Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

HEMATOLOG III
PENGAMATAN SEDIAAN APUSAN DARAH TEPI
LEUKIMIA LIMFOSITIK AKUT DAN LEUKIMIA LIMFOSITIK KRONIK

Di susun oleh :
NAMA : SRI GUSTI FADILAH
NIM : 1811050011
KELAS : 5A

PROGRAM STUDI LABORATORIUM MEDIK D-IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
PENGAMATAN SEDIAAN APUSAN DARAH TEPI
LEUKIMIA LIMFOSITIK AKUT DAN LEUKIMIALIMFOSITIK KRONIK
Tanggal praktikum : Rabu,23 Desember 2020
Nama probandus : Preparat sediaan apusan darah tepi leukemia limfositik akut
dan
leukimua limfositik kronik.
I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu melakukan pengamatan preparat leukimia limfositik akut
2. Mahasiswa mampu melakukan pengamatan preparat leukimia limfositik
kronik
3. Mahasiswa mengetahui metode yang digunakan dalam pengamatan leukimia
limfositik akut dan leukimia limfositik kronik
II. DASAR TEORI
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari tulang
sumsum ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasiadanya
sel-sel abnormal dalam darah tepi. Berdasarkan maturasi sel da nasal sel, leukemia
dibagi menjadi empat kategori besar, yaitu leukemia lomfoblastik akut (LLA),
leukemia mieoloid akut (LMA), leukemia limfoblastik kronik (LLK) dan
leukemia granulositik kronik (LGK) (Rendra M, 2013).
Leukimia limfositik akut (LLA) adalah keganasan sel yang terjadi akibat
proliferasi sel limfoid yang diblokir pada tahap awal deferensiasinya. LLA
merupakan kanker dengan angka keajdian yang paling tinggi pada anak-anak.
Pengobatan kemoterapi merupakan terapi kuratif utama pada leukemia.
Kemoterapi pada LLA dibedakan berdasarkan tiga fase ayitu fase induksi,
kosolidasi, dan fase rumatan. Salah satu yang dapat dihambat adalah
perkembangan sel induk darah normal, adanya hal tersebut dapat menyebabkan
gangguan hematologi selama terapi LLA (Pertiwi,N.M.I,2011).
Leukemia limfositik akut suatu penyakit progresif pada organ pembentuk
darah, yang ditandai perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit serta
prekusornya dalam darah dan sumsum tulang. Factor-faktor yang dapat
menyebabkan leukemia limfositik akut antara lain faktor ionisasi dan faktor
genetis, pada leukimiagenesis manusia berasalah dari tingginya insiden leukemia
limfositik akut pada penderita sindrom down. Pemeriksaan hematologic
memperlihatkan adanya anemia normositik normokromik dengan trombositopenia
pada sebagian kasus. Pemeriksaan sediaan apus darah biasanya memperlihatkan
adanya sel blas dalam jumlah yang bervariasi (Ariawati.K,dkk. 2013).
Leukemia limfositik kronik adalah leukemia sel B matur, suatu keganasan
hemtologis yang di tandai dengan akumulasi limfosit B neoplastic dalam darah,
limfonodi, limpa, hepar, dan sumsum tulang. Leukemia limfositik kronik
merupakan penyakit yang tidak biasa sepenuhnya disembuhkan, deteksi dini dan
pengobatan dapat mengendalikan progresifitas dari penyakit ini. LLK
perjalanannya lambat dan tidak diikuti dengan gejala yang khas (Rendra M,2013).
Pada leukemia limfositik kronik anemia dapat disebabkan terbentuknya
antibody yang menimbulkan anemia hemolitik autoimun. Eritosit yang di selimuti
IgG atau komplemen akan di fagosit oleh magrofag ekstravaskuler yang akan
menimbulkan anemia (Rendra M,2013).
Gambaran sediaan apus darah tepi dari leukemia limfositik kronik yaitu
jumlah leukosit meningkat, di temukan limfosit (+) dan smudge cell, jumlah
eritrosit yag ditemukan yaitu nomokrom normositik (Indriani,B, 2014).
III. METODE
A. Leukemia limfositik akut
1. Metode
Mikroskopis / virtual mikroskopis
2. Alat dan Bahan
Alat
 Mikroskop
 Kertas lensa
Bahan
 Xylol
 Minyak imersi
 Preparat SADT Leukimia mielositik akut
 Tissue
3. Cara Kerja
 Meneteskan satu tetes minyak imersi pada preparat
 Mengamati preparat dengan mikroskop pada perbesaran paling rendah
4x
 Melakukan pengamatan dengan perbesaran di atas (10x, 40x, dan
100x)
 Mengamati dan gambar morfologi sel darah
4. Nilai Normal
Bentuk : bulat/ sedikit oval (cakram bikonkaf)
Warna : merah
Nukleus : tidak memiliki sel inti
Diameter : ±7,5 µm
Ketebalan : 2,0 µm
Waktu hidup eritroit : 100-120 hari

B. Leukemia limfositik kronik


1. Metode
Mikroskopis / virtual mikroskopis
2. Alat dan Bahan
Alat
 Mikroskop
 Kertas lensa
Bahan
 Xylol
 Minyak imersi
 Preparat SADT Leukimia mielositik akut
 Tissue
3. Cara Kerja
 Meneteskan satu tetes minyak imersi pada preparat
 Mengamati preparat dengan mikroskop pada perbesaran paling rendah
4x
 Melakukan pengamatan dengan perbesaran di atas (10x, 40x, dan
100x)
 Mengamati dan gambar morfologi sel darah

4. Nilai Normal
Bentuk : bulat/ sedikit oval (cakram bikonkaf)
Warna : merah
Nukleus : tidak memiliki sel inti
Diameter : ±7,5 µm
Ketebalan : 2,0 µm
Waktu hidup eritroit : 100-120 hari
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Leukemia limfositik akut
Nama probandus : Preparat sediaan apus darah tepi leukemia limfositik akut
Usia :-
Hasil : limfosit, neutrophil batang, stem cell, sel target, hipokrom
normositik
Kesimpulan : berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada preparat
SDAT leukemia limfositik akut di dapatkan hasil pengamatan
yaitu limfosit, neutrophil batang, stem cell, sel target dan
hipokrom

B. Leukemia limfositik kronik


Nama probandus : preparat SADT leukemia limfositik kronik
Usia :-
Hasil : sel sabit, limfosit, neutrophil segmen, dan hipokrom
normositik
Kesimpulan : berdasakan pengamatan yang telah dilakukan pada preparat
SADT leukemia limfositik kronik di dapatkan hasil
pengamatan yaitu sel sabit, limfosit, neutofil segmen dan
hipokrom.

V. PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan sampel preparat sediaan
apus darah tepi leukemia limfositik akut di dapatkan hasil pada preparat yaitu
limfosit, neutrophil batang, stem cell, sel target, hipokrom. Dimana pada preparat
tersebut lebih banyak terlihat limfosit. Hal ini sesuai dengan Ariawati.K (2013)
Pemeriksaan sediaan apus darah biasanya memperlihatkan adanya sel blas dalam
jumlah yang bervariasi.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan sampel preparat sediaan
apus darah tepi leukemia limfositik kronik di dapatkan hasil pada preparat yaitu
sel sabit, limfosit, neutrophil segmen, dan hipokrom. Hal ini sesuai dengan
Gambaran sediaan apus darah tepi dari leukemia limfositik kronik yaitu jumlah
leukosit meningkat, di temukan limfosit (+) dan smudge cell, jumlah eritrosit yag
ditemukan yaitu nomokrom normositik (Indriani,B, 2014).
Leukimia limfositik akut (LLA) adalah keganasan sel yang terjadi akibat
proliferasi sel limfoid yang diblokir pada tahap awal deferensiasinya. LLA
merupakan kanker dengan angka keajdian yang paling tinggi pada anak-anak
(Pertiwi.N.M.I,2011). Leukemia limfositik kronik adalah leukemia sel B matur,
suatu keganasan hemtologis yang di tandai dengan akumulasi limfosit B
neoplastic dalam darah, limfonodi, limpa, hepar, dan sumsum tulang (Rendra,M.
2013).
Factor-faktor yang dapat menyebabkan leukemia limfositik akut antara lain
faktor ionisasi dan faktor genetis, pada leukemia genesis manusia berasal dari
tingginya insiden leukemia limfositik akut pada penderita sindrom down. Pada
leukemia limfositik kronik anemia dapat disebabkan terbentuknya antibody yang
menimbulkan anemia hemolitik autoimun. Eritosit yang di selimuti IgG atau
komplemen akan di fagosit oleh magrofag ekstravaskuler yang akan menimbulkan
anemia.
Pemeriksaan laboratorium penunjang untuk leukemia limfositik akut dan
leukemia limfositik kronik yaitu pemeriksaan darah tepi di dapatkan leukositosis
berat 20.000-50.000, pemeriksaan sumsum tulang belakang didapatkan
hiperseluler dengan peningkatan megakariosit dan aktivitas granulopoiesia,
pemeriksaan sitogenetik di jumpai adanya kromosom philadephia, pemeriksaan
kadar asam urat.
Pada leukemia limfositik akut banyak di temukan sel blas karena pada
Leukemia limfositik akut terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit
serta prekusornya dalam darah dan sumsum tulang, sehingga sel leukosit yang ada
pada sumsum tulang belakang masih abnormal. Sedangakan pada leukemia
limfositik kronik hanya di temukan sel leukosit yang banyak.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat di simpulkan:
1. Setiap mahasiswa mampu dan terampil dalam melakukan pengamatan pada
preparat sediaan apus darah tepi leukemia limfositik akut dengan hasil
pengamatan yaitu di temukan limfosit, neutrophil batang, stem cell, sel target,
hipokrom normositik.
2. Setiap mahasiswa mampu dan terampil melakukan pengamatan pada preparat
sediaan apus darah tepi leukemia limfositik kronik dengan hasil pengamatan
yaitu ditemukan sel sabit, limfosit, neutrophil segmen, dan hipokrom
normositik
3. Metode yang di gunakan pada praktikum kali ini yaitu Mikroskopis / virtual
mikroskopis
VII. DAFTAR PUSTAKA
Ariawati K, dkk. 2013. Potensi Toksisitas Neurologi Vinkristin pada Tubuh yang
terjadi pada anak dengan leukemia limfositik akut. Jurusan Kimia. Vol 7 (3)
Indriani.B, dan Kemas Y.R. 2014. Pola Gambar Darah Tepi pada Penderita
Leukemia di Laboratorium Klinik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
MKS,Th. Vol 46 (4)
Pertiwi N.M.I,dkk. 2011. Gangguan Hematologi akibat Kemoterapi pada Anak
dengan Leukemia Limfositik Akut di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah.
Jurusan Kimia. Vol 7 (2)
Rendra M,dkk. 2013. Gambaran laboratorium Leukemia Kronik di Bagian
penyakit Dalam RSUP Dr.M. djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol
2(3)

Anda mungkin juga menyukai