulis.
B. Saran
dengan adanya makalah ini saya berharap agar kita dapat mengubah cara
negosiasi kita yang salah agar menjadi lebih baik lagi sehingga juga dapat
meningkatkan akhlak manusia menjadi lebih baik lagi agar selamat didunia dan
akhirat dan jika pula ada kesalahan penulis meminta kepada pembaca atas saran
dan kritiknya.
17
DAFTAR PUSTAKA
3. Abbas, Syahrizal. 2011. Mediasi Dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan
Hukum Nasional, Jakarta : Kencana.
18