1. Jelaskan ciri radang granulomatosa secara lebih lengkap, baik makroskopik dan mikroskopiknya ? Secara makroskopik radang granulomatosa dicirikan dengan nodul-nodul yang bergranul yang berisikan cairan. Secara mikroskopik radang granulomatosa dicirikan dengan ditemukannya sel limfosit, sel makrofag, sel plasma, sel raksasa (multinuclear). Radang granulomatosa terjadi pada radang kronis. 2. Sebutkan dan jelaskan defrensial diagnose dari blastomycosis Berikut merupakan defrensial diagnose blastomycosis : - Histoplasmosis Merupakan infeksi yang disebabkan oleh spora Histoplasma sp yang terhirup. Penyakit ini menyebabkan infeksi pada paru-paru dengan gejala klinis batuk, demam dan dypsnue. - Cryptocoociosis Merupakan infeksi yang disebabkan oleh fungi Cryptocoocus sp. Fungi ini sangat berbahaya, karena infeksinya dapat menyebabkan meningitis pada selaput otak - Coccidioidomycosis Merupakan infeksi yang disebabkan oleh spora Cocciodes sp yang terhirup. Penyakit ini biasa dikenal dengan demam lembah (Valley Fever). Gejala klinis yang ditimbulkan mirip dengan kejadian flu.
B. Kasus Kandidiasis pada kura-kura
1. Jelaskan patogenesa kandidiasis gastrointestinal dengan fatty liver ! Infeksi kandidiasis dapat terjadi dari dalam maupun dari luar. Candida spp yang berasal dari lingkungan dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut, dan selanjutnya masuk ke organ saluran pencernaan. Candida spp akan mesekresikan enzim sap yanv berfungsi untuk menghodrolisis mukus pada mukosa saluran pencernaan untuk melakukan adhesi pada epitel mukosa. Proses ini diperantarai oleh glikoprotein dan adhesin yang terdapat pada permukaan dinding sel Candida spp., termasuk fimbria. Fimbria dapat menjadi perantara dalam proses adhesi Candida spp. pada reseptor glikosfingolipid di permukaan sel epitel mukosa. Candida spp. bersifat dimorfik. Setelah melakukan kolonisasi, organisme ini menginvasi jaringan tubuh inang. Proses invasi diawali dengan perubahan morfologi Candida spp. dari bentuk ragi ke bentuk miselium. Blastospora membentuk germ tube yang selanjutnya terus mengalami pertumbuhan memanjang pada apeksnya sehingga terbentuk hifa. Hifa terus menerus mengalami pertumbuhan dan menginvasi ke jaringan tubuh inang sekitarnya. Selama melakukan invasi, hifa menghasilkan enzim Sap dan enzim fosfolipase yang membantu hifa dalam melakukan penetrasi ke jaringan tubuh inang. Hifa juga dapat menginvasi pembuluh darah yang terdapat pada saluran pencernaan, sehingga akhirnya terbentuk lubang-lubang mikroskopik pada saluran pencernaan yang menyebabkan masuknya molekulmolekul makanan yang belum tercerna secara sempurna, dan terutama blastospora Candida spp, serta metabolit - metabolit Candida spp. dari saluran pencernaan ke dalam aliran darah. Molekul- molekul makanan yang belum tercerna secara sempurna, yang masuk ke dalam peredaran darah, tidak dapat digunakan dalam metabolisme sel inang sehingga dapat menyebabkan keadaan malnutrisi pada inang. Molekul-molekul makanan ini juga dapat menyebabkan emboli pada pembuluh darah kapiler. Metabolitmetabolit Candida spp. yang masuk ke dalam peredaran darah, seperti formaldehida, asetaldehida dan arabinitol, merupakan zat yang bersifat toksik bagi sel-sel pada sistem saraf. Tingginya kadar etanol yang merupakan salah satu metabolit organisme ini, di dalam darah dapat menimbulkan intoksikasi alkohol. Keadaan ini mengakibatkan hati, sebagai organ yang berperan dalam mekanisme kompensasi terhadap intoksikasi, harus bekerja lebih berat sehingga hati dapat mengalami perlemakan (fatty liver).
C. Patology Burn Extensive
1. Mengapa luka bakar yang luas dapat menyebabkan kematian ? Kelainan yang pertama pada saat luka bakar adalah kerusakan pembuluh kapiler karena terpajan suhu tinggi dan perubahan permeabilitas kapiler yang hampir menyeluruh disertai penimbunan cairan masif di jaringan intersisial yang menyebabkan hypovolemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan perpindahan cairan dari intravaskular ke ekstravaskular melalui kebocoran kapiler yang berakibat tubuh kehilangan elektrolit dan timbul edema. Hal itu menyebabkan volume cairan intravaskular mengalami defisit, peningkatan resistensi perifer, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, dan ketidakmampuan menyelenggarakan proses transportasi oksigen ke jaringan (gangguan perfusi jaringan) sehingga terjadi syok. Bila luas luka bakar yang terjadi >40%, syok hipovolemik bahkan distributif lebih mudah terjadi karena hilangnya cairan intravaskular berlebihan. Hal itu dapat menyebabkan peningkatan afterload dan menurunkan kontraktilitas jantung. Kondisi kehilangan cairan terjadi melalui penguapan dan perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitarnya yang menyebabkan pembengkakan yang terjadi perlahan-lahan maksimal setelah 8 jam. Pada fase syok, proses masuknya glukosa ke dalam sel baik melalui transportasi aktif (pompa natrium kalium) dan pasif (difusi) terganggu karena proses tersebut bergantung pada keberadaan oksigen. Proses masuknya glukosa darah ke dalam sel juga terhambat karena sensitivitas reseptor glukosa menurun pada kondisi hipoksia. Di sisi lain, terjadi peningkatan produksi laktat di dalam sel yang bersenyawa dengan H 2O dan penurunan metabolisme, yang secara klinik ditandai hiperglikemia akut, hipotermia karena tidak terbentuknya adenosine trifosfat (ATP), dan peningkatan asam laktat dalam darah. Menghadapi kondisi ini tubuh mengupayakan energi yang berasal dari metabolisme anaerob. Kondisi ini sesuai dengan kondisi yang dijumpai pada fase syok yang disebut fase ebb. Fase ebb yang memanjang dikaitkan dengan prognosis buruk. Bila pada fase ini cedera termal bersifat fatal, maka dapat terjadi kegagalan transportasi oksigen yang menyebabkan kematian. 2. Perbedaan luka ulcerative asam kuat dan basa kuat ! Luka bakar yang disebabkan oleh asam kuat bersifat nekrosis koagulatif, denaturasi protein dan terdapat rasa nyeri yang hebat, contohnya adalah asam hidroflourida yang mampu menembus jaringan sampai ke dalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal, bahkan pada luka yang kecil sekalipun. Sedangkan pada luka bakar oleh basa kuat menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang mencair (liquefactive necrosis). Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam lebih kuat daripada asam, kerusakan jaringan lebih berat karena sel mengalami dehidrasi dan terjadi denaturasi protein dan kolagen, contohnya pada natrium klorida.