Hasby Assidiqi
NIM : E0016022
Indikasi : Membantu meredakan nyeri sendi, menurunkan kadar asam urat dalam
darah, membantu menghilangkan bengkak pada sendi akibat asam urat.
Rheumapas adalah salah satu produk jamu yang memiliki klaim khasiat untuk
meredakan rasa nyeri, menurunkan kadar asam urat, dan membantu menghilangkan
bengkak akibat asam urat Secara alami, asam urat diproduksi dalam tubuh melalui jalur
metabolisme yang menggunakan makanan dan minuman sebagai substrat. Mengkonsumsi
makanan dengan kandungan purin tinggi seperti kacang-kacangan, melinjo atau emping,
jeroan, dan minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh serta kola dapat menaikkan
kadar asam urat dalam darah Biasanya penyakit gout diatasi dengan memberikan obat-obat
sintetik (Allopurinol).
Penggunaan Allopurinol dapat menimbulkan efek samping mual, muntah dan diare
dapat juga terjadi neuritis perifer, Dilaporkan juga terjadi toksisitas hati dan nefritis
intestinal. Allopurinol juga dapat terikat ke lensa mata yang akan menyebabkan katarak
(Katzung, 1995). Oleh karena itu orang-orang mencari alternatif baru dengan
mengembangkan penggunaan obat tradisional yang cenderung lebih aman.salah satunya
yaitu produk jamu rheumapas yang diproduksi oleh pt.tiga puspa dengan komposisi terdiri
dari 3 bahan tanaman yaitu sambiloto 160 mg, Temulawak 200 mg, dan Jahe 20 mg. Dari
produk tersebut dilakukan rasionalitas penggunaan rheumapas dari aspek indikasi, toksisitas
dan dosis serta bentuk sediaan.
1. Aspek indikasi
Produk jamu rheumapas mengandung bahan tanaman yang dapat digunakan
untuk mengurangi nyeri dan bengkak akibat asam urat, yang pertama yaitu
sambiloto dikenal secara luas baik dikalangan pengguna tanaman obat,pembuat
jamu, pengobat tradisional danpeneliti tanaman obat. Tanaman ini terdapat di
seluruh Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya nama daerah yang berbeda-beda.
Kandungan dari tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Nees) yaitu senyawa-
senyawa kimia golongan laktone yang terdiri dari andrografis, neondragrafolida,
deoksi-andrografolida, 14-deoksi-11,12- didehidrografolida, flavonoid, keton,
aldehida, mineral (kalium, kalsium, natrium) dan damar. Kandungan yang diduga
memberikan efek terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah yaitu flavonoid.
Mekanisme kerja dari daun sambiloto yaitu dengan menghambat enzim xanthin
oxidase yang dapat merubah hipoxanthin menjadi asam urat (Wilmana, 2001).
Yang kedua adalah Curcuma xanthorrhiza Roxb atau biasa di Indonesia
dikenal dengan nama temulawak, biasanya digunakan sebagai tanaman obat
tradisional (jamu) untuk mengurangi inflamasi yang menyebabkan pembengkakan
pada sendi akibat asam urat. enzim siklooksigenase (COX) yang berperan pada
biosintesis prostaglandin yang merupakan mediator atau substansi radang yang
memperkuat efek nyeri dan demam pada saat terjadinya inflamasi (Ricciotti &
FitzGerald 2011). Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza) mengandung
sejumlah senyawa aktif berupa fraksi kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin,
desmetoksikurkumin, dan bis-desmetoksikurkumin, beberapa komponen minyak
atsiri seperti xanthorrizhol, b-kurkumen, ar- kurkumen, kamfor, dan germakrene.
Mekanisme kurkumin sebagai antiinflamasi adalah dengan menghambat produksi
prostaglandin yang dapat diperantarai melalui penghambatan aktivitas enzim
siklooksigenase.(Chainani,2003) Berdasarkan penelitian, dilaporkan bahwa kurkumin
yang terdapat dalam kunyit memiliki potensi sebagai antiinflamasi pada mencit yang
diinduksi karagenin dengan menghambat produksi prostaglandin yang dapat
diperantarai melalui penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase, hasilnya pada
dosis 1.000 mg/kg mampu menekan udem sebesar 78,37%. Sehingga pemilihan
te,ulawak tepat unntuk digunakan mengobati nyeri dan pembengkakan akibat asam
urat.
Komposisi yang terakhir adalah jahe Secara umum jahe mengandung pati,
minyak atsiri, serat, sejumlah kecil protein, vitamin, mineral dan enzim proteolitik
yang disebut zingibain. Senyawa kimia yang memiliki efek antiinflamasi pada
rimpang jahe adalah gingerol (6,8, dan 10)-gingerol dan (6)-shogaol. Mekanisme
kerjanya adalah menghambat sintesis prostaglandin melalui penghambatan enzim
siklooksigenase-2 (COX-2). Prostaglandin merupakan mediator yang berperan dalam
proses terjadinya inflamasi. (Kusumawati,2017). Sehingga jahe memiliki mekanisme
yang serupa dengan temulawak yaitu senagai antiinflamasi akibat kadar asam urat
dan memberikan efek komplementer atau saling mendukung untuk mgobati asam
urat.
Berdasarkan analisa indikasi masing-masing komponen tersebut hanya ada
satu bahan tanman (sambiloto) yang digunakan untuk menghambat xanthin
oksikdase yang berperan penting dalam asam urat sedangkan dua komponen lainnya
yaitu temulawak dan jahe digunakan sebagai antiinflamasi untuk mengobati
pembengkakan akibat asam urat. Sehingga komposisi tersebut kurang efektif dalam
menurunkan kadar asam urat. Oleh karena itu perlu ditambahkan komponen bahan
untuk membantu kerja sambiloto yaitu daun sirsak megandung Flavonoid yang
bersifat antioksidan dapat menghambat kerja enzim xantin oksidase sehingga
pembentukan asam urat terhambat (Sulaksana, 2004). Kemampuan senyawa
tersebut dalam menurunkan asam urat adalah dengan mekanisme hambatan
terhadap aktivitas xantin oksidase pada basa purin sehingga dapat menurunkan
kadar asam urat.
3. Bentuk sediaan
Produk jamu rheumapas memiliki bentuk sediaan kapsul yang memiliki
keuntungan dapat menutupi rasa dari komposisi bahan ekstrak yang memiki rasa
sangat pahit karena terdapat sambiloto dan dalam formulasi tidak ditambahkan zat
pemanis. Tetapi karena produk tersebut berisi 40 kapsul dan digunakan untuk
penyakit asam urat yang membutuhkan jangka terapi dalam waktu lama maka
pemberian dalam bentuk kapsul kurang efektif, karena berisi ekstrak yang mudah
ditumbuhi oleh mikroba dan bahan asing sehingga efek terapi tidak maksimal,
ditambah lagi dalam komposisi tidak dicanntumkan zat pengawet Sehingga bentuk
sediaan tersebut kurang rasional.
Untuk merasionalkan produk tersebut lebih baik diformulasikan dalam
bentuk tablet yang memiliki volume dan bentuk kecil sehingga mudah dibawa,
disimpan dan diangkut. dapat mengandung zat aktif lebih besar dengan bentuk
volume yang lebih kecil. Serta dapat disimpan lebih lama dibandingkan kapsul
sehingga kestabilan zat aktif lebih terjaga. Selain itu tablet mudah diproduksi masal
dibandingkan dengan sediaan kapsul.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, B.G., 1995, “Obat Antiinflamasi, Nonsteroid, Analgesik Non Opiat, Obat Yang
Digunakan Pada Gout” dalam Farmakologi Dasar dan Klinik edisi ketiga, Penerbit EGC,
Jakarta, 492-493.
Moerfiah, Sri Wardatun dan Indriawati Rahmi.2012. Pengaruh Sari Buah Sirsak (Annona
Muricata Linn) Sebagai Penurun Kadar Asam Urat Tikus Sprague Dawley. Volume 5 No
1
Ricciotti E, Fitzgerald GA. 2011. Prostaglandin and inflammation. Arterioscler Thromb Vasc
Biol. 31(5):986-1000.
Wilmana, P. F., 1995, Analgesik – Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid dan Obat
Pirai, dalam: Farmakologi dan Terapi, Sulistia G. Ganiswarna (Ed.), edisi 4, Gaya Baru,
Jakarta, 207-218.