Anda di halaman 1dari 47

RANGKUMAN MATERI KELAS VIII

SEMESTER II

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si.

Disusun Oleh:

Kelompok IV

Ardi Dwi Wahyu Sukmadianto 1913011048 / IVC

Ahmad Huzaimi 1913011051 / IVC

Azwar Anas 1913011056 / IVC

Luh Hanny Arsana Putri 1913011057 / IVC

Made Radheva Ranindita 1913011072 / IVC

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Rangkuman
Materi Kelas VIII Semester II” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun
berdasarkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya saat perkuliahan.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat dukungan dan


bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah
Matematika Sekolah Program Studi S1 Pendidikan Matematika yang telah
membimbing serta memotivasi penulis dalam pembuatan makalah ini.
2. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan dukungan dan bantuan hingga terselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat saya harapkan agar
nantinya dapat ditemukan hasil yang lebih baik. Harapan penulis semoga makalah
ini bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.

Seririt, 22 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

RANGKUMAN MATERI KELAS VIII ........................................................... 1


KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
SEBARAN MATERI KELAS VIII SEMESTER 2 .......................................... 1
RANGKUMAN MATERI KELAS VII SEMESTER 2 .................................... 3
Bab 1. Teorema Pythagoras .............................................................................. 3
Bab 2. Lingkaran .............................................................................................. 9
Bab 3. Bangun Ruang Sisi Datar .................................................................... 21
Bab 4. Statistika ............................................................................................. 27
Bab 5. Peluang ............................................................................................... 32
SOAL-SOAL OLIMPIADE ............................................................................ 37
Soal Aljabar ................................................................................................... 37
Soal Kombinatorika ........................................................................................ 38
Soal Bilangan ................................................................................................. 39
Soal Statistika ................................................................................................. 40
Soal Geometri ................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 1

ii
SEBARAN MATERI KELAS VIII SEMESTER 2

Adapun sebaran materi di kelas VIII Semester 2 adalah sebagai berikut:

Bab 1. Teorema Phytagoras


1.1. Pengertian Teorema Phytagoras
1.2. Penentuan Jenis Segitiga
1.3. Tripel Phytagoras
1.4. Perbandingan Sisi-sisi pada Segitiga

Bab 2. Lingkaran
2.1. Pengertian Lingkaran
2.2. Mengidentifikasi Unsur-Unsur Lingkaran
2.3. Mengidentifikasi Keliling dan Luas Lingkaran
2.4. Memahami Hubungan antara Sudut Pusat dengan Sudut Keliling yang
Menghadap Busur Sama
2.5. Memahami Panjang Busur, Luas Juring dan Luas Tembereng
2.6. Memahami Garis Singgung Lingkaran dan Panjang Garis Singgung Lingkaran

Bab 3. Bangun Ruang Sisi Datar


3.1. Menentukan Luas Permukaan Bangun Ruang Sisi Datar
3.2. Menentukan Volume Bangun Ruang Sisi Datar
3.3. Luas Permukaan dan Volume Gabungan Bangun Ruang Sisi Datar
3.4. Bidang Diagonal, Bidang Ruang dan Bidang Diagonal pada Bangun Ruang

Bab 4. Statistika
4.1. Membaca dan Menafsirkan Data
4.2. Ukuran Pemusatan Data
4.3. Ukuran Penyebaran Data

Bab 5. Peluang
5.1. Konsep Dasar Peluang
5.2. Peluang Empirik
5.3. Peluang Teoritik
5.4. Frekuensi Harapan

1
2
RANGKUMAN MATERI KELAS VII SEMESTER 2

Bab 1. Teorema Pythagoras

1.1. Pengertian Teorema Pythagoras

Jika memperhatikan gambar diatas dengan seksama, akan diperoleh hubungan


c 2  a 2  b 2 , dengan c adalah panjang sisi miring, a adalah panjang alas, dan
b adalah tinggi. Dari hubungan tersebut dapat dikatakan bahwa kuadrat panjang
sisi miring segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi lainya.
Inilah yang disebut teorema Pythagoras
1.2. Penentuan Jenis Segitiga
Penentuan jenis segitiga dapat dilakukan dengan menggunakan kebalikan dari
teorema Pythagoras. Kebalikan teorema Pythagoras menyatakan, untuk setiap
segitiga, jika jumlah kuadrat panjang dua sisi yang saling tegak lurus sama
dengan kuadrat panjang sisi miring, maka segitiga tersebut merupakan segitiga
siku-siku.
Jika terdapat ABC dengan a, b, dan c masing-masing adalah sisi di hadapan
A, B, dan C dengan a sisi terpanjang pada ABC maka berlaku salah satu dari
pernyataan berikut
1. Jika a 2  b 2  c 2 maka ABC adalah segitiga siku-siku
2. Jika a 2  b 2  c 2 maka ABC adalah segitiga tumpul
3. Jika a 2  b 2  c 2 maka ABC adalah segitiga lancip

Jika terdapat ABC merupakan segitiga siku-siku, maka berlaku sebagai


berikut

1. Jika a 2  b 2  c 2 maka ABC siku-siku di A


2. Jika b 2  a 2  c 2 maka ABC siku-siku di B
3. Jika c 2  b 2  a 2 maka ABC siku-siku di C

3
Contoh soal:

Tentukan jenis segitiga dengan panjang sisi-sisinya 6 cm, 12 cm dan 13 cm

Penyelesaian

Sisi yang terpanjang = 13 cm, maka dimisalkan

a = 13 cm

b = 6 cm

c = 12 cm

a 2  13 2  169
b 2  c 2  6 2  12 2  36  144  180

Karena a 2  b 2  c 2 , maka segitiga tersebut merupakan segitiga lancip

1.3. Tripel Pythagoras


Tripel Pythagoras ialah kelompok tiga bilangan bulat positif yang memenuhi
kuadrat bilangan terbesar sama dengan jumlah kuadrat dua bilangan lainnya.
Dengan kata lain, tiga bilangan yang memenuhi teorema Phytagoras
merupakan tripel Phytagoras. Terdapat dua cara yang bisa dilakukan untuk
menentukan bilangan tripel Pythagoras yaitu sebagai berikut.
1. Cara pertama yaitu sebagai berikut
a. Pilih dua bilangan sembarang, misalkan p dan q dengan p > q

b. Bentuk segitiga siku-siku dengan panjang sisi 2pq, p 2



 q 2 dan
p 2
 q2 
c. Panjang ketiga sisi segitiga siku-siku akan membentuk tripel
Pythagoras
2. Cara kedua yaitu sebagai berikut
a. Pilih sembarang bilangan ganjil. Bilangan inilah yang menjadi panjang
sisi terpendek dari segitiga.

S 2 1
b. Gunakan rumus M  , dengan S adalah panjang sisi terpendek
2
dan M merupakan sisi tegak lainnya.

4
c. Selanjutnya, tentukan panjang sisi miring/hipotenusa menggunakan
teorema pythagoras
d. Ketiga sisi segitiga siku-siku tersebut merupakan Tripel Pythagoras.

Untuk lebih jelas mengenai, hal tersebut maka perhatikan contoh soal
berikut:

1. Misalkan dipilih p = 5 dan q = 2


2 pq  2  5  2  20

p 2  q 2  5 2  2 2  25  4  21
p 2  q 2  5 2  2 2  25  4  29
Bentuk segitiga siku-siku dengan panjang sisi-sisinya seperti tiga
bilangan diatas. Dimisalkan satuan panjang sisi segitiga adalah
sentimeter (cm)

Perhatikan gambar diatas


Hubungan ketiga sisinya yaitu :
29 2  20 2  212
841  400  441
841  841
Terbukti berlaku teorema Pythagoras
Jadi bilangan 20, 21, dan 29 membentuk tripel Pythagoras
2. Misalkan dipilih sembarang bilangan ganjil, yaitu 5
Dimisalkan satuan panjang sisi segitiga adalah sentimeter (cm)
S = panjang sisi terpendek = 5 cm

5 2  1 25  1 24
M    12 cm
2 2 2
Terbentuk segitiga dengan panjang sisi tegaknya 5 cm dan 12 cm

5
Panjang sisi miring = 5 2  12 2  25  144  169  13 cm
Jadi, salah satu contoh himpunan tripel Pythagoras adalah {5, 12, 13}
1.4. Perbandingan Sisi-sisi pada Segitiga
1. Perbandingan sisi-sisi pada segitiga sama kaki
Salah satu dari segitiga khusus adalah segitiga siku-siku sama kaki dengan
besar ketiga sudutnya 45,45, dan 90 . Perhatikan gambar berikut

Segitiga aBC pada gambar diatas merupakan segitiga siku-siku sama kali.
Sudut B siku-siku dengan panjang AB = BC = x cm dan A  C  45
Menggunakan teorema Pythagoras, diperoleh :

AC  AB 2  BC 2  x 2  x 2  2 x 2  x 2
Sehingga diperoleh perbandingan berikut
AB : BC : AC  x : x : x 2  1 : 1 : 2
2. Perbandingan sisi-sisi pada segitiga bersudut 30o – 60o – 90o
Perhatikan gambar berikut.

Segitiga ABC adalah segitiga sama kaki dengan AB = BC = AC = 2x cm


dan A  B  C  60

6
Karena CD tegak lurus AB, maka CD merupakan garis tinggi sekaligus
garis bagi C sehingga ACD  BCD  30
Diketahui ADC  BDC  90
Titik D adalah titik tengah AB, dimana AB = 2x cm, sehingga panjang BD
= x cm
Perhatikan segitiga BDC
Dengan menggunakan teorema Pythagoras, sehingga diperoleh :

CD  BC 2  BD 2

 2 x 2  x 2
 4x 2  x 2
 3x 2
x 3

Sehingga diperoleh perbandingan berikut

BD : CD : BC = x : x 3 : 2x  1 : 3 : 2

 Crucial Point

1. Siswa sering sekali salah ketika mereka menentukan sisi miring dari suatu
segitiga siku-siku dengan rumus Pythagoras. Perhatikan kesalahan pada contoh
soal berikut ini :
 Sebuah segitiga ABC siku-siku di B, di mana AB = 8 cm, AC = 17 cm.

Panjang BC adalah ....


 Jawaban siswa yang salah :

BC2 = AC2 – AB2

BC2 = 172 – 82

7
BC2 = 289 – 64

BC2= 225 cm

 Jawaban yang benar :

BC2 = AC2 – AB2

BC2 = 172 – 82

BC2 = 289 – 64

BC2= 225

BC = √225

BC = 15 cm

Dilihat dari jawaban siswa bahwa siswa menganggap BC2 merupakan penyelesaian
dari soal diatas atau mereka menganggap BC2 ini merupakan sisi miring dari suatu
segitiga ABC. Maka dari itu sangat perlu di tekankan bahwa definisi dari rumus
Pythagoras adalah kuadrat panjang sisi miring segitiga siku-siku sama dengan
jumlah kuadrat sisi-sisi lainya. untuk itu kita harus mengakarkannya agar dapat
menemukan sisi miringnya.

2. Kesalahan siswa dalam menentukan sisi miring apabila posisi gambar diubah.
Perhatikan kesalahan pada contoh soal berikut ini :
 Segitiga ABC siku-siku di B. Jika panjang BC = 3 cm dan AB = 4 cm,
maka panjang AC adalah .... cm

Jawaban siswa yang salah :

AC2 = BC2 - AB2

AC2 = 32 - 42

AC2 = 9 - 16

8
AC2 = -7

Jawaban yang benar :

AC2 = BC2 + AB2

AC2 = 32 + 42

AC2 = 9 + 16

AC2 = 25

AC = √25

AC = 5 cm

Pada soal berikut ini siswa tidak dapat menentukan yang mana sisi miringnya
karena segitiga dalam keadaan terbalik ataupun alasnya tidak berada di bawah.
sehingga siswa salah dalam memasukkan nilai pada rumus Pythagorasnya. Oleh
karena itu sangat perlu di tekankan bahwa sisi miring dari suatu segitiga siku-siku
itu merupakan sisi terpanjang dari segitiga siku-siku tersebut atau sisi didepannya
sudut siku-siku.

Bab 2. Lingkaran

2.1. Pengertian Lingkaran


Lingkaran adalah himpunan titik-titik dengan jarak yang sama terhadap suatu
titik, titik tersebut yang disebut sebagai titik pusat lingkaran.
2.2. Unsur-unsur Lingkaran
Jari-jari, diameter, busur, tali busur dan apotema merupakan unsur-unsur dari
lingkaran yang berupa garis atau kurva. Sedangkan, tembereng dan juring
merupakan unsur-unsur dari lingkaran yang berupa luasan.
Perhatikan gambar berikut ini.

9
Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui sebagai berikut.
 Titik O adalah pusat lingkaran
 Garis OA, OB, OC, dan OD disebut sebagai jari-jari lingkaran atau radius
(r)
 Garis AB disebut diameter atau garis tengah (d), dimana d = 2r
 Garis lengkung AC disebut busur dan garis lurus AC disebut sebagai tali
busur
 Garis OE adalah apotema, yaitu jarak terpendek antara tali busur dengan
pusat lingkaran
 Garis ED disebut anak panah.
 Daerah arsiran ACD disebut tembereng, yaitu daerah yang dibatasi oleh
busur dan tali busur.
 Daerah arsiran BOC disebut sebagai juring atau sektor, yaitu daerah yang
dibatasi oleh dua buah jari-jari dan sebuah busur.

Unsur 1 Unsur 2 Hubungan


Diameter Jari-jari Panjang diameter adalah dua kali
panjang jari-jari.
Busur kecil Busur besar Jumlah panjang busur besar dengan
busur kecil sama dengan keliling
lingkaran.
Busur Keliling Busur adalah bagian dari keliling
lingkaran lingkaran atau keliling lingkaran adalah
busur terbesar.
Tali busur Diameter Diameter adalah tali busur terpanjang.
Apotema Tali busur Apotema selalu tegak lurus dengan suatu
tali busur.

10
Sudut pusat Juring Luas juring sebanding dengan besar
sudut pusat lingkaran.
Sudut pusat Busur Panjang busur sebanding dengan sudut
pusat lingkaran.

2.3. Keliling dan Luas Lingkaran


1. Keliling Lingkaran
Keliling lingkaran adalah panjang busur/lengkung pembentuk lingkaran
Berikut rumus untuk menghitung keliling lingkaran
K lingkaran  d atau K lingkaran  2r
Keterangan :
Klingkaran = keliling lingkaran
22
  3,14 atau
7
d = diameter lingkaran
r = jari-jari lingkaran
Contoh soal :
Hitunglah keliling lingkaran di bawah ini!

Penyelesaian :
22
K lingkaran  2r  2   28  176cm
7
Jadi, keliling dari lingkaran tersebut adalah 176 cm
2. Luas Daerah Lingkaran
Luas daerah lingkaran adalah luas daerah yang dibatasi oleh busur
lingkaran.

11
Berikut rumus untuk menghitung luas daerah lingkaran
1 2
Llingkaran  r 2 atau Llingkaran  d
4
Keterangan :
Llingkaran = Luas daerah lingkaran
22
  3,14 atau
7
d = diameter lingkaran
r = jari-jari lingkaran
Contoh soal :
Sebuah lingkaran mempunyai jari-jari 14 cm. Hitunglah luas daerah
lingkaran tersebut.
Jawab :
Llingkaran  r 2
22
  14 2  616
7
Jadi luas daerah lingkaran tersebut adalah 616 cm2

2.4. Hubungan antara Sudut Pusat dan Sudut Keliling


Sudut pusat adalah sudut yang dibatasi oleh dua jari-jari lingkaran dan titik
sudutnya merupakan titik pusat lingkaran. Sudut keliling pada lingkaran adalah
sudut yang kaki sudutnya berhimpit dengan tali busur dan titik pusatnya
berhimpit dengan suatu titik pada lingkaran.

Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa


 Titik E adalah titik pusat lingkaran

12
 AEC adalah sudut pusat lingkaran
 ABC adalah sudut keliling lingkaran

Perhatikan bahwa AEC dan ABC menghadap busur yang sama, yaitu busur
AC. Jika sudut pusat lingkaran dan sudut keliling lingkaran menghadap busur
yang sama, maka besar sudut pusat sama dengan dua kali besar sudut keliling.
Hubungan antara sudut pusat dan sudut keliling tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut

Besar sudut pusat = 2 ∙ besar sudut keliling

1
Besar sudut keliling = 2 ∙ besar sudut pusat

2.5. Panjang Busur, Luas Juring, dan Luas Tembereng


1. Panjang Busur dan Luas Juring Lingkaran
Hubungan nilai perbandingan antara sudut pusat dengan sudut satu putaran,
panjang busur dengan keliling lingkaran, serta luas juring dengan luas
lingkaran adalah sama
Besar sudut pusat panjangbusur luas juring
 
Besar sudut satu putaran keliling lingkaran luas lingkaran
Besar sudut satu putaran pada lingkaran sama dengan 360o. Jika Klingkaran
adalah keliling lingkaran dan Llingkaran adalah luas daerah lingkaran, maka
panjang busur dan luas juring dapat dirumuskan sebagai berikut
besar sudut pusat
Panjangbusur   K lingkaran
360 
besar sudut pusat
Luas juring   Llingkaran
360 
Contoh soal :
Riska membeli kue dengan permukaan berbentuk lingkaran padat berjari-
jari 14 cm. Kue tersebut dipotong menjadi 6 bagian berbentuk juring yang
sama. Tentukan luas potongan kue.
Penyelesaian :

13
r  14cm
22
Llingkaran  r 2  14 2  616
7
Besar sudut pusat    360  : 6  60
 60
Luas juring   Llingkaran   616  102,67 cm 2
360  360 
Jadi, luas potongan kue tersebut adalah 102,67 cm2
2. Luas Tembereng

Gambar diatas menunjukkan lingkaran O dengan garis lurus AB sebagai


tali busur dan garis lengkung AB sebagai busur lingkaran. Daerah yang
diarsir antara tali busur AB dan busur AB disebut tembereng.
Berikut langkah-langkah untuk menentukan luas tembereng
a. Tentukan luas juring AOB
b. Tentukan panjang tali busur AB
c. Tentukan panjang garis apotema OC
d. Hitung luas segitiga AOC

Luas segitiga AOC = 1 . panjang tali busur AB . panjang apotema OC


2
e. Hitung luas tembereng
Luas tembereng = luas juring AOB – luas segitiga AOB

2.6. Garis Singgung Lingkaran


1. Pengertian Garis Singgung Lingkaran
Garis singgung lingkaran adalah garis yang memotong lingkaran tepat pada
satu titik. Setiap garis singgung lingkaran tegak lurus dengan jari-jari atau
diameter yang melalui titik singgung.
Perhatikan gambar berikut

14
Dari gambar diatas dapat diperoleh sebagai berikut
a. Garis AB merupakan garis singgung dan AB  OC , sehingga
ACO  BOC
b. Sudut yang dibentuk oleh garis yang melalui titik pusat dan garis
singgung lingkaran adalah sudut siku-siku (90o)
c. Melalui suatu titik pada lingkaran hanya dapat dibuat satu garis
singgung pada lingkaran tersebut.
d. Garis singgung lingkaran tegak lurus dengan jari-jari lingkaran yang
melalui titik singgungnya.
2. Melukis Garis Singgung
a. Melukis garis singgung melalui suatu titik pada lingkaran
Garis singgung selalu tegak lurus terhadap jari-jari atau diameter yang
melalui titik singgungnya. Oleh karena itu, untuk melukis garis
singgung lingkaran O di titik singgung A sama saja dengan melukis
garis yang tegak lurus dengan jari-jari OA
Langkah-langkah untuk melukis garis singgung lingkaran yang melalui
titik A yaitu sebagai berikut
1) Lukis jari-jari OA dan perpanjangannya
2) Lukis busur lingkaran berpusat di A, sehingga memotong garis OA
dan perpanjangannya di titik B dan C.
3) Lukis busur lingkaran berpusat di titik B dan C, sehingga saling
berpotongan di titik D dan E. Hubungkan titik D dan E. Garis ED
adalah garis singgung lingkaran di titik A

15
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui
sebuah titik pada lingkaran hanya dapat dibuat satu garis singgung pada
lingkaran tersebut.

b. Melukis garis singgung melalui suatu titik di luar lingkaran


Langkah-langkah untuk melukis garis singgung lingkaran yang melalui
satu titik di luar lingkaran yaitu sebagai berikut.
1) Tentukan lingkaran O (lingkaran dengan titik pusat O) dan titik A
di luar lingkaran O
2) Hubungkan titik O dan titik A
3) Buat garis sumbu untuk menentukan titik tengah OA, yaitu B dan
C
4) Hubungkan titik B dan C dengan garis putus-putus dan titik D pada
garis OA
5) Buat lingkaran dengan jari-jari OD atau AD, sehingga memotong
lingkaran O di titik E dan F
6) Tarik garis AE dan AF. Garis AE dan AF merupakan garis singgung
lingkaran O

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa melalui sebuah titik di


luar lingkaran dapat dibuat dua garis singgung pada lingkaran tersebut.

3. Kedudukan Dua Lingkaran


a. Dua lingkaran bersinggungan

16
Gambar diatas menunjukkan dua lingkaran yang bersinggungan di titik
P. Dalam kedudukan seperti ini, dapat dibuat satu garis singgung
persekutuan dalam, yaitu garis n dan dua garis singgung persekutuan
luar, yaitu garis l dan garis m
b. Dua lingkaran berpotongan

Dua lingkaran yang berpotongan seperti yang ditunjukkan pada gambar


diatas mempunyai dua garis singgung persekutuan luar, yaitu garis r
dan garis s
c. Dua lingkaran saling bebas

Gambar di atas menunjukkan dua lingkaran yang saling lepas atau


terpisah. Dalam kedudukan seperti ini, dapat dibuat dua garis
persekutuan luas, yaitu garis k dan garis l serta dua garis persekutuan
dalam, yaitu m dan garis n
2.7. Panjang Garis Singgung Lingkaran
1. Panjang garis singgung dari titik di luar lingkaran

17
Kedua garis singgung lingkaran yang ditarik dari sebuah titik di luar
lingkaran mempunyai panjang yang sama
2. Panjang garis singgung persekutuan dalam lingkaran
Panjang garis singgung persekutuan dalam dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut

d p 2  r1  r2 
2

Keterangan :
d = panjang garis singgung persekutuan dalam
p = jarak antara pusat lingkaran 1 dan lingkaran 2 (disebut juga garis
sentral)
r1 = panjang jari-jari lingkaran 1
r2 = panjang jari-jari lingkaran 2
3. Panjang garis singgung persekutuan luar dua lingkaran

l p 2  r1  r2  dengan r1>r2


2

Keterangan :
l = panjang garis singgung persekutuan luar
p = jarak antara pusat lingkaran 1 dan lingkaran 2 (disebut juga garis
sentral)
r1 = panjang jari-jari lingkaran 1
r2 = panjang jari-jari lingkaran 2
4. Panjang sabuk lilitan minimal yang menghubungkan dua lingkaran
Rumus yang digunakan untuk mencari panjang sabuk lilitan yaitu
Panjang lilitan  2r 2   

 Crucial Point

Keliling lingkaran

Pada umumnya keliling lingkaran adalah mencari busur lingkaran, secara utuh satu
lingkaran penuh, setengah lingkaran, tiga per empat lingkaran, atau yang lainnya.

Dalam hal ini rumus yang digunakan dalam mencari keliling lingkaran adalah :

K   .d atau K  2 .r

18
Keterangan :

K  keliling

d  diameter

r  jari-jari

Pada dasarnya siswa jika diberi permasalahan mencari keliling lingkaran dengan
rumus yang sudah ada tidak menjadi sebuah masalah.

Karena lingkaran terkadang terdapat seperti setengah lingkaran maka pada rumus
1
tersebut tinggal mengkalikan dengan .
2

1 1
K   .d K  2 .r
Sehingga menjadi 2 atau 2

Pada crucial poin kali ini yang ditekankan adalah dalam mencari keliling setengah
lingkaran, satu per empat lingkaran, dan lain-lain buka satu lingkaran penuh. Pada
hal ini siswa lupa atau tidak memahami dalam mencari keliling setengah lingkaran
tidak berhenti setelah pemakaian rumus diatas. Karena jika satu lingkaran penuh
menggunakan rumus awal dan jika mencari setengah lingkaran haruslah dikali
1
setengah atau . Namun hal ini tidak berhenti disitu karena hasil dari dengan
2
menggunakan rumus tersebut haruslah ditambahkan jari-jari atau diameter yang
membuat sisi mendatar yang menghubungan kedua busur. Lebih jelasnya disajikan
gambar sebagai berikut

Gambar setengah lingkaran jika


tanpa diameter atau diamternya
dihilangkan.

19
Gambar setengah lingkaran
dengan diameter.

1
Jika diperhatikan jika menggunakan rumus K   .d hal tersebut akan
2
menghasilkan hasil keliling tetapi tidak ditambahkan dengan diamternya. Dalam
hal inilah siswa sering melakukan keasalahan. Sebagai contohnya disajikan soal
sebagai berikut :

Hitunglah keliling lingkaran dengan diameter 14 cm !

Penyelesaian :

Dengan menggunakan rumus K   .d maka didapatkan

22
K  14  44
7

Pada soal tersebut jika dirubah menjadi setengah lingkaran maka didapatkan :

22
K  14  44
7

1 22
K SETENGAH LINGKARAN    14  22 , dengan hasil ini hanya berupa keliling
2 7
setengah lingkaran tanpa diameter, sehingga haruslah hasil tersebut ditambah
dengan diameter karena yang ditanyakan keliling setengah lingkaran yang terlihat
pada gambar terdapat garis diameter sebagai pelukis memotong lingkaran penuh
menjadi 2 bagian yang sama. Maka hasil akhir adalah 22  14  36 .

Dalam hal ini yang menjadi penekanan adalah jika setengah lingkaran
tersebut tanpa diameter maka hasil keliling menggunakan hasil 22 namun
sering dijumpai disoal setengah lingkaran tersebut selalu digambarkan
diameter maupun tidak digambarkan hal itulah yang harus dilakukan dan
menjadi penekanan karena disitulah biasanya letak kesalahan siswa.

20
Bab 3. Bangun Ruang Sisi Datar

3.1. Luas Permukaan Bangun Ruang Sisi Datar


Luas permukaan merupakan total keseluruhan permukaan pada suatu benda.
Pada bangun ruang, luas permukaan dapat diperoleh dengan menjumlahkan
seluruh luas bidang pembentuk yang terlihat dari jaring-jaring bangun tersebut.
Jaring-jaring bangun ruang merupakan hasil pembelahan sebuah bangun ruang
yang berkaitan, sehingga ketika digabungkan akan kembali menjadi bangun
ruang tertentu.
1. Luas permukaan balok
Luas permukaan balok dihitung dengan menggunakan rumus.
Lbalok = 2(pl + lt + pt)
Ket :
Lbalok = luas permukaan balok
p = panjang balok
l = lebar balok
t = tinggi balok
2. Luas Permukaan Kubus
Luas permukaan kubus dihitung dengan menggunakan rumus.
Lkubus = 6𝑠 2
Keterangan :
Lkubus = luas permukaan kubus
s = panjang rusuk kubus
3. Luas Permukaan Prisma
Luas permukaan prisma dihitung dengan menggunakan rumus.
Lprisma = 2 . La + Ka . t
Keterangan :
Lprisma = luas permukaan prisma
La = luas alas prisma
Ka = keliling alas prisma
t = tinggi prisma
4. Luas Permukaan Limas
Luas permukaan limas dihitung dengan menggunakan rumus

21
Llimas = La + jumlah luas sisi tegak
Keterangan :
Llimas = luas permukaan limas
La = luas alas limas
3.2. Volume Bangun Ruang Sisi Datar
1. Volume balok
Untuk menghitung volume balok, dapat diperoleh dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.
Vbalok = p . l . t
Keterangan :
Vbalok = volume balok
p = panjang balok
l = lebar balok
t = tinggi balok
2. Volume kubus
Untuk menghitung volume kubus, dapat digunakan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.
Vkubus = s3
Keterangan :
Vkubus = volume kubus
s = panjang sisi kubus
3. Volume prisma
Vkubus = La . t
Keterangan :
Vprisma = volume prisma
La = luas alas limas
4. Volume limas

Vlimas = 1  La  t
3
Keterangan :
Vlimas = volume limas
La = luas alas prisma

22
3.3. Diagonal Bidang, Diagonal Ruang, dan Bidang Diagonal pada Bangun Ruang
Sifat-sifat pada suatu bangun ruang diantaranya adalah adanya diagonal
bidang, diagonal ruang dan bidang diagonal.

Ketiga gambar balok ABCD.EFGH diatas menunjukkan sifat-sifat balok


sebagai berikut.
1) Gambar (1) menunjukkan diagonal bidang BE. Diagonal bidang adalah
ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan pada
sebuah bidang. Pada balok tersebut terdapat 12 diagonal yaitu AF, BE, BG,
CF, CH, DG, AH, DE, AC, BD, EG, dan FH
2) Gambar (2) menunjukkan diagonal ruang CE. Diagonal ruang adalah ruas
garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan dalam suatu
ruang. Pada balok tersebut terdapat 4 diagonal ruang, yaitu AG, BH, DF
dan CE.
3) Gambar (3) menunjukkan bidang diagonal ACGE. Bidang diagonal adalah
bidang yang dibatasi oleh dua rusuk dan dua diagonal bidang. Pada balok
tersebut terdapat 6 bidang diagonal, yaitu BCHE, ADGF, ABGH, CDEF,
BDHF, dan ACGE.

Tidak semua bangun ruang memiliki ketiga sifat bangun ruang diatas. Misalnya
limas segitiga dan prisma segitiga, kedua bangun tersebut hanya memiliki
diagonal bidang.

 Crucial Point

Crucial point dari bangun ruang sisi datar, terletak pada menyatakan ulang konsep
bangun ruang sisi datar, dan mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat
tertentu.

1. Kesulitan siswa dalam menyatakan ulang konsep bangun ruang sisi datar.

23
Dalam menyatakan ulang konsep bangun ruang sisi datar, terdapat ebberapa
aktivitas yang dilakukan siswa diantaranya menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan dalam soal, menuliskan sifat-sifat, mengilustrasikan bentuk gambar,
serta mengklarifikasikan rumus bangun ruang sisi datar berdasarkan informasi yang
diperoleh dalam soal. Adapun contoh soalnya sebagai berikut.

Jumlah panjang seluruh rusuk kubus ABCD.EFGH adalah 192 cm. Hitunglah Luas
permukaan dan volume kubus!.

Jawaban siswa :

Sedangkan jawaban yang tepat yaitu :

Diketahui :

Jumlah panjang seluruh rusuk kubus ABCD.EFGH = 192 𝑐𝑚

Ditanya :

Luas permukaan dan volume kubus ABCD.EFGH

Penyelesaian :

Mencari panjang masing-masing rusuk, kemudian menghitung luas permukaan dan


volume kubus.

Gambar :

24
Panjang rusuk (𝑠) = 192 𝑐𝑚: 12

= 16 𝑐𝑚

Luas Permukaan Kubus ABCD.EFGH = 6𝑠 2

= 6(16 𝑐𝑚)2

= 1536 𝑐𝑚2

Volume Kubus ABCD.EFGH = 𝑠 3

= (16 𝑐𝑚)3

= 4096 𝑐𝑚3

2. Kesulitan siswa dalam mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat


tertentu.

Dalam mengklasifikasikan objek-objek menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifat


yang terdapat dalam materi, terdapat beberapa aktivitas diantaranya,
mengelompokkan objek berdasarkan bentuk/ilustrasi bangun ruang sisi datar,
berdasarkan sifat-sifat bangun ruang sisi datar, serta berdasarkan pada rumus-rumus
bangun ruang sisi datar. Berikut merupakan contoh soal terkait mengelompokkan
objek berdasarkan sifat-sifat yang terdapat dalam materi.

Alas sebuah limas segi empat beraturan berbentuk persegi. Jika tinggi segitiga 17
cm dan tinggi limas 15 cm, maka tentukan luas permukaan limas.

Jawaban siswa :

25
Sedangkan jawaban yang tepat yaitu :

Diketahui :

Limas dengan alas persegi, tinggi sisi tegak (segitiga)= 17 𝑐𝑚, tinggi limas =
15 𝑐𝑚.

Ditanya :

Luas permukaan limas

Penyelesaian :

Menghitung sisi-sisi alas, kemudian dilanjutkan dengan menghitung luas


permukaan limas sesuai rumus.

Gambar :

Berdasarkan gambar, maka TB= 17 𝑐𝑚, TO= 15 𝑐𝑚.

Karena alas limas berupa persegi, maka PQ = QR = RS = SP. Tinggi limas yaitu
TO, dengan O merupakan titik tengah dari diagonal-diagonal sisi alas. Dari titik B
ditarik garis melalui O yang memotong PS dan sejajar dengan PQ. Karena O adalah
1
titik tengah, maka diketahui OB= PQ. Titik T, O, dan B jika dihubungkan akan
2

26
membentuk bangun segitiga siku-siku, dengan siku-siku di O. Menurut teorema
Pythagoras dari segitiga TOB, maka diperoleh panjang OB = 8 𝑐𝑚 , sehingga
panjang PQ= 16 cm. Sehingga,

Luas Permukaan Limas = 𝐿𝑎 + 4(𝐿𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑘 )

= 256 𝑐𝑚2 + 4(136 cm2 )

= 800 𝑐𝑚2

Bab 4. Statistika

4.1. Membaca dan Menafsirkan Data


Data merupakan keterangan ataupun kumpulan keterangan dalam suatu
penelitian yang dapat digunakan untuk dasar kajian (analisis atau kesimpulan).
Data merupakan kumpulan datum, dengan datum adalah fakta tunggal
mengenai suatu hal. Agar dapat lebih mudah dibaca dan ditafsirkan, data dapat
disajikan dalam bentuk tabel atau diagram.
1. Membaca dan menafsirkan data dari tabel
Tabel adalah daftar yang berisi sejumlah data atau informasi yang biasanya
berupa kata-kata maupun bilangan dan tersusun dengan garis pembatas.
Tabel yang biasanya digunakan untuk menyajikan suatu data adalah tabel
frekuensi. Tabel frekuensi memiliki kolom tambahan berupa banyaknya
suatu data atau frekuensi. Frekuensi data dapat dihitung secara manual
(pengelompokan data) maupun dengan membuat turus.
2. Membaca dan menafsirkan data dari diagram batang.
Diagram batang biasanya digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk
kategori. Untuk menggambarkan diagram batang, diperlukan sumbu
mendatar dan sumbu tegak yang saling berpotongan.
3. Membaca dan menafsirkan data dari diagram garis.
Diagram garis biasanya digunakan untuk menyajikan data yang
berkesinambungan dan berkala. Seperti pada diagram batang, untuk
menggambarkan diagram garis, diperlukan sumbu mendatar dan sumbu
tegak yang saling berpotongan.

27
4. Membaca dan menafsirkan data dari diagram lingkaran
Diagram lingkaran biasanya digunakan untuk menunjukkan perbandingan
suatu data terhadap keseluruhan. Besar daerah pada diagram lingkaran
dapat dinyatakan dalam persentase (%) atau derajat ( o)
4.2. Ukuran Pemusatan Data
Perhitungan ukuran pemusatan data adalah salah stau kegiatan menganalisis
data. Analisis data adalah upaya untuk mengelolah data menjadi informasi,
sehingga karakteristik data tersebut dapat dipahami dan dapat digunakan untuk
pengambilan suatu keputusan.
Berikut perhitungan yang termasuk ukuran pemusatan data.

1. Rata-rata x 
Rata-rata atau mean suatu data merupakan wakil dari sekumpulan data atau
dianggap suatu nilai paling dekat dengan hasil pengukuran yang
sebenarnya.
Rata-rata suatu data dapat dirumuskan sebagai berikut.
x1  x 2  x3    x n 1 n
x   xi
n n i 1
n

f
i 1
i  xi
x n

f
i 1
i

Keterangan :
x = mean atau rata-rata (dibaca x bar)
n = banyaknya data
xi = nilai data ke-i (i = 1,2,3,...,k)
fi = frekuensi data ke-i (i = 1,2,3,...,k)
2. Modus (Mo)
Modus adalah nilai yang paling sering muncul di dalam suatu data. Modus
suatu data bisa satu, dua, tiga, atau lebih, bahkan tidak ada.
Rumus untuk mencari data berkelompok yaitu :

 F1 
Modus = tb   p
 F1  F 2 
Keterangan :

28
tb = tepi bawah
F1 = frekuensi tertinggi dikurangi frekuensi diatasnya
F 2 = frekuensi tertinggi dikurangi frekuensi dibawahnya
p = interval
3. Median (Me)
Median adalah nilai tengah dari data yang telah diurutkan. Rumus untuk
menentukan median dibedakan berdasarkan banyaknya data.
Median data ganjil : Me  x n 1
2

1 
Median data genap : Me   xn  xn 
2  2 1 
2 

Keterangan :
Me = median
N = banyaknya data

Contoh soal :

Tabel berikut menunjukkan data nilai praktik mata pelajaran Olahraga siswa
kelas VIII SMP Merdeka

Nilai 70 75 80 85 90 95
Frekuensi 11 6 5 3 8 10
Tentukan nilai mean, modus dan median data diatas

Penyelesaian :

Nilai 70 75 80 85 90 95 Jumlah
Frekuensi 11 6 5 3 8 10 43
fi . xi 770 450 400 225 720 950 3.545

n = 43 (banyak data ganjil)

29
n

f
i 1
i  xi
3.545
x n
  82,44
43
f
i 1
i

Mo = nilai dengan frekuensi terbanyak = 70

Me  x n 1  x 44  x 22  80
2 2

Jadi, nilai mean, modus, dan median data tersebut berturut-turut adalah 82,44 ;
70; dan 80

4.3. Ukuran Penyebaran Data


1. Jangkauan
Ukuran penyebaran yang paling sederhana (kasar) adalah jangkauan
(range) atau rentan nilai, yaitu selisih antara datum terbesar dan datu
terkecil.
R = xmaks – xmin
Keterangan :
R = jangkauan
xmaks = datum terbesar
xmin = datum terkecil
2. Kuartil
Kuartil adalah suatu nilai yang membagi data menjadi empat bagian yang
sama. Kuartil ada tiga macam, yaitu kuartil pertama/bawah (Q1), kuartil
kedua/tengah/median (Q2), dan kuartil ketiga/atas (Q3)
Rumus umum untuk menentukan kuartil
in  1
Qi  data ke 
4
Keterangan :

Qi = kuartil ke-i
i = 1,2,3
n = banyaknya data
3. Jangkauan Interkuartil (hamparan)

30
Selisih antara kuartil atas dan kuartil bawah disebut jangkaun interkuartil,
sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut
H = Q3 – Q1
Keterangan :
H = jangkauan interkuartil
Q3 = kuartil atas
Q1 = kuartil bawah

 Crucial Point

1. Crucial point pada bab statistika kelas 8 yang berada dalam bentuk data tunggal
terdapat pada materi median dan quartil. Siswa sering keliru dalam menentukan
median atau quartil karena tidak mengurutkan bilangan terlebih dahulu.

Contoh:

Tentukanlah median dari data nilai ulangan matematika kelas 8 berikut

8, 5, 7, 10, 4, 6, 5, 4, 7, 9, 8, 6
65
Jawaban siswa: Me   5,5
2

Jawaban yang tepat:

4, 4, 5, 5, 6, 6, 7, 7, 8, 8, 9, 10
67
Me   6,5
2

Menurut penulis, siswa sering keliru dalam menentukan quartil pada data genap
2. (tunggal) jika mereka menggunakan definisi untuk menentukan quartil tersebut.

Contoh:

Tentukanlah quartil dari data berikut

2, 3, 3, 4, 5, 6, 7, 7, 8, 9

Jawaban siswa :

Quartil 1 = 3

31
Quartil 2 = 5,5

Quartil 3 = 7

Jawaban sesuai rumus:


x1 (10  1) x11 3
Q1    x2  ( x3  x2 )
4 4 4
3
 3  (3  3)
4
3
x2 (10  1) x22 1
Q2    x5  ( x6  x5 )
4 4 2
1
 5  (6  5)
2
 5,5
x3 (10  1) x33 1
Q3    x8  ( x9  x8 )
4 4 4
1
 7  (8  7)
4
 7,25

Bab 5. Peluang

5.1. Konsep Dasar Peluang


Peluang bisa diartikan sebagai besar kemungkinan terjadinya suatu kejadian.
Besar peluang suatu kejadian atau pernyataan dapat ditentukan secara eksak.
Perhitungan peluang suatu kejadian tergantung dari banyaknya percobaan yang
dilakukan. Percobaan adalah tindakan atau kegiatan yang dapat diulang
keadaan yang sama untuk memperoleh hasil tertentu.
Himpunan dari semua hasil yang mungkin terjadi dalam suatu percobaan
dinamakan ruang sampel yang dinotasikan dengan “S”. Setiap unsur dalam
ruang sampel S dinamakan titik sampel. Banyaknya anggota ruang sampel
biasanya dilambangkan dengan n(S). Kerjaian merupakan himpunan bagian
dari ruang sampel dan didefinisikan sebagai himpunan dari hasil yang

32
diperoleh dalam suatu percobaan. Kerjadian dinotasikan dengan huruf A, B, C
dan seterusnya.
5.2. Peluang Empirik
Peluang empirik atau frekuensi relatif adalah perbandingan banyaknya
kejadian yang diamati dengan banyaknya percobaan. Frekuensi relatif dapat
dinyatakan dengan rumus berikut
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐴 𝑛(𝐴)
Frekuensi relatif = atau 𝑓𝐴 =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 𝑀

Keterangan :
fA = peluang empirik atau frekuensi relatif
n(A) = banyaknya kemunculan kejadian A
M = banyaknya percobaan
Contoh Soal :
Yudi melempar dadu sebanyak 150 kali. Hasilnya adalah muncul muka dadu
bertitik 2 sebanyak 30 kali. Tentukan frekuensi relatif kejadian munculnya
mata dadu bertitik 2
Jawab :
M = 150 kali
Misal : A = kejadian munculnya muka dadu bertitik 2
n(A) = 30 kali
n A 30 1
fA   
M 150 5

Jadi, frekuensi relatif munculnya muka dadu bertitik 2 adalah 1


5
5.3. Peluang Teoritik
Peluang teoritik adalah rasio dari hasil yang dimaksud dengan semua hasil yang
mungkin pada suatu percobaan tunggal. Jika terdapat suatu permasalahan yang
hanya menyebutkan peluang, maka peluang yang dimaksud tersebut adalah
peluang teoritik. Besarnya peluang kejadian A dirumuskan sebagai berikut.
n  A
P  A 
nS 
Keterangan :
P(A) = peluang kejadian A

33
n(A) = banyaknya anggota dalam kejadian A
n(S) = banyaknya anggota ruang sampel
Komplemen suatu kejadian A atau Ac adalah kejadian tidak atau bukan A.
Peluang komplemen kejadian A dirumuskan sebagai berikut
P(Ac) = 1 – P(A)
Keterangan :
P(A) = peluang kejadian A
P(Ac) = peluang komplemen kejadian A
5.4. Frekuensi Harapan
Frekuensi harapan suatu kejadian adalah harapan banyaknya muncul kejadian
dari sejumlah percobaan yang dilakukan sebanyak n kali
Rumus untuk menghitung frekuensi harapan dari suatu kejadian adalah
Fh(A) = n . P(A)
Keterangan :
Fh(A) = frekuensi harapan kejadian A
P(A) = peluang kejadian A
n = banyaknya percobaan

 Crucial Point

Crusial Point dalam Bab Peluang

1. Menentukan Ruang Sampel

Contoh soal

1. Sebuah dadu setimbang berisi 6 ditos dengan 2 buah mata uang


logam.Tentukan hasil yang mungkin terjadi (ruang sampel) dan banyaknya
anggota ruang sampel! (Lampirkan proses pengerjaannya).

Kemungkinan jawaban siswa

- Ruang sampel = 6 x 2 = 12

Karena mereka beranggapan bahwa dadu memiliki 6 ruang sampel dan 2 buah
uang logam memiliki 2 ruang sampel sehingga mereka megalikan kedua.

34
Mereka tidak mempertimbangkan banyaknya sisi dari uang logam tersebut.
Hingga mereka mengalami kesalahan.

Yang harus kita tekankan kepada siswa disini bahwa ruang sampel itu
merupakan himpunan semua hasil yang mungkin terjadi pada suatu percobaan
atau kejadian.

Disini secara real kita dapat menunjukan melalui pembuatan tabel ataupun
diagram seperti berikut ini.

Semisal 2 uang logam maka tabel seperti berikut

A G
A A,A A,G
G G.A G,G
Maka ruang sampel 2 buah uang logam adalah 4.

2. Penentuan peluang dari suatu kejadian

Siswa sering sekali salah dalam menentukan peluang dari suatu kejadian sebagai
hasil yang dimaksud saja. Yang sebenarnya bahwa peluang dari suatu kejadian
itu adalah rasio dari hasil yang dimaksud n(A) dengan jumlah semua hasil yang
mungkin n(S). sehingga siswa salah dalam menentukan peluang, seperti contoh
berikut ini.

Contoh soal

2. Pada suatu pertandingan basket Tim Basket Dugas dan Tim Basket
Sapalasbertanding sebanyak 10 kali. Dalam 10 kali pertandingan tersebutTim
Basket Dugas kalah 2 kali, seri 5 kali, dan sisanya menang. Tentukan peluang
Tim Basket Dugas akan menang pada pertandingan basket terseb

Kemungkinan Jawaban siswa

n(A) = 10 – (5+2) = 3

yang benar adalah

n(A) = 10 - (5+2) = 3

35
P(Menang) = 3/10

Yang harus k ita tekankan disini kepada siswa bahwa sebuah Peluang dari suatu
kejadian itu adalah rasio dari hasil yang dimaksud dengan jumlah hasil yang
mungkin. Disini juga kita dapat tekankan bahwa rentangan nilai dari suatu
peluang adalah 0 ≤ 𝑥 ≤ 1.

Dan kita dapat tunjukan dengan menggunakan tabel seperti pada crusial pertama.

36
SOAL-SOAL OLIMPIADE

Soal Aljabar

1. Misalnya x  2 2 2...... maka tentukan nilai x! (Kupas Tuntas Olimpiade

Matematika,tahun 2011 oleh Abdul Aziz dan Muhammad Son Muslimin)


Soal Modifikasi :

Misalkan a  7 7 7 7............ dan b  6 6 6 6........... , maka

tentukanlah nilai dari 5a  4b  .....


Jawab :

 Misalkan a  7 7 7 7............ maka :

a 2  7a
a 2  7a  0
aa  7  0

Jadi a = 0 atau a = 7
Karena nilai a = 0 tidak memenuhi, maka nilai a = 7

 Misalkan b  6 6 6................. maka :

b 2  6b
b 2  6b  0
bb  6  0

Jadi b = 0 atau b = 6
Karena nilai b = 0 tidak memenuhi, maka nilai b = 6

Maka, nilai dari 5a  4b  .....

5a  4b  57  46

 35  24
 11

Jadi, nilai dari 5a – 4b adalah 11

2. Diketahui a dan b merupakan bilangan real positif yang memenuhi persamaan


berikut

37
a  b 2  6
 2
a  b 4  34

p q
Jika nilai dari a  , maka nilai dari 2p + 6q – 3s = .......
s
Jawab :
b2  a  6

a 2  a  6  12
2

 
a 2  a 2  4a  36  34
2a 2  4a  36  34  0
2a 2  4a  2  0
Sehingga :

  4   42  4.1.2
a1, 2 
2.2
4 8

4
2 2

2
Maka, nilai dari 2 p  6q  3s 
2 p  6q  3s  2.2  6.2  3.2
 4  12  6
 10
Jadi, nilai dari nilai dari 2 p  6q  3s  10

Soal Kombinatorika

1. Sebuah kotak berisi 5 bola merah, 4 bola biru, dan 3 bola kuning. Dari dalam
kotak diambil 3 bola sekaligus secara acak, peluang terambil 2 bola merah dan
1 bola biru adalah ..
Jawab:

Cara mengambil 2 bola merah yaitu 5C2 = 10 cara

Cara mengambil 1 bola biru yaitu 4C1 = 4 cara

38
Cara mengambil 3 bola sekaligus 12C3 = 220 cara

Peluang terambilnya 2 bola merah dan 1 bola biru adalah

C 2  4 C1 2
P 3

C
12 3 11

2. Anak laki-laki dan anak perempuan yang berjumlah 48 orang duduk


meliangkar secara acak. Banyaknya minimal anak perempuan sehingga pasti
ada enam anak perempuan yang duduk berdekatan tanpa diselingi anak laki-
laki adalah….
Jawab
Misalkan n menyatakan jumlah anak laki-laki dan misalkan pula tempat duduk
diantara dua laki-laki yang berdekatan kita sebut sebagai ruang. Jika n ≥8maka
ada minimal 8 ruang yang bisa ditempati ditempati oleh anak perempuan.
Sementara itu, jumlah anak perempuan maksimal 40. Jadi kita dapat mengatur
anak perempuan tersebut kedalam ruang-ruang sehingga tiap ruang maksimal
ada 5 anak perempuan.
Jika n =7 maka ada 7 ruang yang bisa ditempati oleh 41 anak perempuan.
Berdasarkan PHP pasti ada setidaknya satu ruang yang ditempati oleh
setidaknya 6 anak perempuan.
Jadi, jumlah anak perempuan minimal adalah 41

Soal Bilangan

1. Diketahui P = 10 + 102 + 103+…+ 102020 jumlah semua digit dari P adalah...


Jawab
Untuk menyelesaikan soal di atas, masalah coba kita sederhanakan hanya
P = 10 + 102 + 103 jumlah semua digit dari P adalah
10 = 10
102 = 100
103 = 1.000
(P) = 1.110
Jumlah digit P adalah 1 + 1 + 1 + 0 = 3
Sehingga untuk soal P = 10 + 102 + 103 +…..+ 102020

39
Jumlah digit P adalah 2020
2. Banyaknya bilangan kelipatan 2, 3, dan 5 lebih kecil dari 1000.
Jawaban :
0 sampai 999 karena bilangan lebih kecil dari 1000.
Dari 0 sampai 999
Untuk kelipatan 2 ada 499
Untuk kelipatan 3 ada 333
Untuk kelipatan 5 ada 199
Untuk kelipatan 2 x 3 = 6 ada 166
Untuk kelipatan 2 x 5 = 10 ada 99
Untuk kelipatan 3 x 5 = 15 ada 66
Untuk kelipatan 2 x 3 x 5 = 30 ada 33

Untuk mencari semua data yang ada dengan cara 2 + 3 + 5 - 6 – 10 – 15 + 30


Jadi 499 + 333 + 199 – 166 – 99 – 66 + 33 = 733

Soal Statistika

1. Nilai Rata Rata dari 8 bilangan adalah 15. Nilai rata rata dari 8 bilangan
ditambah bilangan ke-9 dan bilangan ke 10 adalah 60. Nilai rata rata dari 8
bilangan ditambah bilangan ke-9 adalah 30. Selisih bilangan ke-9 dan ke-10
adalah..
Jawab
Misal :
8 bilangan = x
Bilangan ke-9 = m
Bilangan ke-10 = n
Maka

40
𝑥
 = 15
8

X = 120
𝑥+𝑚+𝑛
 = 60
10

X+m+n= 600
 120+m+n= 600
M+n= 480
𝑥+𝑚
 = 30
9

X+m=270
 120+m=270
M=150 (bilangan ke 9)
 M+n=480
150+n=480
n = 330 (bilangan ke-10)
 jadi selisish bilangan ke-9 dan ke-10 = 330-150
= 180

2. Bilangan 8, 7, 6, x − 1, 9, y + 1, 8 mempunyai rata - rata 8. Tentukan nilai


rataan x dan y
Jawab :
Dengan menggunakan definisi rata - rata kondisi 1, diperoleh bahwa
8 = 8 + 7 + 6 + ( x – 1 ) + 9 + ( y + 1 ) + 87 ⟹
56 = 38 + x + y ⟹
X + y = 18
Akibatnya, rataan hitung dari x dan y adalah
x  y 18
 9
2 2

Soal Geometri

1. Misalkan M adalah titik tengah sisi BC pada segitiga ABC dan ∠CAB =
45◦,∠ABC = 30◦ maka tan ∠AMC adalah ...
Jawab

41
Berdasarkan aturan sinus pada segitiga ABC diperoleh

AC BC AC BC
  
sin B sin A sin 30 sin 45
AC BC
 
1 1
2
2 2
1
 AC 2  BC 2
2
1
BC
AC 2
 
BC AC
AC MC

BC AC
Jadi, segitiga ABC sebangun dengan segitiga AMC sehingga ∠AMC =∠CAB =
45 akhirnya tan ∠AMC =1
2. Perhatikan gambar kap lampu berikut!

Tinggi lap lampu tersebut 8cm diameter alasnya 24cm dan tutup atasnya
berdiameter 12cm.
Luas bahan yang duganakan untuk membuat kap lampu tersebut, jika hanya
pinggirnya yang berisi kap adalah…
Jawab :

42
Perhatikan gambar krucut berikut!

Dengan menggunakan konsep kesebangunan segitiga siku-siku, diperoleh


h 6 1
 
h  8 12 2
2h  h  8
h  8cm
Misalkan S = S1 + S2.
Dengan menggunakan teorema Pythagoras, diperoleh

S  12 2  (8  8) 2
S  144  256
S  400  20cm
Dengan menggunakan konsep kesebangunan, diperoleh

12 S 20
 2  S1  10cm
6 S2 S

Luas bahan adalah selieih luas luas selimut krucut besar dengan luas selimut
krucut kecil

 LB  LK
 Rs  rs  3,14  12  20  3,14  6  10
 3,14  6  10(2  2  1)
 3,14  6  10  3  565,2.cm

Jadi, luas bahan kap lampu tersebut adalah 565,2cm

43
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Githa R. 2017. ANALISIS KESULITAN PEMAHAMAN KONSEP PADA


MATERI PYTHAGORAS
DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 KARTASURA.
Diakses dari: https://core.ac.uk/download/pdf/148615258.pdf

Kurniawan, Hafidh Slamet. 2018. “KESULITAN SISWA DALAM


MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI
DATAR BERDASARKAN PEMAHAMAN KONSEP PADA KELAS VIII”.
Dalam http://eprints.ums.ac.id/66344/12/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf .

Diakses pada 23 Maret 2021.

Pabaiq. 2020. Rangkuman Materi Statistika SMP/MTs Kelas 8 Kurikulum 2013.


Diakses dari: https://pabaiq.blogspot.com/2020/01/rangkuman-materi-statistika-
smpmts.html?m=1

Towe, Mariana M. 2019. ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


MATEMATIS SISWA DENGAN PENDEKATAN PMR PADA MATERI
TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII SMP ST. ALOYSIUS TURI
Diakses dari: http://repository.usd.ac.id/36774/2/171442011_full.pdf

Anda mungkin juga menyukai