SEMESTER II
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
Kelompok IV
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Rangkuman
Materi Kelas VIII Semester II” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun
berdasarkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya saat perkuliahan.
1. Bapak Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah
Matematika Sekolah Program Studi S1 Pendidikan Matematika yang telah
membimbing serta memotivasi penulis dalam pembuatan makalah ini.
2. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan dukungan dan bantuan hingga terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat saya harapkan agar
nantinya dapat ditemukan hasil yang lebih baik. Harapan penulis semoga makalah
ini bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
SEBARAN MATERI KELAS VIII SEMESTER 2
Bab 2. Lingkaran
2.1. Pengertian Lingkaran
2.2. Mengidentifikasi Unsur-Unsur Lingkaran
2.3. Mengidentifikasi Keliling dan Luas Lingkaran
2.4. Memahami Hubungan antara Sudut Pusat dengan Sudut Keliling yang
Menghadap Busur Sama
2.5. Memahami Panjang Busur, Luas Juring dan Luas Tembereng
2.6. Memahami Garis Singgung Lingkaran dan Panjang Garis Singgung Lingkaran
Bab 4. Statistika
4.1. Membaca dan Menafsirkan Data
4.2. Ukuran Pemusatan Data
4.3. Ukuran Penyebaran Data
Bab 5. Peluang
5.1. Konsep Dasar Peluang
5.2. Peluang Empirik
5.3. Peluang Teoritik
5.4. Frekuensi Harapan
1
2
RANGKUMAN MATERI KELAS VII SEMESTER 2
3
Contoh soal:
Penyelesaian
a = 13 cm
b = 6 cm
c = 12 cm
a 2 13 2 169
b 2 c 2 6 2 12 2 36 144 180
S 2 1
b. Gunakan rumus M , dengan S adalah panjang sisi terpendek
2
dan M merupakan sisi tegak lainnya.
4
c. Selanjutnya, tentukan panjang sisi miring/hipotenusa menggunakan
teorema pythagoras
d. Ketiga sisi segitiga siku-siku tersebut merupakan Tripel Pythagoras.
Untuk lebih jelas mengenai, hal tersebut maka perhatikan contoh soal
berikut:
p 2 q 2 5 2 2 2 25 4 21
p 2 q 2 5 2 2 2 25 4 29
Bentuk segitiga siku-siku dengan panjang sisi-sisinya seperti tiga
bilangan diatas. Dimisalkan satuan panjang sisi segitiga adalah
sentimeter (cm)
5 2 1 25 1 24
M 12 cm
2 2 2
Terbentuk segitiga dengan panjang sisi tegaknya 5 cm dan 12 cm
5
Panjang sisi miring = 5 2 12 2 25 144 169 13 cm
Jadi, salah satu contoh himpunan tripel Pythagoras adalah {5, 12, 13}
1.4. Perbandingan Sisi-sisi pada Segitiga
1. Perbandingan sisi-sisi pada segitiga sama kaki
Salah satu dari segitiga khusus adalah segitiga siku-siku sama kaki dengan
besar ketiga sudutnya 45,45, dan 90 . Perhatikan gambar berikut
Segitiga aBC pada gambar diatas merupakan segitiga siku-siku sama kali.
Sudut B siku-siku dengan panjang AB = BC = x cm dan A C 45
Menggunakan teorema Pythagoras, diperoleh :
AC AB 2 BC 2 x 2 x 2 2 x 2 x 2
Sehingga diperoleh perbandingan berikut
AB : BC : AC x : x : x 2 1 : 1 : 2
2. Perbandingan sisi-sisi pada segitiga bersudut 30o – 60o – 90o
Perhatikan gambar berikut.
6
Karena CD tegak lurus AB, maka CD merupakan garis tinggi sekaligus
garis bagi C sehingga ACD BCD 30
Diketahui ADC BDC 90
Titik D adalah titik tengah AB, dimana AB = 2x cm, sehingga panjang BD
= x cm
Perhatikan segitiga BDC
Dengan menggunakan teorema Pythagoras, sehingga diperoleh :
CD BC 2 BD 2
2 x 2 x 2
4x 2 x 2
3x 2
x 3
BD : CD : BC = x : x 3 : 2x 1 : 3 : 2
Crucial Point
1. Siswa sering sekali salah ketika mereka menentukan sisi miring dari suatu
segitiga siku-siku dengan rumus Pythagoras. Perhatikan kesalahan pada contoh
soal berikut ini :
Sebuah segitiga ABC siku-siku di B, di mana AB = 8 cm, AC = 17 cm.
BC2 = 172 – 82
7
BC2 = 289 – 64
BC2= 225 cm
BC2 = 172 – 82
BC2 = 289 – 64
BC2= 225
BC = √225
BC = 15 cm
Dilihat dari jawaban siswa bahwa siswa menganggap BC2 merupakan penyelesaian
dari soal diatas atau mereka menganggap BC2 ini merupakan sisi miring dari suatu
segitiga ABC. Maka dari itu sangat perlu di tekankan bahwa definisi dari rumus
Pythagoras adalah kuadrat panjang sisi miring segitiga siku-siku sama dengan
jumlah kuadrat sisi-sisi lainya. untuk itu kita harus mengakarkannya agar dapat
menemukan sisi miringnya.
2. Kesalahan siswa dalam menentukan sisi miring apabila posisi gambar diubah.
Perhatikan kesalahan pada contoh soal berikut ini :
Segitiga ABC siku-siku di B. Jika panjang BC = 3 cm dan AB = 4 cm,
maka panjang AC adalah .... cm
AC2 = 32 - 42
AC2 = 9 - 16
8
AC2 = -7
AC2 = 32 + 42
AC2 = 9 + 16
AC2 = 25
AC = √25
AC = 5 cm
Pada soal berikut ini siswa tidak dapat menentukan yang mana sisi miringnya
karena segitiga dalam keadaan terbalik ataupun alasnya tidak berada di bawah.
sehingga siswa salah dalam memasukkan nilai pada rumus Pythagorasnya. Oleh
karena itu sangat perlu di tekankan bahwa sisi miring dari suatu segitiga siku-siku
itu merupakan sisi terpanjang dari segitiga siku-siku tersebut atau sisi didepannya
sudut siku-siku.
Bab 2. Lingkaran
9
Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui sebagai berikut.
Titik O adalah pusat lingkaran
Garis OA, OB, OC, dan OD disebut sebagai jari-jari lingkaran atau radius
(r)
Garis AB disebut diameter atau garis tengah (d), dimana d = 2r
Garis lengkung AC disebut busur dan garis lurus AC disebut sebagai tali
busur
Garis OE adalah apotema, yaitu jarak terpendek antara tali busur dengan
pusat lingkaran
Garis ED disebut anak panah.
Daerah arsiran ACD disebut tembereng, yaitu daerah yang dibatasi oleh
busur dan tali busur.
Daerah arsiran BOC disebut sebagai juring atau sektor, yaitu daerah yang
dibatasi oleh dua buah jari-jari dan sebuah busur.
10
Sudut pusat Juring Luas juring sebanding dengan besar
sudut pusat lingkaran.
Sudut pusat Busur Panjang busur sebanding dengan sudut
pusat lingkaran.
Penyelesaian :
22
K lingkaran 2r 2 28 176cm
7
Jadi, keliling dari lingkaran tersebut adalah 176 cm
2. Luas Daerah Lingkaran
Luas daerah lingkaran adalah luas daerah yang dibatasi oleh busur
lingkaran.
11
Berikut rumus untuk menghitung luas daerah lingkaran
1 2
Llingkaran r 2 atau Llingkaran d
4
Keterangan :
Llingkaran = Luas daerah lingkaran
22
3,14 atau
7
d = diameter lingkaran
r = jari-jari lingkaran
Contoh soal :
Sebuah lingkaran mempunyai jari-jari 14 cm. Hitunglah luas daerah
lingkaran tersebut.
Jawab :
Llingkaran r 2
22
14 2 616
7
Jadi luas daerah lingkaran tersebut adalah 616 cm2
12
AEC adalah sudut pusat lingkaran
ABC adalah sudut keliling lingkaran
Perhatikan bahwa AEC dan ABC menghadap busur yang sama, yaitu busur
AC. Jika sudut pusat lingkaran dan sudut keliling lingkaran menghadap busur
yang sama, maka besar sudut pusat sama dengan dua kali besar sudut keliling.
Hubungan antara sudut pusat dan sudut keliling tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut
1
Besar sudut keliling = 2 ∙ besar sudut pusat
13
r 14cm
22
Llingkaran r 2 14 2 616
7
Besar sudut pusat 360 : 6 60
60
Luas juring Llingkaran 616 102,67 cm 2
360 360
Jadi, luas potongan kue tersebut adalah 102,67 cm2
2. Luas Tembereng
14
Dari gambar diatas dapat diperoleh sebagai berikut
a. Garis AB merupakan garis singgung dan AB OC , sehingga
ACO BOC
b. Sudut yang dibentuk oleh garis yang melalui titik pusat dan garis
singgung lingkaran adalah sudut siku-siku (90o)
c. Melalui suatu titik pada lingkaran hanya dapat dibuat satu garis
singgung pada lingkaran tersebut.
d. Garis singgung lingkaran tegak lurus dengan jari-jari lingkaran yang
melalui titik singgungnya.
2. Melukis Garis Singgung
a. Melukis garis singgung melalui suatu titik pada lingkaran
Garis singgung selalu tegak lurus terhadap jari-jari atau diameter yang
melalui titik singgungnya. Oleh karena itu, untuk melukis garis
singgung lingkaran O di titik singgung A sama saja dengan melukis
garis yang tegak lurus dengan jari-jari OA
Langkah-langkah untuk melukis garis singgung lingkaran yang melalui
titik A yaitu sebagai berikut
1) Lukis jari-jari OA dan perpanjangannya
2) Lukis busur lingkaran berpusat di A, sehingga memotong garis OA
dan perpanjangannya di titik B dan C.
3) Lukis busur lingkaran berpusat di titik B dan C, sehingga saling
berpotongan di titik D dan E. Hubungkan titik D dan E. Garis ED
adalah garis singgung lingkaran di titik A
15
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui
sebuah titik pada lingkaran hanya dapat dibuat satu garis singgung pada
lingkaran tersebut.
16
Gambar diatas menunjukkan dua lingkaran yang bersinggungan di titik
P. Dalam kedudukan seperti ini, dapat dibuat satu garis singgung
persekutuan dalam, yaitu garis n dan dua garis singgung persekutuan
luar, yaitu garis l dan garis m
b. Dua lingkaran berpotongan
17
Kedua garis singgung lingkaran yang ditarik dari sebuah titik di luar
lingkaran mempunyai panjang yang sama
2. Panjang garis singgung persekutuan dalam lingkaran
Panjang garis singgung persekutuan dalam dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut
d p 2 r1 r2
2
Keterangan :
d = panjang garis singgung persekutuan dalam
p = jarak antara pusat lingkaran 1 dan lingkaran 2 (disebut juga garis
sentral)
r1 = panjang jari-jari lingkaran 1
r2 = panjang jari-jari lingkaran 2
3. Panjang garis singgung persekutuan luar dua lingkaran
Keterangan :
l = panjang garis singgung persekutuan luar
p = jarak antara pusat lingkaran 1 dan lingkaran 2 (disebut juga garis
sentral)
r1 = panjang jari-jari lingkaran 1
r2 = panjang jari-jari lingkaran 2
4. Panjang sabuk lilitan minimal yang menghubungkan dua lingkaran
Rumus yang digunakan untuk mencari panjang sabuk lilitan yaitu
Panjang lilitan 2r 2
Crucial Point
Keliling lingkaran
Pada umumnya keliling lingkaran adalah mencari busur lingkaran, secara utuh satu
lingkaran penuh, setengah lingkaran, tiga per empat lingkaran, atau yang lainnya.
Dalam hal ini rumus yang digunakan dalam mencari keliling lingkaran adalah :
K .d atau K 2 .r
18
Keterangan :
K keliling
d diameter
r jari-jari
Pada dasarnya siswa jika diberi permasalahan mencari keliling lingkaran dengan
rumus yang sudah ada tidak menjadi sebuah masalah.
Karena lingkaran terkadang terdapat seperti setengah lingkaran maka pada rumus
1
tersebut tinggal mengkalikan dengan .
2
1 1
K .d K 2 .r
Sehingga menjadi 2 atau 2
Pada crucial poin kali ini yang ditekankan adalah dalam mencari keliling setengah
lingkaran, satu per empat lingkaran, dan lain-lain buka satu lingkaran penuh. Pada
hal ini siswa lupa atau tidak memahami dalam mencari keliling setengah lingkaran
tidak berhenti setelah pemakaian rumus diatas. Karena jika satu lingkaran penuh
menggunakan rumus awal dan jika mencari setengah lingkaran haruslah dikali
1
setengah atau . Namun hal ini tidak berhenti disitu karena hasil dari dengan
2
menggunakan rumus tersebut haruslah ditambahkan jari-jari atau diameter yang
membuat sisi mendatar yang menghubungan kedua busur. Lebih jelasnya disajikan
gambar sebagai berikut
19
Gambar setengah lingkaran
dengan diameter.
1
Jika diperhatikan jika menggunakan rumus K .d hal tersebut akan
2
menghasilkan hasil keliling tetapi tidak ditambahkan dengan diamternya. Dalam
hal inilah siswa sering melakukan keasalahan. Sebagai contohnya disajikan soal
sebagai berikut :
Penyelesaian :
22
K 14 44
7
Pada soal tersebut jika dirubah menjadi setengah lingkaran maka didapatkan :
22
K 14 44
7
1 22
K SETENGAH LINGKARAN 14 22 , dengan hasil ini hanya berupa keliling
2 7
setengah lingkaran tanpa diameter, sehingga haruslah hasil tersebut ditambah
dengan diameter karena yang ditanyakan keliling setengah lingkaran yang terlihat
pada gambar terdapat garis diameter sebagai pelukis memotong lingkaran penuh
menjadi 2 bagian yang sama. Maka hasil akhir adalah 22 14 36 .
Dalam hal ini yang menjadi penekanan adalah jika setengah lingkaran
tersebut tanpa diameter maka hasil keliling menggunakan hasil 22 namun
sering dijumpai disoal setengah lingkaran tersebut selalu digambarkan
diameter maupun tidak digambarkan hal itulah yang harus dilakukan dan
menjadi penekanan karena disitulah biasanya letak kesalahan siswa.
20
Bab 3. Bangun Ruang Sisi Datar
21
Llimas = La + jumlah luas sisi tegak
Keterangan :
Llimas = luas permukaan limas
La = luas alas limas
3.2. Volume Bangun Ruang Sisi Datar
1. Volume balok
Untuk menghitung volume balok, dapat diperoleh dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.
Vbalok = p . l . t
Keterangan :
Vbalok = volume balok
p = panjang balok
l = lebar balok
t = tinggi balok
2. Volume kubus
Untuk menghitung volume kubus, dapat digunakan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.
Vkubus = s3
Keterangan :
Vkubus = volume kubus
s = panjang sisi kubus
3. Volume prisma
Vkubus = La . t
Keterangan :
Vprisma = volume prisma
La = luas alas limas
4. Volume limas
Vlimas = 1 La t
3
Keterangan :
Vlimas = volume limas
La = luas alas prisma
22
3.3. Diagonal Bidang, Diagonal Ruang, dan Bidang Diagonal pada Bangun Ruang
Sifat-sifat pada suatu bangun ruang diantaranya adalah adanya diagonal
bidang, diagonal ruang dan bidang diagonal.
Tidak semua bangun ruang memiliki ketiga sifat bangun ruang diatas. Misalnya
limas segitiga dan prisma segitiga, kedua bangun tersebut hanya memiliki
diagonal bidang.
Crucial Point
Crucial point dari bangun ruang sisi datar, terletak pada menyatakan ulang konsep
bangun ruang sisi datar, dan mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat
tertentu.
1. Kesulitan siswa dalam menyatakan ulang konsep bangun ruang sisi datar.
23
Dalam menyatakan ulang konsep bangun ruang sisi datar, terdapat ebberapa
aktivitas yang dilakukan siswa diantaranya menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan dalam soal, menuliskan sifat-sifat, mengilustrasikan bentuk gambar,
serta mengklarifikasikan rumus bangun ruang sisi datar berdasarkan informasi yang
diperoleh dalam soal. Adapun contoh soalnya sebagai berikut.
Jumlah panjang seluruh rusuk kubus ABCD.EFGH adalah 192 cm. Hitunglah Luas
permukaan dan volume kubus!.
Jawaban siswa :
Diketahui :
Ditanya :
Penyelesaian :
Gambar :
24
Panjang rusuk (𝑠) = 192 𝑐𝑚: 12
= 16 𝑐𝑚
= 6(16 𝑐𝑚)2
= 1536 𝑐𝑚2
= (16 𝑐𝑚)3
= 4096 𝑐𝑚3
Alas sebuah limas segi empat beraturan berbentuk persegi. Jika tinggi segitiga 17
cm dan tinggi limas 15 cm, maka tentukan luas permukaan limas.
Jawaban siswa :
25
Sedangkan jawaban yang tepat yaitu :
Diketahui :
Limas dengan alas persegi, tinggi sisi tegak (segitiga)= 17 𝑐𝑚, tinggi limas =
15 𝑐𝑚.
Ditanya :
Penyelesaian :
Gambar :
Karena alas limas berupa persegi, maka PQ = QR = RS = SP. Tinggi limas yaitu
TO, dengan O merupakan titik tengah dari diagonal-diagonal sisi alas. Dari titik B
ditarik garis melalui O yang memotong PS dan sejajar dengan PQ. Karena O adalah
1
titik tengah, maka diketahui OB= PQ. Titik T, O, dan B jika dihubungkan akan
2
26
membentuk bangun segitiga siku-siku, dengan siku-siku di O. Menurut teorema
Pythagoras dari segitiga TOB, maka diperoleh panjang OB = 8 𝑐𝑚 , sehingga
panjang PQ= 16 cm. Sehingga,
= 800 𝑐𝑚2
Bab 4. Statistika
27
4. Membaca dan menafsirkan data dari diagram lingkaran
Diagram lingkaran biasanya digunakan untuk menunjukkan perbandingan
suatu data terhadap keseluruhan. Besar daerah pada diagram lingkaran
dapat dinyatakan dalam persentase (%) atau derajat ( o)
4.2. Ukuran Pemusatan Data
Perhitungan ukuran pemusatan data adalah salah stau kegiatan menganalisis
data. Analisis data adalah upaya untuk mengelolah data menjadi informasi,
sehingga karakteristik data tersebut dapat dipahami dan dapat digunakan untuk
pengambilan suatu keputusan.
Berikut perhitungan yang termasuk ukuran pemusatan data.
1. Rata-rata x
Rata-rata atau mean suatu data merupakan wakil dari sekumpulan data atau
dianggap suatu nilai paling dekat dengan hasil pengukuran yang
sebenarnya.
Rata-rata suatu data dapat dirumuskan sebagai berikut.
x1 x 2 x3 x n 1 n
x xi
n n i 1
n
f
i 1
i xi
x n
f
i 1
i
Keterangan :
x = mean atau rata-rata (dibaca x bar)
n = banyaknya data
xi = nilai data ke-i (i = 1,2,3,...,k)
fi = frekuensi data ke-i (i = 1,2,3,...,k)
2. Modus (Mo)
Modus adalah nilai yang paling sering muncul di dalam suatu data. Modus
suatu data bisa satu, dua, tiga, atau lebih, bahkan tidak ada.
Rumus untuk mencari data berkelompok yaitu :
F1
Modus = tb p
F1 F 2
Keterangan :
28
tb = tepi bawah
F1 = frekuensi tertinggi dikurangi frekuensi diatasnya
F 2 = frekuensi tertinggi dikurangi frekuensi dibawahnya
p = interval
3. Median (Me)
Median adalah nilai tengah dari data yang telah diurutkan. Rumus untuk
menentukan median dibedakan berdasarkan banyaknya data.
Median data ganjil : Me x n 1
2
1
Median data genap : Me xn xn
2 2 1
2
Keterangan :
Me = median
N = banyaknya data
Contoh soal :
Tabel berikut menunjukkan data nilai praktik mata pelajaran Olahraga siswa
kelas VIII SMP Merdeka
Nilai 70 75 80 85 90 95
Frekuensi 11 6 5 3 8 10
Tentukan nilai mean, modus dan median data diatas
Penyelesaian :
Nilai 70 75 80 85 90 95 Jumlah
Frekuensi 11 6 5 3 8 10 43
fi . xi 770 450 400 225 720 950 3.545
29
n
f
i 1
i xi
3.545
x n
82,44
43
f
i 1
i
Me x n 1 x 44 x 22 80
2 2
Jadi, nilai mean, modus, dan median data tersebut berturut-turut adalah 82,44 ;
70; dan 80
Qi = kuartil ke-i
i = 1,2,3
n = banyaknya data
3. Jangkauan Interkuartil (hamparan)
30
Selisih antara kuartil atas dan kuartil bawah disebut jangkaun interkuartil,
sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut
H = Q3 – Q1
Keterangan :
H = jangkauan interkuartil
Q3 = kuartil atas
Q1 = kuartil bawah
Crucial Point
1. Crucial point pada bab statistika kelas 8 yang berada dalam bentuk data tunggal
terdapat pada materi median dan quartil. Siswa sering keliru dalam menentukan
median atau quartil karena tidak mengurutkan bilangan terlebih dahulu.
Contoh:
8, 5, 7, 10, 4, 6, 5, 4, 7, 9, 8, 6
65
Jawaban siswa: Me 5,5
2
4, 4, 5, 5, 6, 6, 7, 7, 8, 8, 9, 10
67
Me 6,5
2
Menurut penulis, siswa sering keliru dalam menentukan quartil pada data genap
2. (tunggal) jika mereka menggunakan definisi untuk menentukan quartil tersebut.
Contoh:
2, 3, 3, 4, 5, 6, 7, 7, 8, 9
Jawaban siswa :
Quartil 1 = 3
31
Quartil 2 = 5,5
Quartil 3 = 7
Bab 5. Peluang
32
diperoleh dalam suatu percobaan. Kerjadian dinotasikan dengan huruf A, B, C
dan seterusnya.
5.2. Peluang Empirik
Peluang empirik atau frekuensi relatif adalah perbandingan banyaknya
kejadian yang diamati dengan banyaknya percobaan. Frekuensi relatif dapat
dinyatakan dengan rumus berikut
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐴 𝑛(𝐴)
Frekuensi relatif = atau 𝑓𝐴 =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 𝑀
Keterangan :
fA = peluang empirik atau frekuensi relatif
n(A) = banyaknya kemunculan kejadian A
M = banyaknya percobaan
Contoh Soal :
Yudi melempar dadu sebanyak 150 kali. Hasilnya adalah muncul muka dadu
bertitik 2 sebanyak 30 kali. Tentukan frekuensi relatif kejadian munculnya
mata dadu bertitik 2
Jawab :
M = 150 kali
Misal : A = kejadian munculnya muka dadu bertitik 2
n(A) = 30 kali
n A 30 1
fA
M 150 5
33
n(A) = banyaknya anggota dalam kejadian A
n(S) = banyaknya anggota ruang sampel
Komplemen suatu kejadian A atau Ac adalah kejadian tidak atau bukan A.
Peluang komplemen kejadian A dirumuskan sebagai berikut
P(Ac) = 1 – P(A)
Keterangan :
P(A) = peluang kejadian A
P(Ac) = peluang komplemen kejadian A
5.4. Frekuensi Harapan
Frekuensi harapan suatu kejadian adalah harapan banyaknya muncul kejadian
dari sejumlah percobaan yang dilakukan sebanyak n kali
Rumus untuk menghitung frekuensi harapan dari suatu kejadian adalah
Fh(A) = n . P(A)
Keterangan :
Fh(A) = frekuensi harapan kejadian A
P(A) = peluang kejadian A
n = banyaknya percobaan
Crucial Point
Contoh soal
- Ruang sampel = 6 x 2 = 12
Karena mereka beranggapan bahwa dadu memiliki 6 ruang sampel dan 2 buah
uang logam memiliki 2 ruang sampel sehingga mereka megalikan kedua.
34
Mereka tidak mempertimbangkan banyaknya sisi dari uang logam tersebut.
Hingga mereka mengalami kesalahan.
Yang harus kita tekankan kepada siswa disini bahwa ruang sampel itu
merupakan himpunan semua hasil yang mungkin terjadi pada suatu percobaan
atau kejadian.
Disini secara real kita dapat menunjukan melalui pembuatan tabel ataupun
diagram seperti berikut ini.
A G
A A,A A,G
G G.A G,G
Maka ruang sampel 2 buah uang logam adalah 4.
Siswa sering sekali salah dalam menentukan peluang dari suatu kejadian sebagai
hasil yang dimaksud saja. Yang sebenarnya bahwa peluang dari suatu kejadian
itu adalah rasio dari hasil yang dimaksud n(A) dengan jumlah semua hasil yang
mungkin n(S). sehingga siswa salah dalam menentukan peluang, seperti contoh
berikut ini.
Contoh soal
2. Pada suatu pertandingan basket Tim Basket Dugas dan Tim Basket
Sapalasbertanding sebanyak 10 kali. Dalam 10 kali pertandingan tersebutTim
Basket Dugas kalah 2 kali, seri 5 kali, dan sisanya menang. Tentukan peluang
Tim Basket Dugas akan menang pada pertandingan basket terseb
n(A) = 10 – (5+2) = 3
n(A) = 10 - (5+2) = 3
35
P(Menang) = 3/10
Yang harus k ita tekankan disini kepada siswa bahwa sebuah Peluang dari suatu
kejadian itu adalah rasio dari hasil yang dimaksud dengan jumlah hasil yang
mungkin. Disini juga kita dapat tekankan bahwa rentangan nilai dari suatu
peluang adalah 0 ≤ 𝑥 ≤ 1.
Dan kita dapat tunjukan dengan menggunakan tabel seperti pada crusial pertama.
36
SOAL-SOAL OLIMPIADE
Soal Aljabar
a 2 7a
a 2 7a 0
aa 7 0
Jadi a = 0 atau a = 7
Karena nilai a = 0 tidak memenuhi, maka nilai a = 7
b 2 6b
b 2 6b 0
bb 6 0
Jadi b = 0 atau b = 6
Karena nilai b = 0 tidak memenuhi, maka nilai b = 6
5a 4b 57 46
35 24
11
37
a b 2 6
2
a b 4 34
p q
Jika nilai dari a , maka nilai dari 2p + 6q – 3s = .......
s
Jawab :
b2 a 6
a 2 a 6 12
2
a 2 a 2 4a 36 34
2a 2 4a 36 34 0
2a 2 4a 2 0
Sehingga :
4 42 4.1.2
a1, 2
2.2
4 8
4
2 2
2
Maka, nilai dari 2 p 6q 3s
2 p 6q 3s 2.2 6.2 3.2
4 12 6
10
Jadi, nilai dari nilai dari 2 p 6q 3s 10
Soal Kombinatorika
1. Sebuah kotak berisi 5 bola merah, 4 bola biru, dan 3 bola kuning. Dari dalam
kotak diambil 3 bola sekaligus secara acak, peluang terambil 2 bola merah dan
1 bola biru adalah ..
Jawab:
38
Cara mengambil 3 bola sekaligus 12C3 = 220 cara
C 2 4 C1 2
P 3
C
12 3 11
Soal Bilangan
39
Jumlah digit P adalah 2020
2. Banyaknya bilangan kelipatan 2, 3, dan 5 lebih kecil dari 1000.
Jawaban :
0 sampai 999 karena bilangan lebih kecil dari 1000.
Dari 0 sampai 999
Untuk kelipatan 2 ada 499
Untuk kelipatan 3 ada 333
Untuk kelipatan 5 ada 199
Untuk kelipatan 2 x 3 = 6 ada 166
Untuk kelipatan 2 x 5 = 10 ada 99
Untuk kelipatan 3 x 5 = 15 ada 66
Untuk kelipatan 2 x 3 x 5 = 30 ada 33
Soal Statistika
1. Nilai Rata Rata dari 8 bilangan adalah 15. Nilai rata rata dari 8 bilangan
ditambah bilangan ke-9 dan bilangan ke 10 adalah 60. Nilai rata rata dari 8
bilangan ditambah bilangan ke-9 adalah 30. Selisih bilangan ke-9 dan ke-10
adalah..
Jawab
Misal :
8 bilangan = x
Bilangan ke-9 = m
Bilangan ke-10 = n
Maka
40
𝑥
= 15
8
X = 120
𝑥+𝑚+𝑛
= 60
10
X+m+n= 600
120+m+n= 600
M+n= 480
𝑥+𝑚
= 30
9
X+m=270
120+m=270
M=150 (bilangan ke 9)
M+n=480
150+n=480
n = 330 (bilangan ke-10)
jadi selisish bilangan ke-9 dan ke-10 = 330-150
= 180
Soal Geometri
1. Misalkan M adalah titik tengah sisi BC pada segitiga ABC dan ∠CAB =
45◦,∠ABC = 30◦ maka tan ∠AMC adalah ...
Jawab
41
Berdasarkan aturan sinus pada segitiga ABC diperoleh
AC BC AC BC
sin B sin A sin 30 sin 45
AC BC
1 1
2
2 2
1
AC 2 BC 2
2
1
BC
AC 2
BC AC
AC MC
BC AC
Jadi, segitiga ABC sebangun dengan segitiga AMC sehingga ∠AMC =∠CAB =
45 akhirnya tan ∠AMC =1
2. Perhatikan gambar kap lampu berikut!
Tinggi lap lampu tersebut 8cm diameter alasnya 24cm dan tutup atasnya
berdiameter 12cm.
Luas bahan yang duganakan untuk membuat kap lampu tersebut, jika hanya
pinggirnya yang berisi kap adalah…
Jawab :
42
Perhatikan gambar krucut berikut!
S 12 2 (8 8) 2
S 144 256
S 400 20cm
Dengan menggunakan konsep kesebangunan, diperoleh
12 S 20
2 S1 10cm
6 S2 S
Luas bahan adalah selieih luas luas selimut krucut besar dengan luas selimut
krucut kecil
LB LK
Rs rs 3,14 12 20 3,14 6 10
3,14 6 10(2 2 1)
3,14 6 10 3 565,2.cm
43
DAFTAR PUSTAKA