INTRODUCTION Faculty of Agriculture University of Sultan Ageng WINDA NURTIANA, STP, M.SI Tirtayasa 2021/2021 PENGERTIAN Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. BTP atau aditif makanan juga diartikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. BTP antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat, pengental, dll.
PENGERTIAN Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai pangan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas pangan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam pangan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan pangan untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan tersebut.
PERKA BPOM NO 11 TAHUN 2019 TENTANG BTP Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk Bahan Tambahan Pangan, Bahan Baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Pangan Olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan Tambahan Pangan yang selanjutnya disingkat BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk Pangan.
PERKA BPOM NO 11 TAHUN 2019 TENTANG BTP Batas Maksimal adalah konsentrasi maksimal BTP yang diizinkan terdapat pada Pangan dalam satuan yang ditetapkan. Batas Maksimal Cara Produksi Pangan yang Baik atau Good Manufacturing Practice yang selanjutnya disebut Batas Maksimal CPPB adalah konsentrasi BTP secukupnya yang digunakan dalam Pangan untuk menghasilkan efek teknologi yang diinginkan Acceptable Daily Intake yang selanjutnya disingkat ADI adalah jumlah maksimal BTP dalam miligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan.
PENGGOLONGAN BTP Penggolongan BTP menurut Perka BPOM NO 11 Tahun 2019 adalah 1. Antibuih (Antifoaming Agent) adalah BTP untuk mencegah atau mengurangi pembentukan buih, contohnya kalsium alginat 2. Antikempal (Anticaking agent) adalah BTP untuk mencegah mengempalnya produk Pangan, contohnya trikalsium polifosfat 3. Antioksidan (Antioxidant) adalah BTP untuk mencegah atau menghambat kerusakan Pangan akibat oksidasi, contohnya asam askorbat 4. Bahan Pengkarbonasi (Carbonating agent) adalah BTP untuk membentuk karbonasi di dalam Pangan, contoh karbon dioksida
PENGGOLONGAN BTP 5. Garam Pengemulsi (Emulsifying salt) adalah BTP untuk mendispersikan protein dalam keju sehingga mencegah pemisahan lemak. Contoh trinatrium sitrat 6. Gas untuk Kemasan (Packaging gas) adalah BTP berupa gas, yang dimasukkan ke dalam kemasan Pangan sebelum, saat maupun setelah kemasan diisi dengan Pangan untuk mempertahankan mutu Pangan dan melindungi Pangan dari kerusakan. Contoh nitrogen 7. Humektan (Humectant) adalah BTP untuk mempertahankan kelembaban Pangan. Contoh gliserol 8. Pelapis (Glazing agent) adalah BTP untuk melapisi permukaan Pangan sehingga memberikan efek perlindungan dan/atau penampakan mengkilap. Contoh lilin kandelila, shellac
PENGGOLONGAN BTP 17. Pengental (Thickener) adalah BTP untuk meningkatkan viskositas Pangan. Contoh asam alginate 18. Pengeras (Firming agent) adalah BTP untuk memperkeras atau mempertahankan jaringan buah dan sayuran, atau berinteraksi dengan bahan pembentuk gel untuk memperkuat gel. Contoh kalsium laktat 19. Penguat rasa (Flavour enhancer) adalah BTP untuk memperkuat atau memodifikasi rasa dan/atau aroma yang telah ada dalam bahan Pangan tersebut tanpa memberikan rasa dan/atau aroma tertentu. Contoh asam glutamate 20. Peningkat Volume (Bulking agent) adalah BTP untuk meningkatkan volume Pangan. Contoh guar gom
PENGGOLONGAN BTP 21. Penstabil (Stabilizer) adalah BTP untuk menstabilkan sistem disperse yang homogen pada Pangan. Contoh kalsiium karbonat 22. Peretensi Warna (Color retention agent) adalah BTP untuk mempertahankan, menstabilkan, atau memperkuat intensitas warna Pangan tanpa menimbulkan warna baru. Contoh magnesium karbonat 23. Perlakuan Tepung (Flour treatment agent) adalah BTP yang ditambahkan pada tepung untuk memperbaiki warna, mutu adonan dan atau pemanggangan, termasuk bahan pengembang adonan, pemucat dan pematang tepung. Contoh ammonium laktat 24. Pewarna (Colour) adalah BTP berupa Pewarna Alami dan Pewarna Sintetis, yang ketika ditambahkan atau diaplikasikan pada Pangan mampu memberi atau memperbaiki warna. Contoh klorofil, tartrazin
PENGGOLONGAN BTP 25. Propelan (Propellant) adalah BTP berupa gas untuk mendorong Pangan keluar dari kemasan. Contoh nitrogen 26. Sekuestran (Sequestrant) adalah BTP yang dapat mengikat ion logam polivalen untuk membentuk kompleks sehingga meningkatkan stabilitas dan kualitas Pangan. Contoh isopropyl sitrat
PENGGOLONGAN BTP Menurut Perka BPOM No 13 Tahun 2020 khusus mengatur BTP Perisa Terdiri dari A. Bahan pembuat perisa dengan ajudan perisa (bahan baku pangan, BTP, pelarut) B. Bahan pembuat perisa tanpa ajudan perisa
Keberadaan BTP sebagaimana dimaksud pada ayat dalam Pangan Olahan
sebagai akibat dari penggunaan Perisa dinyatakan sebagai BTP ikutan dan tidak mempunyai fungsi teknologi dalam Pangan Olahan.
PENGGOLONGAN BTP Berdasarkan proses pembuatannya terdiri dari 1. Perisa Alami Senyawa perisa yang diperoleh dari proses fisik, mikrobiologis, atau enzimatis dari bahan tumbuhan atau hewan yang diperoleh langsung setelah proses pengolahan 2. Perisa Identik Alami Perisa yang didapatkan secara sintetis atau diisolasi melalui proses kimia dari bahan baku alami dan secara kimia identik dengan senyawa yang ada dalam produk alami. 3. Perisa Artifisial Perisa yang disintesis secara kimia dan belum teridentifikasi dalam produk alami.