Pemerkosaan Dan Trauma Kehamilan
Pemerkosaan Dan Trauma Kehamilan
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkosaan merupakan tindak kriminal kekerasan yang paling banyak dilaporkan
di Amerika Serikat. National Center for the Prevention and Control of Rape
memperkirakan bahwa satu dari tiga wanita mungkin diperkosa dalam masa hidupnya;
banyak korban tidak melaporkan kasus yang telah menimpanya atau mencari bantuan.
Kasus-kasus perkosaan mulai dari perempuan berusia 6 bulan sampai perempuan
berusia 93 tahun telah didokumentasikan. Pada sekitar 75% kasus perkosaan, pelaku
penyerangan dikenal wanita (Newseek, 1990; Dennis 1988; Burge 1989).
Definisi legal tentang perkosaan bervariasi di setiap negara bagian. Gambaran
utama mencakup beberapa bentuk kontak seksual dan tanpa persetujuan. Peggunaaan
kekuatan, penipuan, atau paksaan harus dilakukan ketika para korbannya adalah orang
dewasa yang kompeten. Persetujuan dianggap tidak mungkin dilakukan untuk para
korban yang terbius, tidak sadar, menderita retardasi mental, secara fisik tidak mampu
melawan atau belum cukup umur (perkosaan menurut Undang-Undang). Sebelas
negara bagian masih memiliki definisi hukum perkosaan sebagai hubungan seksual
tanpa persetujuan yang dilakukan oleh seorang pria dengan seorang wanita yang bukan
istrinya. (Weingourt, 1990)
Sindrom trauma perkosaan merupakan suatu krisis fisik dan psikologis. Sindrom
ini dialami sebagian besar korban penyerangan seksual dan memiliki gejala yang khas,
mulai dari reaksi bingung dan reaksi yang tidak terorganisasi, yang terus berlanjut ke
fase penyesuaian pertengahan, dan diakhiri dengan suatu proses reorganisasi jangka
panjang (Reeder, Sharon J, 2011).
Pada proses kehamilan, persalinan dan postpartum terdapat beberapa komplikasi
yang memerlukan pengawasan intensive unit care. Dalam menghadapi ibu hamil
dengan berbagai komplikasi, sangat diperlukan satu tim kerja yang kompak sehingga
ibu hamil dengan bayinya dapat diselamatkan atau hanya ibunya saja.
Oleh karna itu dimasa yang akan dating diperlukan pendidikan khusus
dilaboratorium obstetric dan ginekologi untuk menangani dengan segera berbagai
komplikasi sehingga morbiditas dan mortalitas dapat diturunkan menuju
pertolongan berorientasi “well born baby dan well help mother”.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
I. PERKOSAAN
A. Pengertian
Definisi legal tentang perkosaan bervariasi di setiap negara bagian. Gambaran utama
mencakup beberapa bentuk kontak seksual dan tanpa persetujuan. Peggunaaan
kekuatan, penipuan, atau paksaan harus dilakukan ketika para korbannya adalah orang
dewasa yang kompeten. Persetujuan dianggap tidak mungkin dilakukan untuk para
korban yang terbius, tidak sadar, menderita retardasi mental, secara fisik tidak mampu
melawan atau belum cukup umur (perkosaan menurut Undang-Undang). Sebelas
negara bagian masih memiliki definisi hukum perkosaan sebagai hubungan seksual
tanpa persetujuan yang dilakukan oleh seorang pria dengan seorang wanita yang bukan
istrinya. (Weingourt, 1990)
B. Tipe-tipe perkosaan
1. Acquintance atau confidence rape : korban sebelumnya memiliki hubungan baik
tanpa tindak kekerasan dengan pelaku, tetapi pelaku menggunakan tipuan atau
paksaan untuk melakukan seks.
2. Date rape. Para pelaku umumnya telah merencanakan seks selama kencan dan akan
melakukan apa saja yang diperlukan untuk mendapatkannya. Pria lebih
membenarkan perkosaan ini ketika wanita yang mengajak kencan, pria membayar
pengeluaran, atau mereka pergi ketempat tinggal pria tersebut.
3. Wife rafe. Pelaku menggunakan kekuatan atau pemaksaan untuk mendapatkan
kontak seksual dengan istrinya (dengan menikah atau menurut hukum), tanpa
persetujuan istrinya.
4. Stranger atau blitz rape. Korban dan pelaku tidak kenal satu sama lainnya;
perkosaan terjadi secara tiba-tiba dan tidak diduga sebelumnya; penggunaan
senjata tajam dan ancaman sering terjadi.
5. Power rape. Para pelaku mennggunakan hubungan seksual untuk mendominasi
korban dan menempatkan korban pada posisi tidak berdaya; penakhlukan seksual
memenuhi khayalannya akan kekuatan dan potensi; perilaku mempercayai korban
3. Fase reorganisasi
Ketika penekanan dan emosi korban memburuk, ia merasa tertekan dan
cemas. Rasa takut mulai muncul, terutama rasa takut jika ditinggal sendiri
atau berada pada tempat mirip dengan lokasi perkosaan terjadi. Korban dapat
mengalami gangguan tidur disfungsi seksual, masalah menstruasi atau
gangguan makan. Kebutuhan untuk perasaan dan mengintegrasikan
pengalaman tersebut pada umumnya menyebabkan korban mencari bantuan.
Terapi individu atau kelompok dukungan menyediakan bantuan khusus untuk
para korban perkosaan yang selamat. Secara bertahap, pengalaman perkosaan
tersebut terintegrasi dan dapat diterima.
Fase terakhir dari reorganisasi adalah pemulihan ini dapat berlangsung selama
beberapa minggu sampai tahunan sebelum wanita kembali pulih sempurna.
Keberhasilan pemulihan merupakan suatu proses perkembangan, yang
membawa wanita ke tingkat penerimaan diri dan kearifan yang lebih tinggi. Ia
telah mengalami kemajuan melewati pemulihan ketika gejala-gejala fisik
telah berlalu, mengenang kembali perkosaan yang telah berkurang dan
kehilangan pengaruhnya, dan merasakan kepuasan dalam hubungan kerja dan
interpersonal.
Perdarahan
Trauma Keterangan
Kecelakaan mobil atau Benturan yang keras dapat menimbulkan trauma langsung pada hubungan
trauma tumpul utero-plasenta sehingga terjadi solusio plasenta
Seperti diketahui bahwa gambaran klinis solusio plasenta terdiri dari tiga
tingkat
Monitoring janin intra uteri dilakukan :
Luka tembus ibu hamil Dapat menimbulkan mobiditas dan mortalitas yang tinggi pada ibu
hamil dan janinnya
Persiapan untuk laparotomi tidak dapat ditunda
Pada kedua bentuk luka tembus ini, selalu harus dilakukan laparotomi:
- Untuk menentukan bagian mana yang terluka oleh karena pisau-
peluru
- Apakah uterus ikut serta terluka
- Apakah masih ada kemungkinan untuk menyelamatkan ibu hamil
dan atau janinnya
- Apakah masih ada kemungkinan untuk melakukan rekonstruksi luka
tembusnya
- Apakah harus melakukan histerektomi demi dapat menyelamatkan
jiwa ibunya
Luka bakar Luka bakar dapat mempengaruhi janin, akibat syok hipovolemik sehingga
sirkulasi retropplasenta mengalami gangguan fatal
Pengaruhnya tergantung dari luasnya luka bakar
Luka bakar masih dapat menimbulkan gangguan pernafasan, karena ibu
hamil menghisap asap sehingga pertukaran O2-CO2 mengalami gangguan
dan menimbulkan turunnya tekanan PO2 dan makin meningkatnya tekanan
PCO2
Luka bakar diatas 50% daoat menimbulkan kematian janin intra uteri
Faktor yang dapat mempengarhinya :
- Syok hipovolemik
- Gangguan sirkulaasi O2/CO2 sehinggga janin mengalami aspiksia
berat sampai terjadi kematian intrauteri
- Infeksi
Dampaknya adalah kontraksi uterus yang diikuti janin lahir mati
Trauma aliran listrik Sangat jarang terjadi
10 | K E P E R A W A T A N G A W A T D A R U R A T I I
Keterlambatan gangguan neurologis
6-15 menit 17 %
16-25 menit 67 %
26-35 menit 75 %
Diatas 35 menit umumnya telah meninggal
Perkosaan/korban Pada kehamilan muda, tampak lebih serinng terjadi trauma akibat
seksual hamil diatas 20 perkosaan dibandingkan dengan kehamilan tua
minggu Hubungan seksual yang tidak diinginkan pada umumnya dapat
menimbulkan:
- Perkosaan:
Perlukaan yang tidak tentu tempatnya atau sebagian besar
pada verniks anterior
Perlukaan pada introitus vaginal
Perlukaan pada urethra.
Ketiganya dapat menimbulkan perdarahan sehingga
memerlukan perawatan intensif untuk menyelamatkan
janinnya dan menjahit untuk menghentikan perdarahannya.
- Kemungkinan penyakit STD
Sebagian besar dengan keluhan leukorea, gatal, atau terjadi
pemanahan
Memerlukan pengobatan khusus sehingga pengaruhnya
terhadap janin dapat dikurangi
- Perlukaan pada verniks posterior, bukan perkosaan karena wanita
aktif mengambil bagian dalam hubungan seksual
11 | K E P E R A W A T A N G A W A T D A R U R A T I I
f. Ibu hamil tanpa suami yang jelas
2. Gaya hidup ibu hamil yang tidak sehat
a. Nutrisi rendah
b. Kecanduan obat, alcohol dan rokok
c. Ibu hamil dengan emosi yang tidak stabil
3. Kesehatan yang kurang baik:
a. Penyakit menahun atau terjadi mendadak
b. Kejiwaan dengan hiperseksualitas
1.1 terkena STD
1.2 trauma seksual ibu hamil
Pada ibu hamil dengan gangguan sosial ekonomi, kejiwaan, dan sebagianya, terdapat
kecenderungan untuk dapat menimbulkan trauma diri sendiri sampai upaya membunuh diri.
Telah dikemukakan ada beberapa trauma langsung pada ibu hamil yang memerlukan
perhatian dan perawatan khusus. Trauma ini dimasa ilmu pengetahuan tekhnologi modern
sudah makin jarang dijumpai oleh karena:
12 | K E P E R A W A T A N G A W A T D A R U R A T I I
Penatalaksanaan perawatan
Perhatian pertama di fokuskan pada ABC dasar : jalan nafas, pernafasan dan
sirkulasi. Abdomen wanita di kaji untuk melihat adanya rupture uterus dan
aktivitas uterus. Janin kemudian di kaji untuk diketahui denyut jantung dan
aktivitasnya. Pengkajian kesehatan secara individual dilakukan dan catatan
prenatal wanita ditinjau kembali, jika tersedia. Temuan akibat cedera harus
dibedakan dari perubahan fisiologis normal selama masa hamil. Tanda rupture
organ yang umum misalnya: guarding, nyeri tekan yang kuat, dan kekakuan
(rigiditas). Pada kasus trauma minor wanita dirawat di Rumah Sakit dan di elevasi
untuk melihat hal-hal berikut:
1. Perdarahan pervaginam
2. Iritabilitas uterus
3. Nyeri tekan abdomen
4. Nyeri atau kram abdomen
5. Bukti hipovolemia
6. Perubahan frekuensi denyut jantung janin
7. Aktivitas janin
8. Kebocoran cairan amnion dan
9. Keberadaaan sel-sel janin dalam sirkulasi maternal
Luka abdomen yang berpenetrasi, hemoragi internal, dan rupture uterus secara
keseluruhan adalah indikasi intervensi bedah awal. Luka-luka dibagian atas abdomen
kemungkinan yang paling besar mempenetrasi struktur vital karena organ-organ,
seperti usus, hati dan limpa, telah bergeser ke atas akibat pembesaran uterus.
13 | K E P E R A W A T A N G A W A T D A R U R A T I I
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Perkosaan
a. Identitas Klien :
Nama
Alamat
Umur
Pekerjaan
14 | K E P E R A W A T A N G A W A T D A R U R A T I I
Status Perkawinan
Agama
Diagnosa Medis
b. Riwayat Kesehatan
c. Pemeriksaan Fisik
Dalam menentukan kondisi awal kasus obstetri yang dihadapi apakah dalam
keadaan gawat darurat atau tidak harus dilakukan pemeriksaan secara sistematis
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan obstetrik. Penilaian
awal adalah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus obstetri yang
membutuhkan pertolongan segera dan mengidentifikasi penyulit (komplikasi) yang
dihadapi.
16 | K E P E R A W A T A N G A W A T D A R U R A T I I
a. Pemeriksaan vulva dan perineum
b. Pemeriksaan vagina
c. Pemeriksaan serviks
d. Pemeriksaan rahim (besarnya, kelainan bentuk, tumor dan sebagainya)
e. Pemeriksaan adneksa
f. Pemeriksaan his (frekuensi, lama, kekuatan, relaksasi, simetri dan dominasi
fundus)
g. Pemeriksaan janin
a) Didalam atau diluar rahim
b) Jumlah janin
c) Letak janin
d) Presentasi janin dan turunnya presentasi seberapa jauh
e) Posisi janin, moulage, dan kaput suksedaneum
f) Bagian kecil janin disamping presentasi (tangan, tali pusat dan lain-lain)
g) Anomali kongenital pada janin
h) taksiran berat janin
i) janin mati atau hidup, gawat janin atau tidak
4. Pemeriksaan Panggul
a. Penilaian pintu atas panggul
1) Promontorium teraba atau tidak
2) Ukuran konjungata diagonalis dan konjungata vera
3) Penilaian linea innominata
b. Penilaian ruang tengah panggul
1) Penilaian tulang sakrum
2) Penilaian dinding samping
3) Penilaian spina askiadika (runcing atau tumpul)
4) Ukuran jarak antar spina iskiadika
c. Penilaian pintu bawah panggul
1) Arkus pubis
2) Penilaian tulang koksigis (ke depan atau tidak)
17 | K E P E R A W A T A N G A W A T D A R U R A T I I
d. Penilaian adanya tumor jalan lahir yang menghalangi persalinan
pervaginam
e. Penilaian panggul patologik
f. Penilaian ambang feto-pelvik
Pemeriksaan his, pemeriksaan janin, dan pemeriksaan panggul ssangat menentukan
untuk rencana persalinan pervaginam. Kesalahan dalam penilaian ini dapat berakibat fatal.
Kasus persalinan yang seharusnya dilahirkan perabdominam dan keliru direncanakan
pervaginam akan membuang-buang waktu yang tidak perlu dan barakibat buruk bagi ibu dan
terutama bagi janin. Kondisi klinik kasus gawat darurat kebidanan yang sering dijumpai dan
perlu pertolongan cepat, tepat, dan benar ialah kondisi syok perdarahan selain syok septik,
kejang-kejang dan koma. Memperhatikan itu, kondisi klinik tersebut perlu dibahas secara
khusus.
B. DIAGNOSA
1. Perkosaan
C. INTERVENSI
18 | K E P E R A W A T A N G A W A T D A R U R A T I I
Perkosaan:
Kriteria Hasil:
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tekhnik
non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
NIC:
1. Pain Management
1.1 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (PQRST)
1.2 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
1.3 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
1.4 Kurangi factor presipitasi nyeri
1.5 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukkan intervensi
1.6 Tingkatkan istirahat
2. Analgesic Administration
2.1 Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis pemberian
Kriteria Hasil:
- Tidak ada hematuria dan hemetamesis
- Tidak ada perdarahan pervagina
- Tekanan darah dalam batas normal
NIC:
1. Bleeding Precautions
1.1 Monitor ketat tanda-tanda pendarahan
19 | K E P E R A W A T A N G A W A T D A R U R A T I I
1.2 Pertahankan bedrest selama perdaraha aktif
1.3 Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan pendarahan
1.4 Identifikasi penyebab pendarahan
1.5 Kolaborasi dalam pemberian produk darah
1.6 Monitor tekanan darah
NOC :
- Immune status
- Risk control
Kriteria hasil :
NIC:
1. Infection control
2. Infection protection
20 | K E P E R A W A T A N G A W A T D A R U R A T I I
2.5 Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
NOC:
- Pain Control
- Pain Level
- Comfort Level
Kriteria Hsil:
NIC:
1. Pain Management
2. Analgesic Administration
21 | K E P E R A W A T A N G A W A T D A R U R A T I I
2.1 Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis pemberian
2.2 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama
kali
NOC:
- Anxiety Level
Kriteria Hasil:
NIC:
1. Anxiety Reduction
1.2 Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
1.9 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama
kali
- Risk Control
Kriteria Hasil:
NIC :
1. Infection Control
23 | K E P E R A W A T A N G A W A T D A R U R A T I I
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus GDe. 2007. Pengantar kuliah obstetric . Jakarta: EGC
24 | K E P E R A W A T A N G A W A T D A R U R A T I I