Anda di halaman 1dari 7

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA PESISIR

LALONG KOTA LUWUK, SULAWESI TENGAH


Landscape Planning of Coastal ABSTRACT
Tourism Area in Lalong Luwuk Luwuk City is a coastal city that have resources variety both natural and man-made
City, Central Sulawesi which can be developed into tourism area. One of the tourist resources in Luwuk City
is bay or Lalong of Luwuk City, Central Sulawesi. The urban growth and population
growth of Luwuk City tend to cause negative effect of Lalong of Luwuk City
condition. Therefore, it takes efforts of landscape planning of coastal tourism area
which can improve physical environment, increase society and government budget
revenues, and promote environmental awareness to Lalong Luwuk City society. The
study purpose is to plan the landscape of Lalong Luwuk City as the coastal tourism
areas to be a sustainable coastal tourism area by identifying and analyzing ecological
condition of coastal area, potential objects, attractions and coastal area view to support
a tourism attraction, local communities, government and private participation to
support coastal area sustainability. The study used quantitative descriptive method.
The analysis method that used was ecological analysis to determine the sensitivity of
coastal area, potential objects and attractions analysis by using questionnaires, and
visual quality analysis by using scenic beauty estimation (SBE) to determine coastal
tourism attractiveness, urban social analysis by using focus group discussion (FGD)
to determine local support, and stakeholder preferences analysis by using analysis
hierarchy process (AHP) to determine landscape plan model of coastal tourism area in
Lalong of Luwuk City. The results showed that coastal area in Lalong of Luwuk City
is potential enough for coastal tourism development. The coastal tourist development
zone is classified into high classification area of 170 ha (7.30%), medium classification
Debora Budiyono area of 2113.38 ha (90.67%), and low classification area of 47.29 ha (2.03%). Coastal
Mahasiswa Program Studi Arsitekur tourism area planning in Lalong Luwuk City based on the concept of creating
Lanskap Sekolah Pascasarjana IPB sustainable coastal tourism area. The concept goal is to protect natural and cultural
resources and to improve local communities walfare. The development zone and
Siti Nurisjah coastal tourism planning were adapted from landscape characteristic that centered on
Staff Pengajar Departemen Arsitektur tourism area by potential and potential enough classification. The concept
Lanskap Fakultas Pertanian IPB implementation of landscape is dvelopment planning model which interpreted in three
landscape units are natural landscape, seminatural landscape, and man-made
Luky Adrianto landscape. Natural landscape development zone located in Tontouan Village, Mangkio
Staff Pengajar Fakultas Perikanan IPB
Baru Village, and Kaleke Village. Seminatural landscape development zone located in
Keraton Village, Luwuk Village, and Bungin Village. Man-made landscape
development zone located in Soho Village and Baru Village.
PENDAHULUAN Pertumbuhan kota dan pertambahan pendukung keunikan suatu kota.
jumlah penduduk Kota Luwuk Konsep pengembangan
Kota Luwuk merupakan kota yang
cenderung menimbulkan pengaruh perencanaannya adalah LKL menjadi
memiliki beragam sumber daya, baik
negatif terhadap kondisi LKL. point of view lanskap Kota Luwuk
yang alami maupun binaan, yang
Menurut Dinas Cipta Karya dan Tata yang berfungsi sebagai identitas
dapat dikembangkan menjadi objek
Ruang (2011), pemanfaatan sumber untuk penduduk kota dan
dan atraksi wisata. Salah satu di
daya kawasan LKL saat ini adalah pengunjung kota. Hal ini ditujukan
antara sumber daya wisata yang
sebagai pusat konsentrasi ekonomi untuk memulihkan,
berada di Kota Luwuk adalah teluk
atau daerah Central Bussiness mempertahankan, dan melestarikan
atau Lalong Kota Luwuk.
District (CBD), pemerintahan, sumber daya alam, serta mencegah
Keberadaan Lalong Kota Luwuk
pemukiman, dan pusat rekreasi terjadinya kerusakan atau degradasi
(LKL) sangat penting bagi sektor
masyarakat Kota Luwuk. Sebagai sumber daya kawasan pesisir lebih
ekonomi masyarakat Kota Luwuk
akibatnya, LKL mengalami lanjut.
dan hinterland sebagai penunjang
pencemaran dan sedimentasi
kehidupan dan sarana transportasi. Keberadaan LKL sebagai identitas
sehingga kualitas fisik lingkungan
Pada masa dahulu dan sekarang, kota harus didukung dengan
menjadi buruk, kumuh, dan
LKL berperan sebagai sarana kualitas lingkungan fisik dan
produktivitas ikan menurun.
prasarana yang menghubungkan kualitas ekologi yang secara
wilayah Kota Luwuk dengan Berdasarkan kondisi saat ini, langsung akan meningkatkan
pelabuhan dagang di seluruh perbaikan lingkungan LKL adalah kualitas estetika lingkungan
Kabupaten Banggai dan mengubah image LKL dari back yard kawasan LKL tersebut. Kawasan
antarprovinsi (Departemen menjadi front yard. Keberadaan LKL LKL dapat dikembangkan menjadi
Perhubungan Laut 2003). dapat menjadi elemen kota yang kawasan wisata yang berwawasan
menunjukkan kualitas dan karakter lingkungan, yang merupakan bagian

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 5 NO 2 2013 21


BUDIYONO, NURISJAH, ADRIANTO

dari wisata perkotaan. Di samping atraksi, aktivitas sosial dan ekonomi bulan dimulai dari bulan November
itu, objek dan atraksi yang terdapat masyarakat setempat dapat 2012 sampai bulan April 2013.
di kawasan wisata juga dapat ditingkatkan dan dikembangkan
menjadi daya tarik kawasan tersebut. menjadi sumber daya wisata
Menurut Inskeep (1991), wisata pada kawasan LKL berkelanjutan. Metode Penelitian
beberapa kota besar dan kota kecil
Tujuan umum dari penelitian ini Penelitian ini menggunakan metode
selalu sukses menjadi atraktif
adalah merencanakan lanskap deskriptif kuantitatif. Kegiatan
dengan mengkombinasi karakter
kawasan wisata pesisir Lalong Kota penelitian ini dilakukan dalam tiga
dramatik perkotaan dengan atraksi
Luwuk. Tujuan khusus dari
yang spesifik. tahapan berikut:
penelitian adalah 1) mengidentifikasi
Wisata kota pesisir berkelanjutan dan menganalisis potensi dan 1. Pengumpulan dan
adalah model penyelenggaraan kendala pengembangan kawasan Pengklasifikasian Data
wisata yang mengeksplorasi di wisata pesisir, 2) menentukan zona
Data yang dikumpulkan untuk
dalam dan sekitar kota pesisir, untuk pengembangan kawasan
dimana kegiatannya selain wisata pesisir, dan 3) merencanakan penelitian ini meliputi data primer
menghargai, mengapresiasikan, dan lanskap kawasan wisata pesisir dan data sekunder. Pengumpulan
mengkonservasi sumber daya alam Lalong Kota Luwuk yang data primer melalui survei yaitu
dan budaya kota, berfungsi berkelanjutan. melalui wawancara, pengamatan,
meningkatkan kualitas ekologis kota, dan pengukuran di lokasi penelitian.
serta mendorong ekonomi lokal Wawancara menggunakan kuesioner
METODE PENELITIAN
(Inskeep 1991). Menurut Higham terstruktur yang telah ditentukan
dan Luck (2002), pengembangan Waktu dan Lokasi dengan metode purposive sampling
wisata perkotaan berkelanjutan akan dan accidental sampling terhadap
Penelitian dilakukan di kawasan
merestorasi daerah alami, stakeholder. Menurut Cheng et al.
pesisir Lalong Kota Luwuk,
mengurangi degradasi lingkungan
Kecamatan Luwuk, Kabupaten (2011) dan Dahuri et al. (1996),
(erosi, kebisingan, dan polutan),
Banggai, Sulawesi Tengah. Lokasi stakeholder yang ditentukan terdiri
memberi edukasi lingkungan untuk
penelitian ditentukan berdasarkan dari institusi, masyarakat lokal,
semua latar belakang sosial yang
batas ekosistem pesisir dan swasta, dan wisatawan (Tabel 2).
lebih luas (Okech 2009), dan
meningkatkan pendapatan, serta administrasi kota. Secara geografis Data sekunder diperoleh melalui
menjaga kebudayaan lokal. Lalong Kota Luwuk terletak antara studi pustaka yang terkait dengan
122°45´-122°49´ BT dan 0°55´-0°58´ penelitian.
LKL berpotensi sebagai wisata kota
LS (Bappeda 2011). Secara 2. Analisis dan Sintesis
pesisir berkelanjutan yang dapat
memperbaiki lingkungan fisik, administrasi lokasi penelitian
mencakup 7 kelurahan dan 1 desa Analisis bertujuan mengetahui zona
meningkatkan pendapatan
dengan luas 2330.67 ha (Tabel 1) yang sesuai untuk dikembangkan
masyarakat dan PAD pemerintah,
yang letaknya langsung sebagai kawasan wisata pesisir
melestarikan budaya, dan
meningkatkan kesadaran lingkungan bersinggungan dengan kawasan Lalong Kota Luwuk. Metode analisis
bagi masyarakat sekitar LKL pesisir LKL. Lokasi penelitian LKL mencakup hal-hal berikut:
tersebut. Dalam rencana dapat dilihat pada Gambar 1. Waktu Kepekaan Ekosistem Pesisir Lalong
Kota Luwuk

Menurut Peterson dalam Wibowo


(2009), analisis penilaian kepekaan
ditujukan untuk mengetahui tingkat
kepekaan atau sensitivitas sumber
daya yang ada di kawasan pesisir.
Menurut Sloan (1993) dalam Dahuri
et al. (1996) dan Wibowo (2009),
penilaian kepekaan berdasarkan
kerusakan oleh sumber pencemaran
berupa tumpahan minyak dan
sedimentasi. Formula analisis
kepekaan kawasan pesisir Lalong
Kota Luwuk adalah:

IKL = f (NKEi, EPi)


Keterangan:
IKL : Indeks kepekaan lingkungan
pengembangannya, penelitian dilakukan selama enam
objek 1 Petalokasipenelitian
dan
NKEi : Nilai kepekaan ekosistem ke-i
Gambar EPi : Ekosistem pesisir ke-i

22 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 5 NO 2 2013


BUDIYONO, NURISJAH, ADRIANTO

2.2 Daya Tarik Wisata Pesisir Lalong Perencanaan lanskap kawasan


Analisis Daya Tarik Wisata Pesisie wisata terdiri dari konsep lanskap
Preferensi Stakeholder terhadap
Lalong Kota Luwuk untuk pengembangan kawasan
Konsep Lanskap Wisata Pesisir
wisata dan rencana lanskap. Konsep
Analisis daya tarik wisata pesisir
ZPOWi = f (ZWi, Ami, Pei) pengembangan lanskap terdiri dari
dilakukan untuk mengetahui tingkat
konsep ruang dan aktivitas serta
daya tarik wisata (Inskeep 1991).
Lalong Kota Luwuk konsep sirkulasi. Formula rencana
Nilai daya tarik wisata terdiri dari
lanskap kawasan wisata pesisir
analisis objek, atraksi, dan visual. Analisis bertujuan mengetahui
Lalong Kota Luwuk adalah:
Formula analisis daya tarik wisata preferensi stakeholder terhadap
pesisir Lalong Kota Luwuk adalah: orientasi konsep pengembangan
kawasan. Pengumpulan data Keterangan:
RLi : Rencana lanskap ke-i
DTi = f (NDTi, NKEi) menggunakan wawancara dengan ZPWi : Zona pengembangan wisata pesisir ke-i
Keterangan: kuesioner. Responden yang dipilih DDKi : Daya dukung wisata pesisir ke-i
DTi : Daya tarik ke-i adalah para pakar (Tabel 2). Data
Analisis kualitas
NDTi : Nilai daya tarik ke-i visual
(objek, atraksi, dan visual)
kemudian dianalisis menggunakan RLi = f (ZPWi, DDKi)
menggunakan
NKEi : Nilai kepekaan metode scenic
ekosistem pesisir ke-i beauty
analytical hierarchy process (AHP)
Analisis kualitas visual
dengan software Expert Choise versi HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan metode scenic beauty
11 (Saaty 1991).
estimation (SBE). Pada metode SBE, Kepekaan Ekosistem Pesisir Lalong
kualitas visual kawasan Lalong Kota Zona Pengembangan Wisata Pesisir Kota Luwuk
Luwuk dinilai dengan perhitungan Lalong Kota Luwuk
nilai z (Daniel dan Boster 1976). Parameter penilaian kepekaan
Zona pengembangan wisata pesisir ekosistem teresterial Lalong Kota
Rumus SBE adalah:
Lalong Kota Luwuk merupakan hasil Luwuk adalah tutupan lahan,
zona potensial wisata pesisir. luasan, keterwakilan, keutuhan
SBEx = (Zyx-Zyo) x 100
Menurut Hutabarat et al. (2009), ekosistem, keutuhan sumber daya,
Dukungan Masyarakat Lalong Kota
zona pengembangan merupakan dan topografi yang memiliki skor 1-
Luwuk
zona kesesuain wisata pesisir yang 3. Parameter penilaian kepekaan
Analisis sosial perkotaan bertujuan terdiri dari aspek ekologi, aspek ekosistem akuatik Lalong Kota
mengetahui penerimaan dan prilaku daya tarik, dan aspek dukungan Luwuk adalah tutupan lahan,
kurang mendukung masyarakat masyarakat lokal. Zona luasan, keterwakilan, keutuhan
lokal serta peluang ekonomi yang pengembangan wisata pesisir LKL ekosistem, keutuhan sumber daya,
diharapkan melalui focus group adalah: tipologi ekosistem, dan topografi
discussion (FGD) (Bungin 2001).
yang memiliki skor 1-3.
a. Akseptibilitas masyarakat ZWPi = f (ZPOWi)
Keterangan: Gambar 2a menunjukkan
ZWPi : Zona pengembangan wisata pesisir ke-i
sebagian besar kawasan teresterial
Am = (∑ Ps/ ∑ Po) x 100% ZPOWi: Zona potensial wisata pesisir ke-i
pesisir LKL tidak peka dan tidak
Keterangan: rentan apabila dikembangkan
Am : Dukungan masyarakat lokal dalam persen
∑ Ps : Jumlah masyarakat yang setuju dengan penunjukan Daya Dukung Wisata Pesisir Lalong sebagai kawasan wisata. Sedangkan
∑ Po : Jumlah masyarakat yang menjadi responden sebagian kawasan memiliki
Kota Luwuk
kepekaan dan rentan apabila
Analisis daya dukung kawasan dikembangkan sebagai kawasan
b. Peluang ekonomi (DDK) ditujukan pada wisata. Gambar 2b menunjukkan
pengembangan zonasi wisata pesisir seluruh kawasan akuatik pesisir LKL
Pe = (∑ Ms/ ∑ Mo) x 100% yang akan dikembangkan cukup peka dan cukup rentan
(Hutabarat et al. 2009). Rumus apabila dikembangkan sebagai
perhitungan DDK adalah: kawasan wisata. Kawasan akuatik
Zona Potensial Wisata Pesisir dapat dikembangkan sebagai wisata
Lalong Kota Luwuk
DDK = K x Lp/Lt x Wt/Wp dengan tetap menjaga kualitas
Rencana Lanskap Kawasan Wisata
akuatik pesisir LKL tanpa merusak
Zona potensial wisata pesisir Lalong Pesisir
ekosistem yang ada.
Kota Luwuk merupakan hasil zona
Perencanaan lanskap kawasan
wisata pesisir berdasarkan kepekaan
wisata pesisir merupakan analisis
lingkungan yang selanjutnya Daya Tarik Wisata Pesisir Lalong
zona pengembangan wisata pesisir
menyesuaikan dukungan Kota Luwuk
yang disesuaikan dengan daya
masyarakat. Formula zona potensial
dukung kawasan wisata pesisir.
wisata pesisir LKL adalah:

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 5 NO 2 2013 23


BUDIYONO, NURISJAH, ADRIANTO

pengembangan objek dan atraksi,


dan penyedia produk wisata.

Zona Potensial Wisata Pesisir


Lalong Kota Luwuk

Zona potensial kawasan wisata


pesisir Lalong Kota Luwuk
menunjukkan dalam klasifikasi
berpotensi, cukup berpotensi, dan
tidak berpotensi (Gambar 4). Zona
berpotensi (P) seluas 170 ha (7.30%)
yang berada di Kelurahan Bungin,
Kelurahan Luwuk, dan Kelurahan
Keraton. Ketiga kelurahan memiliki
dukungan masyarakat untuk
dikembangkan sebagai kawasan
wisata pesisir. Zona cukup
berpotensi (CP) seluas 2113.38 ha
atau 90.67% yang berada di Desa
Tontouan, Kelurahan Mangkio Baru,
Kelurahan Kaleke, Kelurahan
Bungin, Kelurahan Luwuk,
Kelurahan Keraton, Kelurahan Soho,
dan Kelurahan Baru. Seluruh
masyarakat mendukung kecuali di
Kelurahan Mangkio Baru dan
Kelurahan Baru cukup mendukung,
hal ini dikarenakan masyarakat
cukup peka apabila kawasan
dikembangkan sebagai kawasan
wisata pesisir sehingga diupayakan
sosialisasi terhadap masyarakat
lokal. Zona tidak berpotensi (TP)
seluas 47.29 ha (2.03%) yang berada
di sebagian kecil Kelurahan Bungin
dan Kelurahan Keraton.

Preferensi Stakeholder terhadap


Gambar 2.Petakepekaanekosistemteresterialkawasanpesisir LKL dan Pe- Konsep Lanskap Wisata Pesisir
takepekaanekosistemakuatikkawasanpesisir LKL Lalong Kota Luwuk

Perencanaan yang baik akan


Daya tarik wisata pesisir merupakan atau terdapat kawasan yang melibatkan berbagai stakeholder
lokal dalam mewujudkan
hasil overlay potensi objek dan memiliki potensi objek dan atraksi
perencanaan sehingga menjadi
atraksi, kualitas visual, dan tinggi tetapi memiliki kualitas visual
bahan pertimbangan alternatif
kepekaan lingkungan. Gambar 3 yang kurang indah.
pengembangan di kawasan pesisir
menunjukkan potensi daya tarik
Dukungan Masyarakat Pesisir LKL. Salah satu upaya yang
wisata pesisir Lalong Kota Luwuk
Lalong Kota Luwuk dilakukan adalah dengan
sebagian besar memiliki potensi
Hasil FGD yang dilakukan menentukan prioritas melalui
daya tarik tinggi (T) dan sedang (S)
menunjukkan bahwa seluruh metode analysis hierarchy process
yang berada di seluruh kelurahan.
masyarakat pada umumnya (AHP).
Tingginya potensi daya tarik
dipengaruhi oleh kawasan memiliki mendukung rencana wisata pesisir Gambar 5a menunjukan alternatif
beragam objek dan atraksi serta Lalong Kota Luwuk. Peluang usaha model yang diusulkan dalam
visual lanskap yang indah. Potensi ekonomi masyarakat lokal mencapai kawasan wisata pesisir
daya tarik sedang dipengaruhi oleh cenderung berpartisipasi langsung LKL, yaitu model berbasis ekologi
kawasan memiliki potensi objek dan maupun penunjang kegiatan wisata dengan nilai bobot 0.378 (37.8%).
atraksi yang rendah tetapi memiliki adalah membuka usaha rumah Artinya, pendekatan ekologi
kualitas visual lanskap yang indah makan, cafe, penginapan,

24 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 5 NO 2 2013


BUDIYONO, NURISJAH, ADRIANTO

wisata alami, wisata semi alami, dan


wisata binaan (Gambar 6).

Daya Dukung Kawasan Wisata


Pesisir Lalong Kota Luwuk

Zona pemanfaatan pada masing-


masing lokasi memiliki daya dukung
yang berbeda dalam menerima
wisatawan, hal ini bergantung pada
kondisi kepekaan ekosistem. Kondisi
sumber daya yang rentan berada di
Kelurahan Bungin sebesar 6499
orang/hari dan di Kelurahan
Keraton sebesar 11888 orang/hari.
Dengan daya dukung yang tinggi,
jika tidak dilakukan pengawasan
akan terjadi kerusakan ekologis
kawasan. Oleh karena itu,
dibutuhkan pembatasan aktivitas,
Gambar 3.Peta Daya tarik kawaasan Wisata Pesisir LKL
penerapan fasilitas yang ramah
lingkungan, dan pemberian
merupakan salah satu model terbaik tingkat konsistensi dari preferensi pemahaman kepada pengunjung dan
untuk mempertahankan kelestarian, pengambil keputusan sangat baik. penduduk untuk menjaga kawasan,
keberadaan atau optimasi manfaat misalnya pemahaman tentang
Zona Pengembangan Kawasan
dari suatu sumber daya alam LKL. pentingnya terumbu karang sebagai
Wisata Pesisir Lalong Kota Luwuk
Gambar 5b menunjukkan prioritas perlindungan habitat endemik
komponen utama pembentuk model Suatu kawasan wisata disebut baik Banggai cardnalfish, hutan alami
wisata pesisir berbasis ekologi, yaitu dan berhasil secara optimal jika sebagai habitat Tarsius Sulawesi, dan
pola ruang dengan nilai bobot 0.243 dapat mempertahankan kelestarian berbahayanya mengeksploitas lahan
(24.3%). Pola ruang merupakan lingkungannya, meningkatkan secara berlebihan untuk
faktor yang penting karena ruang kesejahteraan masyarakat, dan pengembangan wisata.
adalah wadah kehidupan manusia meningkatkan keterpaduan dan
unity pembangunan masyarakat di Rencana Lanskap Kawasan Wisata
beserta sumber daya alam yang
kawasan sekitar dan zona Pesisir Lalong Kota Luwuk
terkandung di dalamnya sebagai
satu kesatuan. Nilai inkonsistensi pengembangan (Gunn 1994). Zona Konsep dasar pengembangan
keseluruhan hierarki adalah 0.01 pengembangan kawasan wisata kawasan wisata pesisir adalah untuk
(1%). Hal ini menunjukkan bahwa pesisir Lalong Kota Luwuk adalah menciptakan kawasan wisata pesisir
Lalong Kota Luwuk yang
berkelanjutan. Penerapan konsep
lanskap wisata pesisir berupa model
rencana pengembangan yang
disesuaikan dengan karakter lanskap
dan potensi kawasan pesisir Lalong
Kota Luwuk. Model rencana
pengembangan diterjemahkan dalam
tiga unit lanskap, yaitu: lanskap
alami, lanskap semi alami, dan
lanskap binaan (Gambar 7).

SIMPULAN

1. Berdasarkan identifikasi dan


analisis aspek ekologis, daya tarik
wisata, dan akseptibilitas masyarakat
kawasan pesisir Lalong Kota Luwuk,
Gambar 4.Peta potensial kawasan wisata pesisir LKL Sulawesi Tengah cukup berpotensi
untuk pengembangan wisata pesisir

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 5 NO 2 2013 25


BUDIYONO, NURISJAH, ADRIANTO

dengan klasifikasi berpotensi seluas 2. Konsep wisata yang masyarakat lokal. Untuk
170 ha (7.30%), klasifikasi cukup dikembangkan adalah ekowisata mendukung konsep tersebut maka
berpotensi seluas 2113.38 ha pesisir yang bertujuan melindungi zonasi pengembangan dan penataan
(90.67%), dan klasifikasi tidak sumber daya alam dan budaya serta kawasan wisata pesisir disesuaikan
berpotensi seluas 47.29 ha (2.03%). meningkatkan kesejahteraan dengan karakter lanskap yang
dipusatkan pada kawasan wisata
dengan klasifikasi berpotensi dan
cukup berpotensi. Pengembangan
kawasan wisata dengan klasifikasi
berpotensi berada di Kelurahan
Bungin, Kelurahan Luwuk, dan
Kelurahan Keraton. Sedangkan
pengembangan kawasan wisata
dengan klasifikasi cukup berpotensi
wisata berada di Desa Tontouan,
Kelurahan Mangkio Baru, Kelurahan
Kaleke, Kelurahan Soho, dan
Kelurahan Baru.

3. Model rencana lanskap wisata


pesisir yang dikembangkan terbagi
dalam tiga unit lanskap, yaitu
lanskap alami berada di Desa
Tontouan, Kelurahan Mangkio Baru,
dan Kelurahan Kaleke;
pengembangan lanskap semi alami
berada di Kelurahan Keraton,
Kelurahan Luwuk, dan Kelurahan
Bungin; dan pengembangan lanskap
binaan berada di Kelurahan Soho
dan Kelurahan Baru.

Saran

1.Kawasan pesisir Lalong Kota


Luwuk secara umum memiliki
kepekaan tetapi memiliki daya tarik
wisata yang tinggi untuk
dikembangkan sebagai kawasan
wisata pesisir sehingga dibutuhkan
implementasi aspek legal daerah
yang oleh pemerintah hendaknya
dapat memproteksi kawasan pesisir
Lalong Kota Luwuk sebagai
kawasan wisata pesisir dengan arah
pengembangan yang
memperhatikan perlindungan alam
melalui RTRW.

2. Diperlukan upaya merelokasi


pemukiman liar yang berada di
kawasan sempadan pantai dan
sekitar kawasan hutan alami dengan
adanya buffer zone serta mengubah
orientasi ke arah teluk sehingga nilai
visual kawasan menjadi meningkat
dan berfungsi menurunkan tingkat
sedimentasi.

Gambar 7. Rencana Lanskap Alami, Semi Alami, dan Binaan

26 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 5 NO 2 2013


BUDIYONO, NURISJAH, ADRIANTO

3. Diperlukan upaya inventarisasi DAFTAR PUSTAKA Gunn CA. 1994. Tourism Planning: Basic,
dan melestarikan bangunan- Concept, Case. Third Edition.Taylor
[Bappeda] BadanPerencanaan Pemban- and Francis.Wangshington DC.
bangunan yang memiliki nilai gunan Daerah. 2011. Kabupaten- Higham J and Luck M. 2002. Urban eco-
sejarah dan jenis kuliner khas lokal Banggaidalamangka 2011. tourism: a contradiction in terms. J
yang merupakan aset Kota Luwuk. Bungin B. Ecotourism. 1(1):36-51.
2001.MetodologiPenelitianKualitati Hutabarat AA, Fredinan Y, Achmad f, Sri
f. Rajawali Press. Jakarta. H, Kusharjani.2009. PengelolaanPe-
4. Diperlukan upaya sosialisasi Cheng S, Jing H, Dorothy F, Yuting Z. sisirdanLautsecaraTerpa-
2011. Tea tourism development in du.PusdiklatDepartemen. Kehuta-
melalui pembinaan pada masyarakat
Xinyang, China: stakeholders view. nan RI. Bogor.
lokal yang memiliki kepekaan J Tourism Management Perspec- Inskeep E. 1991. Tourism Planning: An
apabila dilakukan rencana tives. 2(3):28-34. Integrated and Sustainable Devel-
pengembangan kawasan wisata Dahuri R, Jakub R, Sapta G, Sitepu MJ. opment Approach. Van Nosttrand
pesisir. Hal ini bertujuan agar 1996. PengelolaanSumberDaya Wi- Reinhold. New York.USA.
layah PesisirdanLautansecaraTer- Okech RN. 2009. Developing urban eco-
masyarakat lokal dapat berperan
padu.PradyaParamita. Jakarta. tourism in Kenyan Cities: a sustain-
aktif dalam mendukung Daniel TC and Booster RS. 1976. Measur- able approach. J Ecology and Natu-
pengembangan kawasan wisata ing Landscape Aesthetic. The Scen- ral Environment. 1(1):001-006.
sehingga masyarakat lokal dapat ic Beauty Estimation Method.USA Saaty TL. 1991. Decision Making For
berfungsi sebagai pengawas dan New Jersey. Leaders: The Analytical Hierarchy
[DCKTR] DinasCiptaKaryadan Tata Process for Decision in Complex
pengontrol lingkungan serta
Ruang. 2011. DokumenRencana De- World. RWS Publications. Pitts-
mendapat peluang ekonomi yang tail Tata Ruang Kota Luwuk 2011. burgh.
dapat meningkatkan kesejahteraan [DPL] DepartemenPerhubunganLaut. Wibowo M. 2009. Tingkat kepekaanling-
masyarakat lokal. 2003. DokumenRencanaIndukPela- kunganpesisir di Kota Semarang.J
buhanLuwukTahun 2003. Hidrosfir Indonesia. 4(1):17-22.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 5 NO 2 2013 27

Anda mungkin juga menyukai