PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biji merupakan suatu struktur kompleks, yang terdiri dari embrio atau lembaga,
kulit bijidan persediaan makanan cadangan. Dalam biji banyak tumbuhan, makanan
disimpan didalam lembaga biji itu sendiri, pada tumbuhan lain, makanan disimpan
dalam jaringan disekililingnya. Cerita lengkap mengenai biji harus menerangkan
perubahan-perubahan yangterjadi dalam stamen dan pistil, proses penyerbukan,
perkembangan embrio, pembentukankulit biji dan perkembangan penyediaan
cadangan makanan yang digunakan oleh tumbuhan muda ketika biji berkecambah.
Biji masak terdiri dari tiga bagian yaitu embrio dan endosperm yang dihasilkan
dari pembuahan ganda serta kulit biji yang dibentuk oleh dinding bakal biji, termsuk
kedua integumentnya. Biji yang berkualitas baik adalah biji yang sudah matang
secara fisiologis. Biasanya hal ini ditandai dengan ciri fisik yang dapat dilihat seperti
tanaman menjadi kuning pada tanaman padi atau kulit pembungkus biji menguning
seperti pada kedelai. Dalam sudut pandang petani, biji bisa jadi salah satu bagian
tanaman yang sangat berharga karena nantinya dapat ditanam kembali menjadi
tanaman baru.
Setiap bahan biologis memiliki sifat kelistrikan yang dipengaruhi oleh
metabolisme yang terjadi dalam bahan biologis tersebut. Sifat kelistrikan ini biasa
disebut sebagai Biolistrik. Secara umum produk-produk hasil pertanian bersifat
perishable (mudah rusak). Penyebab kerusakan ini bisa berasal dari eksternal yaitu
makhluk hidup seperti hama atau serangga[2] atau dari cuaca misalnya suhu,
kelembaban, dan kerusakan yang disebabkan dari bahan itu sendiri (internal)
misalnya komposisi kimia, kadar air dari bahan tersebut. Untuk mengukur kualitas
produk-produk hasil pertanian umumnya dilakukan secara kimiawi atau pengujian
laboratorium yang bersifat destruktif. Karakteristik biolistrik bahan pangan, banyak
digunakan sebagai acuan menilai kualitas dan kemurnian bahan secara cepat, non
destruktif dan lebih efisien. Metode dielektrik adalah metode yang berlandaskan
pada penggunaan plat kapasitor sejajar dengan objek biologis yang diletakkan di
tengah. Pengukuran karakteristik biolistrik dengan menggunakan metode dielektrik
dianggap lebih efisien dan lebih cepat. Jaringan syaraf tiruan (artificial neural
network) atau disingkat dengan JST adalah sistem komputasi dimana arsitektur dan
operasi diilhami dari pengetahuan tentang sel biologi dalam otak manusia. Jaringan
syaraf merupakan salah satu satu representasi buatan dari otak manusia yang
mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia tersebut. Istilah buatan
disini digunakan karena jaringan saraf ini diimplementasikan dengan menggunakan
program komputer yang mampu menyelesaikan sejumlah proses perhitungan
selama proses pembelajaran
1.2 Tujuan
Pada praktikum uji instrumen memiliki beberapa tujuan. Dapat melakukan
perhitungan dielektrik pada biji – bijian. Dapat mempelajari penentuan kadar air
dengan metode ANN pada biji – bijian. Dapat menentukan kualitas berdasarkan
bentuk biji – bijian menggunakan images procesing dan mengukur akurasi instrumen
dalam perhitungan kadar air biji – bijian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kadar Air
Water content is the total amount of water contained in a material and is
expressed as a percentage of wet weight. Water content is measured to determine
the water content that causes microbial biological reactions. In this calculation it
relates to the ratio of water vapor pressure to pure vapor pressure. Microbial growth
is greatly influenced by water content. To minimize microbial growth, the appropriate
water content is below 10% and 0.6 - 0.65 (Zambrano et al., 2019).
Kadar air merupakan jumlah total air yang terkandung dalam suatu bahan
dan dinyatakan dalam persentase berat basah. Kadar air diukur untuk mengetahui
kandungan air yang menyebabkan reaksi biologis mikroba. Secara perhitungan hal
ini berkaitan dengan rasio tekanan uap air terhadap tekanan uap murni.
Pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh kadar air. Untuk meminimalisir
pertumbuhan mikroba, kadar air yang sesuai yaitu di bawah 10% dan 0,6 – 0,65
(Zambrano et al., 2019).
Processed products must have undergone several process stages which
have different material characteristics at each stage. Water content is one of the
characteristics that must be considered because it is related to the degradation
reaction. In addition, water content also affects the presence of microbes in a
product. By knowing the moisture content in a product or material, it can be
determined the appropriate harvest, drying, processing and storage time (Carneiro et
al., 2018).
Produk yang diolah pastinya mengalami beberapa tahapan proses yang
memiliki karakteristik bahan yang berbeda di setiap tahapan. Kadar air menjadi
salah satu karakteristik yang harus diperhatikan karena berkaitan dengan reaksi
degradasi. Selain itu kadar air juga berpengaruh terhadap keberadaan mikroba
dalam suatu produk. Dengan mengetahui kadar air pada suatu produk atau bahan,
dapat ditentukan waktu panen, pengeringan, pengolahan, serta penyimpanan yang
sesuai (Carneiro et al., 2018).
2.2.1 Kapasitansi
Kapasitansi merupakan kemampuan suatu bahan untuk menampung listrik
dengan muatan tertentu. Kapasitansi dipengaruhi oleh luas penampang, jarak serta
Aε 0
bahan dielektrikum. Nilai kapasitansi dapat dihitung dengan 𝐶 = 𝑘 dimana A
d
adalah luas penampang, ε0 adalah permitivitas ruang hampa (8,85 x 10 -12 F/m), dan
d adalah jarak antar plat. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah suatu bahan
dapat menyimpan muatan listrik dalam jumlah tertentu (Rimafatin et al., 2019).
Kapasitansi dapat diartikan dengan rasio muatan total pada salah satu
konduktor terhadap beda potensial antara kedua konduktor. Kapasitansi juga bisa
didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat menampung
muatan elektron. Kapasitansi sendiri biasa disimbolkan dengan huruf C dengan
satuan farad (F). Untuk menenetukan nilai Q digunakan integral permukaan untuk
seluruh permukaan konduktor positif dan untuk menghitung V yaitu dengan
memindahkan sebuah muatan satuan positif dari permukaan konduktor negatif ke
permukaan konduktor positif (Pandjaitan, 2017).
2.2.2 Resistensi
Resisivitas adalah kebalikan dari konduktivitas, yakni kemampuan suatu
bahan untuk menahan arus listrik. Resistansi (R) adalah kemampuan bahan listrik
menghambat arus listrik. Resistivitas adalah nilai resistansi bahan listrik pada
satuan panjang dan luas penampang (A). Setiap bahan mempunyai nilai resistensi
yang berbeda-beda (Sutopo et al., 2020).
Hambatan atau resistansi berguna mengatur besarnya kuat arus listrik yang
mengalir melalui suatu rangkaian listrik. Nilai hambatan suatu penghantar tidak
bergantung pada beda potensialnya. Beda potensial dapat mengubah kuat arus
yang melalui penghantar. Jika penghantar yang dilalui sangat panjang, kuat arusnya
akan berkurang. Hambatan jenis kawat berbeda-beda tergantung dari bahannya
(Ronilaya, 2018).
2.2.3 Induktansi
Induktansi merupakan sifat listrik yang dapat menimbulkan gaya gerak dalam
rangkaian. Hal ini diakibatkan oleh perubahan arus yang melewati rangkaian.
Induktansi dapat ditimbulkan juga dari perubahan arus yang melewati rangkaian
berbeda yang terhubung oleh daya magnetis. Satuan dari induktansi yaitu Henry
atau disingkat H (Sutopo et al., 2020).
Apabila sebuah kumparan dialiri arus, di dalam kumparan tersebut akan
timbul medan magnetik. Selanjutnya, apabila arus yang mengalir besarnya
berubahubah terhadap waktu akan menghasilkan fluks magnetik yang berubah
terhadap waktu. Perubahan fluks magnetik ini dapat menginduksi rangkaian itu
sendiri, sehingga di dalamnya timbul ggl induksi. Ggl induksi yang diakibatkan oleh
perubahan fluks magnetik sendiri dinamakan ggl induksi diri (Ronilaya, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Aprilianto HC, Sri K, Imam S. 2018. Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk
Peramalan Penjualan dalam Mendukung Pengembangan Agroindustri
Coklat di Kabupaten Blitar. Habitat 29(3): 129-137
Carneiro JDS, Roberta MN, Marcio AM, Denia MDS, Evaldo MP. 2018. The Oven-
Drying Method For Determination of Water Content in Brazil Nut.
Journal Biosci 34(3): 595-602
Gofur AA, Utami DW. 2013. Sistem Peramalan Untuk Pengadaan Material Unit
Injection di PT XYZ. Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika 2(2): 13-21
Kurniasih D, Mariani S, Sugiman. Efisiensi relatif estimator fungsi kernel
gaussian terhadap estimator polinomial dalam peramalan usd terhadap
jpy. UNNES Journal of Mathematics 2(2): 79-84
Mufaidah I, Sony S, Yuli W, Deddy WS. 2017. Peramalan Jumlah Permintaan
Udang Beku PND Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
Backpropagation. Jurnal Agroteknologi 11(1): 17-23
Mukaromah L, Bowo EC, Misto. Sifat Histeris pada Konstanta Dielektrik dan
Indeks Bias Minyak Zaitun dengan Variasi Suhu. Berkala Sainstek 6(1):
41-45
Nelson SO. 2010. Fundamentals of Dielectric Properties Measurements and
Agricultural Applications. Journal of Microwave Power and
Electromagnetic Energy 44(2): 98-113
Pandjaitan LW. 2017. Dasar – Dasar Komputasi Cerdas. Penerbit Andi.
Yogyakarta
Putra D. 2010. Pengolahan Citra Digital. Penerbit Andi. Yogyakarta
Rimafatin N, Bowo EC, Misto. Analisis Hubungan Suhu dan Frekuensi Terhadap
Sifat Listrik Lemak Hewani. Jurnal Fisika Flux 16(2): 78-85
Ronilaya F. 2018. Ilmu Bahan Listrik. Polinema Press. Malang
Sari DP, Sabilal R, Evelina. 2017.Identifikasi Huruf Braille Berbasis Image
Processing Secara Real Time. Jurnal Sains dan Teknologi 1: 1-9
Sutopo A, Juaksa M, Arwadi S. 2020. Ilmu Bahan Listrik. Yayasan Kita Menulis.
Medan
Wadi H. 2020. Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Menggunakan Python
GUI. TR Publisher. Yogyakarta
Windarto AP, Darmeli N, Anjar WFT, Muhammad SH, Muhammad NHS, Muhammad
RL, Solikhun, Yusra F, Dicky N. 2020. Algoritma Prediksi dan
Implementasi. Yayasan Kita Menulis. Medan
Zambrano MV, Baishali D, Donald GM, Heather IM, Marianne FT. 2019.
Assessment of Moisture Content Measurement Methods of Dried Food
Products in Small-Scale Operations in Developing Countries: A
Review. Journal Trends in Food Science and Technology 88: 484-496