Anda di halaman 1dari 12

LOGIKA

Makalah
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Dasar Matematika yang di
ampu oleh Bapak Arezqi Tunggal Asmana, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 1:

1. Mohammad Al Hanif (18031008)

2. Anisa Firdaus (18031018)

3. Ariq Naufal Nugroho (18031031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN
FEBRUARI, 2019
DAFTAR ISI
Daftar Isi..............................................................................................................................
i
BAB 1 LOGIKA...............................................................................................................
1
4. Kata Hubung Kalimat............................................................................................
1
a. Negasi (Ingkaran atau Penyangkalan)...............................................................
1
b. Konjungsi..........................................................................................................
1
c. Disjungsi............................................................................................................
2
d. Kondisional........................................................................................................
3
e. Konvers, Invers dan Kontraposisi......................................................................
4
f. Bikondisional/Biimplikasi..................................................................................
6
g. Kesepakatan Penggunaan Kata Hubung Kalimat..............................................
7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
9

i
BAB 1
LOGIKA

4. Kata Hubung Kalimat


Dalam logika, dikenal beberapa kata hubung kalimat untuk
membentuk pernyataan majemuk yang berasal dari satu atau lebih
pernyataan sederhana. Ada lima macam kata hubung kalimat dalam logika,
yaitu: negasi, konjungsi, disjungsi, kondisional, dan bikondisional. Berikut
ini akan dibahas masing-masing kata hubung kalimat tersebut.
a. Negasi (Ingkaran atau Penyangkalan)
Perhatikan pernyataan: “Ita adalah mahasiswa UNESA”.
Bagaimana negasi/ingkaran pernyataan tersebut? Anda dengan mudah
dapat menjawab: “Ita bukan mahasiswa UNESA”. Jika pernyataan
semula bernilai benar maka negasinya bernilai salah, dan sebaliknya.
Negasi pernyataan disimbolkan sebagai: , , , atau .
Contoh:
1) : Jakarta ibu kota RI (benar)

: Jakarta bukan ibu kota RI (salah)

2) : sembilan adalah bilangan prima (salah)

: sembilan bukan bilangan prima (benar)

3) : Candi Borobudur terletak di Pulau Jawa (salah)

: Candi Borobudur tidak terletak di Pulau Jawa (benar)


Berdasarkan pembahasan di atas, kita dapat membuat tabel kebenaran
untuk negasi sebagai berikut.

B S
S B

b. Konjungsi
Perhatikan pernyataan: “Ida anak yang rajin dan pandai”, maka
dalam pernyataan itu berarti: 1) Ida anak yang rajin, dan
2) Ida anak yang pandai.
Pernyataan seperti “Ida anak yang rajin dan pandai” disebut pernyataan
konjungsi. Jadi, jika dua buah pernyataan dihubungkan dengan “dan”
adalah pernyataan majemuk yang disebut konjungsi. Kata hubung

1
”dan” disimbolkan dengan “ ”. Konjungsi pernyataan dan ditulis

, dan dibaca dan .


Seringkali dalam kehidupan sehari-hari tidak digunakan kata “dan”,
tetapi digunaan kata-kata seperti: tetapi, sedangkan, walaupun,
baik ... maupun ..., dan sebagainya.
Coba pikirkan, kapan kalimat “Ida anak yag rajin dan pandai” bernilai
benar?
a. Jika pernyataan benar, pernyataan juga benar, bagaimana nilai

kebenaran pernyataan ?

b. Jika pernyataan benar, pernyataan salah, bagaimana nilai

kebenaran pernyataan ?

c. Jika pernyataan salah, pernyataan benar, bagaimana nilai

kebenaran pernyataan ?

d. Jika pernyataan salah, pernyataan juga salah, bagaimana nilai

kebenaran pernyataan ?
Sekarang coba lengkapi tabel bebenaran untuk konjungsi berikut ini.

B B
B S
S B
S S
c. Disjungsi
Perhatikan dua pernyataan berikut:
1) “Budi adalah mahasiswa UNESA atau seorang atlit sepak bola”.
2) “Saya lahir di Surabaya atau di Jombang”.
Jika kita lihat kedua pernyataan tersebut, maka kita bisa melihat bahwa
kedua pernyataan tersebut mempunyai kesamaan dan perbedaan.
Kesamaannya adalah kedua pernyataan tersebut mempunyai kata
penghubung “atau” dan disebut pernyataan disjungtif.
Perbedaannya adalah pernyataan pertama terdiri dari dua pernyataan
yang mungkin dua-duanya benar, sedangkan pernyataan kedua terdiri
dari dua pernyataan yang tidak mungkin dua-duanya benar.

2
Pernyataan pertama merupakan contoh disjungtif inklusif, sedangkan
pernyataan kedua merupakan contoh disjungtif ekslusif.
Disjungsi inklusif dua pernyataan dan ditulis , disjungsi

ekslusif dua pernyataan dan ditulis .

Coba anda pikirkan, apa perbedaan disjungsi inklusif dan disjungsi


ekslusif?
Kapan pernyataan disjungsi inklusif bernilai benar dan kapan bernilai
salah?
Kapan pernyataan disjungsi ekslusif bernilai benar dan kapan bernilai
salah?
Sekarang coba lengkapi tabel bebenaran untuk disjungsi inklusif dan
disjungsi eksklusif berikut.

3
Disjungsi inklusif Disjungsi eksklusif

B B ... B B ...
B S ... B S ...
S B ... S B ...
S S ... S S ...

4
d. Kondisional
Perhatikan pernyataan: “Jika kamu rajin belajar, maka kamu lulus
ujian”. Kalimat yang berbentuk “Jika ... maka ...” disebut kalimat
kondisional atau implikasi. Dari pernyataan tersebut kita bisa
menyatakan bahwa:
1) Jika “Kamu rajin belajar” pernyataan yang benar, dan “Kamu lulus
ujian” juga benar, apakah pernyataan kondisional tersebut pasti
benar?
2) Jika “Kamu rajin belajar” pernyataan yang benar, dan “Kamu lulus
ujian” pernyataan yang salah, bagimana nilai kebenaran pernyataan
kondisional tersebut?
3) Jika “Kamu rajin belajar” pernyataan yang salah, dan “Kamu lulus
ujian” pernyataan yang benar, bagimana nilai kebenaran pernyataan
kondisional tersebut?
4) Jika “Kamu rajin belajar” pernyataan yang salajh, dan “Kamu lulus
ujian” juga salah, apakah pernyataan kondisional tersebut bernilai
benar?
Sekarang coba lengkapi tabel bebenaran untuk kondisional atau
implikasi berikut.
Kondisional/Implikasi

B B ...
B S ...
S B ...
S S ...

Pernyataan “Jika maka ” ditulis sebagai ” ”.

Pernyataan “ ” dapat dibaca:

1) Jika maka

2) berimplikasi

3) jika

4) asal saja

5) syarat cukup untuk

6) syarat perlu untuk

5
Dalam implikasi “ ”: disebut hipotesis atau anteseden

disebut konklusi ata konsekuen.


e. Konvers, Invers dan Kontraposisi
Perhatikan suatu implikasi: “Jika kamu rajin belajar maka kamu
lulus ujian”. Jika pernyataan tersebut bernilai benar, bagaimana nilai
kebenaran pernyataan berikut ini?
1. Jika kamu lulus ujian maka kamu rajin belajar
2. Jika kamu tidak rajin belajar maka kamu tidak lulus ujian
3. Jika kamu tidak lulus ujian maka kamu tidak rajin belajar.
Cobalah cek dengan menggunakan tabel kebenaran.
Bilamana implikasi: “jika kamu rajin belajar maka kamu lulus
ujian” disimbolkan dalam bentuk , maka kalimat , , dan di
atas dapat disimbolkan menjadi:
1. yang disebut konvers dari implikasi

2. yang disebut invers dari implikasi

3. yang disebut kontraposisi dari implikasi .


Hubungan antara implikasi, konvers, invers, dan kontraposisi dapat
ditunjukkan dengan skema berikut ini.
Konvers

Kontraposisi
Invers Invers

Kontraposisi

Konvers
Sekarang perhatikan pernyataan “Jika segitiga ABC samakaki
maka kedua sudut alasnya sama besar”. Bagaimana konvers, invers dan
kontraposisi dari pernyataan tersebut?
Sekarang, lengkapilah tabel kebenaran berikut ini.

B B ... ... ... ...


B S ... ... ... ...
S B ... ... ... ...
S S ... ... ... ...

6
f. Bikondisional/Biimplikasi
Jika kita memiliki implikasi bernilai benar dan juga

bernilai benar maka dapat dibentuk biimplikasi yang juga


bernilai benar.
Pernyataan dibaca:

1. jika dan hanya jika atau disingkat jhj

2. bila dan hanya bila atau disingkat bhb

3. syarat perlu dan cukup untuk

4. syarat perlu dan cukup untuk

5. Jika maka dan jika maka .


Perhatikan pernyataan “Jika segitiga ABC samasisi maka ketiga
sisinya sama panjang”. Implikasi tersebut bernilai benar. Selanjutnya
perhatikan pernyataan “Jika ketiga sisi segitiga ABC sama panjang
maka segitiga itu samasisi”. Implikasi ini juga bernilai benar. dengan
demikian, biimplikasi “Segitiga ABC samasisi jika dan hanya jika
ketiga sisinya sama panjang” juga bernilai benar.
Coba pikirkan, kapan biimplikasi bernilai benar? untuk
menjawab itu, coba lengkapi tabel kebenaran berikut ini.

B B ... ... ...


B S ... ... ...
S B ... ... ...
S S ... ... ...

Berdasarkan tabel di atas, jawablah pertanyaan berikut.


1. Jika dan keduanya bernilai benar, bagaimanakah nilai

kebenaran ?

2. Jika salah satu dari atau bernilai salah, bagaimanakah

nilai kebenaran dari ?

7
3. Jika dan keduanya bernilai salah, bagaimanakah nilai

kebenaran ?

4. Jika dan sama-sama bernilai benar, bagaimanakah nilai

kebenaran ?

5. Jika dan sama-sama bernilai salah, bagaimanakah nilai

kebenaran ?

6. Jika salah satu dan bernilai salah, bagaimanakah nilai kebenaran

?
g. Kesepakatan Penggunaan Kata Hubung Kalimat
Dalam penggunaan bahasa sehari-hari kita sering mempunyai
pernyataan komposit (majemuk) yang menggunakan beberapa kata
hubung kalimat, misalnya:
“Jika saya jadi juara maka saya dapat hadiah atau saya senang”
Kalimat tersebut mungkin ditafsirkan sebagai:
a. Jika saya jadi juara, maka saya dapat hadiah atau saya senang:

atau
b. Jika saya jadi juara maka saya dapat hadiah, atau saya senang:

Untuk dapat memahami pernyataan komposit dengan benar seperti


yang diinginkan, diperlukan tanda baca yang diperlukan, misalnya
dengan memberikan koma. Dengan pemberian tanda baca tersebut,
maka pernyataan tersebut dapat diubah menjadi pernyataan simbolik
yang benar.
Pada pernyataan simbolik, untuk dapat menerjemahkan pernyataan
tersebut dengan benar perlu digunakan tanda kurung. Tetapi untuk
pernyataan yang menggunakan banyak kurung tentunya kurang efisien.
Untuk itu, perlu disepakati penggunaan urutan pengerjaan sebagai
berikut.
1. Negasi

2. Konjungsi , Disjungsi

8
3. Implikasi

4. Biimplikasi

Contoh
1. berarti yang merupakan kalimat disjungtif

2. berarti yang merupakan kalimat implikasi

3. berarti yang merupakan kalimat


implikasi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Masriyah. (2007). Pengantar Dasar Matematika. Surabaya: UNESA

10

Anda mungkin juga menyukai