Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN &

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA Tn “B”

OLEH

FRANSISKA LAMUR (2118045)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2021
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih

besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic

sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah

persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan

diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi

didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan

diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001). Hipertensi adalah tekanan

darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg,

atau bila pasien memakai obat antihipertensi.

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on

Detection (JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90

mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya,

mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai

hipertensi maligna.

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih

dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

(Luckman Sorensen,1996).

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya

antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya

antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan

diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan


peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari

peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).

B. Anatomi

1. Jantung. Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak

didalam dada, batas kanannya terdapat pada sternum kanan

dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea

midclavicular. Hubungan jantung adalah:

a. AtaS : pembuluh darah besar

b. Bawah : diafragma

c. Setiap sisi : paru

d. Belakang : aorta desendens, oesophagus,

columna vertebralis

2. Arteri Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada

jaringan dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan

yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan

cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang

terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah

untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah

otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu

organ).

Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang

mengangkut darah dari jantung ke jaringan. Aorta

diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki banyak sekali

cabang yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi pembuluh

yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran


4mm (0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol

mempunyai diameter yang lebih kecil kira-kira 30 µm. Fungsi

arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri

jantung ke jaringan. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat

dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3 lapisan

yaitu :

a. Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali

berhubungan dengan darah dan terdiri dari jaringan

endotel.

b. Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari

jaringan otot yang sifatnya elastic dan termasuk otot

polos

c. Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar

sekali terdiri dari jaringan ikat gembur  yang berguna

menguatkan dinding arteri (Syaifuddin, 2006)

3. Arteriol Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos

yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi.

Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah.

Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ

berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah

akan meningkat.

4. Pembuluh darah utama dan kapiler. Pembuluh darah utama

adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung

dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh

darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.


Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat

halus. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel.

Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil

hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang terdapat di

ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat

penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.

5. Sinusoid. Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan

kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali lebih

besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel

sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid,

darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan

pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan.

Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan

kembali cairan limfe ke dalam darah yang ke luar melalui

dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan.

Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat di

dalam berbagai organ, terutama dalam vili usus.

6. Vena dan venul. Venul adalah vena kecil yang dibentuk

gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan venul.

Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara

sempurna satu sama lain. (Gibson, John. Edisi 2 tahun

2002, hal 110).

Vena merupakan pembuluh darah yang membawa

darah dari bagian atau alat-alat tubuh masuk ke dalam

jantung. Vena yang ukurannya besar seperti vena kava dan


vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang yang

lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.

Fungsi vena membawa darah kotor kecuali vena

pulmonalis,  mempunyai  dinding tipis, mempunyai katup-

katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.

C. Klasifikasi

1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama

dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan

90 mmHg

2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik

141-149 mmHg dan diastolik 91-94 mmHg

3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih

besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih

besar atau sama dengan 95mmHg.

Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the

Detection and Treatment of Hipertension

a. Diastolik

1) < 85 mmHg  : Tekanan darah normal

2) 85 – 99  : Tekanan darah normal tinggi

3) 90 -104 : Hipertensi ringan

4) 105 – 114 : Hipertensi sedang

5) >115  : Hipertensi berat

b. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)

1) < 140 mmHg : Tekanan darah normal

2) 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi


3) > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan

darah yang mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120

mmHg), pada penderita hipertensi, yg membutuhkan

penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang

sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi

kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan

pembuluh darah).

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah

cepat naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi dua:

1) Hipertensi Emergensi

Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah

yang segera dengan obat antihipertensi parenteral

karena adanya kerusakan organ target akut atau

progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD

mendadak yg disertai kerusakan organ target yang

progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg

segera dalam kurun waktu menit/jam.

2) Hipertensi urgensi

Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah

yang bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau

kerusakan organ target progresif bermakna tanpa

adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target

progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam

beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam


kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat

dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai

hari).

D. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang

spesifik (idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan

cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.  Namun ada

beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan

eksresi atau transport  Na.

2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang

mengakibatkan tekanan darah meningkat.

3. Stress Lingkungan.

4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada

orang tua serta pelebaran pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan

yaitu:

1. Hipertensi Esensial (Primer). Penyebab tidak diketahui

namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,

lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system

rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok

dan stress.

2. Hipertensi Sekunder. Dapat diakibatkan karena penyakit

parenkim renal/vaskuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral

yaitu pil. Gangguan endokrin dll.


Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah

terjadinya perubahan – perubahan pada :

a) Elastisitas dinding aorta menurun

b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap

tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung

memompa darah menurun menyebabkan menurunnya

kontraksi dan volumenya.

d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk

oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

e) Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti

penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan

beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya

hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

f) Faktor keturunan. Dari data statistik terbukti bahwa

seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk

mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita

hipertensi

Ciri perseorangan

1) Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya

hipertensi adalah:

2) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )

3) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )

4) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )


5) Kebiasaan hidup

6) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya

hipertensi adalah :

a) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )

b) Kegemukan atau makan berlebihan

c) Stress

d) Merokok

e) Minum alcohol

f) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin

7) Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :

a) Ginjal

b) Glomerulonefritis

c) Pielonefritis

d) Nekrosis tubular akut

e) Tumor

f) Vascular

g) Aterosklerosis

h) Hiperplasia

i) Trombosis

j) Aneurisma

k) Emboli kolestrol

l) Vaskulitis

m) Kelainan endokrin

n) DM
E. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.

Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang

berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna

medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia

simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,

yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh

darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh

darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi

sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,

kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,

yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi

kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan

pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I


yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi

natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan

volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan

keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi

perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer

bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi

pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,

hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi

otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya

dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung

(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan

peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya

“hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga

tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang

diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan

tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan

mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan

Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada


angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada

pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain

itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang

menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada

peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah

maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti

jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).

F. Tanda Dan Gejala

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat

dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain

penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal

ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa

jika tekanan arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang

menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.

Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang

mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan

medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa

pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala,

pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah,

Epistaksis, Kesadaran menurun


Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :

1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.

2. Sakit kepala

3. Pusing / migraine

4. Rasa berat ditengkuk

5. Penyempitan pembuluh darah

6. Sukar tidur

7. Lemah dan lelah

8. Nokturia

9. Azotemia

10. Sulit bernafas saat beraktivitas

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan yang segera seperti :

a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji

hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)

dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti:

hipokoagulabilitas, anemia.

b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi

tentang perfusi / fungsi ginjal.

c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus

hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar

ketokolamin (meningkatkan hipertensi).

d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya

aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping

terapi diuretik.
e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat

menyebabkan hipertensi

f. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan

plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )

g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan

vasokonstriksi dan hipertensi

h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji

aldosteronisme primer (penyebab)

i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi

ginjal dan ada DM.

j. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor

resiko hipertensi

k. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan

hiperadrenalisme

l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya

hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan

menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung

hipertensi.

m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu

setelah pengobatan terlaksana) untuk menunjukan

destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.


2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil

pemeriksaan yang pertama ) :

a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti

penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.

b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu

ginjal, perbaikan ginjal.

d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi:

Spinal tab, CAT scan.

e. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai

kondisi klinis pasien

H. Komplikasi

Efek pada organ :

1. Otak

a. Pemekaran pembuluh darah

b. Perdarahan

c. Kematian sel otak : stroke

2. Ginjal

a. Malam banyak kencing

b. Kerusakan sel ginjal

c. Gagal ginjal

3. Jantung

a. Membesar

b. Sesak nafas (dyspnoe)

c. Cepat lelah
d. Gagal jantung

I. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah

morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang

berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah

dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi

meliputi :

1. Terapi tanpa Obat. Terapi tanpa obat digunakan sebagai

tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif

pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi

a. Diet

b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5

gr/hr

2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c. Penurunan berat badan

d. Penurunan asupan etanol

e. Menghentikan merokok

f. Latihan Fisik. Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan

terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah

olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam

olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,

bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga

yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87


% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.

Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada

dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x

perminggu dan paling baik 5 x perminggu

g. Edukasi Psikologis. Pemberian edukasi psikologis untuk

penderita hipertensi meliputi :

1) Tehnik Biofeedback. Biofeedback adalah suatu tehnik

yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-

tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh

subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback

terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik

seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan

psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

2) Tehnik relaksasi. Relaksasi adalah suatu prosedur atau

tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan

atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk

dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi

rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

2. Terapi dengan Obat.

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya

menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan

mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat

bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu

dilakukan seumur hidup penderita.


Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite

Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON

DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH

BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa

obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau

penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal

pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan

penyakit lain yang ada pada penderita. Pengobatannya

meliputi :

a. Step 1. Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca

antagonis, ACE inhibitor

b. Step 2. Alternatif yang bisa diberikan :

1) Dosis obat pertama dinaikkan

2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa

diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa

blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh

1) Obat ke-2 diganti

2) Ditambah obat ke-3 jenis lain

d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya

1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4

2) Re-evaluasi dan konsultasi

3) Follow Up untuk mempertahankan terapi


Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan

interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas

kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan

kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien

dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil

pengukuran tekanan darahnya

b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai

mengenai tekanan darahnya

c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat

sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan

morbiditas dan mortilitas

d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan

tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya,

tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur

memakai alat tensimeter. Penderita tidak boleh menghentikan

obat tanpa didiskusikan lebih dahulu. Sedapat mungkin

tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita

Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi

e. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila

penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di

rumah

f. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi

misal 1 x sehari atau 2 x sehari


g. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti

hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin

terjadi

h. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis

atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal

dan efektifitas maksimal

i. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

j. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan

lebih sering

k. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang

ditentukan.

l. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan

maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien

tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.


BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

Nama Mahasiswa Yang Mengkaji: NIM:

Unit : Autoanamnese :
Kamar : Alloananmnese :
Tgl masuk RS :
Tgl pengkajian : Senin/01/03/2021

I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial : Bonavantura
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Jumlah anak : 2 orang
Agama/suku : Katolik/
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Staf
Alamat rumah : Depasawi dalam GERD

II. DATA MEDIK


Diagnosa medic : Hipertensi

III. KEADAAN UMUM


KEADAAN SAKIT : Pasien mengatakan nyeri pada daerah kepala dan
tengkuk leher, pasien mengatakan sering merasa lemas,lemah pasien
mengatakan pusing dan sering merasa ngantuk. Pasien mengatakan
jika sakit kepalanya sudah tidak bisa tertahan lagi di akan merasa mula
muntah. Pasien tampak terlihat stres

B. TANDA-TANDA VITAL
1) Kesadaran:
Skala koma glaslow
a). Respon motorik : 6
b) Respon bicara
: 4
c) Respon membuka mata
: 5
Jumlah : 15
Kesimpulan: -
2) Tekanan darah : 150/100 mmHg
MAP: mmHg
Kesimpulan :
3) Suhu : 37,8 °C di Oral axilla
√ Rectal
4) Pernapasan : 28 x/menit
Irama: Teratur Kusmaul Cheynes-stokesa
Takipnea

Jenis : √ dada Perut


5) Nadi : x/menit
Irama : teratur √ tachikardi Bradichardi

√ Kuat Lemah

C. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : 35 cm
2. Tinggi badan : 169 cm
3. Berat badan : 60 kg
4. IMT : 22,6 kg/m²
Kesimpulan : normal

D. GENOGRAM

Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Meninggal

Pasien
------- Tinggal serumah

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN
KESEHATAN
1) Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak
pernah meminum obat untuk menghilangkan sakitnya, pasien
mengatakan dia jarang berobat di puskesmas karena dia sangat
sibuk dalam pekerjaannya. Pasien mengatakan tidak pernah
mengkonsumsi pil atau obat herbal untuk menghilangkan
sakitnya.
2) Riwayat penyakit saat ini :
a). Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri pada daerah
kepala dan tengkuk leher, pasien mengatakan sering merasa
lemas, pasien mengatakan pusing dan sering merasa ngantuk..
Pasien mengatakan jika sakit kepalanya sudah tidak bisa
tertahan lagi di akan merasa mula muntah.
b). Riwayat keluhan utama : Pasien mengatakan jika dia mulai
merasa sakit kepala dan tengkuk leher saat dia bekerja dia
hanya akan duduk sebentar untuk sedikit menghilangkan
sakitnya kemudian kembali lagi bekerja. Pasien mengatakan
jika dia terlalu bayak beraktivitas dia akan merasa pusing
sekali. Sekalinya, Pasien mengatakan jika sakit kepalanya
sudah tidak bisa tertahan lagi di akan merasa mula muntah.
3) Riwayat penyakit yang pernah dialami : Pasien
mengatakan memiliki penyakit maag sudah lebih 4 bulan pasien
merasa asam lambung naik.
4) Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakan ayahnya
memiliki riwayat hipertensi, pasien mengatakan ibunya juga
memiliki riwayat maag.
5) Pemeriksaan fisik :
a). Kebersihan rambut : Bersih
b) Kulit kepala : Bersih
c) Kebersihan kulit : Bersih
d). Higiene rongga mulut : Tidak di kaji
e) Kebersihan genitalia : Tidak di kaji
f) Kebersihan anus : Tidak di kaji

B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK


1) Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan sering lupa
sarapan pagi karena buru-buru berangkat kerja, pasien makan
saat nanti sudah di tempat kerjanya, akan tetapi kadang nanti
sudah naik asam lambungnya baru pasien makan. Pasien
mengatakan makan 3x sehari. Pasien mengatakan makan
hanya ikan sama lauk saja, sayur tidak.
2) Keadaan sejak sakit: pasien mengatakan jika dia terlambat
makan maka dia akan mual muntah Karena maagnya kambuh.
Dan pasien mengatakan kadang dia merasa tida nafsu makan
lagi setelah muntah.
Observasi: Pasien tampak lemas dan lemah.
3) Pemeriksaan fisik:
a) Keadaan rambut : sebagian beruban
b) Hidrasi kulit : Turgor kulit kering
c) Palpebra/conjungtiva : tidak di kaji
d) Sclera: tidak di kaji
e) Hidung : tidak di kaji
f) Rongga mulut :
Gusi: normal
g) Gigi: bersih
h) Kemampuan mengunyah keras: kuat
i) Lidah:
j) Pharing: tidak di kaji
k) Kelenjar getah bening: tidak di kaji
l) Kelenjar parotis: tidak di kaji
m) Abdomen: tidak di kaji
- Inspeksi : Tidak di kaji
- Auskultasi: tidak di kaji
- Palpasi : tidak di kaji
- Perkusi : asites positif negatif
n) Kulit
- Edema negatif
- Ikterik negatif
o) Lesi: tidak di kaji
5. Pemeriksaan diagnostik : tidak di kaji
a) Laboratorium : tidak di kaji
b) USG : tidak di kaji
c) Lain-lain : tidak di kaji
4) Terapi : tidak di kaji

C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan BAB 3-4 kali
sehari, keadnan feses encer, tidak keras.
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan BAB tetap sama
saat dia sehat dan sakit akan tetapi warnanya beda
3. Observasi: -
4. Pemeriksaan fisik :
a) peristaltik usus : - x/menit.
b) palpasi kandung kemih penuh
kosong. -
c) nyeri ketuk ginjal positif.
Negative -
d) mulut uretra : -
e) anus:
- peradangan : -
- Hemoroid : -
- Fistula : -
5. Pemeriksaan diagnostik : -
a) Laboratorium : -
b) USG : -
c) Lain-lain : -
6. Therapi : -

D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


1. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan mandi setiap
pagi, setelah pulang dari kerja malamnya pasien mandi lagi,
pasien tampak lelah setelah pulang dari kerja, terkadang
pasien langsung tidur tanpa makan dulu. Pasien mandi di
kamar mandi rumah sendiri
2. Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan jika dia sakit dia
tidak akan mand, dia hanya akan mencuci muka saja.

3. Observasi : -
a) Akitivitas harian :
- Makan : Mandiri
- Mandi : Mandiri
- Pakaian : Mandiri 0. mandiri
- Kerapihan :Mandiri 1. bantuan dengan alat
2. bantuan orang
- Buang air besar : Mandiri 3. bantuan alat dan orang
- Buang air kecil : Mandiri 4. bantuan penuh

- Mobilisasi ditempat tidur: Mandiri


b) Postur tubuh : tegak
c) Gaya jalan : normal
d) Anggota gerak yang cacat : tidak ada
e) Fiksasi : tidak di kaji
f) Tracheostomi : tidak di kaji
4. Pemeriksaan fisik
a) JVP : tidak di kaji
Kesimpulan : tidak di kaji
b) Perfusi perifer pembuluh kuku : tidak di kaji
c) Thorax dan pernapasan : tidak di kaji
- Inspeksi :
Bentuk thorax : tida di kaji
Sianosis : tidak di kaji
Stridor : tidak di kaji
- Palpasi : tidak di kaji
Vocal fremitus : tidak di kaji
- Perkusi : sonor redup pekak.
Batas paru hepar : tidak di kaji
Kesimpulan : tidak di kaji

- Auskultasi : tidak di kaji


Suara napas : tidak di kaji
Suara ucapan : tidak di kaji
Suara tambahan : tidak di kaji
d) Jantung
- Inspeksi : tidak di kaji
Ictus cordis : tidak di kaji
- Palpasi : tidak di kaji
Ictus cordis : tidak di kaji
- Perkusi : tidak di kaji
Batas atas jantung : tidak di kaji
Batas kanan jantung : tidak di kaji
Batas kiri jantung : tidak di kaji
- Auskultasi : tidak di kaji
Bunyi jantung II A : tidak di kaji
Bunyi jantung II P : tidak di kaji
Bunyi jantung I T : tidak di kaji
Bunyi jantung I M : tidak di kaji
Bunyi jantung II irama gallop: tidak di
kaji
Murmur : tidak di kaji
HR : - x/menit
Bruit : Aorta : tidak di kaji
A. Renalis : tidak di kaji
A. Femoralis : tidak di kaji
e) Lengan dan tungkai
- Atrofi otot : positif negatif
- Rentang gerak : tidak di kaji

- Uji kekuatan otot : tidak di kaji


1 2 3 4 5
Kiri :
Kanan : 1 2 3 4 5
- Refleks fisiologi : tidak di kaji
- Refleks patologi : tidak di kaji
Babinski, kiri : positif negatif
Kanan : positif negatif
- Clubbing jari-jari : tidak di kaji
- Varises tungkai : tidak di kaji
f) Columna vertebralis : tidak di kaji
- Inspeksi : tidak di kaji
- Palpasi : tidak di kaji
N. III-IV-VI : tidak di kaji
N. VIII Romberg Test : positif negatif.
N. XI : tidak di kaji
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium : tidak di kaji
Hasil pemeriksaan: tidak di kaji
b) Lain-lain :- tidak di kaji
6.. Terapi medik : tidak di kaji

E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT


1. Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan tidur jam 11
atau 12 malam karena pasienpulang dari tempat kerjanya
kadang jamnya tidak menentu.
2. Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan jika dia sakit dia
susah untuk tidur karena tengkuk lehernya sakit sampai
dengn kepla sakit.
3. Observasi : -
Ekspresi wajah mengantuk: positif negatif
Banyak menguap : positif negatif
Palpebra inferior berwarna gelap positif negatif
4. Therapi : -
F. POLA PERSEPSI KOGNITIF
1. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak pernah
meminum obat untuk menghilangkan sakitnya, pasien
mengatakan dia jarang berobat di puskesmas karena dia
sangat sibuk dalam pekerjaannya. Pasien mengatakan tidak
pernah mengkonsumsi pil atau obat herbal untuk
menghilangkan sakitnya.
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan nyeri pada
daerah kepala dan tengkuk leher, pasien mengatakan
sering merasa lemas, pasien mengatakan pusing dan sering
merasa ngantuk.. Pasien mengatakan jika sakit kepalanya
sudah tidak bisa tertahan lagi di akan merasa mula muntah
3. Obervasi :-
4. Pemeriksaan fisik : tidak di kaji
a) penglihatan : tidak di kaji
- Cornea : tidak di kaji
- Visus : tidak di kaji
- Pupil : tidak di kaji
- Lensa mata : tidak di kaji
- Tekanan Intra Okuler (TIO) : tidak di kaji
b) Pendengaran : tidak di kaji
- Pina : tidak di kaji
- Kanalis : tidak di kaji
- Membran timpani : tidak di kaji
- Tes pendengaran : tidak di kaji
c) N. I : tidak di kaji
d) N.II : tidak di kaji
e) N.V : tidak di kaji
f) N.VII : tidak di kaji
g) N.VIII : tidak di kaji
h) Test Romberg : tidak di kaji
5. Pemeriksaan diagnostik : tidak di kaji
a) laboratorium : tidak di kaji
b) Lain-lain : tidak di kaji
c) Therapi : tidak di kaji

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


1. Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan dia sangat
berterimakasih pada tuhan Karena selalu memberikan dia
kesehatan
2. Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan jika dia sakit dia
tetap mengingat tuhan dan dia yakin sakitnya itu karena
tuhan sayang dia
3. Observasi : -
a) Kontak mata : baik
b) Rentang perhatian : baik
c) Suara dan cara bicara : baik
d) Postur tubuh : tegak

4. Pemeriksaan fisik : tidak di kaji


a) Kelainan bawaan yang nyata : tidak di kaji
b) Abdomen : tidak di kaji
Bentuk : tidak di kaji
Bayangan vena : tidak di kaji
Benjolan massa : tidak di kaji
c) Kulit : lesi kulit : tidak di kaji
d) Penggunaan protesa : tidak di kaji

H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


1. Keadaan sebelum sakit : pasien memiliki keluarga yang dia
sayangngi, ada ibu dan ayahnya, pasien memiliki 3 saudara
satu kaka perempuan dan dua adiknya. Pasien memiliki dua
anak yang di sayanggi dan istri yang dicintai, pasien
mengatakan hubungannya dengan keluarga baik.
2. Keaadaan sejak sakit : pasien mengatakan saat dia skit
semua keluarganya ada merawatnya
3. Observasi : baik hubugan keluarga

I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS


1. Keadaan sebelum sakit : tidak di kaji
2. Keadaan sejak sakit : tidak di kaji
3. Observasi : tidak di kaji
4. Pemeriksaan fisik : tidak di kaji
5. Pemeriksaandiagnostik : tidak di kaji
a). Laboratorium : tidak di kaji
b) lain-lain : tidak di kaji
6. Therapi : -

J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP


STRES
1. Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan dia sering
stress, banyak pikiran karena pekerjaan, serta stress karena
sakit kepala dan tengkuk lehernya tak kunjung sembuh.
2. Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan dia sering stress,
banyak pikiran karena pekerjaan, serta stress karena sakit
kepala dan tengkuk lehernya tak kunjung sembuh
3. Observasi : -
4. Pemeriksaan fisik : tidak di kaji
a) Tekanan darah :
Berbaring : 150/100 mmHg
Duduk : 150/100 mmHg
Berdiri : 150/100mmHg
Kesimpulan : hipotensi ortotastik positif.
negatif
b) HR : - x/menit
c) Kulit : tidak di kaji
Keringat dingin : tidak di kaji
Basah : tidak di kaji
5. Therapi : tidak di kaji

K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


1. Keadaan sebelum sakit : pasien beragama katolik, pasien
mengatakan jika dia sering menyempatkan waktunya untuk
ibadah di selah-selah kesibukannya karena pekerjaannya.
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan jika dia sakit dia
tidak kuat pergi beribadah Karena sakit kepala sama tengkuk
leherya tidak bisa di tahan sakitnya
3. Observasi : -
A. DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTI

1. Pasien mengatakan nyeri 1. Pasien tampak lemas


pada tengkuk leher. 2. Pasien tampak lemah
2. Pasien mengatakan nyeri 3. Pasien tampah terlihat
kepala, mengantuk
3. Pasien mengatakan sering 4. Pasien tampak terlihat lelah
merasa lemas 5. pasien tampak terlihat stress
4. Pasien mengatakan pusing 6. TTV :
dan sering merasa - TD : 150/100 mmHg
ngantuk. - S : 37,8°C
5. Pasien mengatakan jika - N : 76x/menit
sakit kepalanya sudah - P : 28x/menit
tidak bisa tertahan lagi di
akan merasa mula
muntah.
B. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH

Ds Nyeri
1. Pasien Meningkatnya
mengatakan tekanan darah sitolik
nyeri pada dan diastolik
tengkuk leher.
2. Pasien
mengatakan
nyeri kepala,
3. Pasien
mengatakan
sering merasa
lemas
4. Pasien
mengatakan
pusing dan
sering merasa
ngantuk.
5. Pasien
mengatakan
jika sakit
kepalanya
sudah tidak
bisa tertahan
lagi di akan
merasa mula
muntah.

Ds :
1. Pasien tampak
lemas
2. Pasien tampak
lemah
3. Pasien tampah
terlihat mengantuk
4. Pasien tampak
terlihat lelah
5. pasien tampak
terlihat stress
6. TTV :
- TD : 150/100
mmHg
- S : 37,8°C
- N : 76x/menit
- P :28x/menit

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI


KEPERWATAN KRITERIA KEPERAWATAN RASIONAL
HASIL

1. Nyeri Setelah Manajemen Nyeri


berhubungan dilakukan
dengan agen tindakan Observasi :
pencedera fisik keperawatan 1. Identifikasi 1. Untuk
selamat 3x24 lokasi, mengetahui
jam di karakteristik, lokasi nyeri,
harapkan durasi, skala dan
tingkat nyri frekuensi, kualitas nyeri
menurun kualitas,
dengan intensitas nyeri. 2. agar
kkriteri hasil : 2. Identifikasi skala ditmukan
1. keluhan nyeri. kualitas nyeri
nyeri dari 3. Identifikasi
indicator pengetahuan 3. agar
sedang (3) dan keyakinan ditemukannya
menjadi tentang nyeri pengetahuan
indicator dan
menurun (5) keyakinan
tentang nyeri
2. tekanan
darah dari Terapeutik :
indicator 1. Kontrol
sedang (3) lingkungan 1. Agar di
menjadi yang ketuinya
indicator memperberat penyebab
membaik (5) rasa nyeri (mis. pemberat
Suhu ruangan). rasa nyeri
3. Pola tidur 2. fasilitasi istirahat 2 Agar
dari indicator dan tidur istirahat dan
sedang 3) tidurnya
menjadi terpenuhi
indicator
membaik (5) Edukasi :
1. Jelaskan 1. Untuk
penyebab, menamba
periode, dan h
pemicu nyeri pengetahu
an pasien
mengenai
penyebab
nyeri
2. jelaskan strategi 2. untuk
meredakan diketahuinya
nyeri cara
meredahkan
nyeri.

D. IMPLEMENTASI

No Hari/Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI


Jam

1. Selasa 1. Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan


01/02/2021 lokasi, karakteristik, nyeri masi terasa
09:34 durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas O : TTV :
nyeri. - TD : 150/100
2. Mengidentifikasi mmHg
skala nyeri - S : 37,8°C
3. Mengidentifikasi - N : 76x/menit
pengetahuan dan - P : 28x/menit
keyakinan tentang
nyeri A : Masalah nyeri belum
teratasi
1. Mengontrol
lingkungan yang P : Lanjutkan intervensi
memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan).
2. Memfasilitasi
istirahat dan tidur
1. Menjelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Menjelaskan
strategi meredakan
nyeri

Rabu
03/03/2021 1. Mengidentifikasi S : Pasien megatakan
12;40 lokasi, karakteristik, nyeri mulai berkurang
durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas
nyeri. O : TTV :
2. Mengidentifikasi - TD : 140/80 mmHg
skala nyeri - S : 37,1°C
3. Mengidentifikasi - N : 79x/menit
pengetahuan dan - P : 26x/menit
keyakinan tentang
nyeri
A : Masalah nyeri sedikit
1. Mengontrol teratasi
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu P : lanjutkan intervensi
ruangan). - Memfasilitasi
2. Memfasilitasi istirahat dan tidur
istirahat dan tidur - Menjelaskan
1. Menjelaskan penyebab, periode,
penyebab, periode, dan pemicu nyeri
dan pemicu nyeri - Menjelaskan
2. Menjelaskan strategi meredakan
strategi meredakan nyeri
nyeri - Mengidentifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri

Anda mungkin juga menyukai