Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ni Wayan Aristini

No : 43

Kelas : X IPS 4

YOGA DARSANA

Yoga Darsana merupakan salah satu pandangan dari Sad Darsana. Seperti ajaran Darsana
lainnya. Kata Yoga berasal dari akar kata ‘Yuj’ yang berarti bersatu, menghubungkan. Namun
dalam pengertian Patanjali di dalam Yoga Sutra, Yoga bukanlah berarti penyatuan tetapi upaya
spiritual untuk mencapai kesempurnaan melalui pengendalian tubuh, indra dan pikiran, dan
melalui diskriminasi yang benar antara Purusa dan Prakrti.

Pendiri dari Yoga Darsana adalah Maharsi Patanjali. Karyanya dikenal dengan nama
Patanjali Yoga Sutra. Iya menyusun teks singkat yang mudah dihafal, menyarikan dan mengaitkan
dengan beberapa teknik meditasi Yoga. Yoganya Rsi Patanjali merupakan Astangga Yoga atau
yoga dengan delapan anggota, yang mengandung disiplin pikiran dan tenaga fisik. Hatha Yoga
membahas tentang cara-cara mengendalikan badan dan pengaturan pernafasan, yang memuncak
Raja Yoga, melalui sadhana yang progresif dalam Hatha Yoga, sehingga hatha yoga merupakan
tangga untuk mendaki menuju tahapa raja yoga. Bila gerakan nafas dihentikan dengan cara
kumbhaka, pikiran menjadi tak tertopang dan badan melalui sat-karma ( 6 kegiatan pemurnian
badan), yaitu:

Dhauti (pembersihan perut)

Basti (bentuk alami pembersian usus)

Neti (pembersihan lubang hidung)

Trataka (pentapan tanpa kedip pada suatu objek)

Nauli (pengadukan isi perut)

Kapalabhati (pelepasan lendir melalui pranayama)

Serta pengendalian pernafasan merupakan tujuan langsung dari Hatha Yoga.

Untuk meningkat pikiran Yoga mengajarkan adanya delapan tahap jalan yang disebut
Astanggayoga, yaitu :

A. Yama, yaitu mengendalian diri :

Ahimsa = tidak menyakiti makhluk hidup

Satya = berkata, berbuat, dan berfikir yang baik

Asteya = pantang menginginkan milik orang lain

Brahmacarya = pengendalian nafsu asmara

Aparigraha = pantang kemewahan

Kelima pantangan ini merupakan mahavrata atau sumpah luar biasa yang harus dipatuhi.
Patanjali mengatakan bahwa ketaatan kepada yama itu diwajibkan serta dipertahankan
dalam tiap keadaan dan merupakan kode etik universal (sarvabhauma mahavrata) yang tak
dapat diselewengkan dengan bermacam-macam dalil.

B. Niyama, yaitu pengendalian diri lebih lanjut :

Sauca = suci secara lahir batin


Santosa = kepuasan untuk memantapkan mental

Tapa = tahan uju terhadap gangguan-gangguan

Svadhyaya = mempelajari naskah-naskah suci

Iswarapranidhana = penyerahan diri pada Tuhan

C. Asana, yaitu sikap badan yang mantap dan nyaman, yang merupakan bantuan secara fisik
dalam berkonsentrasi.
D. Pranayama, yaitu pengaturan nafas, akan memberikan ketenangan, kemantapan pikiran dan
lesehatan yang baik.
E. Pratyahara, yaitu pemusatan pikiran dengan cara penarikan indra-indra dari segala objek
luar. Indra-indra yang ditarik dan penempatannya di bawah pengawasan pikiran. Alat-alat
indraya cenderung untuk mengejar nafsunya (wisana), mata mengejar keindahan warna
dan bentuk, telinga mengejar bunyi dan nada, lidah ingin menikmati rasa lezat, hidung yang
mencari bau yang harum, dan peraba yang ingen memegang yang halus. Tiap alat indra
memiliki tugasnya masing-masing, tetapi semua merindukan kenikmatan yang khas.
Maksudnya pratyahara (alat pengaluran) terdiri dari pelepasan alat-alat indriya dan
nafsunya masing-masing, dan dari penyesuain alat-alat indriya dalam bentuk citta dan
buddhi yang murni.
F. Dharana merupakan pemusatan pikiran yang tingkat lebih dalam lagi secara mantap pada
suatu objek tertentu.
G. Dhyana merupakan pemusatan terus menerus tanpa henti dari pikiran terhadap objek atau
yang sering disebut dengan meditasi.
H. Samadhi adalah pemusatan pikiran terhadap objek dengan intensitas konsentrasi
sedemikian rupa sehingga menjadi objek itu sendri, di mana pikiran sepenuhnya bergabung
dalam penyatuan dengan objek yang dimeditasikan atau sudah menyatunya Atman dengan
Paraatman.

Dan disini seorang tidak lagi menyadari lagi adanya proses pikiran yang ada hanyalah objek
renungan yang bercahaya dalam pikiran.

Anda mungkin juga menyukai