Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTEK KLINIK (PKMA)

KEPERAWATAN MATERNITAS

as

DISUSUN OLEH :
IMROTUL SHOLIHAH
NIM (1810017)

PROGRAM STUDI PROGRAM DIPLOMA III


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
2020
STUDI KLINIK
KEPERAWATAN MATERNITAS
“Asuhan keperawatan post partum normal”

DISUSUN OLEH :

IMROTUL SHOLIHAH (1810017)

PROGRAM STUDI PROGRAM DIPLOMA III


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Mioma Uteri Di Rumah Sakit
Yang Di Lakukan Oleh :

NAMA : IMROTUL SHOLIHAH

NIM : 1810017

PRODI : PROGRAM STUDI PROGRAM DIPLOMA III

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktek program studi program diploma iii
departemen keparawatan maternitas yang di laksanakan pada tanggal 20 juli 2020 yang telah
disetujui dan di sahkan pada :

Tanggal :

Hari :

Kepanjen, 20 juli 2020

Mengetahui,

Pembimbin Institusi Pembimbing Klinik


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Menurut laporan World Health Organization (WHO) yang dikutip dalam Priharyanti
Wulandari dan Prasita Dwi Nur Hiba, Untuk AKI di negara-negara Asia Tenggara
diantaranya Indonesia mencapai 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000
kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran
hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan
Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
Menurut Riset Kesehatan Dasar 2018, pelayanan persalinan normal atau pasca
partum di fasilitas kesehatan tahun 2018 di Indonesia 79.3 % dan pada tahun 2018
pelayanan KF lengkap pada perempuan 10-54 di Kalimantan Timur sekitar 38.0 % lebih
meningkat dari pada tahun 2013 (Riskesdas, 2018).
Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2015, tiga faktor kematian Ibu melahirkan
adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, dan infeksi 11%. Menurut Kementerian
Kesehatan RI, sebagai upaya penurunan AKI, pemerintah melalui
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian
lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian
ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab adalah
kurangnya perhatian pada wanita post partum (Maritalia, 2012).
Menurut laporan World Health Organization (WHO) yang dikutip dalam Priharyanti
Wulandari dan Prasita Dwi Nur Hiba, Untuk AKI di negara-negara Asia Tenggara
diantaranya Indonesia mencapai 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000
kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran
hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan
Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
Menurut Riset Kesehatan Dasar 2018, pelayanan persalinan normal atau pasca
partum di fasilitas kesehatan tahun 2018 di Indonesia 79.3 % dan pada tahun 2018
pelayanan KF lengkap pada perempuan 10-54 di Kalimantan Timur sekitar 38.0 % lebih
meningkat dari pada tahun 2013 (Riskesdas, 2018).

Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2015, tiga faktor kematian Ibu melahirkan
adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, dan infeksi 11%. Menurut Kementerian
Kesehatan RI, sebagai upaya penurunan AKI, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan
sejak tahun 1990 telah meluncurkan safe motherhood initiative, sebuah program yang
memastikan semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan
sehat selama kehamilan dan persalinannya. Upaya tersebut dilanjutkan dengan program
Gerakan Sayang Ibu di tahun 1996 oleh Presiden Republik Indonesia. Pada tahun 2012
Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival
(EMAS) dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu dan neonatal sebesar 25%. Upaya
percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu
mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu
hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan
kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan
jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan
keluarga berencana.
Angka Kematian Ibu (AKI) termasuk indikator terpenting dari derajat kesehatan
masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab
kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganan (tidak termasuk kecelakaan
atau kasus insidental) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah
melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Angka
Kematian Ibu (AKI) berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 sebesar 177.
Untuk kematian ibu di Kalimantan Timur mengalami penurunan dari tahun 2013 sejumlah
113 kematian, turun pada 2014 menjadi 104 kasus kematian, tahun 2015 menjadi 100
kasus

kematian, dan lebih turun lagi pada tahun 2016 menjadi 95 kasus kematian Ibu. (Dinas
Kesehatan Kalimantan Timur, 2016)
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas yaitu kunjungan masa nifas paling sedikit
4 kali, kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status kesehatan ibu dan bayi baru
lahir (Saleha, 2009). Masa nifas merupakan proses fisiologis, sehingga bagaimana upaya
yang dilakukan supaya kondisi fisiologis tidak jatuh ke patologis adalah memberikan asuhan
keperawatan pada ibu nifas (Nurniati dkk, 2014).
Berbagai perubahan anatomi dan fisiologis yang nyata terjadi selama masa pasca
partum ini seiring dengan proses yang terjadi selama masa kehamilan dikembalikan.
Pengetahuan tentang proses reproduksi dalam kehamilan dan persalinan merupakan suatu
dasar untuk memahami adaptasi organ generatif dan berbagai sistem tubuh manusia
setelah pelahiran. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).

Istilah puerperium (puer, seorang anak, dtitambah kata parere, kembali ke semula) merujuk
pada masa enam minggu antara terminasi persalinan dan kembalinya organ reproduksi ke
kondisi sebelum hamil. Purperium meliputi perubahan progresif payudara untuk laktasi,
serviks yang mengeluarkan cairan lokia yang normal terjadi dalam tiga tahap yaitu lokia
rubra berwarna merah terang, lokia serosa berwarna merah muda, lokia sanguilenta
berwarna kecoklatan, lokia alba berwarna coklat keputih-putihan dan lokia yang patologis
yaitu lokia purulenta yang berbau busuk disertai nanah. Perubahan yang disebabkan
involusi adalah proses fisiologis normal. Meskipun begitu, involusi yang mencolok cepat
biasanya menandakan adanya penyakit. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014)

Asuhan keperawatan pasca partum atau masa nifas untuk membantu ibu baru dan
keluarganya berhasil beradaptasi pada masa transisi setelah kelahiran anak dan tuntutan
menjadi orangtua. Penekanan asuhan keperawatan pada masa ini adalah pada pengkajian
dan modifikasi faktor faktor yang mempengaruhi pemulihan ibu dari masa nifas untuk
mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum, banyak perawat
menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast (payudara), Uterus (rahim), Bowel
(fungsi usus), Bladder (kandung kemih), Lochia (lokia), Episiotomy (episiotomi/perinium),
Lower Extremity (ekstremitas bawah), dan Emotion (emosi). Kemampuannya untuk
mengemban peran perawatan bayi baru lahir, dan transisi peran dan kemampuan
fungsional ibu serta keluarganya

A.  KONSEP DASAR POST PARTUM


1.    Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar. Persalinan imatur adalah persalinan
saat kehamilan 20-28 minggu dengan berat janin antara 500-1000gr. Persalinan
premature adalah persalinan saat kehamilan 29-36 minggu dengan berat janin antara
1000-2500gr. (Kapita Selekta Kedokteran,2001)
Masa pascapartum adalah suatu masa antara pelahiran sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil. Istilah puerperium (puer, seorang
anak , ditambah kata parere, kembali ke semula) merujuk pada masa enam minggu
antara terminasi persalinan dan kembalinya organ reproduksi ke kondisi sebelum
hamil. (Reeder, Martin, Koniak-Griffin, 2011)
Adaptasi fisiologi dan psikologis post partum
a.    Adaptasi fisiologi post partum (Bobak, 2004)
1) Tanda-tanda vital
Suhu mulut pada hari pertama meningkat 300 C sebagai akibat pemakaian energi saat
melahirkan, dehidrasi maupun perubahan hormonik, tekanan darah stabil, penurunan
sistolik 20 mmHg dapat terjadi saat ini, nadi berkisar antara 60-70 kali per menit.
2) Sistem Kordiovaskuler
Cardiac output setelah persalinan meningkat karena darah sebelumnya dialirkan
melalui utero plasenta dikembalikan ke sirkulasi general. Volume darah biasanya
berkurang 300-400 ml selama proses persalinan spontan. Trombosit pada hari ke 5 s.d
7 post partum, pemeriksaan homans negatif.
3) Sistem Reproduksi
Involusi uteri terjadi setelah melahirkan tinggi fundus uteri adalah 2 jari di bawah pusat,
1-3 hari TFU 3 jari di bawah pusat, 3-7 hari TFU 1 jari di atas sympisis lebih dari 9 hari
TFU tidak teraba.
Macam-macam lochea berdasarkan jumlah dan warnanya:
a)    Lochea rubra : 1-3 berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel desidua, verniks
kaseosa, rambut lanugo, sisa mikonium, sisa darah.
b)   Lochea Sanguinolenta : 3-7 hari berwarna putih campur merah kecoklatan.
c)    Lochea Serosa : 7-14 hari berwarna kekuningan.
d)   Lochea Alba : setelah hari ke-14 berwarna putih.
Macam-macam episiotomi:
e)    Episiotomi mediana, merupakan insisi paling mudah diperbaiki, lebih sedikit
pendarahan penyembuhan lebih baik.
f)    Episiotomi mediolateral, merupakan jenis insisi yang banyak digunakan karena lebih
aman.
g)   Episiotomi lateral, tidak dianjurkan karena hanya dapat menimbulkan relaksasi
introitus, perdarahan lebih banyak dan sukar direparasi.
4) Sistem gastro intestinal
Pengembangan defekasi secara normal lambat dalam seminggu pertama. Hal ini
disebabkan karena penurunan mortilitas usus, kehilangan cairan dan
ketidaknyamanan perineum.
5) Sistem muskuloskeletal
Otot dinding abdomen teregang bertahap selama hamil, menyebabkan hilangnya
kekenyalan otot yang terlihat jelas setelah melahirkan. Dinding perut terlihat lembek
dan kendor.
6)      Sistem endokrin
Setelah persalinan penaruh supresi esterogen dan progesteron berkurang maka timbul
pengaruh lactogenik dan prolaktin merangsang air susu. Produksi ASI akan meningkat
setelah 2 s.d 3 hari pasca persalinan.
7)      Sistem perkemihan
Biasanya ibu mengalami ketidakmampuan untuk buang air kecil selama 2 hari post
partum. Penimbunan cairan dalam jaringan selama berkemih dikeluarkan melalui
diuresis yang biasanya dimulai dalam 12 jam setelah melahirkan.
b.      Adaptasi psikologi post partum (Bobak, 2004)
1)   Fase taking in
Ibu berperilaku tergantung pada orang lain, perhatian berfokus pada diri sendiri, pasif,
belum ingin kontak dengan bayinya, berlangsung 1-2.
2)   Fase taking hold
Fokus perhatian lebih luas pada bayinya, mandiri dan inisiatif dalam perawatan
bayinya, berlangsung 10 hari.
3)   Fase letting go
Ibu memperoleh peran baru dan tanggung jawab baru, perawatan diri dan bayinya
meningkat terus, menyadari bahwa dirinya terpisah dengan bayinya.
menyadari bahwa dirinya terpisah dengan bayinya.
3.      Klasifikasi
Masa Nifas dibagi Menjadi 3 Periode:
1)      Puerpurium Dini
Yaitu pulihnya ibu setelah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama
islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja selama 40 hari.
2)      Puerpurium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3)      Remote Puerpurium
Adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya dan sehat sempurna terutama bila
selama kehamilan atau waktu persalinan mempunyai komplikasi (Synopsis Obstetri I,
2002: 115)
4. Perawatan masa nifas
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap ibu yang baru
melahirkan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Fungsi
perawatan masa nifas yakni memberikan fasilitas agar proses penyembuhan fisik dan
psikis berlangsung dengan normal, mengamati proses kembalinya rahim ke ukuran
normal, membantu ibu untuk dapat memberikan ASI dan memberi petunjuk kepada ibu
dalam merawat bayinya. Perawatan masa nifas sebenarnya dimulai sejak plasenta
lahir, dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan setelah
melahirkan dan infeksi. Bila ada luka robek pada jalan lahir atau luka bekas guntingan
episiotomi, dilakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong
persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan,
khususnya untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan.
Umumnya ibu merasa sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila proses
persalinannya berlangsung cukup lama. Dahulu, ibu harus cukup beristirahat, yakni
harus tidur terlentang selama kurang lebih 8 jam setelah bersalin. Kemudian ia boleh
miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah terjadinya risiko timbunan plak di
pembuluh darah (trombosis dan tromboemboli) akibat terlalu lama tidak bergerak.
Pada hari kedua ibu baru boleh duduk, hari ketiga boleh berjalan dan hari berikutnya
boleh pulang. Tahap-tahap untuk bergerak tersebut tidak mutlak, tergantung pada
adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka. Namun sekarang, setelah
melahirkan ibu dianjurkan untuk mobilisasi secara aktif seawal mungkin jika sudah
memungkinkan. Sesudah bersalin, bila ibu menghendaki, maka diperkenankan untuk
berjalan-jalan, pergi ke kamar mandi bila perlu dan istirahat kembali bila merasa lelah.
Namun sebagian besar menghendaki untuk beristirahat total ditempat tidur selama 24
jam, terutama bila mengalami luka di jalan lahir yang cukup luas. Berbeda halnya jika
persalinan dengan cara bedah sesar yang menggunakan pembiusan melalui tulang
belakang, ibu harus tetap mengikuti tahap-tahap bergerak tersebut, untuk menghindari
efek samping obat bius berupa nyeri kepala yang hebat Setelah melahirkan, ibu harus
segera buang air kecil sendiri. Kadang-kadang timbul keluhan kesulitan berkemih yang
disebabkan pada saat persalinan otot-otot kandung kemih mengalami tekanan oleh
kepala janin, disertai pembengkakan kandung kemih. Bila kandung kemih terisi penuh
sedangkan si ibu tidak dapat buang air kecil, sebaiknya dilakukan pemasangan kateter
(selang kencing), untuk mengistirahatkan sementara otot-otot tersebut, yang
berikutnya diikuti dengan latihan berkemih. Ketidakmampuan berkemih dapat
menyebabkan terjadinya infeksi, sehingga harus diberikan antibiotika. Dalam 3-4 hari
setelah bersalin, ibu harus sudah buang air besar. Bila ada sembelit dan tinja
mengeras, dapat diberikan obat pencahar atau dilakukan klisma (pembersihan usus).
Demam dapat muncul jika tinja tertimbun lama di usus besar.
Dalam hal menyusui, saat ini sedang digalakkan upaya pemberian ASI
sedini mungkin setelah bayi lahir. Bayi diletakkan tengkurap di atas dada ibu yang
masih berbaring, kemudian dalam dekapan ibu, dalam beberapa jam pertama si bayi
akan berusaha mencari puting susu ibunya dan belajar menghisap sehingga dapat
merangsang produksi ASI.
Pada ibu yang bersalin secara normal (bukan operasi), sebaiknya dianjurkan untuk
kontrol kembali 6 minggu sesudah melahirkan. Pemeriksaan meliputi keluhan, selera
makan, gangguan berkemih dan buang air besar, ASI (payudara dan puting susu), luka
jalan lahir, keputihan, riwayat demam dan perdarahan, dan pemeriksaan organ
kandungan. Pemeriksaan tersebut tidak merupakan pemeriksaan terakhir, terlebih jika
ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan. (Fredy Dinata, 2011)
5.      Tanda-tanda bahaya postpartum
a.    Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
b.    Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
c.    Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
d.   Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
e.    Pembengkakan di wajah/tangan
f.     Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
g.    Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
h.    Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
i.      Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
j.          Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri
k.        Merasa sangat letih/nafas terengah-engah
6.      Pemeriksaan Diagnostik
1)   Darah: Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam postpartum (jika HB < 10 g%,
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit dan trombosit.
2)   Klien dengan dower kateter diperlukan cultur urine.
PATHWEY :
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1.    Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan dengan
mengumpulkan data – data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada.
1)        Identitas Klien

a.          Nama Klien

b.         Umur

c.          Suku / Bangsa

d.         Agama

e.          PekerjaanAlamat: Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal.

Anamnesa (Data Subjektif)


a.    Tanggal / jam
b.    Keluhan utama yaitu keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat dilakukan
pengkajian
c.    Riwayat kehamilan yaitu riwayat positif/negatif pasien pada saat sebelum hamil dan
sesudah hamil
d.   Riwayat persalinan
e.    Riwayat persalinan:
1.        Jenis Pesalinan.
2.        Komplikasi dalam persalinan
3.        Placenta dilahirkan secara spontan atau tidak, dilahirkan lengkap atau tidak,
ada kelainan atau tidak, ada sisa placenta atau tidak.
4.        Tali pusat
5.        Perineum
6.        Perdarahan
f.     Proses persalinan Bayi
1.        Tanggal lahir: untuk mengetahui usia bayi
2.        Tekanan darah pada nifas normal < 120 / 80 mmHg.
3)        Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
a.         Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan ibu secara umum. Nifas normal
biasanya baik.
b.         Keadaan emosional
Untuk mengetahui apakah keadaan emosional stabil / tidak dan apakah terjadi post
partum blues (depresi) pada post partum pada klien tersebut. Pada ibu nifas normal
keadaan emosional stabil.
c.         Tanda Vital: 36,40C sampai 37,40C.
d.        Pemeriksaan fisik
a.         Muka
1)          Kelopak mata : ada edema atau tidak
2)          Konjungtiva : Merah muda atau pucat
3)          Sklera : Putih atau tidak
b.        Mulut: Lidah bersih
1). Gigi : ada karies atau tidak ada.
c.         Leher
1)      Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak
2)      Kelenjar getah bening : ada pembesaran atau tidak.
3)      Dada
4)      Jantung : irama jantung teratur.
5)      Paru-paru : ada ronchi dan wheezing atau tidak.
6)      Payudara
7)      Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, pengeluaran colostrum
(Mochtar, 1990 : 102).
8)      Punggung dan pinggang
9)      Posisi tulang belakang : normal atau tidak. Tidak normal bila ditemukan lordosis.
10)  CVAT : ada / tidak nyeri ketuk. Normalnya tidak ada.
11)  Abdomen
Bekas luka operasi: untuk mengetahui apakah pernah SC atau operasi lain.
e.         Uterus
Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana kontraksi uterus, konsistensi uterus, posisi
uterus. Pada ibu nifas 1 hari post partum normal TFU 2 jari di bawah pusat dan
kontraksinya baik. Konsistensinya keras dan posisi uterus di tengah.
f.          Pengeluaran lochea
Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada umumnya dan
menentukan adanya kelainan atau tidak. Pada ibu nifas yang normal 1 hari post
partum loceha warna merah jumlah + 50 cc, bau : dan konsistensi encer (Mochtar,
1998 : 116).
g.         Perineum
Untuk mengetahui apakah pada perineum terdapat jahitan ataupun bekas jahitan atau
tidak. Pada nifas normal bisa ditemukan bekas jahitan. Kaji kebersihan area perineum.
h.         Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak, pada ibu nifas normal
kandung kemih tidak teraba.
i.           Extremitas atas dan bawah
1)   Edema : ada atau tidak
2)   Kekakuan otot dan sendi : ada atau tidak
3)   Kemerahan : ada atau tidak
4)   Varices : ada atau tidak
5)   Reflek patella kanan & kiri: normalnya + Reflek patella negatif pada
hypovitaminase B1 dan penyakit urat syarat (Mochtar, 1998 : 102)

3.        Pernapasan pada nifas normal 16 –Nadi pada nifas normal 80 – 100 x/menit 20
x/menit, suhu normalnya 360 C
4.        BB dan PB : untuk mengetahui BB bayi normal atau tidak Normalnya > 2500 gr,
BBLR < 2500 gr, makrosomi > 4000 gr.
5.        Cacat bawaan : bayi normal atau tidak
6.        Air ketuban: Air ketubannya normal atau tidak. Normalnya putih keruh. Banyaknya
normal atau tidak. Normalnya 500-1000 cc.
4)        Uji Diagnostik
a)         Darah: pemeriksaan Hb. HB ibu nifas normal: Hb normal 11 gram %
b)        Golongan darah
Pemeriksaan golongan darah penting untuk transfusi darah apabila terjadi komplikasi.
2.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah (carpenito, 2000)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien postpartum menurut Marilyn
doengoes, 2001 yaitu :
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Resiko infeksi berhubungan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
3. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan

3.      Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi
masalah masalah klien.
Intervensi keperawatan yang mungkin dilakukan pada pasien dengan Post Partum
Normal seperti tabel di bawah ini :
Perencanaan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik d.d trauma jaringan sekunder
akibat luka jahitan episiotomi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri berkurang atau
hilang.

Kriteria Hasil :
- Nyeri berkurang atau hilang.
- Ekspresi wajah rileks.
- Pasien mampu melakukan tindakan dan mengungkapkan intervensi untuk mengatasi
nyeri dengan cepat.
- Tanda-tanda vital normal (tekanan darah 120/ 80 mm Hg. Nadi 80-88 x/ menit)
Intervensi Rasional
Tentukan lokasi dan sifat nyeri. mengidentifikasikan kebutuhan-
kebutuhan khusus dan intervensi yang
tepat
Inspeksi perbaikan perineum dan dapat menunjukkan trauma berlebihan
episiotomi pada jaringan perineal dan atau
terjadinya komplikasi yang memerlukan
evaluasi atau intervensi lebih lanjut.
Anjurkan klien untuk duduk dengan penggunaan pengencangan gluteal saat
mengkontraksikan otot gluteal. duduk menurunkan strees dan tekanan
langsung pada perineum.
Berikan informasi tentangberbagai membantu menurunkan/ memberikan
startegiuntuk menurunkan nyeri, rasa nyaman.
misalnya teknik relaksasi dan distraksi
Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan kenyamanan sehinggan
pemberian analgetik klien dapat memfokuskan pada
perawatan sendiri dan bayinya.

2. Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer d.d


trauma jaringan dan kerusakan kulit
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
- Luka episiotomi sembuh dengan sempurna dan tidak ada tanda- tanda infeksi (color,
tumor, dolor, dan fungsio laesa)
- Pasien mampu mendemontrasikan teknik-teknik untuk meningkatkan
penyembuhan.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (36-37º C)
Intervensi Rasional
Kaji adanya perubahan suhu. Peningkatan suhu sampai 38,3º C
pada 2-10 hari setelah melahirkan
sangat menandakan infeksi.
Observasi kondisi episiotomi seperti Dapat menunjukkan trauma
adanya kemerahan, nyeri tekan berlebihan pada jaringan parenial
yang berlebihan dan eksudat yang dan atau terjadinya komplikasi yang
berlebihan. memerlukan evaluasi intervensi
lebih lanjut.
Anjurkan pada pasien untuk membantu mencegah penyebaran
mencuci tangan sebelum dan infeksi.
sesudah menyentuh genital.
Catat jumlah dan bau lochea atau Lochea normal mempunyai bau
perubahan yang abnormal. amis, lochea yang purulen dan bau
busuk menunjukkan adanya infeksi.
Anjurkan pada pasien untuk Membantu mencegah
mencuci perineum dengan kontaminasi rektalmemasuki
menggunakan sabun dari depan
vagina atau uretra
kebelakang dan untuk mengganti
pembalut sedikitnya setiap 4 jam
atau jika pembalut basah
Ajarkan pada klien tentang cara Meningkatkan pengetahuan
perawatan luka perineum klien tentang perawatan vulva/
perineum.

Kolaborasi untuk pemberian Mencegah infeksi dan


anti biotik penyebaran kejaringan sekitar.

3. Konstipasi berhubungan dengan ketakutan mengalami defekasi yang nyeri akibat


episiotomi
Tujuan :
Setelah diberi tindakan keperawatan, pasien dapat BAB sedini mungkin
Kriteria Hasil :
Melaporkan keluarnya feses disertai berkurangnya nyeri Ibu merasa tidak takut lagi saat
defekasi
Intervensi Rasional
Kaji bising usus klien Untuk menentukan apakah peristaltik telah kembali
normal setelah melahirkan

Palpasi untuk diastasis rektil cairan yang cukup mencegah terjadinya konstipasi

Kaji feses untuk warna, konsistensi, feses yang berbentuk dan keras mengindikasikan
jumlah dan frekuensi. asupan cairan atau serat tidak adekuat.
Berikan penkes tentang diit diit tinggi serat memperlancar system pencernaan
makanan tinggi serat
Kolaborasi pemberian obat Sebagai obat pencahar untuk mempermudah BAB
pencahar atau supositoria

4.      Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap
proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan
5.      Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak.

BAB VI
Asuhan Keperawatan Pada Ibu Nifas Ny. M

PENGKAJIAN
Tanggal : 20-07-2020
Jam : 09.30
Tempat : RSUD Kepanjen

A. DATA SUBYEKTIF
1. IDENTITAS
Nama : Ny.M Nama Suami : Tn.Y
Umur : 23 Umur : 28
Agama : islam Agama : islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Penghasilan : - Penghasilan :Rp.
1.000.000,00
Alamat : depok Alamat : depok
No Reg : 9043XXX
Diagnosa Medis : Post Partum
Tgl. MRS : 28-07-15

2. KELUHAN UTAMA
keluhan utama saat ini: px mengatakan nyeri pada luka jalan lahir
3. RIWAYAT KESEHATAN
 Penyakit yang lalu :px mengatakan sebelumnya mengeluh kencang –kencang sejak 3 jam
sebelum masuk masukrmah sakitpada tanggal 28- 07 -2015 jam00.25 WIB. Sebelumnya
pasien datang kebidan namun di rujuk ke RSUD Kepanjen untuk mendapatkan
penanganan yang memadai

Penyakit sekarang : px mengatakan nyeripada luka jalan lahir

 Penyakit Keluarga : px mengatakan tidak menderita penyakit yang mengharuskan berobat


4. RIWAYAT GINEKOLOGI

Px mengalami menarche pada usia 15 tahun, lama menstruasi 8 hari dengan siklus 28
hari. Darah yang keluar biasanya cukup sedang , encer, berwarna merah, dengan bau
amis. Hari pertama menstruasi terakhir (HTHT) 27-10-2014 dengan hari perkiraan lahir
(HPL) 04-07-2015.

5. RIWAYAT OBSTETRI

Px G1P1Ab0 , anak pertama laki-laki dengan BBL 2900 gram, lahir spontan, di RSUD
Kab. Malang.

6. RIWAYAT KEHAMILAN,PERSALINAN DAN NIFAS YANG LALU


 Tabel 2. Riwayat kehamilan

No TGL/BLN/T Usia Tem Jenis pen Peny JK BB PB Nifas Usi Hidu


HN keha pat pers olon ulit Bay bayi Bay a p/ma
milan pers alina g i i ana ti
alina n k
n
1 28-07- 2015 RSU Spon - Coas L 290 48C 2bula 1 Hidu
D tan dan 0 M n min p
Kepa bidan ggu
njen

7. RIWAYAT PERSALINAN DAN KELAHIRAN SAAT INI


7.1 Lama Persalinan :
a. kala I : 5 jam 20 menit
b. kala II : 10 menit
c. kala III : 5 menit
total waktu persalinan 4 jam 35 menit.
7.2 Posisi fetus memanjang, punggung kiri, dengan presentasi kepala.
7.3 tipe kelahiran spontan
7.4 penggunaan analgesic dan anestesi, selama proses persalinan px tidak diberikan
analgesic dan anestesi.
7.5 masalah selama persalinan tidak ada bayi lahir spontan, terjadi rupture perineum derajat 1
dengan jahitan dalam 1 luar 1. Jumlah perdarahan kala I 0 cc, kala II 0 cc, kala III 100 cc,
kala IV 50 cc. Total perdarahan 150 cc.
8. DATA BAYI SAAT INI
keadaan umum bayi baru lahir :
a. jenis kelamin : laki-laki
b. Berat Badan : 2900 gram
c. Panjang Badan : 48 cm
d. Lingkar Kepala : 32 cm
e. Lingkar dada : 33 cm
f. Lingkar Perut : 31,5 cm
g. Lingkar Lengan Atas : 10,5 cm

9.KEADAAN PSIKOLOGIS IBU :


a. Pengkajian reva rubin
Talking In
Ditandai dengan klien tampak lemas, kelelahan, dan masih belum beraktivitas.

b. Bouding Attachment
Bouding (+)
Ditandai dengan ibu merasa senang dan bahagia saat bertemu bayinya.
Attachment (+)
Ditandai dengan bayi diam dan tertidur saat didekatkan denag ibunya

c. Post partum blues


Ibu mengalami penurunan nafsu makan.

10. RIWAYAT KB
Usia : 22 tahun
berapa kali : 1 kali menikah
Jarak perkawinan & kehamilan pertama : 1 th

11. LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA

Px berasal dari suku jawa dan beragama islam sehingga kebudayaan yang umum di
masyarakat masih dilakukan seperti tujuh bulanan dan slametan lainnya. Px sangat
bersyukur bayinya dapat lahir selamat mengingat usia kehamilan yang mundur
12. POLA AKTIVITAS

Tabel Pola aktivitas

No Komponen Hasil
1. Pola persepsi kesehatan Px mengatakan bayi ini merupakan anak
pemeliharaan kesehatan kedua, anak pertamanya dulu juga di lahirkan
di RSUD, jadi ibu merasa yakin atas
kemampuannya untuk merawat bayinya ini.
Selama ini px rajin memeriksakan diri ke
dokter kandungan, jika merasa tidak enak
badan juga langsung ke puskesmas atau ke
dokter praktek
2. Pola nutrisi-metabolisme Px makan 3 kali sehari, minum 6-8 gelas
perhari, selama hamil muda merasa mual
muntah tapi semakin bertambah usia
kehamilan gejala semakin hilang. Sekarang
px sudah mulai makan-makanan kecil yang
dibawa oleh suaminya.
3. Pola aktivitas-latihan Selama hamil ibu sering jalan-jalan
bersama suami dan aktivitas sehari-hari
dapat dilakukan mandiri, sekarang px
merasa lelah dan ingin tidur, juga tampak
berhati-hati ketika bergerak di tempat
tidur.
Px tidak mampu masuk dan keluar dari
kamar mandi sehingga aktifitas
kebersihan diri dibantu oleh keluarga
4. Pola eliminasi Biasanya px BAB 1-2 kali sehari dengan
konsistensi lunak dan BAK 6-8 kali sehari
selama hamil. Setelah melahirkan BAB
belum, sedangkan BAK 1 kali tadi pagi.
5. Pola istirahat - tidur Selama hamil pola istirahat / tidur tidak ada
gangguan, tidur siang selama 2 jam dan
malam tidur jam 21.00 WIB dan bangun pagi
jam 04.30 WIB. Semalam px tidak dapat tidur
karena dalam proses persalinan, baru
setelah bayi lahir dan ibu dimandikan
kemudian dapat tidur sebentar.
6. Pola persepsi kognitif Px mengatakan merasa sakit pada daerah
kemaluan. Px juga mengatakan bahwa
kehamilan yang sekarang ini tidak
disengaja karena gagalnya IUD, tetapi ibu
dan suaminya merasa senang juga
dengan kehadiran anak yang kedua ini
7. Pola persepsi terhadap diri Px sangat kooperatif terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan dan
meyakini bahwa semua tindakan itu
adalah untuk mempercepat menolong
diri dan bayinya
8. Pola hubungan peran Orang terdekat adalah suaminya dan ibunya
yang selalu mendampingi. Ibu mengatakan
selama ini hubungan antar anggota keluarga
dan masyarakat sekitar baik-baik saja.
9 Pola seksualitas-reproduksi Selama hamil sudah ada kesepakatan
dengan suami untuk menguirangi
frekuensi hubungan seksual. Tidak ada
gangguan dalam melakukan aktivitas
tersebut, juga tidak terjadi kontak
bleeding
10. Pola stress-koping Px berpenampilan rapi, berbicara pelan-
pelan dan selalu minta pertimbangan suami
atau ibunya jika ada masalah atau harus
mengambil keputusan.

11. Pola kepercayaan nilai-nilai Px berasal dari suku jawa dan beragama
islam sehingga kebudayaan yang umum
di masyarakat masih dilakukan seperti
tujuh bulanan dan slametan lainnya. Px
sangat bersyukur bayinya dapat lahir
selamat mengingat usia kehamilan yang
mundur.

B. DATA OBJEKTIF
1. KEADAAN UMUM
a. kesadaran : compos mentis , GCS : 456
b. Tanda-Tanda Vital :
 TD : 115/86 mmHg
 N : 88 x / Menit
 RR : 20 x / menit
 S : 36,5oc
 BB : sebelum hamil 53kg, saat hamil 63kg
 TB : 157cm

2. PEMERIKSAAN FISIK

a. Kepala
Bentuk simetris, wajah bersih simetris tidak ada lesi, tampak meringis,
penyebaran rambut merata.
b. Mata
Konjungtiva merah,pengelihatan baik
c. Hidung
Tidak keluar cairan, penciuman baik
d. Hidung
Tidak keluar cairan, penciuman baik
e. Telinga
Simetris, bersih, tidak keluar cairan, pendengaran baik
f. Mulut
Keadaan bersih, tidak terdapat sariawan, lidah bersih, pengecapan baik.
g. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid
h. Dada
I : Simetris
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Resonan
A : vasikule
i. Jantung
I : Nadi optical berdenyut
P : Nadi optical teraba
P :
A : Tidak ada nyeri tekan
j. Payudara
Puting menonjol, aerola mamae meluas, tidak ada varies, ASI belum keluar.
k. Perut
I : simetris , terdapat striac
A : Bising usus (+)
P : Tympani
P : tidak ada nyeri Tekan
l. Kulit
Turgor kulit baik, warna sawp matang
m. Ekstemitas
1) Atas : terpasang infus ditangan kiri, pergerakan terbatas.
2) Bawah : pergerakan terbatas, klien terlihat berhati-hati saat bergerak
n. Genetalia
Tidak terpasang kateter, bersih, terdapat luka jahitan pada perinium
o. Anus
Tidak terdapat hemoroid, tidak terdapat iritasi
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tanggal 28 juni 2015

Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan Metode
Rujukan
Darah Rutin
Hemoglobin 14.4 13.5 – 17.5 9 / dl Spectiophotometry
Lekosit 13.3 4 – 10 ribu E. Impedance
Eritrosit 4.73 4.5 – 6.8 juta E. Impedance
Hematrokit 43.1 40 – 50 % Integration Volume
Monosit 0.4 0.2-1.0
Granulasit 11.5 2-4
Trombosit 22,1 150 – 400 ribu E. Impedance
Limfosit % 10.5 25-40
Monosit % 2.8 2-8
Granulasit % 86.6 50-80
SGOT 18 >29
SGPT 9 >25
Ureum 15-47
kreatinin 0.50 <1
Hbs.Ag Non
Reactive
b. Terapi
Tanggal 28 juni 2015
 Ciprotiaxin 2 x 1 (500mg)
 Infus RL 20 Tpm

c. Pengkajian Nyeri
DS : Klien mengatakan nyeri pada jalan lahir
P : luka jalan lahir
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : pada perinium
S : skala nyeri 5
T : Timbul Terus menerus
DO : Pasien mengeluh nyeri
Wajah tampak meringis

ANALISA DATA
Hari/ Tanggal/ Data Fokus Etiologi Masalah
Jam keperawatan
Minggu, 18 juni DS : Klien mengatakan Post partum Nyeri Akut
2015 nyeri pada jalan lahir
P : luka jalan lahir Perubahan
Q: seperti ditusuk-tusuk fisiologi
R: pada perinium
S: skala nyeri 5 Proses involusi
T: Timbul Terus menerus
DO: Peningkatan
Pasien mengeluh nyeri kadar oeytosin
Wajah tampak meringis peningkatan
dan menahan kesakitan kontraksi uterus
TTV : 115/86 mmHg
RR: 20X / Menit Nyeri Akut
Suhu : 36.5oC
Nadi : 88x / menit
Minggu, 18 juni DS : Klien mengatakan Nyeri akut Konstipasi
2015 tiga hari tidak BAB
kebiasan BAB dua kali Takut mengejan
sehari
DO : Konstipasi
-inpeksi :pembesaran
abdomen.
-palpasi : perut terasa
keras, ada impaksi feses
-perkusi : redup
-Auskultasi : bising usus
tidak terdengar
TTV : 115/86 mmHg
RR: 20X / Menit
Suhu : 36.5oC
Nadi : 88x / menit
Minggu, 18 juni DS : Kien mengatakan Post partum Resiko tinggi
2015 nyeri pada luka perinium infeksi
DO : Perubahan
Perubahan fisiologi dan fisiologi
genetelia tampak kotor
TTV : 115/86 mmHg Vagina dan
RR: 20X / Menit perineum
Suhu : 36.5oC
Nadi : 88x / menit Ruptur jaringan

Personal hygiene
kurang baik

Geneterlia kotor

Resiko infeksi
1. INTERVENSI

No DX keperawatan Kriteria hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)

1. Nyeri Akut berhubungan Setelahdilakuan tindakan Manajemen Nyeri


dengan agen pencedera keperawatan selama 3x24 Observasi
fisik jam diharapkan nyeri dapat - kaji lokasi,
berkurang dengan Kriteria karakteristik,
Hasil : durasi, frekuensi,
-Keluhan nyeri menurun (5) kualitas, intensitas
-Tidak tampak meringis (5) nyeri
-Gelisah menurun (5) - Identifikasi skala
nyeri
- Identifikasi
respon nyeri non
verbal
- Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
- Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik
-Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
- Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

2. Konstipasi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Latihan eliminasi


dengan ketakutan keperawatan selama 3x24 fekal
mengalami defekasi yang jam, infeksi tidak terjadi
observasi
nyeri akibat episiotomi dengan Kriteria Hasil :
-kontrol pengeluaran feses -monitor perstaltik
menurun (2) usus secara terarur
-keluhan defekasi lama dan Terapeutik
sulit (5) -Anjurkan waktu yang
-mengejan saat defekasi konsisten untuk buang
menurun (5)
air besar
-berikan
privasi,kenyamanan
dan posisi yang
meningkatkan proses
defekasi
Edukasi
-anjurkan
menkonsumsi
makanan terlalu,
sesuai program atau
hasil konsultasi
-anjurkan asupan yang
adekuat sesuai
kebutuhan
Kolaborasi
-kolaborasi
penggunaan
supositoria, jika perlu

3. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Perawatan


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 parineum
ketidakadekuatan jam, infeksi tidak terjadi Observasi
pertahanan tubuh primer dengan Kriteria Hasil :
d.d trauma jaringan dan -Kemerahan menurun (5) - inspeksi insisi
kerusakan kulit -Keluhan nyeri menurun (5) atau robekan
-Bengkak menurun (5) parineum
Terapeutik
-fasilitasi dalam
membersihkan
parineum
-pertahankan
parineum tetap
kering
-berikan posisi
nyaman
-bersihkan area
perineum secara
teratur
-berikan pembalut
yang menyerap
cairan
Edukasi
-ajarkan pasien
dan keluarga
mengobservasi
tanda abnormal
pada parineum
Kolaborasi
-kolaborasi
pemberian anti
inflamasi dan
analgesik

3. IMPLEMENTASI

Tgl/ No.DX keperawatan Implementasi


jam

21-07- 1. Nyeri akut 1. Mengkaji lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,


20 kualitas, intensitas nyeri
2. mengidentifikasi skala nyeri
09.30
3. memberikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
5. menjelaskan strategi meredakan nyeri
6. menganjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
7. mengidentifikasi karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
8. mengidentifikasi riwayat alergi obat
9. memonitor efektifitas analgesik
10. melakukan kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi

21-07- 2. konstipasi
20 1. monitor perstaltik usus secara terarur
09.30 2. Anjurkan waktu yang konsisten untuk buang air
besar
3. berikan privasi,kenyamanan dan posisi yang
meningkatkan proses defekasi
4. anjurkan menkonsumsi makanan terlalu, sesuai
program atau hasil konsultasi
5. anjurkan asupan yang adekuat sesuai kebutuhan
6. kolaborasi penggunaan supositoria, jika perlu

21-07- 3. Resiko Infeksi 1. menginspeksi insisi atau robekan parineum


2. memfasilitasi dalam membersihkan parineum
20
3. mempertahankan parineum tetap kering
09.30 4. memberikan posisi nyaman
5. membersihkan area perineum secara teratur
6. memberikan pembalut yang menyerap cairan
7. mengajarkan pasien dan keluarga
mengobservasi tanda abnormal pada parineum
8. melakukan kolaborasi pemberian anti inflamasi
dan analgesik

4. EVALUASI

Tgl/ No.DX Perkembangan pasien


jam keperawatan

21- 1. S: klien mengatakan nyeri jahitan pada daerah jalan lahir


berkurang dari skala 5 menjadi skala 4, hilang timbul
07-20
O: ekspresi klien meringis menahan nyeri saat akan mencoba
09.30 duduk. Antalgin 500mg sudah diminum,
-TD: 115/86 mmHg
-N:88x/menit
-RR : 20X/menit
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan semua intervensi

21- 2. S: Klienmengatakan tiga hari tidak BAB kebiasan BAB


07-20 dua kali sehari
09.30 O: abdomen tampak tegang
- inpeksi :pembesaran abdomen.
-palpasi : perut terasa keras, ada impaksi feses
-perkusi : redup
-Auskultasi : bising usus tidak terdengar

-TD: 115/86 mmHg


-N:88x/menit
-RR : 20X/menit
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan semua intervensi

21- 3. S: Kien mengatakan nyeri pada luka perinium


07-20 O: Perubahan fisiologi dan genetelia tampak kotor
09.30
-TD: 115/86 mmHg
-N:88x/menit
-RR : 20X/menit
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan semua intervensi

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri Patologi, Bagian


Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.
Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Jakarta.
http://www.slideshare.net/septianraha/asuhan-keperawatan-pada-ny-d-dengan-post-
partum-normal-di-wilayah-kerja-puskesmas-delanggu-klaten diakses pada
tanggal 22 Juni 2014
http://dwitasari37.blogspot.com/2013/09/post-partum.html diakses pada tanggal 22
Juni 2014
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

BAB VI
DISCHARGE PLANNING
Discharge planning No reg :
Nama :
Jk :
Tanggal MRS Tanggal KRS :
Bagian Bagian :
Dipulangkan dari RS dengan keadaan  Pulang paksa
 Sembuh  Lari
 Meneruskan dengan obat  meninggal
jalan
 Pidah ke RS lain
A. Kontrol
a. Waktu: -
b. Tempat: -

B.Lanjutkan keperawatan di rumah (luka operasi, pemasangan gift,pengobatan,


dan lain-lain)
 kaji asupan cairan yang masuk ke tubuh pasien

 kaji nutrisi yang masuk ke tubuh pasien

C. Aturan diet/nutrisi:
Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein, buah-buahan, sayur
dan biji-bijian yang dapat membantu penyembuhan luka setelah melairkan dan
melancarkan ASI

D. Obat-obat yang masih diminum dan jumlahnya:

E. Aktivitas dan istirahat:

o Jangan melakukan aktifitas berat


o Mulai dengan aktifitas yang ringan

Lain – lain :

Hal yang harus dibawah pulang (hasil lab, foto,EKG, obat, lainnya)

Malang

Pasien / keluarga Perawat

(_____________)
(__________)
Laporan no. 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Disusun Oleh:

1. Doni andrianto (1810010)


2. Imrotul sholihah (1810017)
3. Lailatul masruroh (1810022)
4. Novi dwi sylviana (1810025)

PROGRAM STUDI PROGRAM DIPLOMA III


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Pembahasan : Efek Samping KB 3 Bulan


Sub Pokok Pembahasan : Menjelaskan Mengenai Efek Samping KB 3
Sasaran : ibu –ibu
Hari/Tanggal : Rabu 21 Juli 2020
Jam /Waktu : 09.00)
Tempat : Desa Patuksari Rt. 01 Rw.01 Kec Wonosari
Penyuluh : Perawat

A. Latar belakang
 Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit tentang efek samping KB 3 bulan diharapkan
ibu-ibu mengetahuinya
 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, Ibu diharapkan mampu:
a Mengetahui pengertian KB 3 bulan
b Mengetahui kelebihan KB 3 bulan
c Mengetahui efek samping KB 3bulan
d Mengetahui manfaat KB 3 bulan

B. Isi Materi (Uraian materi penyuluhan terlampir/dilampirkan)


a. Mengetahui pengertian KB 3 bulan
b. Mengetahui kelebihan KB 3 bulan
c. Mengetahui efek samping KB 3bulan
d. Mengetahui manfaat KB 3 bulan

C. Media
 Video

D. Metode Penyuluhan
 Ceramah
E. Setting Tempat

Keterangan :

: Penyuluh : Fasilitator

: Moderator : Observer

: Peserta

A. Pengorganisasian
1. MODERATOR : (Nama)
Tugas :
a. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
b. Memperkenalkan diri (Institusi)
c. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
d. Menyebutkan materi yang akan diberikan
e. Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu penyuluhan
f. Menulis pertanyaan yang diajukan peserta penyuluhan.
g. Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi.
h. Mengatur waktu kegiatan penyuluhan

2. PENYULUH :
Tugas :
a. Menggali pengetahuan peserta tentang kb suntik 3 bulan
b. Menjelaskan materi mengenai kb suntik 3 bulan
c. Menjawab pertanyaan peserta

3. FASILITATOR :
Tugas :
a. Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan
b. Mengatur teknik acara sebelum dimulainya penyuluhan
c. Memotivasi keluarga klien agar berpartisipasi dalam penyuluhan
d. Memotivasi masyarakat untuk mengajukan pertanyaan saat moderator
memberikan kesempatan bertanya
e. Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta
f. Membagikan leaflet kepada peserta di akhir penyuluhan

4. OBSERVASI :
Tugas :
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b. Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama kegiatan penyuluhan
berlangsung
c. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta

1. Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam


(5 menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Menggali pengetahuan memperhatikan
sasaran tentang efek
samping kb suntik 3 bulan 3. Menjawab pertanyaan
4. Menjelaskan tujuan 4. Mendengarkan dan
Penyuluhan memperhatikan
5. Membuat kontrak waktu 5. Menyetujui kontrak waktu

2. Kegiatan Inti 1. Menjelaskan tentang 1. Mendengarkan dan


a Mengetahui pengertian
KB 3 bulan
b Mengetahui kelebihan
KB 3 bulan
c Mengetahui efek
samping KB 3bulan
d Mengetahui manfaat
KB 3 bulan

2. Memberikan kesempatan
untuk bertanya
3. Menjawab pertanyaan
Peserta
3. Penutup 1. Menyimpulkan materi 1. Mendengarkan dan
(5 menit) yang disampaikan oleh Memperhatikan
Penyuluh 2. Menjawab pertanyaan
2. Mengevaluasi peserta yang diberikan
atas penjelasan yang 3. Menjawab salam
disampaikan dan
penyuluh menanyakan

4. Evaluasi lisan
a) Jelaskan pengertian kb suntik 3 bulan

b) Jelaskan efek samping kb suntik 3 bulan

c) Jelaskan manfaat kb suntik 3 bulan


d) Jelaskan kelebihan kb suntik 3 bulan

5. Materi
Suntik KB 3 bulan adalah metode kontrasepsi hormonal yang mengandung hormon
progestin, namun tidak mengandung estrogen. Kontrasepsi ini bekerja dengan mencegah
pengeluaran sel telur sehingga tidak akan terjadi pembuahan sel telur oleh sperma. Satu suntikan
diberikan setiap tiga bulan dan suntikan tersebut sangat efektif apabila rutin diberikan secara tepat
waktu.

Efek Samping Suntuk KB 3 Bulan


Banyak ibu yang memiliki beberapa keluhan setelah memakai suntik KB 3 bulan. Agar tidak muncul
ketakutan yang berlebihan, akan lebih baik untuk mengetahui beberapa hal yang mungkin terjadi
setelah pemakaian suntik KB 3 bulan sebelum membulatkan niat untuk memilih metode tersebut.

1. Perubahan Pola Menstruasi


Perubahan haid bulanan merupakan efek samping yang sangat umum bagi pengguna suntik KB 3
bulan, yang biasanya terjadi selama beberapa bulan pertama pemakaian. Perubahan ini bisa berupa
haid yang tidak teratur dan munculnya flek. Perdarahan banyak juga merupakan salah satu efek
samping suntik KB 3 bulan, namun tidak banyak pengguna yang mengalaminya.

Dalam beberapa bulan pemakaian sering terjadi Amenore (tidak haid) pada pengguna suntik KB 3
bulan. Namun jangan khawatir karena hal ini tidak mempengaruhi kesuburan secara permanen dan
jarang merupakan tanda kehamilan. Kebanyakan ibu khawatir, apakah darah akan menumpuk di
tubuh apabila tidak haid? Tentu saja tidak. Haid disebabkan oleh peluruhan dinding rahim apabila sel
telur yang dilepaskan tidak dibuahi. Apabila sel telur tidak dilepaskan, maka haid tidak terjadi.

2. Perubahan Berat Badan


Beberapa ibu juga mengeluh karena terjadi perubahan berat badan. Rata-rata berat badan bisa naik
sebesar 1-2kg tiap tahun, namun terkadang bisa juga lebih. Mengatasi kenaikan berat badan sebagai
efek samping dari suntik KB 3 bulan erat hubungannya dengan asupan gizi dan gaya hidup sehat.
Untuk itu, kenaikan berat badan dapat dikontrol dengan pola makan yang baik dan olahraga yang
cukup.

3. Sakit Kepala, Nyeri Payudara, dan Perubahan Susana Hati 


Beberapa keluhan lain yang mungkin terjadi adalah sakit kepala ringan, nyeri payudara, perubahan
suasana hati, mual-mual, rambut rontok, penurunan gairah seksual, maupun munculnya jerawat.
Keluhan ini sangat tidak umum dialami pengguna suntik KB 3 bulan. Sakit kepala dapat diatasi
dengan minum obat parasetamol atau ibuprofen.

Kelebihan suntik KB 3 bulan:

 Tidak berinteraksi dengan obat-obatan lain.

 Relatif aman untuk ibu menyusui

 Bermanfaat bagi wanita yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung
estrogen.
 Tidak perlu repot mengingat untuk mengonsumsi pil kontrasepsi setiap hari.

 Tidak perlu berhitung lebih dulu saat berhubungan seksual. Bergantung jenisnya, suntikan
dapat bertahan hingga 8–13 minggu.

 Jika ingin berhenti, tidak perlu repot harus ke dokter. Cukup hentikan saja pemakaiannya.

 Dapat mengurangi risiko timbulnya kanker ovarium dan kanker rahim.

Manfaat menggunakan KB suntik 3 bulan

Ada beberapa manfaat dari menggunakan KB suntik ini yang bisa menjadi pertimbangan Anda.

1. Efektif

Menurut Planned Parenthood, KB suntik 3 bulan adalah metode kontrasepsi yang tergolong efektif
mencegah kehamilan. Namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, KB suntik ini hanya akan
efektif selama 3 bulan, dan Anda harus mendapatkan suntikan berikutnya tepat waktu.

2. Mudah dan cepat

KB suntik ini tentu tergolong cepat dan mudah. Pasalnya, Anda hanya perlu mengingat untuk
menggunakannya sebanyak empat kali dalam setahun. Di samping itu, jika Anda menggunakan KB
suntik ini, Anda tidak perlu repot minum pil KB setiap hari, atau memakainya saat berhubungan seks.

Bahkan, jika dokter mengizinkan, Anda bisa melakukan suntik KB ini secara mandiri di rumah. Tentu
sangat mudah, bukan?

3. Tidak bersifat permanen

Berbeda dengan metode sterilisasi, suntik KB tidak bersifat permanen. Maka itu, penggunaannya
yang hanya sementara ini tidak membuat Anda tidak bisa memiliki anak untuk selamanya. Anda pun
bisa mengatur kapan waktu yang tepat bagi Anda untuk punya anak.

Artinya, jika setelah sekian lama menggunakan KB suntik lalu tiba-tiba berubah pikiran, Anda bisa
berhenti menggunakannya dan memulai program hamil bersama pasangan.

4. Dapat mengurangi rasa nyeri karena menstruasi

KB suntik yang berlaku hingga 3 bulan juga bisa membantu mengurangi rasa nyeri karena
menstruasi. Bukan hanya itu, penggunaan KB ini juga bisa membantu perdarahan menjadi lebih
ringan. Bahkan pada beberapa wanita, menstruasi akan berhenti selama menggunakan metode
kontrasepsi yang efektif ini.
Namun, bukan berarti Anda tidak akan menstruasi selamanya. Jika Anda berhenti menggunakan KB
suntik, menstruasi Anda akan berlangsung kembali seperti semula.

DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : YBP-Sarwono


BKKBN. 2003. Materi Konseling. Jakarta :BKKBN
----------. 2007. Buletin Program KB Nasional No.2 Tahun 2007
----------.2008.Penduduk Indonesia bertambah 3 Juta setiap tahun. www.bkkbn.go.id/jateng.
tanggal 11 Juli 2008.23:18
Depkes RI. 1999. Pedoman Penanggulangan Efek Samping/ Komplikasi Kontrasepsi.
Jakarta : Depkes RI
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan
Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri Jilid 2 edisi 2. Jakarta : EGC Novianto, 2003.
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta : Bringin55 Saifuddin, Abdul Bari. 2003.
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : YBP-Sarwono P
Siswosudarmo, Moch. Anwar, Ova Emilia. 2001. Teknologi Kontrasepsi. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press
Varney, Hellen (et.all). 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai