Anda di halaman 1dari 2

Mohammad Iqhfar Fajar

A 121 18 194
Kelas D
TUGAS : Rangkuman Materi 2 Kajian karakter dan anti
korupsi dalam perspektif social dan agama
Korupsi telah menjadi bagian utama hidup kita. Bahkan ada yang
menyatakan korupsi sudah menjadi budaya. Menteri Negara
Pemberdayaan Aparatur Negara Taufik Effendi berusaha
membantahnya melalui tulisan Korupsi Bukan Budaya Kita. Tetapi
kita melihat, budaya penyalahgunaan wewenang telah menjadi realitas
kehidupan sehari-hari.

Pola-pola yang ada di masyarakat berupa kesenjangan ekonomi, krisis


kepercayaan, buruknya pelayanan birokrasi, penegakan hukum yang
lemah, minimnya edukasi dan pendidikan anti-korupsi, menjadikan
perilaku korupsi adalah hal yang dianggap lumrah sebagai bentuk
jawaban atas kesulitan yang sering masyarakat hadapi.

Kesadaran akan sikap anti-korupsi dapat hadir, apabila didukung


dengan pola budaya masyarakat yang juga anti terhadap korupsi.
Penting halnya bagi masyarakat dan penyelenggara negara
mendapatkan edukasi yang baik mengenai istilah korupsi dan
perilaku-perilaku yang merujuk pada tindak korupsi, yang penulis
katakan di awal adalah sesuatu yang sulit didefinisikan.

Agama apa pun pasti melarang perbuatan korupsi atau suap. Dan
pelaku korupsi pun tahu pasti agama apa pun melarang dan mengutuk
tindakan itu. Tetapi tampaknya banyak dari kita melanggarnya apabila
mendapat kesempatan. Jika demikian, hukuman di dunia akan jauh
lebih efektif.

Agama Islam memberi pegangan untuk memilih pimpinan yaitu


siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (profesional), dan
fathonah (cerdas). Saya yakin agama lain juga mempunyai pedoman
serupa. Kita menjadi saksi, kehancuran bangsa kita diakibatkan oleh
korupsi, akibat ulah pemimpin kita yang cerdas, profesional tetapi
tidak dapat dipercaya dan tidak jujur.

Maka salah satu langkah tepat untuk mencegah korupsi ialah memberi
pendidikan antikorupsi yang intinya mendidik anak bangsa menjadi
jujur terhadap diri sendiri, masyarakat, dan Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai