Anda di halaman 1dari 3

Tugas MK Diagnostik Patologi

Mochamad Alfinanda Santriagung

A. Kasus Blastomycosis pada kucing


1. Jelaskan ciri radang granulomatosa secara lebih lengkap, baik makroskopik dan
mikroskopiknya ?
Secara makroskopik radang granulomatosa dicirikan dengan nodul-nodul yang
bergranul yang berisikan cairan. Secara mikroskopik radang granulomatosa
dicirikan dengan ditemukannya sel limfosit, sel makrofag, sel plasma, sel raksasa
(multinuclear). Radang granulomatosa terjadi pada radang kronis.
2. Sebutkan dan jelaskan defrensial diagnose dari blastomycosis
Berikut merupakan defrensial diagnose blastomycosis :
- Histoplasmosis
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh spora Histoplasma sp yang terhirup.
Penyakit ini menyebabkan infeksi pada paru-paru dengan gejala klinis batuk,
demam dan dypsnue.
- Cryptocoociosis
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh fungi Cryptocoocus sp. Fungi ini
sangat berbahaya, karena infeksinya dapat menyebabkan meningitis pada
selaput otak
- Coccidioidomycosis
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh spora Cocciodes sp yang terhirup.
Penyakit ini biasa dikenal dengan demam lembah (Valley Fever). Gejala klinis
yang ditimbulkan mirip dengan kejadian flu.

B. Kasus Kandidiasis pada kura-kura


1. Jelaskan patogenesa kandidiasis gastrointestinal dengan fatty liver !
Infeksi kandidiasis dapat terjadi dari dalam maupun dari luar. Candida spp
yang berasal dari lingkungan dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut, dan
selanjutnya masuk ke organ saluran pencernaan. Candida spp akan mesekresikan
enzim sap yanv berfungsi untuk menghodrolisis mukus pada mukosa saluran
pencernaan untuk melakukan adhesi pada epitel mukosa. Proses ini diperantarai
oleh glikoprotein dan adhesin yang terdapat pada permukaan dinding sel Candida
spp., termasuk fimbria. Fimbria dapat menjadi perantara dalam proses adhesi
Candida spp. pada reseptor glikosfingolipid di permukaan sel epitel mukosa.
Candida spp. bersifat dimorfik. Setelah melakukan kolonisasi, organisme ini
menginvasi jaringan tubuh inang. Proses invasi diawali dengan perubahan
morfologi Candida spp. dari bentuk ragi ke bentuk miselium.
Blastospora membentuk germ tube yang selanjutnya terus mengalami
pertumbuhan memanjang pada apeksnya sehingga terbentuk hifa. Hifa terus
menerus mengalami pertumbuhan dan menginvasi ke jaringan tubuh inang
sekitarnya. Selama melakukan invasi, hifa menghasilkan enzim Sap dan enzim
fosfolipase yang membantu hifa dalam melakukan penetrasi ke jaringan tubuh
inang. Hifa juga dapat menginvasi pembuluh darah yang terdapat pada saluran
pencernaan, sehingga akhirnya terbentuk lubang-lubang mikroskopik pada saluran
pencernaan yang menyebabkan masuknya molekulmolekul makanan yang belum
tercerna secara sempurna, dan terutama blastospora Candida spp, serta metabolit -
metabolit Candida spp. dari saluran pencernaan ke dalam aliran darah. Molekul-
molekul makanan yang belum tercerna secara sempurna, yang masuk ke dalam
peredaran darah, tidak dapat digunakan dalam metabolisme sel inang sehingga
dapat menyebabkan keadaan malnutrisi pada inang. Molekul-molekul makanan ini
juga dapat menyebabkan emboli pada pembuluh darah kapiler. Metabolitmetabolit
Candida spp. yang masuk ke dalam peredaran darah, seperti formaldehida,
asetaldehida dan arabinitol, merupakan zat yang bersifat toksik bagi sel-sel pada
sistem saraf.
Tingginya kadar etanol yang merupakan salah satu metabolit organisme ini, di
dalam darah dapat menimbulkan intoksikasi alkohol. Keadaan ini mengakibatkan
hati, sebagai organ yang berperan dalam mekanisme kompensasi terhadap
intoksikasi, harus bekerja lebih berat sehingga hati dapat mengalami perlemakan
(fatty liver).

C. Patology Burn Extensive


1. Mengapa luka bakar yang luas dapat menyebabkan kematian ?
Kelainan yang pertama pada saat luka bakar adalah kerusakan pembuluh
kapiler karena terpajan suhu tinggi dan perubahan permeabilitas kapiler yang
hampir menyeluruh disertai penimbunan cairan masif di jaringan intersisial yang
menyebabkan hypovolemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan
perpindahan cairan dari intravaskular ke ekstravaskular melalui kebocoran kapiler
yang berakibat tubuh kehilangan elektrolit dan timbul edema. Hal itu
menyebabkan volume cairan intravaskular mengalami defisit, peningkatan
resistensi perifer, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, dan
ketidakmampuan menyelenggarakan proses transportasi oksigen ke jaringan
(gangguan perfusi jaringan) sehingga terjadi syok.
Bila luas luka bakar yang terjadi >40%, syok hipovolemik bahkan distributif
lebih mudah terjadi karena hilangnya cairan intravaskular berlebihan. Hal itu
dapat menyebabkan peningkatan afterload dan menurunkan kontraktilitas jantung.
Kondisi kehilangan cairan terjadi melalui penguapan dan perembesan cairan dari
pembuluh darah ke jaringan sekitarnya yang menyebabkan pembengkakan yang
terjadi perlahan-lahan maksimal setelah 8 jam. Pada fase syok, proses masuknya
glukosa ke dalam sel baik melalui transportasi aktif (pompa natrium kalium) dan
pasif (difusi) terganggu karena proses tersebut bergantung pada keberadaan
oksigen. Proses masuknya glukosa darah ke dalam sel juga terhambat karena
sensitivitas reseptor glukosa menurun pada kondisi hipoksia. Di sisi lain, terjadi
peningkatan produksi laktat di dalam sel yang bersenyawa dengan H 2O dan
penurunan metabolisme, yang secara klinik ditandai hiperglikemia akut,
hipotermia karena tidak terbentuknya adenosine trifosfat (ATP), dan peningkatan
asam laktat dalam darah. Menghadapi kondisi ini tubuh mengupayakan energi
yang berasal dari metabolisme anaerob. Kondisi ini sesuai dengan kondisi yang
dijumpai pada fase syok yang disebut fase ebb. Fase ebb yang memanjang
dikaitkan dengan prognosis buruk. Bila pada fase ini cedera termal bersifat fatal,
maka dapat terjadi kegagalan transportasi oksigen yang menyebabkan kematian.
2. Perbedaan luka ulcerative asam kuat dan basa kuat !
Luka bakar yang disebabkan oleh asam kuat bersifat nekrosis koagulatif,
denaturasi protein dan terdapat rasa nyeri yang hebat, contohnya adalah asam
hidroflourida yang mampu menembus jaringan sampai ke dalam dan
menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal, bahkan pada luka yang kecil
sekalipun. Sedangkan pada luka bakar oleh basa kuat menyebabkan jaringan
mengalami nekrosis yang mencair (liquefactive necrosis). Kemampuan alkali
menembus jaringan lebih dalam lebih kuat daripada asam, kerusakan jaringan
lebih berat karena sel mengalami dehidrasi dan terjadi denaturasi protein dan
kolagen, contohnya pada natrium klorida.

Anda mungkin juga menyukai