Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

PRAKTIKUM UJI MILLON

Judul praktikum : Uji Millon


Hari/Tanggal Praktikum : Jumat, 22 januari 2021
Nama praktikan : Muhammad Fathin Abiyyu
NIM praktikan : PO714203201019
Dosen pembimbing : 1. Nuradi S.Si, M.Si
2. Zulfian Armah S.Si, M.Si
3. Ridho Pratama S.Si, M.Si

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan adanya asam amino dengan gugus fenol pada
protein.
B. LANDASAN TEORI
Protein adalah polimer alami yang terdiri dari beberapa unit asam amino yang mempunyai
ikatan amida dan peptida. Di dalam protein terdiri atas asam amino α, asam karboksilat dengan
gugus amino pada atom karbon C α. Peptida dan protein merupakan polimer kondensasi asam
amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil (Winarno 2002).
Asam amino dengan protein yang terdapat di alam umumnya merupakan asam amino
dengan atom C-α yang mengikat 4 gugus yang berbeda (asimetris). Konfirmasi atom C-α asam
amino penyusun protein termasuk L, sedangkan bentuk D secara alamiah jarang dijumpai di
alam seperti asam amino nonprotein pada senyawa antibiotika yang dihasilkan oleh bakteri
tanah. Berdasarkan bisa tidaknya asam amino disintesis oleh tubuh manusia, maka asam amino
dibedakan menjadi asam amino esensial dan nonesensial (Poedjiadi 1994).
Asam amino merupakan unit pembangun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida
pada setiap ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N, serta kadang-kadang P dan S.
Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang biasa dijumpai
pada protein.
Protein merupakan biopolimer yang multifungsi, yaitu sebagai struktural pada sel maupun
jaringan dan organ, sebagai enzim suatu biokatalis, sebagai pengemban atau pembawa
senyawa atau zat ketika melalui biomembran sel, dan sebagai zat pengatur (Hawab 2004).
Struktur umum asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu gugus
amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino dan
gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino
mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang
mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam amino
juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan proton kepada basa
kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton dari basa kuat (Lehninger 1988).
Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi
berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut: asam amino non-polar
dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin,
Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan pada gugus R
yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan
ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu
asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai
delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin, Fenilalanin,
Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh
manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Rismaka
2009).

C. ALAT DAN BAHAN

1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Penangas air
5. Pipet volume
6. Gelas beaker
7. Pipet pump
8. Albumin 1%
9. Reagen millon

D. PROSEDUR KERJA
1. Ambil sampel albumin sebanyak 2 ml
2. Kemudian masukkan kedalam tabung reaksi
3. Tambahkan reagen millon sebanyak 5 tetes kedalam tabung reaksi
4. Campur larutan hingga homogen
5. Kemudian panaskan larutan ke dalam air yang sudah dipanaskan
6. Tunggu hingga 10 menit kemudian amati perubahan warna yang terjadi
E. HASIL

 Larutan albumin + reagen millon setelah dipanaskan

F. PEMBAHASAN

Hasil pengamatan uji millon :


 sampel albumin mengalami perubahan warna setelah dipanaskan dari warna bening
menjadi warna merah sehingga sampel albumin ini memiliki kandungan asam amino
dengan rantai samping gugus fenolip

G. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum uji millon, dapat disimpulkan bahwa asam amino akan memberikan uji
positif apabila ditunjukkan dengan adanya endapan merah bata pada larutan..
H. DAFTAR PUSTAKA

Hawab H. 2004. Pengantar Biokimia. Jakarta : Bayu Media Publishing.


Lehninger A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga.
Poedjiadi A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Pers.
Rismaka. 2009. Uji kualitatif dan asam amino. http://www.rismaka.net/2009/06/uji-
kualitatif-protein-dan-%20%20%20asam-amino.html Diakses pada 22 januari 2021
Winarno F. 2002. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.
Makassar, 22 januari 2021
Praktikan

Muhammad Fathin Abiyyu

Pembimbing I Pembimbing II

Nuradi S.Si, M.Si Zulfian Armah S.Si, M.Si

Pembimbing III

Ridho Pratama S.Si, M.Si


LAPORAN
PRAKTIKUM UJI HOPKINS-COLE

Judul praktikum : Uji Hopkins-cole


Hari/Tanggal Praktikum : Minggu, 24 januari 2021
Nama praktikan : Muhammad Fathin Abiyyu
NIM praktikan : PO714203201019
Dosen pembimbing : 1. Nuradi S.Si, M.Si
2. Zulfian Armah S.Si, M.Si
3. Ridho Pratama S.Si, M.Si

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya asam amino tryptofhan dalam
sampel dengan uji hopkins-cole.
B. LANDASAN TEORI
Uji Hopkins-Cole digunakan untuk menunjukan inti indol asam aminotriptofan yang ditandai
dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada sampel percobaan. Jadi reaksi Hopkins-Cole
merupakan cara untuk menguji keberadaan Asam amino tryptofan pada bahan makanan.
Pereaksi Hopkins Cole mengandung asam glioksilat (HgSO4). Prinsip uji Hopkins-Cole adalah
kondensasi inti indol dengan aldehid dimana jika terdapat asam kuat yang menyebabkan
terbentuknya cincin ungu pada bidang batas. Reaksi tersebut hanya akan berhasil jika ada
oksidator kuat, seperti senyawa H2SO4 yang digunakan pada percobaan ini. Fungsi
penambahan asam sulfat ini adalah sebagai oksidator agar terbentuk cincin ungu pada larutan
sampel (Poedjiadi 2007).
Protein mengandung sifat sel dan juga mengandung struktur molekulnya, sedangkan fungsi
protein dalam tubuh seperti fungsi struktur, sintesis glukosa, mengatur fungsi, menyediakan
energi, fungsi protein dalam struktur mulai dari sel-sel individu sampai struktur tubuh secara
keseluruhan kulit, rambut dan alat terbentuk sebagian besar oleh protein. Fungsi protein dalam
mengatur fungsi tibuh yaitu enzim yang merupakan katalisator yaitu transpor molekul didalam
molekul yang membantu kontraksi otot, keseimbangan cairan, keseimbangan asam dan
transmisi saraf (page, 1997).
Tryptophan dapat berkondensasi dengan beberapa aldehida dengan bantuan asam kuat
dan membentuk senyawa yang berwarna. Larutan protein yang mengandung tryptophan dapat
direaksikan dengan pereaksi cole yang mengandung asam glioksilat. Setelah dicampur dengan
preaksi hokins-cole, asam sulfat dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan
dibawah larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas antara
kedua lapisan. Reaksi hopkins-cole memberikan hasil positif khas untuk gugus idol dalam
protein (poedjiadi, 1994).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Pipet volume
5. Pipet pump
Bahan:
1. Reagen Hopkins-cole (asam glikosilat)
2. Albumin
3. asam sulfat pekat (H2SO4)

D. PROSEDUR KERJA
1. Ambil sampel sebanyak 1 ml, lalu masukkan kedalam tabung reaksi;
2. Tambahkan reagen hopkins-cole sebanyak 2 ml ke dalam tabung reaksi;
3. Tambahkan larutan H2SO4 sebanyak 1 ml melalui dinding-dinding tabung reaksi;
4. Amati warna yang terbentuk pada pertemuan kedua cairan.

E. HASIL

 Larutan albumin + reagen Hopkins-cole


F. PEMBAHASAN

Hasil pengamatan uji Hopkins-cole :


 Pada percobaan didapatkan hasil bahwa albumin mengandung tryptophan yang
ditandai dengan adanya pembentukan cincin ungu pada larutan setelah
penambahan asam sulfat pekat.
Uji Hopkins-cole digunakan untuk menunjukkan inti idol asam amino trypthopan
yang ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada sampel uji. Prinsip
Hopkins-cole adalah kondensasi inti idol dengan aldehid dimana jika terdapat asam
kuat yang menyebabkan terbentuknya cincin ungu pada bidang batas. Reaksi ini
hanya bisa berhasil jika ada oksidator kuat seperti asam sulfat pekat.
Trypthopan merupakan salah satu dari 20 asam amino penyusun protein yang
bersifat esensial bagi manusia. Gugus fungsional yang dimiliki trypthopan yaitu idol
yang tidak dimiliki oleh asam amino lainnya.

G. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa albumin positif mengandung asam amino
trypthopan yang ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada bidang batas.

H. DAFTAR PUSTAKA
Page, D.S. 1997. Prinsip-Prinsip biokimia. Jakarta : Erlangga
Poedjiadi, Anna da Titin suprianti. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia
Bintang saria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta : Erlangga
Makassar,24 januari 2021
Praktikan

Muhammad Fathin Abiyyu

Pembimbing I Pembimbing II

Nuradi S.Si, M.Si Zulfian Armah S.Si, M.Si

Pembimbing III

Ridho Pratama S.Si, M.Si


LAPORAN
PRAKTIKUM UJI NINHIDRIN

Judul praktikum : Uji Ninhidrin


Hari/Tanggal Praktikum : Minggu, 24 januari 2021
Nama praktikan : Muhammad Fathin Abiyyu
NIM praktikan : PO714203201019
Dosen pembimbing : 1. Nuradi S.Si, M.Si
2. Zulfian Armah S.Si, M.Si
3. Ridho Pratama S.Si, M.Si

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan untuk menunjukkan adanya asam amino dalam protein

B. LANDASAN TEORI
Dalam uji ini digunakan larutan ninhidrin untuk mendeteksi semua jenis asam amino.
Ninhidrin (triketohidrinden hidrat) merupakan pengoksidasi kuat, bereaksi dengan semua α-
asam amino diantara pH 4-8 menghasilkan senyawa berwarna ungu. Asam amino prolin dan
hidroksi prolin juga bereaksi dengan ninhidrin, tetapi senyawa yang dihasilkan berwarna kuning
(Adisendjaja, dkk, 2016).
Asam amino bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehida dengan satu atom C lebih
rendah dan melepaskan molekul NH3 dan CO2. Ninhidrin yang telah bereaksi akan membentuk
hidrindantin(Panji, 2013).
Zat pengoksidasi ninhidrin dengan larutan protein membentuk larutan berwarna ungu
sampai biru. Reaksi ini berjalan dengan sempurna pada pH 5-7 dan sedikit pemanasan. Reaksi
ini berlaku untuk semua protein, hasil antara hidrolisisnya, dan hasil akhir hidrolisisnya, yaitu
asam amino. Khusus untuk asam amino prolin dan hidroksi prolin akan terbentuk warna kuning
(Sumardjo, 2009).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Pipet volume
5. Pipet pump
6. Bunsen
7. Penjepit
Bahan:
1. Larutan Ninhidrin
2. Albumin

D. PROSEDUR KERJA
1. Masukkan 3 ml sampel kedalam tabung reaksi
2. Tambahkan 0,5 ml larutan ninhydrin kedalam tabung reaksi
3. Panaskan hingga mendidih
4. Amati perubahan warna yang terjadi.

E. HASIL

 Larutan albumin + larutan Ninhidrin


F. PEMBAHASAN

Perubahan warna larutan menjadi ungu pada larutan sampel setelah diteteskan dengan
larutan Ninhidrin dan dilakukan pemanasan menandakan bahwa seluruh sampel tersebut
terdapat kandungan asam α-amino dan peptida yang memiliki gugus α-amino yang bebas.
Pembentukan larutan kompleks berwarna ungu ini terjadi karena dekarboksilasi oksidatif dari
asam amino dan produksi ninhidrin tereduksi, NH3 dan CO2. Kemudian terjadi reaksi antara
ninhidrin tereduksi dengan molekul ninhidrin yang lain dan dengan molekul NH3 yang
dibebaskan sehingga terbentuk kompleks berwarna ungu.

G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada uji
ninhidrin larutan albumin mengandung asam amino karena warna larutannya berubah menjadi
ungu yang menandakan bahwa larutan tersebut bereaksi positif dengan larutan ninhidrin.

H. DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, dkk.2016. Penuntun Kegiatan Laboratorium Biokimia. Bandung: Universitas


Pendidikan Indonesia.
Panji.2013. Uji Ninhidirin. http://www.edubio.info/2013/11/uji-ninhidrin.html. Diakses 24
januari 2021
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Makassar,24 januari 2021
Praktikan

Muhammad Fathin Abiyyu

Pembimbing I Pembimbing II

Nuradi S.Si, M.Si Zulfian Armah S.Si, M.Si

Pembimbing III

Ridho Pratama S.Si, M.Si


LAPORAN
PRAKTIKUM UJI BIURET

Judul praktikum : Uji Biuret


Hari/Tanggal Praktikum : Senin, 25 januari 2021
Nama praktikan : Muhammad Fathin Abiyyu
NIM praktikan : PO714203201019
Dosen pembimbing : 1. Nuradi S.Si, M.Si
2. Zulfian Armah S.Si, M.Si
3. Ridho Pratama S.Si, M.Si

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan mengetahui adanya ikatan peptida pada Protein.

B. LANDASAN TEORI

Protein adalah suatu senyawa organic yang mempunyai berat molekul besar antara ribuan
hingga jutaan satuan (g/mol). Protein tersusun dari atom-atom C, H, O dan N ditambah
beberapa unsur lainnya seperti P dan S. Atom-atom itu membentuk unit-unit asam amino.
Urutan asam amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino satu dengan yang
lain, menentukan sifat biologis suatu protein(Girinda, 1990).

Uji biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam suatu zat yang diuji.
Adanya ikatan peptida mengindikasikan adanya protein, karena asam amino berikatan dengan
asam amino yang lain melalui ikatan peptida membentuk protein. Ikatan peptida merupakan
ikatan yang terbentuk ketika atom karbon dari gugus karboksil suatu molekul berikatan dengan
atom nitrogen dari gugus amina molekul lain. Reaksi tersebut melepaskan molekul air sehingga
disebut reaksi kondensasi (Panji, 2013).
Gambar di atas menunjukkan adanya dua molekul asam amino yang berikatan dengan
ikatan peptida dan membentuk molekul protein. Ikatan peptida tersebut yang akan bereaksi
dengan reagen biuret menghasilkan perubahan warna. Reaksi positif uji biuret ditunjukkan
dengan munculnya warna ungu atau merah muda akibat adanya persenyawaan antara Cu++
dari reagen biuret dengan NH dari ikatan peptida dan O dari air. Semakin panjang ikatan
peptida (banyak asam amino yang berikatan) akan memunculkan warna ungu, semakin pendek
ikatan peptida (sedikit asam amino yang berikatan) akan memunculkan warna merah muda
(Panji, 2013).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Pipet volume
5. Pipet pump
Bahan:
1. Albumin
2. CuSO4 1%
3. NaOH

D. PROSEDUR KERJA
1. Ambil sampel masing - masing sebanyak 2 ml, lalu masukkan kedalam tabung reaksi;
2. Tambahkan larutan NaOH sebanyak 2 ml kedalam tabung reaksi;
3. Tetesi larutan CuSO4 1% masing – masing kedalam tabung reaaksi sebanyak 3 tetes;
4. Amati perubahan warna yang terjadi.

5. HASIL

 Larutan albumin + larutan NaOH + Larutan CuSO4 1%

E. PEMBAHASAN
Uji Biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada suatu bahan.
Terbentuknya warna ungu pada larutan sampel karena terbentuk senyawa kompleks antara
Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida yaitu gugus peptida ( -CO-NH-). Makin banyak atau
makin panjang ikatan peptida dalam protein maka warna ungu akan makin kuat intensitasnya.
Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida (-CO-NH-) dan protein.
Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks
antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida. Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan
peptida mempengaruhi warna reaksi ini. Senyawa dengan dipeptida memberikan warna biru,
tripeptida ungu, dan tetrapeptida serta peptida kompleks memberikan warna merah. Biuret
memberikan warna violet dengan CuSO4. Reaksi ini disebut dengan reaksi biuret, kemungkinan
terbentuknya Cu2+ dengan gugus CO dan –NH dari rantai peptida dalam suasana basa.
Beberapa protein yang mempunyai gugus –CS-NH-, -CH-NH- dalam molekulnya juga
memberikan tes warna positif dengan biuret.
Pada hasil uji terlihat perubahan warna menjadi warna ungu. Tingkat kepekatan warna
menentukan jumlah ikatan peptida dalam protein dimana reaksi ini positif terhadap ikatan
peptide yang jumlahnya lebih besar. sehingga, dapat dikatakan bahwa sampel albumin memiliki
jumlah ikatan peptide yang sangat banyak dilihat dari tingkat kepekatan warna yang dihasilkan.

F. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan uji biuret didapat hasil bahwa albumin mengandung ikatan peptida
karena terjadi perubahan warna dari warna bening menjadi warna ungu, sementara banyaknya
kandungan ikatan peptida pada protein dapat dilihat dari kepekatan warnanya.

G. DAFTAR PUSTAKA

Panji. 2013. “Uji Biuret”. https://www.edubio.info/2013/11/ujibiuret.html. Di akses 25 januari 2021.

Girindra, A. 1986. BIOKIMIA I. Gramedia. Jakarta


Makassar,25 januari 2021
Praktikan

Muhammad Fathin Abiyyu

Pembimbing I Pembimbing II

Nuradi S.Si, M.Si Zulfian Armah S.Si, M.Si

Pembimbing III

Ridho Pratama S.Si, M.Si


LAPORAN
PRAKTIKUM UJI PENYABUNAN

Judul praktikum : Uji Penyabunan


Hari/Tanggal Praktikum : Selasa, 26 januari 2021
Nama praktikan : Muhammad Fathin Abiyyu
NIM praktikan : PO714203201019
Dosen pembimbing : 1. Nuradi S.Si, M.Si
2. Zulfian Armah S.Si, M.Si
3. Ridho Pratama S.Si, M.Si

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan Untuk mengetahui proses penyabunan dari bahan lemak.

B. LANDASAN TEORI
Lipid adalah nama suatu golongan senyawa organik yang meliputi sejumlah senyawa yang
terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam pelarut-pelarut organik tetapi sukar larut
atau tidak larut dalam air. Pelarut organik yang dimaksud adalah pelarut organik non
polar,misalnya benzena, pentana,dietil eter, dan karbon tetraklorida. Dengan pelarut-pelarut
tersebut lipid dapat diekstraksi dari sel dan jaringan tumbuhan maupun hewan. (Wahjudi,
2005)

Berdasarkan komponen dasarnya, lipid terbagi ke dalam lipid sederhana (simple lipid), lipid
majemuk (compound lipid), dan lipid turunan (derived lipid). Berdasarkan sumbernya, lipid
dikelompokkan sebagai lemak hewan (animal fat), lemak susu (milk fat) dan minyak ikan (fish
oil). Klasifikasi lipid ke dalam lipid majemuk karena lipid tersebut mengandung asam lemak
yang dapat disabunkan, sedangkan lipid sederhana tidak mengandung asam lemak dan tidak
dapat disabunkan.

Minyak dan lemak merupakan bagian dari lipid. Secara umum minyak dan lemak
merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu
lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan
karbohidrat dan protein. Satu gram minyak dan lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan
karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak atau lemak, khususnya
minyak nabati mengandung asam-asam lemak esensial sepeti asam linolenat,linoleat, dan
arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol.
Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber pelarut bagi vitamin-vitamin A,D,E, dan K.
(Winarno,2002)

Lemak dan minyak dapat dibentuk secara alami. Misalnya lemak dalam tanaman,lemak
disintesis dari satu gliserol dengan tiga molekul asam lemak yang terbentuk dari kelanjutan
oksidasi karbohidrat dalam proses respirasi. Proses pembentukan lemak dalam tanaman dapat
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pembentukan gliserol, pembentukan molekul asam lemak,
kemudian kondensasi asam lemak dengan gliserol membentuk lemak. (Winarno,2002)

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Penangas air
Bahan:
1. Alkohol 90%
2. NaOH 10%
3. Minyak goreng

D. PROSEDUR KERJA
1. Ambil sampel sebanyak 5 tetes lalu masukkan kedalam tabung reaksi;
6. Teteskan larutan NaOH 10% dalam alkohol 90% hingga terbentuk gumpalan;
7. Kocok tabung lalu tutup tabung menggunakan kapas;
8. Panaskan dalam penangas air selama 1 menit;
9. Amati terbentuknya sabun.

E. HASIL

 Minyak goreng + NaOH 10% + alcohol 90%


F. PEMBAHASAN

Pada praktikum dengan sampel minyak goreng dilakukan uji penyabunan dengan
cara,sampel minyak goreng ditambahkan NaOH 10% dalam alkohol 90%. Minyak goreng
yang mulanya berwarna orange setelah ditambahkan dengan NaOH yang terjadi menjadi
adalah berwarna bening dan terbentuk dua lapisan, lapisan atas agak encer dan lapisan
bawah lebih pekat. tujuan penambahan NaOH adalah untuk mempercepat terjadinya
proses penyabunan, dimana NaOH merupakan basa yang dapat menghidrolisis lemak
sehingga terbentuk gliserol dan sabun, dimana pada proses hidrolisis lemak akan terurai
menjadi asam lemak gliserol.poses ini akan dapat berjalan basa tertentu . proses hidrolisis
menggunakan basa menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau sabun. Penambahan
NaOH harus diperhatikan, Karena apabila penambahan NaOH sedikit maka proses
perubahan minyak menjadi sabun menjadi kurang sempurna sehingga sabun akan
berfungsi dalam proses hidrolisis alkali karena pada umumnya lipida tidak larut dalam air
oleh karena itu kecepatan hidrolisa dapat dipercepat dengan memakai pelarut yang sesuai.

G. KESIMPULAN

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan.
Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan bahan yang disebut alkali --basa yang
sangat kuat (basa adalah lawan dari asam). Karena dibuat melalui pencampuran sebuah
senyawa organik (asam lemak) dengan sebuah senyawa anorganik (alkali), molekul sabun
mempertahankan beberapa ciri keduanya. Molekul sabun mempunyai sebuah kaki organik yang
senang bergandengan dengan bahan-bahan organik berminyak, dan sebuah kaki anorganik
yang senang bergandengan dengan air. Itulah sebabnya sabun memiliki kemampuan tiada
banding dalam menarik kotoran berminyak dari tubuh atau pakaian ke dalam air. Dalam proses
saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah, dan
Penyususun sabun terbesar adalah Lemak

H. DAFTAR PUSTAKA

Wahjudi dkk.2005. Kimia Organik II . Malang: Universitas Negeri Malang.

Winarno. F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Makassar,26 januari 2021
Praktikan

Muhammad Fathin Abiyyu

Pembimbing I Pembimbing II

Nuradi S.Si, M.Si Zulfian Armah S.Si, M.Si

Pembimbing III

Ridho Pratama S.Si, M.Si

Anda mungkin juga menyukai