Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT TUGAS

FAKULTAS KEDOKTERAN September 2019


UNIVERITAS PATTIMURA

PENYAKIT TIDAK MENULAR

(DIABETES MELITUS DAN TUBERKULOSIS)

Disusun Oleh:

Rezky N. P. Salampessy

2018-84-005

Pembimbing:

dr. Ritha Tahitu, M. Kes

KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2019
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Indonesia menempati peringkat keempat sebagai Negara dengan jumlah penduduk


tertinggi di dunia dengan populasi lebih dari 250 juta penduduk. Tingkat pertumbuhan
populasi di Indonesia adalah sekitar 1.39% dan kepadatan penduduk mencapai 126, 4 orang
per kilometer persegi. Sebagai konsekuensi dari perkembangan sosial ekonomi, yang
dikaitkan dengan kurangnya aktivitas fisik, pola diet yang tidak sehat, dan obesitas, epidemi
Diabetes Melitus (DM) meningkat.

Saat ini jumlah penderita DM di seluruh dunia diperkirakan sebanyak 285 juta orang,
dan jumlah ini akan terus mengalami peningkatan hingga paling sedikit mencapai 438 juta
orang pada tahun 2030. Menurut hasil survei kesehatan nasional 2013 dan International
Diabetes Foundation (IDF) 2015, diperkirakan jumlah penderita DM di Indonesia sendiri
pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai angka 21.3 juta orang. Semakin meningkatnya
prevalensi DM merupakan beban sangat berat untuk ditangani sendiri oleh dokter
spesialis/subspesialis.

Diabetes Mellitus merupakan faktor risiko penting untuk perkembangan TB aktif.


Diabetes mellitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan akan melemahkan
sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan penderitanya memiliki kemungkinan 3 kali
lebih tinggi untuk menderita TB aktif. Hampir 90% pasien TB-DM adalah penyandang DM
tipe 2, sebanyak 10% penderita TB merupakan penderita DM, sehingga semakin
meningkatnya jumlah penderita DM, jumlah penderita TB juga mengalami peningkatan yang
sangat tinggi, mengingat tingginya prevalensi TB di Indonesia.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Diabetes mellitus adalah penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak
bisa memproduksi insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara
efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya
terjadi peningkatan konsentrasi glukosa didalam darah (hiperglikemik). Terdapat dua tipe
diabetes tipe 1 yang disebut Insulin Dependent/Chillhood-Onset Diabetes, yang ditandai
dengan kurangya produksi insulin, dan tipe 2 yang disebut Non-Insulin-Dependent/Adult-
Onset Diabetes, disebabkan oleh penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh.
Diabetes tipe 2 merupakan 90% dari seluruh diabetes.

Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium


tuberculosis.

II. Epidemiologi

Prevalensi pederita diabetes mellitus di dunia menurut International Diabetes


Federation tahun 2015 berjumlah sekitar 415 juta orang dan diperkirakan akan bertambah
menjadi 642 juta orang pada tahun 2040. Dan juga prevalensi penderita diabetes mellitus di
dunia yaitu 1 dari 11 orang dewasa merupakan penderita diabetes mellitus dan diperkiraan
meningkat menjadi 1 dari 10 orang yang akan menderita diabetes mellitus pada tahun 2040.
Selain itu, Indonesia menduduki urutan ketujuh dunia penderita diabetes mellitus terbanyak
setelah China, India, Amerika, Brazil, Rusia dan Mexico dengan jumlah penderita diabetes
mellitus sebanyak 10 juta orang.

2
Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia menurut Riskesdas yaitu berjumlah 1,5%
pada tahun 2013 dan jumlah penderita diabetes mellitus meningkat menjadi 2,0 % pada
tahun 2018.

3
Berdasarkan riskesdas 2018, prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter pada
penduduk semua umur menurut provinsi Maluku memiliki presentase 0.7%, dengan yang
tertinggi DKI Jakarta (2.6%) dan terendah Nusa Tenggara Timur (0.6%)

4
Berdasarkan riskesdas 2018, prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosis
dokter pada penduduk semua umur menurut karateristik, terbagi sebagai berikut: kelompok
umur 55-64 tahun (6.29%) yang tertinggi, terendah kelompok umur 1- 4 tahun dan 5-14
tahun (0,00%), jenis kelamin perempuan (1.78%) > laki-laki (1.21%), pendidikan; tertinggi
tamat D1/D2/D3/PT (2.84%), terendah tidak tamat SD/MI (1.36%), pekerjaan tertinggi
PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD (4.17%), terendah Sekolah (0.05%) dan menurut tempat
tinggal perkotaan (1.89%) > pedesaan (1.01%)

5
Berdasarkan jenis pengobatan, terutama insulin berdasarkan provinsi, Maluku
memiliki presentase (6.5%), untuk yang tertinggi Bali (15.7%) dan terendah Kalimantan
Utara (1.9%)

6
Untuk pengobatan berdasarkan karakteristik untuk penggunaan insulin, kelompok
usia tertinggi 5-14 tahun (21.4%) , terendah 75+ tahun(4.0%), jenis kelamin laki-laki
(5.8%) > perempuan (4.6%), untuk pendidikan, tertinggi tamat D1/D2/D3/PT (8.3%),

7
terendah tidak/belum pernah (3.3%), untuk pekerjaan, tertinggi sekolah (16.5%), terendah
buruh/sopir/pembantu ruta (1.6%) dan untuk tempat tinggal daerah perkotaan (5.2%) >
daerah pedesaan (4.9%)

Untuk angka kepatuhan minum obat menurut provinsi Maluku memiliki presentase
90.50%, tertinggi Maluku utara 98.66% dan terendah Kalimantan Barat (88.12%).

8
Untuk angka kepatuhan minum obat menurut karakteristik jenis kelamin perempuan
(91,62%) > laki-laki (88.93%), tingkat pendidikan, tertinggi tamat D1/D2/D3/PT (91.47%),
terendah tamat SLTA/MA (89.02%), pekerjaan, tertinggi tidak bekerja (91.52%), terendah
pegawai swasta (87.04%) dan untuk tempat tinggal pedesaan (91.12%) > perkotaan
(90.31%)

9
10
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di empat endemis TB oleh Ugarte Gill dkk
dengan judul ‘‘Diabetes Mellitus Among Pulmonary Tuberculosis Patients From
Four TB-Endemic Countries: the TANDEM study’’ didapatkan bahwa pasie DM-TB
memiliki usia lebih tua, indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi, sosial ekonomi rendah,
memiliki riwayat keluarga DM, tidak di terapi TB sebelumnya, gejala utama batuk darah
(haemoptysis) dan skor TB yang tinggi.

III. Faktor Risiko

Faktor risiko penyakit tidak menular yaitu 80% disebabkan oleh perilaku yang tidak
sehat yaitu 26,1 % penduduk kurang aktifitas fisik, 93,5% penduduk usia diatas 10 tahun
kurang mengonsumsi buah dan sayur, 36,3 % penduduk usia 15 tahun ke atas merokok,
4,66% penduduk di atas usia 10 tahun mengonsumsi alkohol, 4,8 % orang Indonesia
mengonsumsi gula darah lebih dari 50 g/hari, 52,7 % orang Indonesia mengonsumsi garam
lebih dari 2000 mg/hari, 26,5% orang Indonesia mengonsumsi lemak lebih dari 67 g/hari, dan
15,4% orang Indonesia mengalami obesitas.
Faktor risiko diabetes mellitus dibagi menjadi faktor risiko yang tidak dapat
dikendalikan dan faktor risiko yang dapat dikendalikan. Faktor risiko yang tidak dapat
dikendalikan berupa riwayat diabetes dalam keluarga, umur dan jenis kelamin. Sedangkan
faktor risiko yang dapat dikendalikan berupa kegemukan, tekanan darah tinggi, kadar
kolesterol yang tinggi, kadar glukosa terganggu, dan kurangnya aktifitas fisik.
Penyakit TBC paru yang disebabkan terjadi ketika daya tahan tubuh menurun. Dalam
perspektif epidemiologi yang melihat kejadian penyakit sebagai hasil interaksi antar tiga
komponen pejamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment) dapat ditelaah
faktor risiko dari simpul-simpul tersebut. Pada sisi pejamu, kerentanan terhadap infeksi
Mycobacterium tuberculosis sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang pada saat
itu

11
IV. Tatalaksana
 Pasien yang telah didiagnosis TB dan DM di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKRTL) mendapatkan pengobatan
TB sesuai Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) tatalaksana TB dan
pengobatan DM sesuai PNPK tatalaksana DM, konsensu pengelolaah dan pencegahan
Diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia tahun 2015.
 Pada pasien TB dan DM dengan kadar glukosa darah tidak terkontrol maka
pengobatan TB dapat diperpanjang sampai 9 bulan dengan tetap mendasarkan pada
pertimbangan kondisi klinis pasien.
 Pengobatan TB mengikuti DOTS, PMO TB bertugas memastikan pasien menelan
OAT dan dalam upaya pengendalian glukosa bagi penyandang DM, pilihan utamanya
adalah menggunakan insulin. Hal ini mengingat bahwa obat OAT pada umumnya
hepatotoksik yang akan mempengaruhi metabolism Obat Hipoglikemik Oral (OHO).
OAT juga akan menghambat penyerapan OHO di saluran pencernaan, sehingga
diperlukan OHO yang lebih tinggi. Disamping itu kombinasi OAT dan OHO akan
mempengaruhi kepatuhan pasien dalam mengikuti program pengobatan.
 Untuk kendali gula darah, pasien TB dengan DM di FKTP, sebaiknya dirujuk ke
FKTL untuk mendapatkan terapi OAT dan insulin. Dalam keadaan terpaksa
pengendalian glukosa di FKTP dilakukan dengan OHO. Bagi pasien yang telah
mendapatkan pengobatan satu macam OHO atau kombinasi dua OHO yang tersedia
FKTP dan pada pemantauan 3 bulan pertama kadar gula darah tidak terkontrol maka
pasien dirujuk ke FKRTL.

V. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Diabetes Melitus dan


Tuberkulosis)
Pertama melalui 9 target global pengendalian penyakit tidak menular pada tahun 2025
yaitu 25% penurunan kematian akibat penyakit tidak menular (PTM), penurunan konsumsi
alkohol sebesar 10 %, penurunan kurang aktifitas fisik sebesar 10%, penurunan tekanan darah
tinggi sebesar 25%, penurunan konsumsi tembakau sebesar 30%, penurunan angka
diabetes/obesitas 0%, penurunan asupan garam sebesar 30%, cakupan pengobatan esensial
dan teknologi untuk pengobatan PTM sebesar 80%, dan cakupan terapi farmakologi dan
konseling untuk mencegah serangan jantung dan stroke sebesar 50 %.

12
Kedua melalui program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga (PIS-PK) yaitu
mengikuti program KB, ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, bayi mendapat
imunisasi dasar lengkap, bayi mendapat air susu ibu ekslusif, balita mendapatkan pemantauan
pertumbuhan, penderita TB paru mendapatkan pengobatan sesuai standar, penderita
hipertensi lakukan pengobatan secara teratur, penderita gangguan jiwa mendapatkan
pengobatan dan tidak ditelantarkan, tidak ada yang merokok, anggota jaminan kesehatan
nasional, mempunyai akses sarana air bersih, dan mempunyai akses atau menggunakan
jamban sehat.

Ketiga melalui gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) melalui nawa cita
butir 5 yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan
kualitas pendidikan, kesejahteraan dan kesehatan. Tercantum untuk pembangunan
kesehatan pada periode 2015 sampai 2019 melalui program Indonesia Sehat dengan 3
pilar yaitu paradigm sehat, penguatan pelayanan kesehatan, dan jaminan kesehatan
nasional. Bentuk kegiatan GERMAS yaitu melakukan aktifitas fisik, mengonsumsi sayur

13
dan buah, memeriksa kesehatan secara rutin, tidak merokok, membersihkan lingkungan,
menggunakan jamban sehat dan tidak mengonsumsi alcohol.

Keempat melalui sasaran pembangunan kesehatan berdasarkan RPJMN 2015-


2019 yaitu target prevalensi darah tinggi pada tahun 2019 yaitu 23,38%, target
mempertahankan prevalensi obesitas pada tahun 2019 yaitu 15,4%, dan target prevalensi
merokok pada penduduk usia < 18 tahun yaitu 5,4%.
Kelima melalui target dan capaian indicator RENSTRA program P2PTM tahun
2015-2019 yaitu target presentase puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM
terpadu sebesar 50%, target presentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan
posbindu PTM sebesar 50% dan target presentase kab/kota yang melaksanakan kebijakan
kawasan tanpa rokok sebesar 50%.
Pengelolaan penyakit diabetes mellitus terdiri dari 5 pilar dimulai dengan edukasi,
peningkatan aktifitas fisik, perubahan pola makan, terapi dengan obat hiperglikemik oral
atau insulin, dan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Selain itu untuk pencegahan
diabetes mellitus dibagi menajdi pencegahan untuk orang sehat, orang berisiko,
penyandang diabetes mellitus dan orang diabetes mellitus dengan komplikasi, dan ini
dapat dilakukan mulai dari posbindu PTM, puskesmas hingga Rumah Sakit. Pencegahan
14
primer dilakukan untuk orang sehat berupa promosi perilaku CERDIK, kampanye
GERMAS, KIE yang dilakukan di Posbindu PTM untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan. Pencegahan sekunder dilakukan untuk orang berisiko dengan
cara skrining, pemeriksaan kesehatan periodic dan modifikasi perilaku dan dapat
dilakukan di posbindu PTM maupun Puskesmas untuk mencegah penyakit. Sedangkan
pencegahan tersier dilakukan untuk orang dengan diabetes mellitus atau orang diabetes
mellitus dengan komplikasi berupa pengobatan dan pelayanan rujukan di Rumah Sakit
untuk mencegah kematian dini dan kecacatan.

Pengelolaan diabetes mellitus di masyarakat juga di mulai dari pemeriksaan di


posbindu PTM, dimana selanjutnya dinilai apakah pasien ini berisiko untuk terkena diabetes

15
mellitus atau tidak, jika tidak maka dilakukan penerapan gaya hidup sehat, tetapi jika berisiko
maka dilakukan pemeriksaan kadar gula darah, dan jika kadar gula darah normal maka
disarankan untuk penerapan gaya hidup sehat tetapi jika kadar gula darah tinggi maka pasien
dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) untuk dikendalikan, jika gejala bisa
diatasi di FKTP makan pasien selanjutnya rutin pemeriksaan di FKTP tetapi jika tidak
terkendali makan di rujuk lagi ke fasilitas kesehatan rujuk tingkat lanjut (FKRTL) dan jika
terkendali maka pasien dirujuk balik ke FKTP.

VI. Posbindu Penyakit Tidak Menular


16
Upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) dalam pencegahan dan
pengendalian PTM melalui kegiatan skrining kesehatan/deteksi dini FR PTM,
intervensi/modifikasi FR PTM serta monitoring dan tindak lanjut faktor risiko PTM
bersumber daya masyarakat secara rutin dan berkesinambungan.
Dasar kebijakan adalah Permenkes no 71 tahun 2015 tentang penanggulangan
penyakit tidak menular; Inpres no 1 tahun 2017 tentang gerakan masyarakat hidup sehat;
PP no 2 tahun 2018 tentang standar pelayanan minimal; Permenkes 43/2016 tentang spm
bidang kesehatan kab/kota yaitu skrining kesehatan sesuai standar usia produktif, skrining
kesehatan usia lansia, pelayanan kesehatan hipertensi sesuai standar, dan pelayanan
kesehatan diabetes sesuai standar.
Tujuan yaitu meningkatkan kewaspadaan dini masyarakat terhadap faktor risiko
PTM melalui pemberdayaan dan peran serta masyarakat dalam deteksi dini, pemantauan
faktor risiko PTM dan tindak lanjut dini. Sasaran kegiatan yaitu kelompok masyarakat
sehat, berisiko dan penyandang PTM usia > 15 tahun. Manfaat posbindu PTM adalah
membudaykan gaya hidup sehat, mawas diri dan modifikasi perilaku serta mudah dan
murah.
Posbindu PTM dilakukan di rumah tangga, sekolah, tempat kerja dan tempat
umum. Kegiatan yang dilakukan berupa deteksi dini dan monitoring factor risiko PTM
berupa obesitasi, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol, dll secara rutin dan periodik.

Proses kegiatan posbindu PTM berupa dilaksanakan kegiatan sebelum berupa


senam bersama, bersepeda dll dan sambil menunggu biasanya dilakukan penyuluhan,
selanjutnya dilakukan berdasarkan 5 meja yaitu meja 1 dilakukan registrasi oleh kader
terlatih, meja 2 wawancara oleh kader terlatih, meja 3 dilakukan pemeriksaan
antropomteri, meja 4 dilakukan pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dll, dan meja 5
dilakukan identifikasi pasien berisiko dan edukasi/konseling.

17
18
BAB III
KESIMPULAN & SARAN

 Kesimpulan

Diabetes mellitus merupakan penyakit tidak menular, yang mengalami transisi


epidemiologi sehingga komplikasi dengan TB sehingga menjadi penyebab kematian yang
utama dan penyebab kematian terbanyak. Prevalensi diabetes mellitus di dunia dan Indonesia
serta Maluku semakin hari semakin meningkat.
Faktor risiko dari penyakit tidak menular ini dibagi menjadi dua ada yang dapat
dikendali dan ada yang tidak dapat dikendalikan. Serta tiga dari sepuluh orang saja yang
terdeteksi penyakit tidak menular hal ini disebakan karena tidak memiliki gejala, dan hanya
satu dari tiga orang tersebut yang teratur minum obat untuk itu diperlukan tindakan
pencegahan terhadap penyakit tidak menular karena berpotensi untuk mengalami kecacatan
dan kematian dini.
Program pencegahan dan pengendalian nasional penyakit tidak menular yaitu target
global, program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga, gerakan masyarakat hidup
sehat, sasaran kesehatan dalam RPJMN dan renstra, tetapi belum optimal.

 Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang akan bertugas di fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk
membantu pemerintah secara aktif dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular sesuai standar indikator yang telah ditetapkan agar tercapainya target nasional dan
target global.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Konsensus pengelolaan tuberkolis dan diabetes mellitus (TB-DM) di Indonesia


2. Riskesdas 2013
3. Riskesdas 2018
4. Gill, Cesar Ugarte. Alisjahbana, Bachti. Ronacher, Katharina. Liza, Anca Lelia. Et
Al. Diabetes Mellitus Among Pulmonary Tuberculosis Patient From Four TB-
Endemic Countries: The TANDEM Study. Oxford University press for the
infectious disease society of America. 2019.
5. Pedoman Umum Pengendalian Obesitas. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular. Kementerian Kesehatan RI; 2016.
6. Pedoman Umum Pencegahan dan Pengendalian Diabetes Melitus Tipe 2.
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Kementerian
Kesehatan RI; 2016.
7. Infodatin Diabetes Mellitus
8. Infodatin Tuberkulosis

20

Anda mungkin juga menyukai