Anda di halaman 1dari 12

JDM Vol. 4, No.

2, 2013, pp: 103-114

Jurnal Dinamika Manajemen


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jdm

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN


ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR TERHADAP KINERJA KARYAWAN

Triana Fitriastuti 

Fakultas Ekonomi, Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel:
Diterima Juli 2013 Tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh kecerdasan emosional, komitmen
Disetujui Agustus 2013 organisasional dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) terhadap kinerja
Dipublikasikan September 2013 karyawan. Penelitian ini menggunakan desain survei dengan responden adalah
Keywords: Pegawai Negeri Sipil Organisasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kutai
Emotional Intelligent; Timur, sebanyak 89 orang. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive
Organizational Commitment; sampling berdasarkan pada kriteria tertentu. Hasil pengujian hipotesis menggunakan
Organizational Citizenship
Behavior;
regresi linear berganda menunjukkan bahwa kecerdasan emosional, komitmen
Job Performance organisasional, dan OCB berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa karyawan yang mempunyai kecerdasan emosional
tinggi akan bekerja lebih baik sesuai standar organisasi dan pada akhirnya akan
mencapai kinerja yang lebih baik. Selain itu, dibutuhkan karyawan dengan komitmen
yang tinggi untuk menunjukkan kinerja optimal, sehingga mampu berkontribusi
pada organisasi. Sementara karyawan yang berperilaku OCB secara tidak langsung
berpengaruh pada pencapaian tujuan organisasi, karena perilaku OCB yang
ditunjukkan karyawan akan berkontribusi meningkatkan kinerja karyawan.

THE INFLUENCE OF EMOTIONAL INTELLIGENCE, ORGANIZATIONAL


COMMITMENT AND ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR TO THE
EMPLOYEE PERFORMANCE

Abstract
The purpose of this study is to investigate the impact of Emotional Intellegent, Organizational
commitment and Organizational Citizenship Behavior on employee performance. This
study uses survey research design and the respondents are 89 Government Employees of
industry and trade organization, located in Kutai. The sampling method used is Purposive
Sampling based on some criterias. The result of multiple regression analysis shows that
Emotional Intellegent, organizational commitment and OCB have positive impact on
employee performance. The result of study shows that employees who have emotional
intelligent will work better based on organization standard and they will have better
performance. It is also needed employees with high comitment for showing the optimal work
so that they can contribute to the corporate. The employees who behave based on OCB,
will indirectly influence the achievement of corporate goals since they will contribute to the
increase of employee performance.

JEL Classification: M0, M5, M54


Alamat korespondensi: ISSN
Jl. P. Suryanata Komp. Graha Indah Blok Q. 10 Samarinda 2086-0668 (cetak)
E-mail: triana.fitriastuti@gmail.com 2337-5434 (online)
Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 4, No. 2, 2013, pp: 103-114

PENDAHULUAN Kecerdasan sosial adalah kemampuan


memahami dan mengatur orang lain untuk
Keberhasilan suatu organisasi sangat di- bertindak bijaksana dalam menjalin hubungan,
pengaruhi oleh kinerja individu karyawan. Se- yang meliputi kecerdasan interpersonal dan ke-
tiap organisasi selalu berusaha meningkatkan ki- cerdasan intrapersonal. Kecerdasan interperso-
nerja karyawan untuk mencapai tujuan. Kinerja nal adalah kecerdasan untuk memahami orang
masih merupakan permasalahan yang selalu lain, sedangkan kecerdasan intrapersonal adalah
dihadapi oleh pihak manajemen, sehingga ma- kemampuan mengelola diri sendiri (Goleman,
najemen perlu mengetahui faktor-faktor yang 2002). Orang yang memiliki kecerdasan emosi
mempengaruhi kinerja karyawan. Salah satu tinggi akan mampu memahami dirinya sendiri
ukuran kinerja karyawan adalah kemampuan dan emosi orang lain. Orang tersebut dapat me-
intelektual, yang didukung dengan kemampuan manfaatkan pemahaman ini untuk meningkat-
menguasai, mengelola diri sendiri serta kemam- kan perilaku dan sikapnya dalam menuju arah
puan dalam membina hubungan dengan orang yang lebih positif, sehingga mampu mengenda-
lain (Martin, 2000). likan emosi, lebih termotivasi, merasa puas dan
Penelitian Boyatzis dan Ron (2001) me- mampu mengatasi masalah dengan lingkungan
nunjukkan, bahwa menemukan orang yang tepat kerja serta kehidupannya (Wong et al., 2005)
dalam organisasi bukanlah hal yang mudah, ka- Boyatzis et al. (2000) menyatakan, bah-
rena yang dibutuhkan bukan hanya orang yang wa kecerdasan emosional merupakan kompo-
berpendidikan lebih baik ataupun orang yang nen yang membuat seseorang menjadi pintar
berbakat saja. Akan tetapi, terdapat faktor-fak- menggunakan emosi. Lebih lanjut dijelaskan,
tor psikologis yang mendasari hubungan antara bahwa emosi manusia berada di wilayah bawah
seseorang dengan organisasinya. Faktor-faktor sadar sehingga diakui kecerdasaan emosional
psikologis tersebut berpengaruh pada kemam- menyediakan pemahaman yang lebih menda-
puan seseorang di dalam organisasi, diantaranya lam dan utuh tentang diri sendiri dan orang lain.
adalah kemampuan mengelola diri sendiri, ini- Boyatzis et al. (2000) membagi dua wilayah ke-
siatif, optimisme, mengorganisasi emosi dalam cerdasan emosional, yaitu kompetensi pribadi
diri, serta melakukan pemikiran yang tenang (personal competence) dan empati. Kompetensi
tanpa terbawa emosi. pribadi adalah kemampuan individu, yang meli-
Goleman (2000) menyebut kemampu- puti kesadaran diri (self awareness), kemampuan
an tersebut sebagai Emotional Intelligence atau mengatur diri sendiri (self regulation/self mana-
kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional gement), dan kesadaran sosial (social awareness).
menyumbang 80% dari faktor penentu kesuk- Empati adalah kesadaran untuk memberikan
sesan sesorang, sedangkan 20% yang lain di- perhatian, kebutuhan atau kepedulian pada
tentukan oleh IQ (Intelligence Quotient). Pen- orang lain dan memelihara hubungan sosial (re-
elitian Martin (2000) dan Trihandini (2005) lationship management).
juga menyatakan bahwa kecerdasan emosional Agustian dan Ginanjar (2005) berpen-
berpengaruh positif dan signifikan pada kiner- dapat, bahwa keberadaan kecerdasan emosional
ja karyawan. Istilah kecerdasan emosional per- yang baik akan membuat karyawan menampil-
tama kali berasal dari konsep kecerdasan sosial kan kinerja lebih baik. Goleman (2000) menga-
yang dikemukakan oleh Thorndike (1920), de- takan, bahwa untuk mencapai kesuksesan dalam
ngan membagi tiga bidang kecerdasan, yaitu ke- dunia kerja bukan hanya kemampuan kognitif
cerdasan abstrak (kemampuan memahami dan (cognitive intelligence) saja yang dibutuhkan te-
memanipulasi simbol verbal dan matematika), tapi juga kemampuan emosional (emotional in-
kecerdasan konkrit (kemampuan memahami telligence). Para manajer membutuhkan kemam-
dan memanipulasi objek) dan kecerdasan sosial puan emosional yang tinggi untuk berinteraksi
(kemampuan berhubungan dengan orang lain). dengan banyak orang dan membina hubungan
104
Triana Fitriastuti / Pengaruh Kecerdasan Emosional, Komitmen Organisasional dan ...

kerja. Sanjaya (2012) dalam penelitiannya al. (2002) menyatakan, bahwa komitmen meru-
menghasilkan bahwa kecerdasan emosional pakan kecenderungan individu untuk bertahan
mampu berperan sebagai moderasi stres kerja dalam organisasi karena adanya persepsi bahwa
karyawan. Seorang karyawan yang memiliki ke- dirinya akan mengalami kerugian bila mening-
cerdasan emosional baik, ternyata bukan hanya galkan organisasi tersebut, lebih dikenal dengan
mampu meningkatkan kinerjanya, akan tetapi istilah komitmen kontinuans.
juga dapat mengurangi stres kerjanya. Wiener (1982), menilai bahwa komitmen
Seorang karyawan yang dapat mengon- melibatkan tekanan-tekanan normatif yang te-
trol emosinya dengan baik akan menghasilkan rinternalisasi dalam individu. Tekanan inilah
kinerja yang baik pula. Hal ini sesuai dengan yang menyebabkan individu tetap bekerja di
hasil penelitian Meyer (2000), kecerdasan emo- organisasi tersebut. Mowday et al. (1982) men-
sional merupakan faktor yang sama pentingnya definisikan komitmen dalam tiga faktor, yaitu
dengan kemampuan teknis dan analisis untuk penerimaan tujuan organisasi, kemauan untuk
menghasilkan kinerja yang optimal. Selain itu, melakukan berbagai upaya demi kepentingan
salah satu aspek lain yang berperan dalam ke- organisasi dan keinginan yang kuat untuk mem-
cerdasan emosional adalah motivasi. Boyatzis pertahankan keanggotaannya dalam organisasi.
et al. (2000) menyatakan, bahwa kemampuan Meyer dan Allen (1990) juga mempuny-
memotivasi diri sendiri merupakan landasan ke- ai pendapat yang sama, bahwa komitmen ada-
berhasilan dan terwujudnya kinerja yang tinggi. lah keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota
Hal ini didukung penelitian sebelumnya oleh organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha
Trihandini (2005), yang menunjukkan bahwa, keras sesuai keinginan organisasi dan keyakinan
kecerdasan emosional berpengaruh positif sig- terhadap penerimaan nilai dan tujuan organi-
nifikan pada kinerja karyawan. sasi. Dengan kata lain, komitmen merupakan
Indikator lain yang dapat meningkatkan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan
kinerja karyawan adalah komitmen organisasi. pada organisasi. Allen dan Meyer (1991) men-
Karyawan dengan komitmen yang tinggi di- definisikan komitmen organisasional dalam tiga
harapkan mampu menghasilkan kinerja yang dimensi, yaitu komitmen afektif (affective com-
optimal. Ketika seseorang bergabung dalam mitment), komitmen kontinuans (continuance
organisasi, maka dituntut memiliki komitmen commitment) dan komitmen normatif (normati-
dalam dirinya. Luthans (2006) mengartikan ve commitment).
komitmen organisasional merupakan sikap Komitmen diartikan kemampuan seseo-
yang menunjukkan loyalitas karyawan dan me- rang dalam menjalankan kewajiban, bertang-
rupakan proses berkelanjutan seseorang dalam gung jawab dan janji yang membatasi seseorang
mengekspresikan perhatiannya untuk kesuk- untuk melakukan sesuatu. Karyawan dengan ko-
sesan organisasi. Rendahnya komitmen menim- mitmen yang tinggi dapat menunjukkan kinerja
bulkan persoalan bagi pihak organisasi, karena yang optimal. Seseorang yang bergabung dalam
komitmen adalah “komoditas” mahal yang me- organisasi dituntut memiliki komitmen dalam
nentukan keberhasilan organisasi tersebut. Ko- dirinya. Komitmen organisasional tidak hanya
mitmen yang rendah mencerminkan kurangnya memiliki arti loyalitas pasif, tetapi juga meli-
tanggung jawab sese-orang dalam menjalankan batkan hubungan aktif dan keinginan karyawan
tugasnya. untuk memberikan kontribusi yang berarti pada
Terdapat beberapa definisi yang dikemu- organisasi. Semakin tinggi komitmen, semakin
kakan para ahli mengenai komitmen organi- tinggi pula kecenderungan seseorang untuk di-
sasional. Para ahli melihat bahwa komitmen me- arahkan pada tindakan yang sesuai dengan stan-
rupakan konstruk yang sifatnya kompleks dan dar kinerja karyawan (Chughtai & Zafar, 2006).
dapat muncul dalam bentuk yang berbeda-beda Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya
(Meyer et al., 1993). Sebagai contoh, Meyer et yang dilakukan Fitriastuti (2011) dan Tolentino
105
Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 4, No. 2, 2013, pp: 103-114

(2013), menyatakan bahwa komitmen organi- tidak akan berhasil dengan baik tanpa ada ang-
sasi sangat besar pengaruhnya terhadap kinerja gota yang yang melakukan perilaku OCB (Mar-
seseorang. Seorang karyawan akan bekerja se- koczy & Xin, 2002).
cara maksimal, memanfaatkan kemampuan dan Good organizational citizen didefinisikan
ketrampilannya dengan bersemangat, ketika sebagai karyawan yang memberikan kontribu-
memiliki komitmen organisasi yang tinggi. si terhadap organisasi secara efektif, yang tidak
Organisasi harus percaya bahwa untuk secara eksplisit diminta oleh atasan atau tercan-
mencapai keunggulannya, perlu mengusaha- tum dalam deskripsi pekerjaannya (discretiona-
kan kinerja individu yang setinggi-tingginya. ry) dan tidak ada reward secara formal (insen-
Pada dasarnya kinerja individu mempengaruhi tif). Organ (1997) juga mencatat, bahwa OCB
kinerja tim dan pada akhirnya mempengaruhi ditemukan sebagai alternatif penjelasan pada
kinerja organisasi secara keseluruhan. Perilaku hipotesis ‘kepuasan berdasarkan kinerja”. Dyne
yang menjadi tuntutan organisasi tidak hanya et al. (2004) mengusulkan kontruksi dari ekstra-
perilaku in-role tetapi juga perilaku extra-role. role behavior (ERB), yaitu perilaku sukarela
Perilaku extra-role sangat penting artinya kare- yang cenderung menguntungkan organisasi dan
na memberikan manfaat yang lebih baik untuk melebihi atau diluar tuntutan perannya. Organ
menunjang keberlangsungan organisasi (Oguz, (1997) menyatakan bahwa definisi ini tidak di-
2010). Perilaku extra-role di dalam organisasi di- dukung penjelasan yang cukup mengenai ‘peran
kenal dengan istilah Organizational Citizenship pekerjaan” seseorang. Semua itu tergantung dari
Behavior (OCB). harapan dan komunikasi dengan pengirim pe-
OCB merupakan kontribusi individu ran tersebut. Definisi teori peran ini menempat-
yang melebihi tuntutan peran di tempat kerja. kan OCB atau ERB dalam realism fenomenolo-
OCB ini melibatkan beberapa perilaku meliputi gi, tidak dapat diobservasi dan sangat subjektif.
perilaku menolong orang lain, menjadi sukarela- Definisi ini juga menganggap bahwa pela-
wan (volunteer) untuk tugas-tugas ekstra, patuh ku OCB bertujuan untuk menguntungkan orga-
terhadap aturan dan prosedur di tempat kerja. nisasi. Dari beberapa definisi sebelumnya dapat
Perilaku-perilaku ini menggambarkan “nilai disimpulkan, bahwa OCB merupakan: (a) Pe-
tambah karyawan” yang merupakan salah satu rilaku yang bersifat sukarela, bukan merupakan
bentuk perilaku prososial, yaitu perilaku sosial tindakan yang terpaksa terhadap hal-hal yang
positif, konstruktif dan bermakna membantu mengedepankan kepentingan organisasi; (b)
(Aldag & Resckhe, 1997). OCB merupakan Perilaku individu sebagai wujud dari kepuasan
istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi berdasarkan kinerja, tidak diperintahkan secara
perilaku yang dilakukan karyawan diluar tugas formal; (c) Tidak berkaitan secara langsung dan
utamanya, akan tetapi perilaku ini diinginkan terang-terangan dengan sistem reward formal.
dan berguna bagi organisasi tersebut (Neami & OCB merupakan sikap yang banyak diha-
Shokrkon, 2004). rapkan organisasi untuk dimiliki karyawannya.
Organ (1990) mendefinisikan OCB seba- Hal tersebut dikarenakan OCB dianggap men-
gai perilaku individu yang bersifat bebas (disc- guntungkan organisasi yang tidak bisa ditum-
retionary), serta tidak secara langsung mendapat buhkan dengan basis kewajiban peran formal
penghargaan dari sistem imbalan formal dan maupun dengan bentuk kontrak atau rekom-
mendorong keefektifan fungsi-fungsi organisa- pensasi. Jika dilihat lebih jauh, OCB adalah
si. OCB bersifat bebas dan sukarela karena peri- faktor yang memberikan sumbangan pada hasil
laku tersebut tidak terdapat dalam tuntutan des- kerja organisasi secara keseluruhan.
kripsi jabatan yang berdasarkan kontrak dengan Podsakoff et al. (1998) mendefinisikan
organisasi, melainkan sebagai pilihan personal. OCB kedalam lima aspek yang dapat mem-
Karyawan yang baik (good citizenship) cende- bantu organisasi untuk meningkatkan kinerja
rung melakukan perilaku OCB ini. Organisasi karyawan, yaitu (a) Conscientiousness, artinya
106
Triana Fitriastuti / Pengaruh Kecerdasan Emosional, Komitmen Organisasional dan ...

karyawan mempunyai perilaku in-role yang me- variasi kinerja dari masing-masing unit organi-
menuhi tingkat diatas standar minimum yang sasi; (7) Meningkatkan kemampuan organisasi
disyaratkan; (b) Altruisme, artinya kemauan un- untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan
tuk memberikan bantuan kepada pihak lain; (c) lingkungan.
Civic virtue, artinya partisipasi aktif karyawan Secara sederhana, OCB dapat berbentuk
dalam memikirkan kehidupan organisasi, misal- karyawan yang membantu memecahkan perma-
nya selalu mencari info-info terbaru yang men- salahan orang lain yang diluar kewenangan dan
dukung kemajuan organisasi; (d) Sportmanship, tanggungjawab pekerjaannya. Sebagai contoh,
artinya lebih menekankan pada aspek-aspek karyawan yang secara aktif berpartisipasi dalam
positif organisasi daripada aspek-aspek nega- pertemuan tim ketika membicarakan perbaikan
tifnya, mengindikasikan perilaku tidak senang dan pembenahan pekerjaan, atau karyawan se-
protes, tidak mengeluh, dan tidak membesar- nior (telah berpengalaman) yang memberikan
besarkan masalah kecil; (e) Courtesy, artinya pelatihan kepada karyawan baru diluar jam ker-
berbuat baik dan hormat kepada orang lain, janya. Perilaku-perilaku tersebut secara norma-
termasuk perilaku seperti membantu seseorang tif dapat berkontribusi pada peningkatan kiner-
untuk mencegah terjadinya suatu permasalahan ja baik secara teamwork maupun organisasional.
atau membuat langkah-langkah untuk mengu- Penelitian terdahulu oleh Chiang dan Hsieh
rangi berkembangnya suatu masalah. Beberapa (2012) dan Sani (2013) telah menunjukkan
pengukuran tentang OCB telah dikembangkan adanya korelasi positif antara OCB terhadap ki-
dengan menggunakan Skala Morrison. Skala nerja karyawan.
ini merupakan salah satu pengukuran yang te- Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
lah disempurnakan dan memiliki kemampuan dapat disimpulkan isu empiris dalam studi ini
psikometrik yang baik untuk mengukur kelima didesain secara spesifik untuk mengeksplor hu-
dimensi OCB. (Aldag & Resckhe, 1997). bungan antara pengalaman karyawan mengenai
Jika suatu organisasi memiliki karyawan kecerdasan emosional, komitmen organisasio-
de-ngan kualifikasi lima dimensi perilaku OCB, nal, dan OCB pada kinerja. Selain itu, peneli-
maka dapat diprediksi produktifitas organisa- tian ini juga menyajikan isu metodologis, yaitu
si tersebut akan meningkat. Hal ini dibuktikan pengujian kembali validitas konstruk variabel
hasil peneli-tian Podsakoff et al. (1998), bah- ingrasiasi yang diwakili oleh instrument Emo-
wa OCB memiliki peranan untuk meningkat- tional Intelligent yang dikembangkan oleh Go-
kan kinerja. Penelitian ini memperkuat teori leman (2000), komitmen organisasional yang
Organ (1988), yang menyatakan bahwa OCB dikembangkan Mathis dan Jackson (2009) dan
dapat mempengaruhi kinerja organisasi dalam instrumen OCB yang dikembangkan sebelum-
hal: (1) Mendorong peningkatan produktivitas nya dengan menggunakan Exploratory Faktor
manajer dan karyawan; (2) Mendorong peng- Analysis berdasarkan pada metode Principal
gunaan sumber daya yang dimiliki organisasi Component Analysis.
untuk tujuan yang lebih spesifik; (3) Mengu-
rangi kebutuhan untuk menggunakan sumber METODE
daya organisasi yang langka pada fungsi peme-
liharaan; (4) Memfasilitasi aktivitas organisasi Unit analisis dalam penelitian ini adalah
diantara anggota kelompok kerja; (5) Lebih individu. Desain penelitian yang digunakan ada-
meningkatkan kemampuan organisasi untuk lah metode survei terstruktur melalui kuesioner
memelihara dan mempertahankan karyawan dengan pertanyaan tertutup. Untuk menjaga
yang berkualitas dengan membuat lingkungan validitas, maka kuesioner didesain secara acak
kerja sebagai tempat yang lebih menyenangkan dengan tujuan responden tidak mengetahui tu-
untuk bekerja; (6) Meningkatkan stabilitas ki- juan periset. Skala yang digunakan adalah skala
nerja organisasi dengan mengurangi keragaman Likert, mulai dari skala 1 (sangat tidak setuju)
107
Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 4, No. 2, 2013, pp: 103-114

sampai dengan skala 5 (sangat setuju). Pilot stu- dari pekerjaannya, yang terdiri dari 6 item perta-
dy dilakukan dengan sampel kecil berjumlah nyaan, yaitu kualitas, kuantitas, ketepatan wak-
10-30 responden. Sasaran lainnya dari uji pi- tu, efektifitas, kemandirian dan komitmen.
lot adalah untuk menentukan besarnya sampel
yang akan digunakan di penelitian selanjutnya HASIL DAN PEMBAHASAN
(Hartono, 2008).
Sampel adalah karyawan yang bekerja Kuesioner diberikan kepada PNS Organi-
pada Organisasi Perindustrian dan Perdaga- sasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
ngan Kabupaten Kutai Timur yang berjumlah Kutai Timur. Jumlah kuesioner yang kembali
89 orang. Periset menggunakan penentuan jum- ke peneliti adalah 89 dari 100 ekslemplar, de-
lah ukuran sampel dengan menggunakan pen- ngan response rate sebesar 89%. Kuesioner yang
dekatan Hair et al. (2006). Pengambilan sampel kembali tersebut kemudian disaring dan diteliti
menggunakan teknik Purposive Sampling. Kri- kelengkapan datanya. Terdapat sembilan buah
teria yang digunakan dalam pengambilan sam- kuesioner yang tidak lengkap dan tidak sesuai
pel adalah karyawan yang memiliki masa kerja dengan kriteria responden yang ditetapkan da-
minimal 1 tahun, dengan pertimbangan jangka lam penelitian ini. Jadi, jumlah kuesioner yang
waktu 1 tahun karyawan telah memiliki pengala- digunakan (usable rate sebanyak 80%) untuk
man kerja yang cukup, sehingga dapat dievaluasi pengolahan data adalah 80 eksemplar.
kemampuan kecerdasan emosional, komitmen Berdasarkan hasil survei, menunjuk-
organisasional dan perilaku OCB yang dimiliki kan bahwa responden laki-laki mendominasi
karyawan. paling banyak, yaitu 42 responden (52,5%),
Pengujian hipotesis dengan menggu- dibandingkan dengan responden perempuan
nakan Multiple Regression Analysis. Penggunaan yang hanya berjumlah 38 responden (47,5%).
alat analisis ini berdasarkan pada pertimbangan Tingkat usia produktif 20-35 tahun (60%) dan
penelitian yang dilakukan menekankan pada responden berusia 36-44 tahun (22,5%), serta
pengaruh antara beberapa variabel independen responden yang berusia 44 tahun keatas atau ka-
terhadap variabel dependen. Semua instrumen ryawan senior (17,5%), dapat disimpulkan bah-
yang digunakan dalam penelitian ini merupa- wa mayoritas responden relatif berusia muda
kan adaptasi skala yang dikembangkan dan di- dan produktif, yaitu di antara usia 20-35 tahun
gunakan oleh penelitian sebelumnya. Variabel sehingga kinerja yang ditampilkan cenderung
kecerdasan emosi menggunakan pengukuran lebih baik.
Goleman (2000) terdiri dari 10 item pertanyaan Pendidikan sangat mempengaruhi ke-
yang dievaluasi dari 2 dimensi, yaitu kecerdasan mampuan, wawasan, dan tingkat kepercayaan
pribadi (personal competence) dan kompetensi diri dari responden dalam melaksanakan pe-
sosial (social competency). Variabel komitmen kerjaannya. Hal tersebut dikarenakan faktor
organisasional menggunakan pengukuran Al- pendidikan sangat penting untuk meningkatkan
len dan Meyer (1997) terdiri dari 7 item yang kemampuannya. Berdasarkan hasil survey, ting-
dievaluasi dari 3 dimensi yang digunakan, yaitu kat pendidikan responden lulusan SMA seba-
komitmen afektif, kontinuans dan normatif. nyak 19 orang (23,8%), D3 sebanyak 13 orang
Variabel OCB dalam penelitian ini meng- (16,2%), S1 mendominasi sebanyak 42 res-
gunakan pengukuran Organ (1997) terdiri dari ponden (52,5%), dan S2 sebanyak 6 responden
10 item pertanyaan, yang dievaluasi dari 5 di- 97,5%). Mayoritas responden berpendidkan
mensi, yaitu altruism, civic virtue, conscientious- sarjana sehingga akan cenderung mampu beker-
ness, courtesy, sportsmanship. Variabel kinerja ja dengan tingkat kesulitan dan tanggung jawab
diukur dari keseluruhan aspek yang dihasilkan yang lebih tinggi.

108
Triana Fitriastuti / Pengaruh Kecerdasan Emosional, Komitmen Organisasional dan ...

Masa kerja sangat mempengaruhi pengu- sistensi internal (internal consistency) dengan
asaan rincian pekerjaan dari seorang karyawan. menggunakan koefisien Cronbach Alpha. Ting-
Responden dengan masa kerja lebih lama mem- kat koefisien yang disarankan adalah 0,7 (Hair
punyai pengalaman, kepercayaan diri dan pe- et al., 1998) atau 0,6 (Nunnaly, 1978). Sekaran
nguasaan job description lebih baik. Responden (2003) mengklasifikasikan tingkat koefisien re-
dengan masa kerja diatas 6 tahun merupakan liabilitas menjadi tiga: koefisien Cronbach Alpha
responden mayoritas, yaitu sebanyak 42 res- kurang dari 0,6 menandakan reliabilitas yang
ponden (52,5%), responden dengan masa ker- kurang baik, Cronbach Alpha 0,6-0,8 menanda-
ja 1-3 tahun berjumlah 29 responden (36,2%), kan tingkat reliabilitas yang dapat diterima dan
sedangkan untuk responden dengan masa kerja Cronbach Alpha lebih dari 0.8 menandakan reli-
4-6 tahun berjumlah paling sedikit, yaitu 9 res- abilitas yang baik.
ponden (11,3%). Oleh karena itu, dapat disim- Angka koefisien Cronbach Alpha diatas
pulkan karyawan dengan masa kerja yang lebih 0.6 menunjukan bahwa item-item pada masing-
lama akan cenderung memiliki kemampuan masing variabel tersebut dianggap reliabel atau
dalam menghadapi persoalan dan memiliki ke- konsisten. Hasil pengujian reliabilitas menun-
matangan dalam bertindak, berpikir serta me- jukkan bahwa kecerdasan emosional memiliki
ngambil keputusan. validitas dan reliabilitas cukup baik (0,638); de-
Uji validitas dilakukan untuk menguji ke- mikian juga variabel komitmen organisasional
sesuaian instrumen penelitian (item pertanyaan (0,660); dan kinerja (0,617). Diantara Variabel-
atau pernyataan) dengan konstruk yang diukur variabel lainnya OCB memiliki validitas dan re-
(Sekaran, 2003). Berdasarkan pengujian vali- liabilitas paling baik (0,940).
ditas yang menggunakan Confirmatory Factor Tabel 1 menunjukkan hasil ringkasan
Analysis (CFA), terdapat beberapa butir pernya- pengujian hipotesis dengan menggunakan re-
taan yang tidak berkorelasi signifikan dengan gresi berganda. Nilai yang ditunjukkan adalah
skor rata-rata variabelnya, yaitu item ketujuh koefisien regresi (β) untuk masing-masing hu-
dari variabel kecerdasan emosional, serta item bungan antar variabel. Analisis regresi berganda
ketiga dan kesepuluh dari variabel komitmen digunakan untuk menguji pengaruh variabel ke-
organisasional. Ketiga item ini dinyatakan tidak cerdasan emosional, komitmen organisasional
valid untuk mengukur kedua variabel tersebut dan OCB pada kinerja.
dan tidak akan digunakan untuk analisis data Hasil penelitian ini menunjukkan seluruh
selanjutnya. variabel independen berpengaruh signifikan ter-
Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji hadap kinerja, hipotesis 1 didukung (β = 0,307;
konsistensi instrumen penelitian. Alat uji yang p <0,05). Kecerdasan emosional memiliki ba-
biasa dan populer digunakan adalah uji kon- nyak fungsi de-ngan mengetahui kapan dan ba-

Tabel 1. Ringkasan Hasil Uji Regresi


Nama Variabel
Variabel Dependen Kinerja
Independen
Koefisien τ-value ρ-value
(1) (2) (3) (4)
Kecerdasan emosional 0.307 3.165 0.002
Komitmen organisasional 0.400 3.671 0.000
OCB 0.220 2.254 0.027
Model R2 = 0.715 F = 63.483 .000a
* korelasi signifikan ρ < 0,05
Sumber: data yang diolah (2013)
109
Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 4, No. 2, 2013, pp: 103-114

gaimana mengekspresikan emosi sehingga hal sangat besar dalam kinerja karyawan industri
tersebut dapat menjadi kontrol untuk setiap jasa di Taiwan. Temuan ini semakin diperkuat
individu dalam menjalankan aktivitas dan tun- jika karyawan memiliki komitmen profesional
tutan pekerjaan pada organisasi. Kecerdasan dalam pekerjaannya sebagai variabel pemode-
emosi juga merupakan kemampuan untuk me- rasi.
ngenali, mengelola, dan mengekspresikan emosi Pengujian hipotesis kedua menunjukkan,
dengan tepat. Jika seorang karyawan mempuny- bahwa komitmen organisasional berpengaruh
ai emosional diri atau self awareness yang tinggi, positif terhadap kinerja, hipotesis 2 didukung
maka akan bekerja dengan lebih baik dan bah- (β = 0,400; p <0,05). Komitmen organisasio-
kan cenderung sesuai dengan standar yang dite- nal merupakan dimensi perilaku penting yang
tapkan organisasi, sehingga pada akhirnya akan dapat digunakan untuk menilai kecenderungan
mencapai kinerja yang lebih baik. karyawan bertahan sebagai anggota organisasi.
Kecerdasan emosional dan kinerja memi- Komitmen organisasional merupakan identifi-
liki hubungan dan saling terkait. Setiap individu kasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat
dalam suatu organisasi yang memiliki emo- terhadap organisasi. Komitmen organisasio-
si baik, cenderung memiliki kemauan untuk nal adalah keinginan anggota organisasi untuk
memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya, mempertahankan keanggotaannya dalam orga-
seperti yang dinyatakan oleh Goleman (2000). nisasi dan bersedia berusaha keras meningkat-
Kecerdasan emosional merujuk pada kemam- kan kinerjanya untuk pencapaian tujuan orga-
puan mengenali perasaan kita sendiri dan orang nisasi.
lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan Karyawan yang memiliki komitmen orga-
kemampuan mengelola emosi dengan baik serta nisasional tinggi, berarti karyawan tersebut akan
dalam membina hubungan dengan orang lain. mempunyai tanggung jawab penuh terhadap pe-
Kerangka kerja kecerdasan emosional adalah kerjaannya dan dapat melakukan fungsi kerja-
kesadaran diri, pengaturan, motivasi, empati nya tanpa meminta bantuan dari orang lain. Ka-
dan ketrampilan sosial. ryawan dengan komitmen yang tinggi mampu
Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipote- menunjukkan kinerja optimal, sehingga mampu
sis yang dibangun dalam penelitian ini memili- memberikan kontribusi berarti pada organisasi.
ki konsistensi dan juga kesamaan untuk mem- Karyawan tersebut akan terus menjadi anggota
perkuat justifikasi penelitian terdahulu (Wong, dalam organisasi karena merasa dirinya harus
2002; Lyons & Schneider, 2005; Trihandini, berada dalam organisasi tersebut. Perasaan ter-
2005). Uji regresi linier berganda menyatakan sebut mempengaruhi karyawan untuk berusaha
adanya pengaruh positif antara kecerdasan emo- terus meningkatkan kinerjanya dengan tujuan
sional, intelektual dan spiritual terhadap kinerja kemajuan organisasi. Hasil penelitian ini me-
karyawan. Selain itu, penelitian yang dilakukan miliki konsistensi untuk memperkuat justifikasi
oleh Edwardin (2006) memperkuat justifika- penelitian terdahulu yang menjelaskan bahwa
si bahwa kompetensi komunikasi, kecerdasan variabel komitmen organisasional berpengaruh
emosional dan budaya organisasi secara signifi- positif tehadap kinerja karyawan (Mahennoko,
kan mempengaruhi kinerja karyawan. 2011; Tolentino, 2013).
Konsistensi penelitian teruji di objek bu- Hasil pengujian hipotesis ketiga menun-
daya yang berbeda bahwa hasil penelitian yang jukkan bahwa OCB berpengaruh positif terha-
dilakukan Khurram (2011) menunjukkan, bah- dap kinerja, hipotesis 3 didukung (β = 0.220; p
wa kecerdasan emosional berpengaruh pada ki- <0,05). Aktivitas menolong rekan kerja lain akan
nerja karyawan pada indusri telekomunikasi di mempercepat penyelesain tugas rekan kerjanya,
Pakistan. Hasil penelitian terbaru yang dilaku- dan pada gilirannya meningkatkan produktivi-
kan Nien dan Hung (2013), menyatakan bahwa tas kinerja rekan tersebut. Seiring dengan ber-
kecerdasan emosional merupakan elemen yang jalannya waktu, kar-yawan dapat saling tolong

110
Triana Fitriastuti / Pengaruh Kecerdasan Emosional, Komitmen Organisasional dan ...

menolong dalam menyelesaikan masalah dalam bentuk variabel OCB berpengaruh signifikan
pekerjaannya sehingga tidak mengganggu ki- pada kinerja. Konsisten dengan penelitian Sani
nerjanya. Perilaku membantu yang ditunjukkan (2013), menyatakan adanya pengaruh positif
karyawan akan berkontribusi meningkatkan ki- antara keadilan prosedural, komitmen organi-
nerja karyawan. Sebagai contoh, karyawan lama sasional dan kepuasan kerja terhadap kinerja,
yang membantu karyawan baru dalam pelatihan yang dimediasi oleh OCB. Hal ini mendukung
dan melakukan orientasi kerja akan membantu temuan, bahwa OCB memiliki peran yang sig-
organisasi mengurangi biaya untuk keperluan nifikan untuk meningkatkan kinerja karyawan.
tersebut. Selain itu, dapat juga membantu kar-
yawan baru untuk cepat mencapai target kinerja SIMPULAN DAN SARAN
yang sudah di tentukan oleh Organisasi.
Perilaku menolong dapat meningkat- Berdasarkan hasil penelitian ditemukan,
kan kedekatan emosional serta perasaan saling bahwa kecerdasan emosional berpengaruh po-
memiliki diantara anggota organisasi, sehingga sitif signifikan terhadap kinerja karyawan. Pe-
akan mempe-ngaruhi kinerja karyawan. Selain ningkatan kinerja karyawan dipengaruhi oleh
itu, pengaruh tidak langsung bagi organisasi tinggi rendahnya tingkat kecerdasan emosional
adalah membantu organisasi mempertahankan yang dimiliki karyawan. Hal itu dikarenakan,
karyawan yang memiliki kinerja baik. OCB juga self awareness yang semakin baik membuat kar-
meningkatkan stabilitas kinerja karyawan. Kar- yawan akan cenderung berperilaku sesuai den-
yawan yang menampilkan perilaku conscien- gan standar organisasi, sehingga pada akhirnya
tiousness diidentifikasi memiliki kesediaan untuk akan mencapai kinerja yang lebih baik.
memikul tanggung jawab baru dan mempelajari Kecerdasan emosional karyawan tidak
keahlian baru dengan meningkatkan kemampu- lepas dari peranan organisasi, seperti mengatur
annya beradaptasi dengan perubahan yang ter- tugas pokok dan fungsi dari setiap lini peker-
jadi di lingkungannya. Hal tersebut dikarenakan jaan, tidak ada tumpang tindih tugas yang dapat
OCB sebagai perilaku dan sikap yang mengun- mengakibatkan gesekan secara emosional antar
tungkan organisasi dan tidak bisa ditumbuhkan karyawan. Selain itu, organisasi dapat juga mem-
dengan basis kewajiban peran formal maupun berikan pelatihan-pelatihan yang berkaitan
dengan bentuk kontrak atau rekompensasi. Jika dengan usaha untuk meningkatkan kecerdasan
dilihat lebih jauh, OCB merupakan faktor yang emosional karyawannya. Disisi lain, komitmen
memberikan sumba-ngan pada hasil kerja orga- organisasional memiliki pengaruh positif sig-
nisasi secara keseluruhan (Organ, 1988). nifikan terhadap kinerja karyawan. Kar-yawan
Hasil analisis dan pembahasan di atas me- dengan komitmen yang tinggi akan loyal dan
nunjukkan bahwa OCB mampu meningkatkan bersedia melakukan apa saja yang dibutuhkan
kinerja karyawan. Hal ini mengindikasikan, bah- oleh organisasi tempatnya bekerja serta akan
wa karyawan telah membentuk perilaku OCB mempertahankan keikutsertaannya dalam ke-
dalam dirinya, dapat dilihat dari sikap karyawan giatan organisasi.
yang berperilaku mengantikan orang lain dalam Bagi organisasi, mempertahankan kon-
bekerja, berperilaku melebihi persyaratan mini- sistensi komitmen karyawan bukan hal yang
mal, kemauan bertoleransi, terlibat dalam fung- mudah. Berbagai usaha telah dilakukan, salah
si organisasi dan dapat menyimpan informasi. satunya dengan cara melibatkan peran aktif kar-
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yawan dalam setiap kegiatan organisasi, baik ke-
Khazaei dan Khalkhali (2011) yang melakukan giatan di dalam maupun di luar organisasi. Hal
penelitian pada responden guru di Iran dengan ini bertujuan menciptakan wadah interaksi bagi
sampel sebanyak 358 orang. Penelitian tersebut sesama karyawan. Partisipasi karyawan dalam
menunjukkan, bahwa konstruk-konstruk pem- aktivitas-aktivitas keorganisasian juga penting

111
Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 4, No. 2, 2013, pp: 103-114

untuk diperhatikan karena adanya keterlibatan Insights From The Emotional Competence In-
kar-yawan mempengaruhi kesediaan untuk be- ventory (ECI). In R. Bar-On and J.D.A. Parker
kerja sama baik dengan pimpinan atau teman (Eds.), Handbook of emotional intelligence. San
sekerja. Francisco: Jossey-Bass.
Boyatzis, R. E & Ron, S. 2001. Unleashing the Power
Salah satu cara yang dapat dipakai untuk
of Self Directed Learning, Case Western Reserve
menstimulus keterlibatan karyawan adalah de- University. USA: Cleveland, Ohio.
ngan partisipasi mereka dalam berbagai kesem- Chiang, C. F & Hsieh, T. S. 2012. The Impacts Of
patan pembuatan keputusan, sehingga dapat Perceived Organizational Support And Psy-
menumbuhkan keyakinan bahwa keputusan chological Empowerment On The Job Per-
yang dihasilkan merupakan keputusan bersama. formance: The Mediating Effects Of Organi-
Disamping itu, karyawan merasa diterima seba- zational Citizenship Behavior. International
gai bagian utuh dari organisasi dan membawa Journal of Hospitality Management. 31, Issue
konsekuensi pada kewajiban untuk melaksana- 1: 180-190.
kan tugas bersama karena adanya keterikatan Chughtai, A. A & Zafar, S. 2006. Antecedents and
dengan organisasi. Consequences of Organizational Commit-
ment Among Pakistani University Teachers.
Perilaku extra-role yang dimiliki karyawan
Applied HRM Research. 11 (1): 39-64.
akan menumbuhkan kemampuan untuk me- Dyne L. V., Moon, H & Krysian, W. 2004. The Cir-
mikul tanggung jawab baru dan mempelajari cumplex Model and The Future of Organiza-
keahlian baru dengan tujuan meningkatkan ki- tional Citizenship Behavior Research. Journal
nerjanya. Organisasi dapat meningkatkan pola Applied of Psychology. 1-22.
perilaku extra-role yang ada pada karyawan saat Edwardin, L. T. A. S. 2006. Analisis Pengaruh Kom-
ini dengan cara mengembangkan komitmen petensi Komunikasi, Kecerdasan Emosional
yang sudah ada, menjaga lingkungan kerja agar dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
tetap kondusif dan terus menjaga pola komu- Karyawan. Program Studi Magister Manage-
nikasi dua arah antara pimpinan dan bawahan, men Universitas Diponegoro. Semarang.
serta antar sesama karyawan. Hal ini dilakukan Fitriastuti, T. 2011. Pengaruh Tipe Kepemimpinan
Pada Persepsi Politik Dan Outcomes Organ-
untuk menciptakan kedekatan emosional yang
isasional Dengan Ingrasiasi Sebagai Variabel
berujung pada perilaku tolong-menolong. Pemoderasi. Jurnal Siasat Bisnis. 15 (2): 229-
247.
DAFTAR PUSTAKA Goleman, D. 2002. Emotional lntelligence (Terjema-
han). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Agustian & Ginanjar, A. 2005. Rahasia Sukses Mem- Golemen, D. 2000. Working With Emotional Intelle-
bangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ gent. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Emotional Spiritual Quotient. The ESQ Way Hair, J. F. J., Anderson, R. E., Tatham, R. L., & Black,
165, 1 Ihsan, 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Is- W. C. 1998. Multivariate data analysis with
lam. Jakarta: Penerbit Aga. readings. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Aldag, R & Resckhe, W. 1997. Employee Value Hair. 2006. Multivariate Data Analysis, Fifth Edition.
Added:Measuring Discretionary Effort and New Jersey. Prentice Hall.
Its Value to The Organization. http://docstoc. Hartono, J. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Infor-
com/search/employee-value-added-measuring masi. Yogyakarta: Penerbit Andi
discretionary-effort and-it-is-value-to-the-orga- Khazaei, K. & Khalkhali, A. 2011. Relationship Be-
nization. Diunduh pada tanggal 15 Desember tween Organizational Citizenship Behavior
2012. and Performance of School Teachers in West
Allen, N. J. A & Meyer, J. P. 1991. Three Component of Mazandaran Province. World Applied Sci-
Conceptualization of Organization Commit- ences Journal. 13 (2): 324-330.
men Human Resource Management Review1. Luthans, F. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta:
Boyatzis, R., Goleman, D & Rhee, K. 2000. Clus- Penerbit Andi.
tering Competence In Emotional Intelligence: Lyons, J. B & Schneider, T. R. 2005. The Influence

112
Triana Fitriastuti / Pengaruh Kecerdasan Emosional, Komitmen Organisasional dan ...

Of Emotional Intelligence On Performance. 2).


Personality and Individual Differences. 39, Is- Nien, W. L & Hung, T. K. 2013. The effect of Emo-
sue 4: 693-703. tional Intelligence on Job Performance- Pro-
Mahennoko, A. A. 2011. Pengaruh Motivasi Kerja fessional Commitment as a Moderator. Busi-
dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja ness and Information. Bali
Pegawai Bidang Keuangan pada Pemerintah Nunnally, J. C. 1978. Psychometric Theory. New York:
Daerah Kabupaten Demak. http://eprints. McGraw Hill Book Co.
undip.ac.id. Diunduh tanggal 12 Desember Oguz, E. 2010. The Relationship Between The Lead-
2012. ership Styles of The School Administrators
Markoczy, L & Xin, K. 2002. The Virtues of Omis- and The Organizational Citizenship Behav-
sion in Organizational Citizenship Behavior. iors of Teachers. Procedia Social and Behav-
http://www.goldmark.org. Diunduh tanggal ioral Sciences. 9: 1188-1193.
16 Desember 2012. Organ, D. W. 1990. The Motivational Basis of Or-
Martin, A. D. 2000. Kompetensi Model, Tren Baru Re- ganizational Citizenship Behavior. In. B. M.
vitalisasi SDM. Jakarta: PT Refika Aditama. Staw & LL. Cummings (Eds.). Research In
Mathis, R. L & Jackson. 2002. Manajemen Sumber Organizational Behavior, Greenwich. CT. JAI.
Daya Manusia Jilid 1 dan 2. Jakarta: Salemba 12: 43-72.
Empat. Organ, D. W. 1997. Organizational Citizenship Be-
Meyer, J. 2000. EQ dan Kesuksesan Kerja. http:// havior: It’s Construct Clean Up Time. New
www.e-psikologi.com. Diunduh tanggal 24 York: Human Performance.
September 2012. Organ, D. W. 1988. Organizational Citizenship Be-
Meyer, J. P & Allen, N. J. 1997. Commitment in the havior the Good Soldier Syndrome. Lexington,
Work Place: Theory, Research, and Application. MA: Lexington book.
CA, Thousand Oaks: SAGE. Podsakoff, P. M., Mackenzie, S. B., Paine, J. B., &
Meyer, J. P., Allen, N. J & Smith, C. A. 1993. Com- Bachrach, D. G. 1998. Some Positible ante-
mitment to organizations & occupations: Ex- cedents of in role and extra role salesperson
tension and test of a three-component con- Performance. Journal of Marketing. 62: 87-98.
ceptualization. Journal of Applied Psychology. Sani, A. 2013. Role of Procedural Justice, Organi-
(78): 538-551. zational Commitment, and Job Satisfaction
Meyer, J. P., Stanley, D. J., Herscovitch, L., Topol- On Job Performance : The Mediating Effects
nytsky, L. 2002. Affective, Continuans, and of OCB. International Journal of Business and
Normative Commitment to The Organiza- Mangement. 8 (15): 57-67.
tion : A Meta-analysis of Antecedents, Cor- Sanjaya, F. 2012. Peran Moderasi Kecerdasan Emosi
relates, and Qonsequences. Journal of Voca- pada Stres Kerja. Jurnal Dinamika Manaje-
tional Behavior. (61): 20-52. men. 3 (2):155-163.
Meyer, J. P & Allen, N. J. 1990. The measurement Sekaran, U. 2003. Research Methods for Business: A
and antecedents of affective, continuance Skill-Building Approach. Fourth edition. New
and normative commitment to the organiza- York: John Wiley and Sons, Inc.
tion. Journal of Occupational Psychology. (63): Thorndike, E. L. 1920. A constant error in psycho-
1-18. logical ratings. Journal of Applied Psychology.
Mowday, R. T., Steers, R. M & Porter, L. W. 1982. 4: 469-477.
Employee-Organization Linkages : The Psychol- Tolentino, R. C. 2013. Organizational Commitment
ogy of Commitment, Absenteeism, and Turn- And Job Performance of The Academic and
over. New York: Academic Press. Administrative Personel. International Journal
Neami, A & Shokrkon, H. 2004. The Relationship of Information Technology and Business Man-
of Organizational Justice and Organizational agement. 15 (1): 51-60.
civic Behavior Of Employees In Ahvaz Indus- Trihandini, F. M. 2005. Analisis Pengaruh Kecer-
trial Organizations. Journal Of Psychology. (1- dasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan

113
Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 4, No. 2, 2013, pp: 103-114

Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Kary- Wong, C. S., Wong, P. M & Law, K. S. 2005. The
awan. Universitas Diponegoro Semarang. interaction effect of emotional intelligence and
http://undip.ac.id. Diunduh tanggal 24 No- emotional labor on job satisfaction: A test of
vember 2012. Holland’s classification of occupations. In C. E. J.
Wiener, Y. 1982. Commitment in organizations. A Härtel, W. J. Zerbe, & N. M. Ashkanasy (Eds.),
normative view. Academy of Management Re- Emotions in Organizational Behavior. Mah-
view. 7 (3): 418–28. wah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

114

Anda mungkin juga menyukai