Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

Keperawatan Bencana

Disusun Oleh :
Nama: camelya marlissa
Kelas: A
NPM: 12114201180117
Prodi : Keperawatan
Fakultas :Kesehatan

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU


2021
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yesus yang mana atas berkat
rahmat dan karunianNya saya dapat menyelesaikan tugas makalah sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini saya susun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Bencana
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu saya meminta maaf kepada para pembaca dan mengharapkan kritik dan
saran ataupun masukan dari para pembaca. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih.
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara garis besar di wilayah pesisir teluk Ambon terdapat dua satuan
morfologi, yaitu satuan morfologi perbukitan tinggi dan satuan morfologi dataran
pantai. Daerah perbukitan tinggi memiliki lereng-lereng yang terjal dengan
kemiringan 30-70%, dan jalur-jalur punggungan yang mengarah ke teluk Ambon.
Di beberapa bagian daerah tersebut terdapat lahan-lahan datar yang berupa
terasteras terumbu karang. Dataran pantai terdapat di sepanjang pantai. Dataran
pantai yang agak luas terdapat di daerah Passo, Waiheru, Poka-Rumahtiga,
Tawiri-Laha dan Ambon. Selain dari di daerah-daerah tersebut, dataran pantai
merupakan suatu dataran pantai yang sempit dan memanjang di sepanjang pantai.
Bencana alam geologi yang mungkin terjadi di Ambon adalah gempa bumi,
gerakan tanah, banjir dan erosi. Gerakan tanah atau longsoran adalah
berpindahnya massa tanah/batuan pada arah tegak atau miring dari kedudukan
semula. Perpindahannya dapat berlangsung secara cepat dengan kecepatan tinggi
atau lambat dan berlanjut yang dikenal dengan rayapan tanah. Kawasan teluk
Ambon adalah kawasan yang secara alami rawan dengan bencana gerakan tanah.
Kondisi yang menyebabkan itu adalah kondisi topografi Ambon yang sebagian
besar merupakan perbukitan terjal dengan batuan penyusunnya banyak batuan
yang lunak seperti lempung dan napal, serta batuan vulkanik yang mengalami
tingkat pelapukan yang tinggi. Keadaan tersebut ditambah lagi dengan curah hujan
yang tinggi yang terutama terjadi dalam musim penghujan. Hal ini meningkatkan
resiko bahaya dari bencana alam gerakan tanah (W.B. Setyawan, 1996).
Bendung Alam Wae Ela adalah bendung yang terbentuk karena proses
alamiah, yang bermula dari longsor bukit terjal akibat curah hujan yang tinggi.
Material longsoran berupa tanah dan bebatuan dengan volume yang sangat besar

menutup aliran sungai Wae Ela. Longsoran tersebut telah mengakibatkan sungai
Wae Ela membentuk bendung alam.
Tiga puluh delapan titik rembesan ditemukan tim Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) Provinsi Maluku pada bendungan alamiah
tersebut. Rembesan (seepage) adalah salah satu penyebab utama dari kerusakan
suatu bendung, hal ini karena rembesan mengakibatkan suatu erosi internal pada
bendung dan sebanyak 46 % kerusakan bendung yang ada disebabkan oleh
rembesan (seepage) (Scott J. Ikard, 2013). Rembesan ini dikhawatirkan akan
menyebabkan jebolnya bendung alam tersebut. Jika bendung ini jebol maka akan
mengancam keselamatan sekitar 4.787 jiwa didesa Negeri Lima yang letaknya
sekitar 3 km dari Bendung alam tersebut. Atas dasar inilah maka perlu dilakukan
4

penyelidikan bawah permukaan untuk menemukan aliran rembesan (seepage)


pada Bendung Alam Wae Ela.
Metode geolistrik resistivitas digunakan untuk penyelidikan bawah
permukaan (Sjodahl, 2006). Penyelidikan geolistrik resistivitas dilakukan atas
dasar sifat fisika batuan/tanah terhadap arus listrik, dimana setiap batuan yang
berbeda akan mempunyai harga tahanan jenis yang berbeda pula. Metode
geolistrik dikembangkan pada awal 1900-an, tetapi mulai banyak digunakan sejak
tahun 1970-an, hal ini terkait dengan ketersediaan komputer untuk memproses dan
menganalisis data geolistrik. Metode ini digunakan secara luas dalam mencari
ketersediaan sumber daya air tanah (Reynold, 1998). Selain itu, geolistrik banyak
digunakan dalam studi-studi yang berkaitan dengan hidrogeologi, pencarian
mineral tambang, studi-studi mengenai lingkungan serta banyak digunakan di
bidang geoteknik (Griffiths, dkk. 1990; Griffiths dan Barker, 1993; Dahlin dan
Loke, 1998; Olayinka, 1999; Olayinka dan Yaramanci, 1999; Amidu dan
Olayinka, 2006). Geolistrik juga digunakan untuk monitoring rembesan (seepage)
yang terdapat di satu bendung (Sjodahl, 2006). Seperti Monitoring rembesan
(seepage) dalam media berpori menggunakan geolistrik di Earthen DAM (Scott
Ikard, 2013).
Secara umum prinsip geolistrik adalah apabila arus listrik searah (Direct
Current) dialirkan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus A dan B,
kemudian diukur beda potensial yang ditimbulkan oleh adanya aliran arus tersebut
pada dua buah elektroda potensial M dan N, maka akan diperoleh harga tahanan
jenis semu. Dengan penyelidikan pendugaan geolistrik ini diharapkan dapat
memberikan gambaran mengenai susunan dan keberadaan suatu lapisan batuan
berdasarkan nilai tahanan jenisnya di bawah permukaan tanah.
Untuk itu, penerapan metode geolistrik untuk menentukan aliran rembesan
(seepage) sangat memungkinkan untuk digunakan. Penyelidikan ini bertujuan
untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan Bendung Alam Wae Ela. Dengan
memperhatikan sifat listrik batuan yang tersaturasi fluida di bawah permukaan
maka keberadaan aliran rembesan (seepage) dapat diprediksikan. Adapun sifat
listrik batuan bergantung pada tingkat porositas, permeabilitas, jenis fluida pada
pori batuan, dan kandungan garam dalam fluida.

1.2 Rumusan Masalah


1. Analisis permasalahan kesehatan yang terjadi dalam kondisi kebencanaan
di provinsi maluku
2. Uraikanlah peran petugas kesehatan dan partisipasi masyarakat dalam
menangani bencana
3. Jelaskan manajemen yang tepat dalam menangangi kebencanaan tersebut
5

1.3.Tujuan
1. Dapat mengetahui Analisis permasalahan kesehatan yang terjadi dalam
kondisi kebencanaan di provinsi maluku
2. Dapat mengetahui peran petugas kesehatan dan partisipasi masyarakat
dalam menangani bencana
3. Dapat mengetahui manajemen yang tepat dalam menangangi kebencanaan
tersebut

1.4 Lokasi Penelitian


Lokasi Penelitian terletak di Bendung Alam Wae Ela Desa Negeri Lima,
Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Pulau Ambon
Secara geografis, daerah penelitian berada pada koordinat S30 38’935’’-

laut. S3039’157’’ dan E127058’921’’-127059’275’’ dengan ketinggian 96,5-240


meter di atas permukaan

Gambar 1.1 Lokasi Penelitian


Sumber :
6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Permasalahan Kesehatan yang terjadi dalam kondisi


kebencanaan Di Desa Negeri Lima, Kecamatan Leihitu, Kabupaten
Maluku Tengah, Provinsi Maluku,
1. Timbulnya masalah kesehatan antara lain berawal dari kurangnya
air bersih yang berakibat pada buruknya kebersihan diri, buruknya
sanitasi lingkungan yang merupakan awal dari perkembangbiakan
beberapa jenis penyakit menular. bencana banjir yang terjadi dalam
waktu relatif lama dapat menyebabkan kerusakan sistem sanitasi
dan air bersih, serta menimbulkan potensi kejadian luar biasa
(KLB) penyakit-penyakit yang ditularkan melalui media air (water-
borne diseases) seperti diare dan leptospirosis.
2. kasus cedera akibat banjir
3. Persediaan pangan yang tidak mencukupi juga merupakan awal
dari proses terjadinya penurunan derajat kesehatan yang dalam
jangka panjang akan mempengaruhi secara langsung tingkat
pemenuhan ~pehutuhan gizi korban bencana.

2.2 Uraikanlah peran petugas kesehatan dan partisipasi masyarakat dalam


menangani bencana

1. Peran petugas kesehatan pra bencana, bencana ,dan pasca bencana


Pra Bencana Bencana Pasca Bencana
 Membuat peta  Menyelenggarakan  Menuju lokasi
geomedik pelayanan bencana
Puskesmas di kesehatan daerah dengan
lokasi bencana: rawan bencana membawa
 Menyelenggarakan  Menuju lokasi dasar di tempat
pelayanan bencana dengan penampungan
kesehatan daerah membawa dasar di (Pos
rawan bencana tempat  Membuat jalur
 Menuju lokasi penampungan (Pos evakuasi
bencana dengan  Membuat jalur peralatan yang
membawa dasar di evakuasi peralatan diperlukan
tempat yang diperlukan untuk
penampungan (Pos untuk Kesehatan Kesehatan
7

 Membuat jalur Lapangan) Lapangan)


evakuasi peralatan  Mengadakan  Mengadakan
yang diperlukan pelatihan pelatihan
untuk Kesehatan melaksanakan melaksanakan
Lapangan) triase dan triase dan
 Mengadakan memberikan memberikan
pelatihan  Memeriksa kualitas  Memeriksa
melaksanakan air bersih dan kualitas air
triase dan sanitasi bersih dan
memberikan  Inventarisasi sanitasi
 Memeriksa kualitas sumber pertolongan  Inventarisasi
air bersih dan pertama lingkungan sumber
sanitasi daya sesuai dengan pertolongan
Inventarisasi  Melaporkan pertama
sumber pertolongan kejadian bencana lingkungan
pertama lingkungan kepada daya sesuai
daya sesuai dengan  Melaksanakan dengan
 Melaporkan surveilans penyakit  Melaporkan
kejadian bencana menular potensi kejadian
kepada bahaya yang bencana
 Melaksanakan Kepala Dinas kepada
surveilans penyakit Kesehatan  Melaksanakan
menular potensi (Kadinkes) dan gizi surveilans
bahaya yang buruk yang penyakit
Kepala Dinas mungkin timbul menular
Kesehatan mungkin terjadi potensi bahaya
(Kadinkes) dan gizi Kabupaten/Kota yang Kepala
buruk yang  Segera melapor ke Dinas
mungkin timbul Dinkes Kesehatan
mungkin terjadi Kabupaten/Kota (Kadinkes) dan
Kabupaten/Kota  Menerima dan gizi buruk yang
 Segera melapor ke Melakukan mungkin
Dinkes penilaian cepat timbul
Kabupaten/Kota masalah bila terjadi mungkin
 Menerima dan KLB penyakit terjadi
Melakukan menular dan gizi Kabupaten/Kot
penilaian cepat menindaklanjuti a
masalah bila terjadi kesehatan awal  Segera melapor
KLB penyakit (initial rapid health ke Dinkes
menular dan gizi buruk informasi Kabupaten/Kot
menindaklanjuti peringatan dini a
kesehatan awal  Menerima dan
8

(initial rapid health assessment) Melakukan


buruk informasi  Memfasilitasi penilaian cepat
peringatan dini relawan, kader dan masalah bila
assessment) petugas (early terjadi KLB
 Memfasilitasi warning system) penyakit
relawan, kader dan  Menyerahkan menular dan
petugas (early tanggungjawab gizi
warning system) kepada pemerintah menindaklanjut
 Menyerahkan tingkat kecamatan i kesehatan
tanggungjawab dalam untuk awal (initial
kepada pemerintah kesiapsiagaan rapid health
tingkat kecamatan Kadinkes buruk
dalam untuk Kabupaten/ Kota informasi
kesiapsiagaan hila telah tiba peringatan dini
Kadinkes memberikan assessment)
Kabupaten/ Kota komunikasi,  Memfasilitasi
hila telah tiba informasi dan relawan, kader
memberikan bidang kesehatan di dan petugas
komunikasi, Iokasi edukasi (early warning
informasi dan (KIE) kepada system)
bidang kesehatan di masyarakat luas,  Menyerahkan
Iokasi edukasi  Membentuk tim tanggungjawab
(KIE) kepada bimbingan pada kepada
masyarakat luas, kelompok serta pemerintah
 Membentuk tim konseling tingkat
bimbingan pada kesehatan lapangan kecamatan
kelompok serta yang Puskesmas di dalam untuk
konseling sekitar lokasi kesiapsiagaan
kesehatan lapangan bencana: pada Kadinkes
yang Puskesmas di individu yang Kabupaten/
sekitar lokasi berpotensi Kota hila telah
bencana: pada mengalami tiba
individu yang tergabung dalam memberikan
berpotensi Satgas gangguan komunikasi,
mengalami stres paskatrauma informasi dan
tergabung dalam  Mengadakan bidang
Satgas gangguan koordinasi kesehatan di
stres paskatrauma •  Mengirimkan Iokasi edukasi
Mengadakan tenaga dan (KIE) kepada
koordinasi • perbekalan masyarakat
Mengirimkan  Merujuk penderita luas,
tenaga dan yang tidak dapat  Membentuk
9

perbekalan • lintas sektor tim bimbingan


Merujuk penderita kesehatan serta pada kelompok
yang tidak dapat ambulans/transport serta konseling
lintas sektor asi lain ditangani kesehatan
dengan konseling lapangan yang
awal dan ke lokasi Puskesmas di
bencana dan tempat sekitar lokasi
membutuhkan bencana: pada
konseling lanjut, individu yang
psikoterapi berpotensi
penampungan mengalami
pengungsi. atau tergabung
penanggulangan dalam Satgas
lebih spesifik. gangguan stres
 Membantu paskatrauma
perawatan dan Mengadakan
evakuasi korban koordinasi
serta pelayanan  Mengirimkan
kesehatan tenaga dan
pengungsi. perbekalan
 Merujuk
penderita yang
tidak dapat
lintas sektor
kesehatan serta
ambulans/trans
portasi lain
ditangani
dengan
konseling awal
dan ke lokasi
bencana dan
tempat
membutuhkan
konseling
lanjut,
psikoterapi
penampungan
pengungsi. atau
penanggulanga
n lebih
10

spesifik.

2. Peran Partisipan Masyarakat dalam Menangani Bencana


ketangguhan masyarakat Desa Negeri Lima dalam menghadapi banjir bandang
Way Ela, yaitu:
a. Secara keseluruhan, ketangguhan masyarakat Desa Negeri Lima dalam
menghadapi Bencana Banjir Bandang Negeri Lima dinilai agak baik. Jika
dinilai setiap komponen, maka area tematik Tata Kelola dinilai cukup,
sedangkan area komponen Penilaian Risiko, Pengetahuan dan Pendidikan,
Manajemen Risiko dan PRB, Kesiapsiagaan dan Respon Bencana
memperoleh penilaian agak baik. Masyarakat Desa Negeri Lima juga
menampakkan ciri-ciri ketangguhan yang dimiliki mulai dari antisipasi,
proteksi, adaptasi dan daya lenting.
b. Ditinjau dari Teori “Social Capital”, aspek kekerabatan (bonding) dan
aspek hubungan (bridging) terlihat sangat baik. Apabila ditinjau dari
Pemanfaatan jaringan (linking) ke luar dirasakan masih belum terjalin
dengan baik. Linking hanya terlihat secara struktural.
Upaya yang dilakukan dalam meminimalisir dampak bencana, antara lain
Pemerintah melaksanakan berbagai upaya pendekatan teknis dan non-teknis serta
merupakan wujud koordinasi dan pembagian peran sesuai dengan kewenangan
dari tatanan pusat hingga daerah, dengan melibatkan semua instansi teknis yang
terkait. Upaya yang dilaksanakan mulai dari pra bencana hingga tanggap darurat,
dipandang sebagai tindakan yang tepat .

2.3 Jelaskan manajemen yang tepat dalam menangangi kebencanaan


tersebut manajemen yang tepat dalam menangani bencana terdapat
beberapa tahapan yaitu:
1. Penanganan Darurat;
upaya untuk menyelamatkan jiwa dan melindungi harta serta menangani
gangguan kerusakan dan dampak lain suatu bencana. Sedangkan keadaan
darurat yaitu kondisi yang diakibatkan oleh kejadian luar biasa yang
berada di luar kemampuan masyarakat untuk menghadapinya dengan
sumber daya atau kapasitas yang ada sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pokok dan terjadi penurunan drastis terhadap
kualitas hidup, kesehatan atau ancaman secara langsung terhadap
keamanan banyak orang di dalam suatu komunitas atau lokasi.
2. Pemulihan (recovery)
11

suatu proses yang dilalui agar kebutuhan pokok terpenuhi. Proses recovery
terdiri dari: a. Rehabilitasi : perbaikan yang dibutuhkan secara langsung
yang sifatnya sementara atau berjangka pendek. b. Rekonstruksi :
perbaikan yang sifatnya permanen
3. Pencegahan (prevension);
upaya untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan timbulnya
suatu ancaman. Namun perlu disadari bahwa pencegahan tidak bisa 100%
efektif terhadap sebagian besar bencana.
4. Mitigasi (mitigation);
upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari suatu
ancaman. Misalnya: penataan kembali lahan desa agar terjadinya banjir
tidak menimbulkan kerugian besar.
5. Kesiap-siagaan (preparedness);
persiapan rencana untuk bertindak ketika terjadi (kemungkinan akan
terjadi) bencana. Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan-
kebutuhan dalam keadaan darurat danidentifikasi atas sumber daya .

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan kondisi ketangguhan masyarakat Desa Negeri Lima dalam
menghadapi banjir bandang Way Ela, yaitu:
a. Secara keseluruhan, ketangguhan masyarakat Desa Negeri Lima dalam
menghadapi Bencana Banjir Bandang Negeri Lima dinilai agak baik. Jika
dinilai setiap komponen, maka area tematik Tata Kelola dinilai cukup,
sedangkan area komponen Penilaian Risiko, Pengetahuan dan Pendidikan,
Manajemen Risiko dan PRB, Kesiapsiagaan dan Respon Bencana
memperoleh penilaian agak baik. Masyarakat Desa Negeri Lima juga
menampakkan ciri-ciri ketangguhan yang dimiliki mulai dari antisipasi,
proteksi, adaptasi dan daya lenting.
12

b. Ditinjau dari Teori “Social Capital”, aspek kekerabatan (bonding) dan


aspek hubungan (bridging) terlihat sangat baik. Apabila ditinjau dari
Pemanfaatan jaringan (linking) ke luar dirasakan masih belum terjalin
dengan baik. Linking hanya terlihat secara struktural.
Ketangguhan masyarakat Desa Negeri Lima dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
a. Faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi lingkungan
dan pemerintah, sedangkan faktor internal meliputi semangat dan kearifan
lokal yang berlaku. Dari penjabaran faktor pendukung ketangguhan ini,
dicirikan adanya berbagi kesadaran positif untuk masa depan, yaitu sebuah
komitmen untuk komunitas secara keseluruhan.
b. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa walaupun hasil kajian telah
disampaikan kepada masyarakat, tetapi kepercayaan mereka kepada
leluhur sangat kuat. Hal ini ditunjukkan bahwa ada yang berpikir, “tete
nene moyang” tidak mungkin membuat anak cucu-nya susah. Di lain
pihak, ada juga masyarakat yang sudah tangguh melalui upaya kajian dan
sosialisasi yang dilaksanakan oleh pemerintah yang dapat terserap dengan
baik serta dapat diaktualisasi ke dalam tindakan penyelamatan diri dan
harta benda. Masyarakat juga mendapat manfaat dari geladi lapang yang
dilaksanakan oleh pemerintah.

Upaya yang dilakukan dalam meminimalisir dampak bencana, antara lain


Pemerintah melaksanakan berbagai upaya pendekatan teknis dan non-teknis serta
merupakan wujud koordinasi dan pembagian peran sesuai dengan kewenangan
dari tatanan pusat hingga daerah, dengan melibatkan semua instansi teknis yang
terkait. Upaya yang dilaksanakan mulai dari pra bencana hingga tanggap darurat,
dipandang sebagai tindakan yang tepat dalam melindungi masyarakat. Selain itu
masyarakat juga mengambil bagian dalam upaya baik secara individu maupun
kolekti

3.2Saran
1. Saran Praktis
Dalam penanganan tanggap darurat di Kabupaten Maluku Tengah perlu dipikirkan
langkah-langkah konkrit apabila terjadi bencana di wilayah yang jauh dari ibukota
kabupaten. Mengingat Kabupaten Maluku Tengah memiliki cakupan wilayah
13

yang terdiri dari banyak pulau dan sebagian wilayahnya berada di dataran Pulau
Ambon.
2.Saran Teoritis
1. Kajian lebih mendalam perlu dilaksanakan dalam menetapkan
indikator-indikator baku terkait penilaian ketangguhan terhadap
bencana.
2. Kajian ketangguhan masyarakat adat perlu disinergikan dengan ranah
kajian ketangguhan masyarakat yang bersifat umum.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Asian Disaster Reduction Response Network. (2009). Terminologi


pengurangan risiko bencana. Retrieved July 17, 2015, from
http://www.preventionweb.net/ iles/7817_isdrindonesia.pdf.
2. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Maluku Tengah.
(2012). Rencana kontijensi penanggulangan bencana banjir bandang
Way Ela Negeri Lima Kabupaten Maluku Tengah. Ambon:
3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Maluku Tengah.
Balai Wilayah Sungai Provinsi Maluku. (2012). Rencana tindak
darurat. Ambon: Balai Wilayah Sungai Provinsi Maluku. Buckle, P.,
Marsh, G. & Smale, S. (2000).
14

4. New approaches to assessing vulnerability and resilience. Australian


Journal of Emergency Management 15(2) 8-14. Retrieved July 7,
2015, from http:// www.radixonline.org/resources/bucklemarsh.pdf.

Anda mungkin juga menyukai