Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 6, No.

3, September 2018

EKSTRAKSI KARAGINAN RUMPUT LAUT MERAH


(Kappaphycus alvarezii) DENGAN PERLAKUAN
PERENDAMAN DALAM LARUTAN BASA

Jessica E. Panggabean1, Verly Dotulong2, Roike Iwan Montolalu2,


Lena Damongilala2, Silvana D. Harikedua2, Daisy M. Makapedua2

1)
Mahasiswa pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FPIK Unsrat Manado. 95115.
2)
Staf pengajar pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FPIK Unsrat Manado. 95115.

ABSTRACT
Semi-refined carrageenan are a type of carrageeanan product that have a low level of purity
because it still contains a small amount of cellulose within the carageenan. The purpose of this study is
to find out the effect of the concentration of both NaOH and KOH towards rendemen, and the physical
and chemical characteristic of semi refined carrageenan made from Kappaphycus alvarezii seaweed, and
also to minimize the use of chemical product on SRC production process. The method used in this study
is steaming method. The results are the rendemen from NaOH is 10% and KOH 14%. This proves that
the concentration of alkali affects the amount of rendemen. The higher the amount of alkali used, the
higher the amount of rendemen obtained. Water content obtained from the NaOH samples are 3,75%;
while those from the KOH samples are 5%. The ash content of semi-refined carrageenan obtain from
NaOH samples are 55,42% and KOH are 55,27%. For the pH level on semi -refined carrageenan obtain
from the NaOH samples are 8,06; and KOH are 8,69. The alkali concentration greatly affects the amount
of rendemen that is obtained because a higher concentration of alkali during the alkalization process will
result in higher pH level, therefore the extration ability of alkali are increased.
Keyword: Seaweed, Kappaphycusalvarezii, Semi-refined carrageenan.

Semi refined carrageenan (SRC) merupakan salah satu produk karaginan dengan tingkat
kemurnian yang rendah karena masih mengandung sejumlah kecil selulosa yang ikut mengendap bersama
karaginan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi NaOH dan konsentrasi KOH
terhadap rendemen, sifat fisik, dan sifat kimia pada pembuatan Semi Refined Carageenan dari rumput
laut Kappaphycus alvarezii serta meminimalisir penggunaan bahan kimia pada pembuatan Semi Refined
Carageenan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode uap. Hasil penelitian yang
diperoleh seperti rendemen dengan perendaman NaOH adalah 10%, KOH 14%. Hal ini membuktika n
bahwa konsentrasi alkali mempengaruhi jumlah rendemen. Semakin tinggi jumlah alkali, semakin tinggi
rendemen yang didapatkan. Kadar air yang diperoleh adalah kadar air pada sampel dengan NaOH yaitu
3,75%; sedangkan untuk kadar air sampel KOH yaitu 5%. Hasil kadar abu Semi Refined Carrageenan
(SRC) untuk sampel dengan NaOH yaitu 55,42%; sedangkan untuk sampel KOH yaitu 55,27%.Untuk
nilai pH Semi Refined Carrageenan (SRC) pada sampel dengan NaOH 8,06; sampel dengan KOH 8,69.
Konsentrasi alkali sangat mempengaruhi rendemen yang dihasilkan karena semakin tinggi konsentrasi
alkali selama proses alkalisasi berlangsung, menyebabkan pHnya semakin tinggi sehingga kemampuan
alkali dalam mengekstrak semakin besar.
Kata kunci: Rumputlaut, Kappaphycusalvarezii, Semi Refined Carrageenan.

PENDAHULUAN produksi Kappaphycus alvarezii melalui


budidaya (Poke dkk, 2014). Untuk produksi
Indonesia merupakan negara yang kaya
rumput laut di Sulawesi Utara mengalami
akan sumber daya alamnya terlebih hasil
penurunan drastis sejak akhir tahun 2000, hal
lautnya. Salah satu hasil laut yang saat ini telah
tersebut disebabkan menurunnya produksi
banyak ditemukan adalah rumput laut. Rumput
rumput laut di Minahasa Utara, khususnya di
laut atau algae juga dikenal dengan nama
Pulau Nain yang merupakan sentra produksi
seaweed yang merupakan bagian terbesar dari
rumput laut di Sulawesi Utara (Mudeng dkk,
tanaman laut. Peningkatan permintaan pasar
2014). Puncak produksi di Pulau Nain terjadi
dunia terhadap jenis rumput laut Kappaphycus
tahun 1966-2000 sebanyak 350-400 ton per
alvarezii memacu perkembangan budidaya.
bulan, kemudian menurun pada akhir tahun
Diketahui bahwa negara Filipina merupakan
2000 dan mencapai titik nol produksi pada awal
negara pertama yang dapat meningkatkan

65
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 6, No. 3, September 2018

tahun 2003 (Gerung et al. 2008).Rumput laut pengendapan (Ega, 2016). Karaginan berfungsi
jenis Kappaphycus alvarezii yang didapatkan sebagai stabilisator (pengatur keseimbangan),
dari Pulau Nain, Sulawesi Utara mempunyai bahan pengental dan pembentuk gel dalam
kekuatan gel yang memiliki tingkat elastisitas bidang industri pengolahan makanan.
tinggi (Montalalu et al, 2007). Karaginan juga berfungsi sebagai bahan
Saat ini, rumput laut telah banyak pengemas seperti bahan pembuatan edible
digunakan dalam aplikasi pangan maupun non coating dan edible film. Edible film dari
pangan yang telah mengalami proses karaginan memiliki sifat barrier yang baik
pengekstrasian. Beberapa jenis rumput laut terhadap gas, namun, memiliki permeabilitas
yang sering digunakan antara lain; Rumput laut uap air yang tinggi dikarenakan sifatnya yang
merah (Euchema cottonii), (Euchema spinosum) hidrofilik, yang membatasi penggunaannya
dan rumput laut cokelat (Sargassum dalam pengemasan makanan (Alves et al. 2011
polycystum). dalam Togas, 2017).
Rumput laut dapat dikonsumsi dengan Karaginan semi murni sering
dilakukannya pengolahan. Pengolahan rumput dimanfaatkan pada industri non pangan sebagai
laut dapat bermacam-macam sesuai dengan bahan gelasi pada makanan hewan dalam
hasil produk apa yang akan dicapai. Sebagian kaleng, air freshner, shampo, sabun mandi, dan
besar masyarakat khususnya di Indonesia hanya pelapis gigi (Saputra, 2012).
mengetahui pembudidayaan mengenai rumput Karaginan semi murni dapat diperoleh
laut saja, namun tidak mengetahui peluang yang dengan dilakukannya proses ekstraksi. Proses
ada di dalam rumput laut. Tetapi ada juga ekstraksi rumput laut menjadi karaginan
masyarakat yang sudah tau mengenai peluang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
ataupun manfaatnya, namun tidak mengetahui konsentrasi alkali, suhu ekstraksi, waktu
cara pengolahan yang baik dan benar sehingga ekstraksi, jenis rumput laut, dan pengendapan.
rumput laut hanya diekspor dalam bentuk Konsentrasi alkali yang tinggi dapat
kering, yang dimana menyebabkan rumput laut menghasilkan rendemen yang tinggi. Menurut
mengalami penurunan untuk nilai tambahnya. Nasruddin dkk. (2016) penambahan larutan
Rumput laut bermanfaat sebagai alkali (NaOH) menyebabkan kemampuan
antioksidan, anti peradangan, anti diabetes, dan mengekstrak semakin tinggi. Hal ini dapat
anti kanker (Sanger et al., 2018). Rumput laut membantu ekstraksi polisakarida menjadi
perlu diolah menjadi produk setengah jadi sempurna dan mempercepat terbentuknya 3,6-
seperti agar, alginat, dan karaginan untuk anhidro galaktosa selama proses ekstraksi
meningkatkan nilai tambahnya. Alginat dan berlangsung, sehingga rendemen meningkatkan.
agar-agar merupakan senyawa karbohidrat yang Minimnya produksi karaginan dalam
terdapat dinding sel rumput laut, namun yang negeri yang tidak sejalan dengan kebutuhan
membedakan keduanya adalah pada komponen karaginan yang semakin meningkat setiap
penyusun. tahunnya untuk mencukupi kebutuhan dalam
Perlu diketahui bahwa kebutuhan dunia negeri serta banyaknya konsentrasi bahan kimia
terhadap karaginan terus mengalami pada pembuatan karaginan di kalangan
peningkatan dengan bertambahnya penduduk di masyarakat mendorong dilakukannya rencana
dunia terutama di Indonesia. Karena itu, sangat penelitian ini, selain itu karena karaginan
diperlukan adanya upaya serius untuk memacu termasuk produk olahan rumput laut yang
produktivitas Kappaphycus alvareziis sebagai bernilai ekonomi tinggi. Penelitian ini
sumber karaginan, baik secara kualitas maupun diharapkan pula dapat memberikan peluang
kuantitas. Ekstraksi rumput laut menghasilkan bagi masyarakat untuk mengembangkan rumput
dua jenis karaginan yaitu semi refine laut menjadi karaginan yang bernilai ekonomi
carrageenan (SRC) dan refine carrageenan tinggi dengan cara yang sederhana tetapi
(karaginan murni). Karaginan semi murni memiliki kualitas yang baik. Cara sederhana
merupakan karaginan yang memiliki tingkat yang dilakukan di penelitian ini adalah
kemurnian rendah, karena masih mengandung mengekstraksi Kappaphycus alvarezii menjadi
sejumlah kecil selulosa yang ikut mengendap karaginan dengan menggunakan metode uap
bersama karaginan (Rizal, 2016), sedangkan dan pada akhirnya diharapkan dapat
karaginan murni merupakan karaginan yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
sudah bebas dari selulosa melalui proses dalam negeri yang sebagian masih di impor dan

66
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 6, No. 3, September 2018

dapat memberi nilai tambah pada rumput laut Rendahnya rendemen yang dihasilkan
yang merupakan sumber pembuatan karaginan ini kemungkinan juga dipengaruhi oleh waktu
dengan meminimalisir penggunaan bahan ekstraksi dan konsentrasi basa. Menurut
kimia. Dalimunthe (2015), dinyatakan bahwa semakin
tinggi suhu penyulingan, maka air yang hilang
semakin banyak, sehingga kadar air semakin
METODE PENELITIAN
merendah. Pada penelitian ini untuk ekstraksi
Alat dan Bahan menggunakan metode uap dan teknik
Alat yang digunakan dalam pembuatan pengeringan, menggunakan metode oven.
karagenan: Sebagaimana dikemukakan oleh Hidayat
Kompor, wadah dengan muatan ± 10 L, (2004) bahwa semakin rendah kadar air dalam
timbangan digital 4 digit, gelas ukur 100 mL, rumput laut maka semakin baik kualitas rumput
spatula, kertas lakmus, kain saring (blacu), laut tersebut. Jadi, produk SRC ini telah
Beaker glass 1000 mL, gunting, kuali besar memenuhi standar dengan hasil 3,75% dan 5%
(belanga), saringan, aluminuim foil. untuk tepung karaginan.

Bahan yang digunakan: Kadar air


Rumput laut jenis Kappaphycus Berdasarkan histogram kadar air Semi
alvarezii diperoleh dari Pulau Nain, Sulawesi Refined Carragenan (SRC), dapat dilihat bahwa
Utara. Bahan penunjang penelitian yaitu NaOH, kadar air pada sampel A yaitu 3,75%;
KOH, dan KCL serta aquades sedangkan untuk kadar air sampel B yaitu 5%.
6 5
kadar air (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.75


4
Rendemen Semi Refined Carrageenan 2
Rendemen merupakan berat (bobot)
karaginan dari rumput laut. Berdasarkan 0
penelitian yang telah dilakukan rendemen yang NaOH 3% KOH 4%
diperoleh pada perlakuan konsentrasi NaOH 3% Sampel
(sampel A) yaitu 10%, juga hasil rendemen
pada perlakuan konsentrasi KOH 4% (sampel Gambar 2. Histogram kadar air Semi Refined
B) yaitu 14% dengan waktu ekstraksi 5 jam. Carrageenan (SRC)
15%
Dari hasil ini dapat dilihat bahwa
ekstraksi rumput laut kering yang direndam
Rendemen

10%
dalam larutan KOH konsentrasi 4% memiliki
5% kadar air yang lebih tinggi daripada hasil
ekstraksi rumput laut kering yang direndam
0%
NaOH 3% KOH 4%
dalam larutan NaOH 3%.
Sampel Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Erjanan (2017) menghasilkan kadar air tertinggi
Gambar 1. Rendemen Semi Refined Carrageenan sebesar 22,37% pada konsentrasi KOH 0,01%,
(SRC). sedangkan pada konsentrasi KOH 0,15%
menghasilkan kadar air sebesar 17,75%. Hal ini
Diketahui rendemen yang dihasilkan menunjukkan bahwa konsentrasi KOH
oleh Bunga, dkk. (2013) adalah berpengaruh terhadap kadar air yang diperoleh.
19,377-28,402% dari rumput laut yang didapat Terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi
berdasarkan umur panen yang berbeda-beda KOH maka semakin rendah kadar air karaginan,
yakni pada perlakuan 0-20 hari rendemen hal ini diduga disebabkan oleh kemampuan
karaginan mengalami peningkatan, sedangkan KOH dalam mengekstrak dan menghambat
pada perlakuan 30-50 hari rendemen mengalami terjadinya peningkatan air dalam molekul
penurunan. Jadi, umur panen dari rumput laut rumput laut Eucheuma Cottonii sehingga kadar
juga mempengaruhi hasil rendemen karaginan air menjadi berkurang. Sebagaimana penelitian
yang diperoleh. yang dilakukan Anwar et al. (2013) bahwa
penurunan kadar air alginat diakibatkan adanya

67
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 6, No. 3, September 2018

suasana basa dari larutan KOH yang mampu karena kadar mineral yang cukup tinggi pada
menghambat terjadinya suatu peningkatan air air keran sehingga menyebabkan hasil kadar
dalam molekul alginat, dengan meningkatnya abu menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan
konsentrasi KOH yang digunakan maka dapat hasil kadar abu Erjanan (2017). Namun pada
mengurangi garam-garam mineral yang penelitian ini, rumput laut yang sudah menjadi
terkandung di dalamnya. Kadar air karaginan filtrat setelah penambahan KCL, dicuci kembali
yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh sebanyak tiga kali. Untuk pencucian terakhir
beberapa faktor, diantaranya adalah jenis dan menggunakan akuades. Sedangkan penelitian
umur rumput laut yang digunakan serta teknik yang dilakukan Erjanan (2017), tidak dilakukan
ekstraksi yang dipakai dalam pembuatan pencucian setelah terbentuknya filtrat
karaginan. Selain itu, teknik pengeringan yang karaginan, sehingga kemungkinan karaginan
digunakan menjadi faktor penting yang yang dihasilkan belum benar-benar murni.
mempengaruhi kadar air karaginan yang Diketahui bahwa kadar abu yang
dihasilkan. Pada penelitian ini, teknik ekstraksi terbentuk berasal dari garam dan mineral yang
sendiri menggunakan metode uap. terbentuk pada rumput laut yaitu Na yang
Diketahui bahwa kadar air dengan terkandung pada NaOH (Desiana, 2015). Selain
standar FAO tepung karaginan yaitu maksimal itu, menurut Winarno (1997), tingginya kadar
12%. Sedangkan, kadar air untuk produk SRC abu karaginan dipengaruhi oleh adanya garam
yang dihasilkan pada penelitian yang dilakukan dan mineral lain yang menempel pada rumput
Erjanan (2017) dan Tamaheang (2017) lebih laut seperti natrium, kalsium dan literum.
tinggi dari 12%. Sedangkan pada penelitian ini Masthora (2016) menyatakan bahwa semakin
dihasilkan kadar air yang lebih rendah dari hasil tua umur panen rumput laut maka kadar abu
Erjanan (2015). Sebagaimana dikemukakan yang dihasilkan juga semakin meningkat karena
oleh Hidayat (2004) bahwa semakin rendah semakin lama rumput laut berada dalam suatu
kadar air dalam rumput laut maka semakin baik perairan, maka semakin banyak kandungan
kualitas rumput laut tersebut. Jadi, produk SRC garam-garam mineral yang diserap oleh rumput
ini telah memenuhi standar dengan hasil 3,75% laut yang dapat menyebabkan kadar abu
dan 5% untuk tepung karaginan. karaginan juga meningkat.
Untuk standar FAO tidak memenuhi
Kadar Abu karena hasil yang diperoleh berupa Semi
Berdasarkan histogram nilai kadar abu Refined Carrageenan sedangkan untuk standar
Semi Refined Carrageenan (SRC) dapat dilihat FAO adalah terpung karaginan sehingga hasil
bahwa nilai kadar abu untuk sampel A yaitu kadar abu Semi Refined Carrageenan tersebut
55,42%; sedangkan untuk sampel B yaitu cukup baik untuk kemudian dijadikan tepung
55,27%. karena akan melewati proses pemurnian.
55.45
55.4 pH
Kadar Abu

55.35 Berdasarkan histgram nilai pH Semi


55.3 Refined Carrageenan (SRC) dapat dilihat
55.25
bahwa nilai pH untuk sampel A yaitu 8,06;
55.2
55.15
sedangkan untuk sampel B yaitu 8,69.
NaOH 3% KOH 4% 10 8.69
8.06
Sampel 8
Nilai pH

6
Gambar 3. Kadar abu Semi Refined Carrageenan 4
(SRC).
2
0
Penelitian yang dilakukan Erjanan NaOH 3% KOH 4%
(2017) didapatkan hasil tertinggi 34,50% dalam Sampel
pengekstrasian menggunakan KOH sebanyak
0,05%. Sedangkan penelitian yang dilakukan Gambar 4. Histogram pH Semi Refined
oleh Prasetyowati (2008) didapatkan nilai kadar Carrageenan (SRC).
abu yakni 35% dalam pengeksrasian
menggunakan NaOH sebanyak 5%. Kadar abu Hal ini membuktikan bahwa konsentrasi
yang dihasilkan lebih tinggi kemungkinan KOH sangat mempengaruhi rendemen yang

68
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 6, No. 3, September 2018

dihasilkan karena semakin tinggi konsentrasi KOH Menggunakan Variabel Waktu Ekstraksi.
KOH selama proses alkalisasi berlangsung, Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Jakarta.
menyebabkan pHnya semakin tinggi sehingga Ega. L., C. G. C. Lopulalan, dan F. Meiyasa. 2016.
Artikel Penelitian Kajian Mutu Karaginan Rumput
kemampuan KOH dalam mengekstrak semakin Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Sifat Fisiko-
besar. Nilai pH yang didapatkan oleh Erjanan Kimia pada Tingkat Konsentrasi Kalium Hidroksida
(2017) adalah 8,18 dengan lama pemasakan 3 (KOH) yang Berbeda. Jurnal Aplikasi Teknologi
jam, KOH 0,1% + KCL 1%, sedangkan untuk Pangan. 5 (2) : 38–44.
lama pemasakan 3 jam, KOH 0,15% + KCL Erjanan, S. Dotulong, V dan Montolalu, R. 2017. Mutu
1,15% yaitu 7,40. Hal ini membuktikan bahwa Karagianan dan Kekuatan Gel dari Rumput Laut
Merah Kappaphycus alvarezii. Universitas Sam
konsentrasi dari KCL juga dapat mempengaruhi Ratulangi. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan.
nilai pH dimana semakin tinggi konsentrasi Vol. 5 No.2.
KCL, semakin rendah nilai pH. Karaginan Gerung G, Soeroto B, Ngangi E. 2008. Study on the
sangat stabil pada pH 7 atau lebih tinggi dari 7, Environment and Trials Cultivation of Kappaphycus
sedangkan pada pH yang lebih rendah dari 7 and Eucheuma in Nain Island, Indonesia. IFC PENSA
maka stabilitas karaginan menurun khususnya – Faculty of Fisheries and Marine Science, Univ. of
Sam Ratulangi.
dengan adanya peningkatan suhu (Rifansyah,
Harun, M., Montolalu, R., Suwetja. 2013. Karakteristik
2016). Jadi pada penelitian ini, mutu karaginan Fisika Kimia Karaginan Rumput Laut Jenis
yang dihasilkan tergolong baik karena stabilitas Kappaphycus alvarezii pada umur panen yang berbeda
pH lebih dari 7. di Perairan Desa Tihengo Kabupaten Gorontalo Utara.
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan. Universitas
Sam Ratulangi. Manado
KESIMPULAN DAN SARAN
Hidayat, A., 2004. Pengaruh Kelembaban Udara
Kesimpulan Terhadap Kualitas Rumput Laut Kering Asin Jenis
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini Eucheuma cottonii dan Gracillaria sp Selama
Penyimpanan. Departemen Teknologi Hasil
bahwa dengan menggunakan metode uap serta
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
konsentrasi alkali yang rendah didapatkan Semi Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kasim, S. R. 2004.
Refined Carrageenan yang putih dan halus serta Masthora, S., dan Abdiani I. 2016. Studi kandungan
hasil Semi Refined Carrageenan yang diperoleh karaginan rumput laut Kappaphycus sp. Pada umur
dengan menggunakan larutan basa panen yang berbeda. Jurnal harpodon Borneo. Vol: 9
menghasilkan Semi Refined Carrageenan No:1
dengan kualitas yang baik. Dapat dilihat dari Montolalu, R.I., Tashiro, Y., Matsukawa, S., dan Ogawa,
hasil pengujian yang diperoleh meliputi: H. 2007. Effects of Extraction Parameters on Gel
Properties of Carrageenan from Kappaphycusalvarezii
Rendemen, kadar air, kadar abu dan nilai pH. (Rhodophyta) Nineteenth International Seaweed
Symposium, 71-76
Saran Mudeng, J. Ngangi, L.A. 2014. Culture Pattern of
Perlu dilakukan uji lanjut seperti gel Seaweed Kappaphycus Alvarezii at Nain Island
streght, viskositas dan derajat putih. Regency of North Minahasa. Budidaya Perairan. Vol.
2 No. 2: 27-37
DAFTAR PUSTAKA Nasruddin, A. N., Asikin, dan I. Kusumaningrum. 2016.
Pengaruh Konsentrasi KOH Terhadap Karakteristik
Anwar Fauzi, Djunaedi Ali, Gunawan Widi Santosa., Karaginan dari Kappaphycus alvarezii. Jurnal Ilmu
2013. Pengaruh Konsentrasi KOH yang Berbeda Perikanan Tropis. 21 (2) : 55–63.
Terhadap Kualitas Alginat Rumput Laut Coklat Poke, A.M., Gerung, G.S., Montolalu, R.I. 2014. Study
Sargassum duplicatum J. G. Agardh. Journal Of on Carrageenan content and Growth of Seaweed,
Marine Research. 2(1):7-14 Kappaphycus alvarezii infected by white spot disease
Bunga, S.M, Montolalu, R.I, Harikedua, Montalalu, L, using different doses of NPK in Banggai Islands.
Watung, H, dan Taher, N. 2013. Karakteristik Sifat Aquatic Science & Management. Jurnal Ilmu dan
Fisika Kimia Karaginan Rumput Laut Kappaphycus Manajemen Perairan. 31-35
alvarezii Pada Berbagai Umur Panen Yang Diambil Prasetyowati. Jasmin, C. dan Agustiawan D. 2008.
dari Daerah Perairan Desa Arakan Kabupaten Pembuatan Tepung Karaginan dari Rumput Laut
Minahasa Selatan. Universitas Sam Ratulangi. Jurnal (Eucheuma cottonii) Berdasarkan Perbedaan Metode
Media Teknologi Hasil Perikanan. Vol. 1 No.2 Pengendapan. Jurnal Teknik Kimia. Vol : 15
Dalimunthe, H. 2015. Effect of Destillation Temperature Rifansyah, A. 2016. Isolasi Dan Karakterisasi Karaginan
ib Quality and Yield of Patchouli Oil of Direct Steam Dari Alga Merah Eucheuma cottonii Dengan Metode
Destillation Type. Jurnal Rekayasa Pangan, Vol; 3 Pengendapan Garam Alkali. Universitas Bandar
Desiana, E, dan Hendrawati, T. 2015. Pembuatan Lampung. Skripsi.
Karagenan dari Eucheuma cottonii Dengan Ekstraksi Rizal, M., Mappiratu, dan A. R. Razak. 2016.
Optimalisasi Produksi Semi Refined Carrageenan

69
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 6, No. 3, September 2018

(SRC) dari Rumput Laut (Eucheuma cottonii). Jurnal dengan metode pengeringan sinar matahari dan
Kovalen. 2 (1) : 33–38 cabinet dryer serta rendemen semi-refined
Sanger, G., Widjanark, SB., Kusnadi, J., Berhimpon, S. carrageenan (SRC). Jurnal Media Teknologi Hasil
2013. Antioxidant Activity of Methanol Extract of Perikanan. Universitas Sam Ratulangi .Manado.
Sea Weeds Obtained from North Sulawesi. Food Togas, C., Berhimpon, S., Montolalu, R., Dien, H., dan
Science and Quality Management. Vol. 9 Mentang, F. 2018. Physical Charcteristic od Edible
Saputra, R. 2012. Pengaruh Konsentrasi Alkali dan Rasio Film made from Crrageenan and Beeswax Composites
Rumput Laut-Alkali Terhadap Viskositas dan through Nanoelmusion Process. Jurnal Pengolahan
Kekuatan Gel Semi Refined Carrageenan (SRC) dari Hasil Perikanan Indonesia. 20 (3), 468-477
Rumput Laut Eucheuma Cottonii. (Skripsi). Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia
Universitas Hasanuddin. Makassar. 53 hlm. Pustaka Utama. Jakarta.
Tamaheang, T., Makapedua, D., Berhimpon. 2017.
Kualitas Rumput Laut Merah (Kappaphycus alvarezii)

70

Anda mungkin juga menyukai