Disusun Oleh:
Rezky N. P. Salampessy
2018-84-005
Pembimbing:
KEPANITERAAN KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Saat ini jumlah penderita DM di seluruh dunia diperkirakan sebanyak 285 juta orang,
dan jumlah ini akan terus mengalami peningkatan hingga paling sedikit mencapai 438 juta
orang pada tahun 2030. Menurut hasil survei kesehatan nasional 2013 dan International
Diabetes Foundation (IDF) 2015, diperkirakan jumlah penderita DM di Indonesia sendiri
pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai angka 21.3 juta orang. Semakin meningkatnya
prevalensi DM merupakan beban sangat berat untuk ditangani sendiri oleh dokter
spesialis/subspesialis.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Diabetes mellitus adalah penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak
bisa memproduksi insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara
efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya
terjadi peningkatan konsentrasi glukosa didalam darah (hiperglikemik). Terdapat dua tipe
diabetes tipe 1 yang disebut Insulin Dependent/Chillhood-Onset Diabetes, yang ditandai
dengan kurangya produksi insulin, dan tipe 2 yang disebut Non-Insulin-Dependent/Adult-
Onset Diabetes, disebabkan oleh penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh.
Diabetes tipe 2 merupakan 90% dari seluruh diabetes.
II. Epidemiologi
2
Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia menurut Riskesdas yaitu berjumlah 1,5%
pada tahun 2013 dan jumlah penderita diabetes mellitus meningkat menjadi 2,0 % pada
tahun 2018.
3
Berdasarkan riskesdas 2018, prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter pada
penduduk semua umur menurut provinsi Maluku memiliki presentase 0.7%, dengan yang
tertinggi DKI Jakarta (2.6%) dan terendah Nusa Tenggara Timur (0.6%)
4
Berdasarkan riskesdas 2018, prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosis
dokter pada penduduk semua umur menurut karateristik, terbagi sebagai berikut: kelompok
umur 55-64 tahun (6.29%) yang tertinggi, terendah kelompok umur 1- 4 tahun dan 5-14
tahun (0,00%), jenis kelamin perempuan (1.78%) > laki-laki (1.21%), pendidikan; tertinggi
tamat D1/D2/D3/PT (2.84%), terendah tidak tamat SD/MI (1.36%), pekerjaan tertinggi
PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD (4.17%), terendah Sekolah (0.05%) dan menurut tempat
tinggal perkotaan (1.89%) > pedesaan (1.01%)
5
Berdasarkan jenis pengobatan, terutama insulin berdasarkan provinsi, Maluku
memiliki presentase (6.5%), untuk yang tertinggi Bali (15.7%) dan terendah Kalimantan
Utara (1.9%)
6
Untuk pengobatan berdasarkan karakteristik untuk penggunaan insulin, kelompok
usia tertinggi 5-14 tahun (21.4%) , terendah 75+ tahun(4.0%), jenis kelamin laki-laki
(5.8%) > perempuan (4.6%), untuk pendidikan, tertinggi tamat D1/D2/D3/PT (8.3%),
7
terendah tidak/belum pernah (3.3%), untuk pekerjaan, tertinggi sekolah (16.5%), terendah
buruh/sopir/pembantu ruta (1.6%) dan untuk tempat tinggal daerah perkotaan (5.2%) >
daerah pedesaan (4.9%)
Untuk angka kepatuhan minum obat menurut provinsi Maluku memiliki presentase
90.50%, tertinggi Maluku utara 98.66% dan terendah Kalimantan Barat (88.12%).
8
Untuk angka kepatuhan minum obat menurut karakteristik jenis kelamin perempuan
(91,62%) > laki-laki (88.93%), tingkat pendidikan, tertinggi tamat D1/D2/D3/PT (91.47%),
terendah tamat SLTA/MA (89.02%), pekerjaan, tertinggi tidak bekerja (91.52%), terendah
pegawai swasta (87.04%) dan untuk tempat tinggal pedesaan (91.12%) > perkotaan
(90.31%)
9
10
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di empat endemis TB oleh Ugarte Gill dkk
dengan judul ‘‘Diabetes Mellitus Among Pulmonary Tuberculosis Patients From
Four TB-Endemic Countries: the TANDEM study’’ didapatkan bahwa pasie DM-TB
memiliki usia lebih tua, indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi, sosial ekonomi rendah,
memiliki riwayat keluarga DM, tidak di terapi TB sebelumnya, gejala utama batuk darah
(haemoptysis) dan skor TB yang tinggi.
Faktor risiko penyakit tidak menular yaitu 80% disebabkan oleh perilaku yang tidak
sehat yaitu 26,1 % penduduk kurang aktifitas fisik, 93,5% penduduk usia diatas 10 tahun
kurang mengonsumsi buah dan sayur, 36,3 % penduduk usia 15 tahun ke atas merokok,
4,66% penduduk di atas usia 10 tahun mengonsumsi alkohol, 4,8 % orang Indonesia
mengonsumsi gula darah lebih dari 50 g/hari, 52,7 % orang Indonesia mengonsumsi garam
lebih dari 2000 mg/hari, 26,5% orang Indonesia mengonsumsi lemak lebih dari 67 g/hari, dan
15,4% orang Indonesia mengalami obesitas.
Faktor risiko diabetes mellitus dibagi menjadi faktor risiko yang tidak dapat
dikendalikan dan faktor risiko yang dapat dikendalikan. Faktor risiko yang tidak dapat
dikendalikan berupa riwayat diabetes dalam keluarga, umur dan jenis kelamin. Sedangkan
faktor risiko yang dapat dikendalikan berupa kegemukan, tekanan darah tinggi, kadar
kolesterol yang tinggi, kadar glukosa terganggu, dan kurangnya aktifitas fisik.
Penyakit TBC paru yang disebabkan terjadi ketika daya tahan tubuh menurun. Dalam
perspektif epidemiologi yang melihat kejadian penyakit sebagai hasil interaksi antar tiga
komponen pejamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment) dapat ditelaah
faktor risiko dari simpul-simpul tersebut. Pada sisi pejamu, kerentanan terhadap infeksi
Mycobacterium tuberculosis sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang pada saat
itu
11
IV. Tatalaksana
Pasien yang telah didiagnosis TB dan DM di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKRTL) mendapatkan pengobatan
TB sesuai Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) tatalaksana TB dan
pengobatan DM sesuai PNPK tatalaksana DM, konsensu pengelolaah dan pencegahan
Diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia tahun 2015.
Pada pasien TB dan DM dengan kadar glukosa darah tidak terkontrol maka
pengobatan TB dapat diperpanjang sampai 9 bulan dengan tetap mendasarkan pada
pertimbangan kondisi klinis pasien.
Pengobatan TB mengikuti DOTS, PMO TB bertugas memastikan pasien menelan
OAT dan dalam upaya pengendalian glukosa bagi penyandang DM, pilihan utamanya
adalah menggunakan insulin. Hal ini mengingat bahwa obat OAT pada umumnya
hepatotoksik yang akan mempengaruhi metabolism Obat Hipoglikemik Oral (OHO).
OAT juga akan menghambat penyerapan OHO di saluran pencernaan, sehingga
diperlukan OHO yang lebih tinggi. Disamping itu kombinasi OAT dan OHO akan
mempengaruhi kepatuhan pasien dalam mengikuti program pengobatan.
Untuk kendali gula darah, pasien TB dengan DM di FKTP, sebaiknya dirujuk ke
FKTL untuk mendapatkan terapi OAT dan insulin. Dalam keadaan terpaksa
pengendalian glukosa di FKTP dilakukan dengan OHO. Bagi pasien yang telah
mendapatkan pengobatan satu macam OHO atau kombinasi dua OHO yang tersedia
FKTP dan pada pemantauan 3 bulan pertama kadar gula darah tidak terkontrol maka
pasien dirujuk ke FKRTL.
12
Kedua melalui program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga (PIS-PK) yaitu
mengikuti program KB, ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, bayi mendapat
imunisasi dasar lengkap, bayi mendapat air susu ibu ekslusif, balita mendapatkan pemantauan
pertumbuhan, penderita TB paru mendapatkan pengobatan sesuai standar, penderita
hipertensi lakukan pengobatan secara teratur, penderita gangguan jiwa mendapatkan
pengobatan dan tidak ditelantarkan, tidak ada yang merokok, anggota jaminan kesehatan
nasional, mempunyai akses sarana air bersih, dan mempunyai akses atau menggunakan
jamban sehat.
Ketiga melalui gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) melalui nawa cita
butir 5 yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan
kualitas pendidikan, kesejahteraan dan kesehatan. Tercantum untuk pembangunan
kesehatan pada periode 2015 sampai 2019 melalui program Indonesia Sehat dengan 3
pilar yaitu paradigm sehat, penguatan pelayanan kesehatan, dan jaminan kesehatan
nasional. Bentuk kegiatan GERMAS yaitu melakukan aktifitas fisik, mengonsumsi sayur
13
dan buah, memeriksa kesehatan secara rutin, tidak merokok, membersihkan lingkungan,
menggunakan jamban sehat dan tidak mengonsumsi alcohol.
15
mellitus atau tidak, jika tidak maka dilakukan penerapan gaya hidup sehat, tetapi jika berisiko
maka dilakukan pemeriksaan kadar gula darah, dan jika kadar gula darah normal maka
disarankan untuk penerapan gaya hidup sehat tetapi jika kadar gula darah tinggi maka pasien
dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) untuk dikendalikan, jika gejala bisa
diatasi di FKTP makan pasien selanjutnya rutin pemeriksaan di FKTP tetapi jika tidak
terkendali makan di rujuk lagi ke fasilitas kesehatan rujuk tingkat lanjut (FKRTL) dan jika
terkendali maka pasien dirujuk balik ke FKTP.
17
18
BAB III
KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan
Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang akan bertugas di fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk
membantu pemerintah secara aktif dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular sesuai standar indikator yang telah ditetapkan agar tercapainya target nasional dan
target global.
19
DAFTAR PUSTAKA
20