Putusan.mahkamahagung.go.id
PUTUSAN
Nomor: 21/G/2019/PTUN-SMD
DALAM EKSEPSI:
Bahwa Tergugat menolak seluruh dalil-dalil Gugatan Penggugat, kecuali uang diakui
secara tegas oleh Tergugat:
1. Bahwa Surat Keputusan Walikota Samarinda tentang Pemberhentian Pegawai
Negeri Sipil Secara Tidak Hormat Karena Melanggar Disiplin Pegawai Negeri
Sipil Nomor : 888/III.1-149/A.SK/IV/BKPSDM/2019 tertanggal 01 Agustus 2019 atas
nama Alma Aulia, S.E., yang dikeluarkan oleh Tergugat adalah Keputusan Tata
Usaha Negara yang bersifat konkret, individual dan final;
2. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 3 angka 11 Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dinyatakan “Setiap
PNS wajib masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja” tetapi Penggugat
melanggarnya;
3. Bahwa berdasarkan Pasal 8 angka 9 jo. Pasal 9 angka 11 jo. Pasal 10 angka 9
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil, jika PNS tidak menaati ketentuan jam kerja dapat diberikan hukuman
disiplin baik hukuman disiplin ringan, sedang hingga berat;
4. Bahwa sesuai Pasal 7 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, salah satu hukuman disiplin berat adalah
pemberhentian tidak secara hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil;
5. Bahwa berdasarkan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun
2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Presiden dapat mendelegasikan
kewenangan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil salah satunya kepada
Walikota;
Berdasarkan uraian-uraian baik dalam eksepsi dan pokok perkara diatas, secara
terang dan jelas bahwa gugatan Penggugat tidak berdasarkan hukum dan alasan yang
layak dan benar, mohon kiranya Majelis Hakim berkenan menjatuhkan putusan dengan
amar sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI:
Mengabulkan eksepsi Tergugat untuk seluruhnya.
Tidak Hormat Karena Melanggar Disiplin Pegawai Negeri Sipil Nomor : 888/III.1-
149/A.SK/IV/BKPSDM/2019 atas nama Alma Aulia, S.E., tertanggal 01 Agustus 2019.”
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan Gugatan Penggugat pada pokoknya
ialah memohon kepada Pengadilan untuk menyatakan batal atau tidak sah dan
memerintahkan Tergugat untuk mencabut objek sengketa a quo;
Menimbang, bahwa dalam uraian jawaban Tergugat, pada pokoknya memohon
agar Pengadilan menolak Gugatan Penggugat atau menyatakan Gugatan Penggugat
tidak diterima;
Menimbang, bahwa terhadap eksepsi yang diajukan Tergugat, Majelis Hakim
mempertimbangkan sebagai berikut :
Menimbang, bahwa untuk menentukan apakah gugatan jelas atau tidak, Majelis
Hakim mengacu pada Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, sedangkan untuk menentukan apakah objek dalam
gugatan sudah tepat atau tidak, Majelis Hakim mengacu pada Pasal 1 angka 9
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara;
Menimbang, bahwa Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara, mengatur bahwa :
(1) Gugatan harus memuat:
1. nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan pekerjaan penggugat,
atau kuasanya;
2. nama jabatan,dan tempat kedudukan tergugat;
3. dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh Pengadilan.
telah memenuhi unsur Pasal 56 ayat (1) Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara;
Menimbang, bahwa Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara mengatur bahwa Keputusan Tata Usaha Negara adalah
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret,
individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang dan badan
hukum perdata;
Menimbang, bahwa berdasarkan kriteria keputusan tata usaha negara
sebagaimana ditentukan Pasal 1 angka 9 tersebut di atas, dengan mencermati isi
Objek Sengketa, maka dapat ditentukan bahwa Objek Sengketa merupakan penetapan
tertulis berupa surat keputusan yang dikeluarkan oleh Walikota Samarinda,
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana yang
tercantum dalam konsideran, yang ditujukan langsung kepada Alma Aulia, S.E.,
(Penggugat), dimana keputusan tersebut tidak memerlukan persetujuan lebih lanjut
oleh pejabat tata usaha negara lainnya sehingga bersifat final dan telah menimbulkan
akibat hukum kepada Penggugat berupa Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Dengan demikian Objek Sengketa telah tepat karena telah memenuhi unsur Keputusan
Tata Usaha Negara sesuai Pasal 1 angka 9 Undang- Undang Nomor 51 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara;
Menimbang, bahwa karena Penggugat memilih Keputusan WALIKOTA
SAMARINDA Tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Secara Tidak Hormat
Karena Melanggar Disiplin Pegawai Negeri Sipil Nomor : 888/III.1-
149/A.SK/IV/BKPSDM/2019 atas nama Alma Aulia, S.E., tertanggal 01 Agustus 2019
sebagai Objek Sengketa, Majelis Hakim berpendapat bahwa Penggugat berkeberatan
karena dirinya diberhentikan dari jabatan dan diberhentikan sebagai Pegawai Negeri
Sipil, sehingga Penggugat berharap agar dirinya ditempatkan kembali menjadi Pegawai
Negeri Sipil;
Menimbang, bahwa dikarenakan gugatan Penggugat telah jelas, karena telah
sesuai dengan ketentuan Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan Objek Gugatan telah tepat karena telah
sesuai Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, serta telah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh Penggugat, maka
layak secara hukum bagi Majelis Hakim untuk menolak eksepsi Tergugat;
Menimbang, bahwa dalam Pasal 75 Ayat (2) Undang-undang Nomor 13 Tahun
2014 tentang Administrasi Pemerintahan, mengatur bahwa:
(2) Upaya Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. keberatan; dan
b. banding
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan tersebut Pasal 53 ayat (1) tersebut di atas,
maka yang memiliki kedudukan hukum sebagai penggugat adalah orang atau badan
hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu keputusan tata
usaha negara yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara baik di
pusat maupun di daerah;
Menimbang, bahwa Penggugat adalah natuurlijk persoon yang memiliki
pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Samarinda,
jabatan Kepala Bagian Keuangan di Dinas Pekerjaan Umum Kota Samarinda. Dengan
diterbitkan Objek Sengketa Penggugat merasa kepentingannya dirugikan karena telah
diberhentikan dari Jabatan maupun Sebagai Pegawai Negeri Sipil. Dikarenakan
sekarang Penggugat tidak menjadi Pegawai Negeri Sipil, Penggugat merasa dirugikan,
baik dari aspek jenjang karier, tunjangan maupun kewenangan;
Menimbang, bahwa oleh karena Penggugat sebagai orang yang memiliki
kepentingan yang dirugikan, maka Penggugat memiliki kepentingan dalam perkara a
quo sebagaimana dimaksud Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan terkait
apakah gugatan a quo diajukan masih dalam tenggang waktu pengajuan gugatan
sesuai ketentuan Pasal 55 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara. Ketentuan tersebut yang mengatur bahwa :
“Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan puluh hari terhitung
sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara”
Menimbang, bahwa Objek Sengketa tertanggal 01 Agustus 2019, diterima
Penggugat tanggal 02 Agustus 2019 (dalil Penggugat dalam gugatan yang tidak
dibantah oleh Tergugat), maka dengan didaftarkannya gugatan in casu di Kepaniteraan
Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda pada tanggal 01 September 2019 , Majelis
Hakim berpendapat bahwa gugatan a quo masih dalam tenggang waktu 90 (sembilan
puluh) hari pengajuan gugatan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 55 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara;
Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh uraian pertimbangan diatas, maka
sengketa ini telah memenuhi seluruh aspek formal suatu gugatan Tata Usaha Negara
dan selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan pokok perkara;
DALAM POKOK PERKARA
b. PemberhentianSekretarisDaerah Kabupaten/Kota;
MENGADILI: