Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHA TANI

JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2008


Avi Budi Setiawan
Sucihatiningsih Dian Wisika Prajanti
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
email: avi_bs19@rocketmail.com

ABSTRAK

Corn represents one of the agricultural comodities in Grobogan regency. However, the average
corn production in Grobogan is only 4,92 ton/Ha. It is below the standard production determined by the
government which ranges from 5,5 to 6 ton/ Ha. The aim of this study is to know the efficiency of
production factors in farm bussiness, especially corn farm in Grobogan regency. The samples are 90
divisible respondents in Purwodadi, Torohand Kradenan. Then, the purposive cluster of area random
sampling was applied for having the samples and quantitative descriptive approach was used for having
the findings. After analyzing the data, it is shown that the variables influence the efficiency of production
factors in farm bussiness are land area, seed production, and fertilizer production. Furthermore, those
variables are inefficient in the busssiness farm. It is based on the calculation that shows the following
findings: technical efficiency is 0,9996633, the price efficiency is1,53563, and the economic efficiency is
1,5346. Knowing that the variables involve in the farm bussiness, especially corn have not been efficient
yet, the government roles are needed, and agriculture policy should be issued for protecting the
peasants.
Keywords: corn, efficiency, production

PENDAHULUAN memiliki kandungan karbohidrat, kalori dan protein.


Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam tanah,
Pertanian merupakan salah satu sektor utama
terlebih lagi tanaman jagung merupakan tanaman
yang menopang kehidupan masyarakat, karena
yang cocok ditaman di musim kemarau karena tidak
sektor pertanian menjadi mata pencaharian sebagian
membutuhkan banyak air. Mengingat Indonesia
besar penduduk Indonesia. Indonesia adalah negara
merupakan negara dengan dua musim maka jagung
agraris. Berangkat dari hal tersebut maka pertanian
dirasakan sangat cocok dengan iklim di Indonesia.
merupakan salah satu penopang perekonomian
nasional. Artinya bahwa sektor pertanian memegang Seiring dengan pertumbuhan industri pengo-
peranan penting dan seharusnya menjadi penggerak lahan hasil pertanian, maka kebutuhan akan hasil
dari kegiatan perekonomian negara. Berdasarkan pertanian dan kehutanan pun meningkat. Termasuk
data BPS 2005, penduduk yang bekerja di sektor kebutuhan akan jagung, baik produk mentah mau-
pertanian berjumlah sekitar 41.309.776 orang atau pun olahannya. Baik untuk memenuhi kebutuhan
39,02 persen dari total penduduk usia produktif, pasar dalam negeri maupun untuk ekspor ke luar
sedangkan sisanya sebanyak 60,98 persen tersebar negeri. Dewasa ini, kebutuhan nasional terhadap
di berbagai sektor diluar pertanian. jagung terus meningkat. Sebab mulai banyak dite-
mukan fungsi-fungi lain dari komoditas ini. Selain
Tanaman jagung termasuk termasuk dalam sub
untuk kebutuhan konsumsi dan produk olahan perta-
sektor tanaman pangan dalam sektor pertanian.
nian, jagung mulai dipergunakan untuk bahan dasar
Jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia
pembuat biofuel (bahan bakar nabati), sebagai
dan hewan. Di Indonesia jagung merupakan
sumber daya alam yang terbarukan (Renewable
makanan pokok kedua setelah padi dan merupakan
resources).
bahan makanan pokok ketiga di dunia setelah
gandum dan padi. Tanaman ini memiliki fungsi yang Dalam usaha pertanian jagung, peningkatan
potensial sebagai bahan subtitusi beras karena hasil produksi usaha tani dapat dilakukan dengan

JEJAK, Volume. 4, Nomor 1, Maret 2011 69


beberapa cara antara lain, intensifikasi dan eksten- sebenarnya sangat baik untuk sektor pertanian. Hal
sifikasi pertanian. Intensifikasi pertanian adalah ini dibuktikan dengan terjadinya kecenderungan
upaya untuk meningkatkan kemajuan sektor perta- peningkatan anggaran pemerintah untuk sektor
nian dengan jalan menambah faktor-faktor produksi pertanian dari tahun ke tahun.
yang dibutuhkan. Namun mengingat sulitnya mencari Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui
lahan pertanian dan semakin sempitnya lahan tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi
pertanian untuk usaha tani jagung, serta laju pertum- pada usaha tani jagung di Kabupaten Grobogan
buhan penduduk yang besar maka usaha peningkat- yang menyebabkan produksi jagung Kabupaten
an produktivitas usaha tani jagung dilakukan dengan Grobogan berada di bawah standar yang telah
ekstensifikasi pertanian yaitu dengan cara pengopti- ditetapkan oleh dinas pertanian dan perkebunan
malan penggunaan faktor produksi. Untuk kemudian Kabupaten Grobogan.
digunakan secara efektif dan efisien.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan dan Produktivi- LANDASAN TEORI


tas Usaha Tani Jagung di Jawa Tengah Faktor - Faktor Produksi dalam Usahatani
tahun 2001-2006
Luas Panen Produksi Produktivitas Mosher AT (1978) mendefinisikan usaha tani
Tahun
(Ha) (ton) (ton) sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaan
2001 528.860 1.553.920 2,94 bumi dimana seorang petani atau keluarga tani atau
2002 495.224 1.505.706 3,04 Badan tertentu lainnya bercocok tanam atau meme-
2003 559.973 1.926.243 3,43 lihara ternak. Usaha tani adalah setiap pengorga-
2004 521.645 1.836.233 3,52 nisasian yang dari sumber-sumber alam, tenaga
2005 596.303 2.191.258 3,67 kerja dan modal yang ditujukan untuk meningkatkan
2006 497.928 1.856.022 3,72 produksi dan pendapatan dibidang pertanian.
Sumber BPS, Jawa Tengah dalam Angka Apabila ditinjau dari sudut pandang pembangunan
pertanian, hal yang terpenting dari usaha tani adalah
Kabupaten Grobogan merupakan salah satu bahwa usaha tani harus senantiasa berubah dari
daerah sentra penghasil tanaman jagung di Jawa waktu ke waktu baik dari segi ukuran maupun
Tengah. Namun dalam kenyatannya tingkat produk- susunannya, pelaksanaan usaha tani hendaknya
tivitas tanaman jagung di Kabupaten Grobogan berkembang lebih efisien. Usaha tani sudah tidak
ternyata sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun lagi dilaksanakan secara primitif, namun harus lebih
dengan selisih angka yang cukup besar. Hasil panen modern dan produktif demi tercipta peningkatkan
dari usaha tani jagung di Kabupaten Grobogan sektor pertanian.
ternyata berada di bawah standar yang ditetapkan
Faktor produksi sendiri diartikan sebagai semua
oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten
pengorbanan yang diberikan kepada tanaman agar
Grobogan, yaitu sebesar 5,5 - 6 ton per hektar,
tanaman tersebut mampu tumbuh dengan baik dan
walaupun masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata
menghasilkan dengan baik. Macam faktor produksi
produksi jagung di Provinsi Jawa Tengah yang
atau input ini berikut jumlah dan kualitasnya perlu
hanya sebesar 3,38 ton/hektar. Hal ini menunjukan
diketahui oleh seorang produsen. Oleh karena itu,
penyimpangan dimana hasil produktifitas semakin
untuk menghasilkan suatu produk maka diperlukan
menurun padahal anggaran Pemerintah Kabupaten
hubungan antara faktor produksi (input) dan hasil
Grobogan untuk sektor pertanian terus meningkat. Di
produksi (output). Hubungan antara input dan output
era otonomi daerah seperti sekarang ini, di mana
ini disebut dengan ” factor relationship ” (FR). Dalam
daerah diberikan kebebasan untuk mengelola semua
rumus matematis FR dirumuskan sebagai berikut :
sumber-sumber dan kekayaan alam dan potensi
yang dimilikinya seharusnya harus ada saling sinergi Y = f ( X1. X2 ,. Xi,...Xn )
antar elemen yang yang berkaitan dalam upaya
Dimana:
peningkatan produktivitas pertanian terutama jagung.
Y = Produk/variabel yang dipengaruhi oleh
Bila dilihat lebih lanjut, dampak otonomi daerah faktor produksi X

70 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usaha Tani Jagung,.. (Setiawan dan Prajanti: 69 – 75)
X = Faktor produksi atau variabel yang variabel terhadap produksi total. Misalnya input
mempengaruhi X variabelnya adalah tenaga kerja dan input
tetapnya adalah modal. Pengaruh "penam-
Faktor produksi lahan, bibit, pupuk, obat-
bahan tenaga kerja terhadap produksi secara
obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah
total dapat dilihat dari produksi rata-rata (average
faktor produksi yang terpenting diantara faktor
product, AP) dan produksi marginal (marginal
produksi yang lain.
product, MP)". Produksi marginal yaitu tam-
bahan produksi total karma tambahan input (tenaga
Fungsi Produksi kerja) sebanyak 1 satuan.
Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih MP = Q/ L (3)
input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output
(produk). Menurut Joesron dan Fathorozi (2003) Produksi rata-rata (AP) yaitu rasio antara total
Produksi merupakan hasil akhir dari proses aktivi- produksi dengan total input (variabel) yang diper-
tas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa gunakan (dalam hal ini produksi per tenaga kerja).
masukan atau input. Dari pengertian ini dipahami APL = Q/L (4)
bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi
berbagai input atau masukan untuk menghasil- dimana: APL = produktivitas tenaga kerja per satuan
kan output. Menurut Sukirno (2000) menyatakan orang.
bahwa fungsi produksi adalah kaitan di antara faktor- Total produksi (Q) yaitu jumlah seluruh produk
faktor produksi dan tingkat produksi yang dicip- yang dihasilkan dan L yaitu jumlah tenaga kerja
takan. Faktor-faktor produksi dikenal dengan yang dipergunakan.
istilah input dan hasil produksi sering dinamakan
Dalam proses produksi terdapat tiga tipe
output. Hubungan antara masukan dan keluaran
produksi atas input atau faktor produksi. Soekartawi
diformulasikan dengan fungsi produksi berikut:
(1990) yaitu:
Q = f (K,L,M.......) (1) a. Increasing return to scale, yaitu apabila tiap unit
Dimana Q mewakili keluaran selama periode terten- tambahan input menghasilkan tambahan output
tu, K mewakili penggunaan mesin (yaitu modal) yang lebih banyak daripada unit input sebelum-
selama periode tertentu, L mewakili jam masukan nya.
tenaga kerja, M mewakili bahan mentah yang b. Constant return to scale, apabila unit tambahan
dipergunakan, dan notasi ini menunjukkan input menghasilkan tambahan output yang sama
kemungkinan variabel variabel lain mempenga- dari unit sebelumnya.
ruhi proses produksi. Sedangkan menurut c. Decreasing return to scale, apabila tiap unit
Soekartawi (1990) menyatakan bahwa fungsi tambahan input menghasilkan tambahan output
produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang lebih sedikit daripada unit input sebelum-
yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan nya.
(X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
Ketiga reaksi produksi tersebut tidak dapat
output dan variabel yang menjelaskan biasanya
dilepaskan dari konsep produksi marjinal (marginal
berupa input. Secara matematis hubungan itu
product) yang merupakan tambahan satu-satuan
dapat dituliskan sebagai berikut:
input X yang dapat menyebabkan penambahan atau
Y=f(X1,X2,X3,X4,Xn) (2) pengurangan satu-satuan output Y, dan produk
marjinal (MP) umum di tulis AY/AX. Dalam proses
Dalam jangka pendek perusahaan memiliki produksi tersebut setiap tipe reaksi produksi mem-
input tetap. Manajer harus menentukan berapa punyai nilai produk marjinal yang berbeda.
banyaknya input variabel yang perlu diperguna-
kan untuk memproduksi output. Untuk membuat EP  TE it  exp(U it )  exp( z it   Wit ) (5)
keputusan, pengusaha akan memperhitungkan
seberapa besar dampak penambahan input

JEJAK, Volume. 4, Nomor 1, Maret 2011 71


Efisiensi b = pertambahan output yang diciptakan oleh
pertambahan satu unit tenaga kerja
Pengertian efisiensi ini dapat digolongkan
menjadi 3 macam, yaitu: efisiensi teknis, efisiensi Untuk memudahkan pendugaan terhadap per-
alokatif (efisiensi harga) dan efisiensi ekonomi samaan (g) maka persamaan tersebut diubah menja-
(Soekartawi, 2001). Suatu pengunaan faktor di bentuk linier berganda dengan cara melogaritma-
produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi kan persamaan tersebut sehingga menjadi:
teknis) kalau faktor produksi yang dipakai mengha- Log Y= log a+bl log X1+b2 logX2+V (7)
silkan produk yang maksimum. Dikatakan efisiensi
harga atau efisiensi alokatif, bila nilai dari produk
marginal sama dengan harga faktor produksi yang Fungsi produksi Cobb douglas dengan pende-
bersangkutan. Dikatakan efisiensi ekonomi kalau katan produksi frontier stokastik
usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis Produksi frontier stokastik pertama kali dikem-
sekaligus juga mencapai efisiensi harga. bangkan oleh Aigner, Lovell dan Schmidt (1997) dan
Dalam aplikasinya, Yotopoulos dan Nugent Mecusen dan van den Broeck (1977) dalam Budi
(1976) menerangkan konsep efisiensi yaitu meru- Setiawan (2008). Rinciannya memungkinkan kompo-
pakan konsep dimana untuk seluruh kegiatan agar nen random non-negatif pada error term untuk
lebih sederhana. Konsep efisiensi dibagi dalam 3 menghasilkan ukuran efisiensi teknis, atau rasio
macam, yaitu efisiensi teknis (technical efficiency), sebenarnya untuk mendapatkan output yang maksi-
efisiensi harga (price efficiency) dan efisiensi eko- mum yang diharapkan, dimana input dan teknologi
nomis (economic efficiency). Seorang petani secara yang ada telah diketahui. Susunannya secara rinci
teknis dikatakan lebih efisien dibandingkan dengan dapat dinyatakan sebagai berikut:
yang lain bila petani itu dapat berproduksi lebih tinggi
Yit  f ( X it ,  ,t )e v it u it (8)
secara fisik dengan menggunakan faktor produksi
yang sama. Sedangkan efisiensi harga dapat dicapai Pada saat tahun t, Yit adalah output, Xit adalah
oleh seorang petani bila ia mampu memaksimalkan vektor input dan adalah vektor parameter yang
keuntungan (mampu menyamakan nilai marginal diestimasi. Biasanya error term Vit diasumsikan da-
produk setiap faktor produksi variabel dengan pat didistribusikan secara independen dan diidenti-
harganya). Efisiensi ekonomi dapat dicapai bila fikasikan sebagai N(0, is v2) pada output yang
kedua efisiensi yaitu efisiensi teknis dan efisiensi terkait dengan faktor di luar kontrol perusahaan,
harga juga mencapai efisien. seperti cuaca. Error term uit, menangkap inefisiensi
teknis dalam produksi, diasumsikan dalam
Fungsi Produksi Cobb-Douglas perusahaan tertentu (spesifik), variabel random non-
negatif secara independen didistribusikan sebagai
Model fungsi produksi merupakan persamaan perpotongan distribusi N ( it, 2it). Hal ini mengikuti
yang melibatkan dua atau lebih variabel yang terdiri Battese dan Coelli (1995) dalam Yulianik (2006).
dari satu variabel tidak bebas (Y) dan variabel bebas
(X). Secara matematik persamaan Cobb-Douglas  it   0  z it  (9)
dituliskan sebagai berikut:
Untuk kasus dasar, efisiensi teknis dari perusa-

Qt  Tt K t L 1 
t
(6) haan tertentu (spesifik) pada tahun tertentu dapat
didefinisikan :
di mana:
Qt = Tingkat produksi pada tahun t E Yit | u it ,X i t
Tt = Tingkat teknologi pada tahun t TE   e v i t u i t (10)
E Yit | u it 0,X i t
Kt = Jumlah stok barang modal pada tahun t
Lt = Jumlah tenaga kerja pada tahun t Ukuran efisiensi teknisnya didasarkan pada
a = pertambahan output yang diciptakan oleh ekspektasi tertentu yang dapat dilihat persamaan
pertambahan satu unit modal (10). Persamaan ini memberikan nilai vit - uit yang

72 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usaha Tani Jagung,.. (Setiawan dan Prajanti: 69 – 75)
ditaksir pada ukuran nilai maksimum pada model bahwa proporsi penambahan faktor produksi
yang ada, yaitu nilai maksimum yang diharapkan dari akan menghasilkan tambahan produksi yang
Yit adalah sesuai dengan kondisi pada saat uit sama proporsinya lebih besar.
dengan nol. Efisiensi teknis rata-rata dari keseluruh-
an perusahaan dapat didefinisikan sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
1 2
 1   [ u  (u /  u )]  u   i t
Penelitian ini menggunakan Pendekatan kuan-
TE    e 2 (12)
 1   (u /  u )  titatif. Pendekatan kuantitatif pada dasarnya mene-
kankan analisisnya pada data-data numerikal (ang-
Dimana (.) menunjukkan fungsi densitas (kepa- ka) yang diolah dengan metode statistika. dalam
datan) untuk variabel normal standar. penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh
petani di Kabupaten Grobogan yang berjumlah
Fungsi Produksi Frontier 159.884 orang. Adapun penelitian ini menggunakan
metode sampling Purposive clusster area random
Fungsi produksi frontier adalah fungsi yang sampling.
dipakai untuk mengukur bagaimana fungsi sebenar-
Dalam pengambilan sampel maka peneliti
nya terhadap posisi frontiernya. Karena fungsi
menggunakan sampel warga petani sebanyak 90
produksi adalah hubungan fisik antara faktor produk-
orang, namun dalam pengambilan sampel penelitian
si dan produksi, maka fungsi produksi frontier adalah
diklasifikasikan berdasarkan area dan luas lahan
hubungan fisik faktor produksi dan produksi pada
pertanian. Klasifikasi dilakukan berdasarkan Keca-
frontier yang posisinya terletak pada garis isoquant.
matan yaitu di kecamatan purwodadi, toroh dan
Garis isoquant ini adalah tempat kedudukan titik-titik
kradenan. kelompok sampel area penelitian terdiri
yang menunjukkan titik kombinasi penggunaan
dari petani pada masing-masing kecamatan. Petani
masukan produksi yang optimal. Soekartawi dalam
di tiap kecamatan yang menjadi responde adalah 30
Yulianik (2006).
orang dimana jumlahnya dibagi menjadi tiga kategori
petani responden. Petani dengan luas lahan antara
Return to scale 1000-2500 meter persegi sejumlah 10 responden di
masing-masing kecamatan. Petani dengan luas
Return to scale (RTS) bertujuan untuk menge-
lahan antara 2500-5000 meter persegi sebanyak 10
tahui apakah kegiatan dari usaha yang diteliti terse-
orang dan dengan luas lahan diatas 5000 meter
but mengikuti kaidah increasing, constant, atau
persegi sebanyak 10 orang. Jadi total apabila
decreasing to scale. Keadaan skala usaha return to
masing-masing kecamatan di ambil sampelnya dalah
scale dari usaha tani yang diteliti dapat diketahui dari
30 responden sehingga dari 3 kecamatan diperoleh
penjumlahan koefisien regresi semua faktor produk-
90 responden.
si. Menurut Soekartawi terdapat tiga kemungkinan
dalam nilai return to scale:
a. Decreasing return to scale, bila (b1 + b2 +….+ bn) < HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan Dalam menjalankan usaha tani jagung di
bahwa proporsi penambahan faktor produksi Kabupaten Grobogan ternyata para petani masih
akan menghasilkan tambahan produksi yang belum mampu efisien secara teknis. Jadi penggu-
proporsinya lebih kecil. naan faktor-faktor produksinya masih belum dapat
b. Constant return to scale, bila (b1 + b2 + ….+bn)= dikombinasikan secara baik sehingga menimbulkan
1. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan inefisiensi. Secara teknis petani masih belum mampu
bahwa penambahan faktor produksi akan pro- mengkombinasikan input yang benar-benar diguna-
porsional dengan penambahan produksi yang kan untuk menghasilkan output yang maksimal
diperoleh. secara efisien. Dari hasil penghitungan efisiensi
c. Increasing return to scale, bila (b1 + b2 +….+ bn) > teknis melalui alat bantu paket komputer Frontier
1. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan 4.1.c diperoleh hasil bahwa dari keseluruhan sampel

JEJAK, Volume. 4, Nomor 1, Maret 2011 73


yang diteliti tidak mampu mencapai tingkat efisiensi tumbuh baik dan merusak kondisi tanah. Seperti
secara teknis. Yakni rata-rata sebesar 0,9993366. dalam penggunaan faktor produksi pupuk, para
Hasil penghitungan efisiensi teknis ini menunjukan petani umumnya beranggapan bahwa apabila jumlah
bahwa penggunaan faktor-faktor produksi dalam bibit jagung yang ditanam itu ditambah maka hasil
usaha tani jagung tidak efisien secara teknis sehing- produksi yang diperoleh juga akan meningkat. Peng-
ga perlu dilakukan pengurangan input. gunaan bibit tidak proporsional dengan luas lahan
Secara umum, kebanyakan para petani memi- sehingga penggunaan bibit yang berlebihan hanya
liki anggapan bahwa apabila penggunaan faktor- membuat usaha tani jagung menjadi tidak efisien
faktor produksi ditambah penggunaannya maka akan secara teknis karena banyak bibit yang tidak dapat
menghasilkan output yang banyak pula. Padahal tumbuh dengan optimal sehingga tidak dapat meng-
tidak demikian, sebenarnya penggunaan faktor- hasilkan output dengan baik.
faktor produksi harus digunakan secara proporsional Petani jagung di Kabupaten Grobogan harus
agar tercipta efisiensi teknis. Penggunaan faktor- mampu mengkombinasikan penggunaan faktor-
faktor produksi yang berlebihan justru akan membuat faktor produksi yang digunakan yakni luas lahan,
produktivitas dan hasil output menjadi turun. Sebab bibit dan pupuk agar tercapai efisiensi. Penggunaan
penggunaan faktor-faktor produksi yang berlebihan faktor-faktor produksi pada usaha tani jagung dinilai
ternyata menjadikan produksi menurun sebab terlalu berlebihan, hal ini yang menyebabkan
kelebihan dalam pemberian faktor produksi ternyata inefisiensi teknis dalam usaha tani. Hal ini umumnya
merusak tanaman dan tidak baik bagi pertumbuhan dikarenakan para petani masih belum memiliki
tanaman. kemampuan teknis pertanian yang baik. Mereka
Keadaan seperti ini sangat sejalan dengan teori tidak mampu menkombinasikan dan mengalokasikan
pertumbuhan hukum hasil yang semakin berkurang faktor-faktor produksi yang dimiliki dengan propor-
The Law of Diminishing Return dari David Ricardo. sional. Sehingga para petani berasumsi bahwa
Di mana hasil produksi tanaman jagung akan apabila penggunaan faktor-faktor produksi ditambah
menurun karena terlalu banyak diberi pupuk oleh maka akan menghasilkan outuput produksi yang
petani. Kesuburan tanah mengalami penurunan, banyak pula. Padahal, penggunaan faktor-faktor
namun pemberian pupuk justru merusak kondisi produksi yang terlalu berlebihan akan membuat
tanah sehingga menyebabkan produktivitas meng- kesuburan tanah menjadi berkurang, pertumbuhan
alami penurunan. tanaman terganggu. Hal ini tentu saja membuat
output produksi juga menurun. Penggunaan faktor-
Tingkat kualitas pupuk yang dipergunakan
faktor produksi hendaknya diberikan secara propor-
petani ternyata juga kurang bagus secara teknis.
sional, sehingga penambahan faktor-faktor produksi
Seharusnya pupuk yang digunakan harus memenuhi
juga akan menyebabkan penambahan pada output
standar kelayakan kualitas yang baik dan dapat
produksi pula.
secara cepat diserap oleh tanaman untuk proses
pertumbuhan. Namun tidak demikian halnya dengan Kinerja usaha tani perlu didukung dengan cara
kondisi yang dialami oleh petani jagung. Pupuk tidak melakukan penelitian dan pengembangan pupuk
dapat diserap secara maksimal oleh tanaman karena yang berkualitas dan bibit unggul. Pupuk yang baik
kandungan nutrisi yang kurang serta kesalahan tata adalah yang dengan cepat mampu diserap oleh
cara petani dalam pemberian pupuk. tanaman dan dapat merangsang pertumbuhan
tanaman secara maksimal. Sehingga harus dilaku-
Selain itu proporsi penggunaan bibit untuk
kan serangkaian penelitian dan usaha untuk
usaha tani jagung juga harus dikurangi. Sebab
mengembangkan kualitas pupuk. Bibit unggul juga
penggunaan bibit yang terlalu berlebihan dengan
perlu dilakukan pengembangan-pengembangan
luas lahan yang terbatas hanya akan menganggu
secara teknis untuk dapat diperoleh bibit unggul
pertumbuhan bibit jagung. Pertumbuhan tanaman
yang mampu menghasilkan output yang maksimal
tidak akan optimal, karena luas lahan yang terbatas
dengan perawatan mudah sehingga dapat dicapai
ditanami dengan jumlah bibit yang terlalu banyak
efisiensi usaha dan maksimisasi keuntungan.
hanya akan membuat banyak bibit yang tidak dapat

74 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usaha Tani Jagung,.. (Setiawan dan Prajanti: 69 – 75)
Pemerintah dirasa perlu ikut serta dalam mem- narnya masih menguntungkan untuk terus
bantu para petani jagung di Kabupaten Grobogan dikelola.
untuk mampu menjalankan kegiatan usaha tani
jagung secara efisien. Program yang diperuntukan
DAFTAR PUSTAKA
kepada petani jagung hendaknya lebih bersifat
aplikatif dan nyata. Seperti program pendampingan Agus Setiawan, 2006, Analisis efisiensi penggunaan
penyuluh pertanian kepada gabungan petani atau faktor-faktor produksi pada usaha kecil genteng
kelompok tani. Perlu ada upaya untuk memberikan di Desa Tegowanuh Kecamatan Kaloran
pembelajaran kepada petani jagung di Kabupaten Kabupaten Temanggung, Sarjana IESP FE
UNDIP, Skripsi
Grobogan agar para petani jagung dapat mengguna-
kan dan mengalokasikan penggunaan faktor-faktor Aminah, Sri. 1998. Sejarah Pemikiran Ekonomi:
produksi yang dimiliki secara lebih proporsional dan Diktat mata kuliah, Unnes Semarang.
efisien. Sehingga dalam penggunaan faktor-faktor Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur Penelitian: Sua-
produksi yang dimiliki tidak berlebihan dengan tu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
harapan akan tercapai efisiensi secara teknis. Arikunto, Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian: Sua-
Sehingga dengan penggunaan faktor-faktor produksi tu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
secara teknis telah efisien maka output produksi Arsyad, L. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogya-
maksimal dapat dicapai. karta : STIE YKPN
BPS Provinsi Jawa Tengah. 2006 ,Jawa Tengah
Dalam Angka: Jawa Tengah.
KESIMPULAN
BPS Kabupaten Grobogan. 2007 ,Grobogan Dalam
Dari penyusunan penelitian ini dapat diperoleh Angka: Grobogan.
beberapa kesimpulan. Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten
1. Terdapat tiga variabel yang mempengaruhi efi- Grobogan, 2007, Luas Panen dan Produksi
siensi penggunaan faktor-faktor produksi pada Tanaman Jagung Tahun 2002-2007: Grobogan.
usaha tani jagung di kabupaten Grobogan, tiga Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Gro-
variabel tersebut adalah faktor produksi luas bogan. 2006, Petunjuk Pelaksanaan Program
lahan, faktor produksi bibit,dan faktor produksi intensifikasi Tanaman pangan dan perkebunan.
pupuk. Grobogan.
Indah Susilowati, Himawan Arif Sutanto, 2005,
2. Besarnya efisiensi teknis untuk usaha tani ja-
Analisis Efisiensi alat tangkap ikan Gillnet di
gung di Kabupaten Grobogan sebesar Kabupaten Pemalang. Berkala Penelitian Pasca
0,9996633 hal ini menunjukan bahwa usaha tani Sarjana UNDIP
jagung di Kabupaten Grobogan masih belum
Mubyarto, 1989, Pengantar Ekonomi Pertanian,
efisien secara teknik. Untuk efisiensi harga dan Jakarta : LPES.
ekonomi diketahui bahwa usaha tani jagung di
Soekartawi, 2003, Teori Ekonomi Produksi Dengan
Kabupaten Grobogan diperoleh hasil penghi-
Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas:
tungan sebesar 1,53563 untuk efisiensi harga CV Rajawali. Jakarta
dan 1,5346 untuk efisiensi ekonomi. Jadi usaha
Siswi Yulianik, 2006, Analisis Efisiensi Penggunaan
tani jagung di Kabupaten Grobogan masih
Faktor-faktor produksi pada usaha tani bawang
belum efisien secara harga dan ekonomi. merah di Kabupaten Brebes (Studi Kasus di
3. Usaha tani jagung di Kabupaten Grobogan bera- Desa larangan). Sarjana IESP FE UNDIP,
da pada skala hasil yang menurun. Berdasarkan Skripsi
penghitungan return to scale didapat hasil Sudjana, 1996, Metoda Statistika, Bandung : Tarsito
0,984. Berarti dapat disimpulkan bahwa proporsi Sukirno,Sadono, 2005, Mikro Ekonomi Teori
penambahan input yang digunakan akan menu- Pengantar, Raja Grafindo Persada: Jakarta
runkan output yang diperoleh. Namun dari Tarigan. R. 2005. Ekonomi Regional Teori dan
penghitungan R/C ratio diperoleh hasil 1,15317. Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara.
yang berarti bahwa usaha tani jagung sebe-

JEJAK, Volume. 4, Nomor 1, Maret 2011 75


76 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usaha Tani Jagung,.. (Setiawan dan Prajanti: 69 – 75)

Anda mungkin juga menyukai