Bab 1 PBJ - Anisa Widyastuti - Dab118007-1
Bab 1 PBJ - Anisa Widyastuti - Dab118007-1
Gambar 1.1 Rumaja, Rumija dan Ruwasja di Lingkungan Jalan Antar Kota
1.6 Perhitungan Lintas Harian Rata-Rata dan Kelas Jalan
Tabel 1.4 Koefisien (Ekr) Berdasarkan Volume Kendaraan Lalu Lintas
Sumber : Tata Cara Perencanaan Giometri Jalan Antar Kota. Direktorat Binamarga. 1997.
Perhitungan Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) tahun LHR :
-1 ( XT – X C )
Azimuth CT = tan
( Y T – YC )
-1 ( 100 01,85 – 996 4 , 94 )
= tan
( 9 941,70 – 9 877,68 )
= 29o57’54,38”
-1 ( XK – X T )
Azimuth TK = tan
( Y K – YT )
-1 ( 10690,03 – 100 01,85 )
= tan
( 9778,78 – 9941,70 )
= -76o 40’51,55” + 180 o
= 103o 19’8,45”
Jadi, sudut ∆ = Azimuth SH – Azimut ES
= 103o 19’8,45”-29o57’54,38”
= 73o21’14,07”
Δh
∑ 100%
Kemiringan melintang rata-rata = d
( jumlah titik -1)
33,13
= =1,948%
( 18-1 )
Lebar Bahu :3 m
2.2 Tikungan
a. Jenis-Jenis Tikungan
Bentuk bagian lengkung dapat berupa :
1. Full Circle (C – C)
Bentuk ini dipakai untuk tikungan yang berjari-jari besar, sudut
tangen yang relatif kecil dengan kecepatan rata-rata relatif tinggi.
2. Spiral – Circle – Spiral (S – C – S)
Bentuk ini dipakai apabila Lc ≥ 25 meter dan bentuk full circle tidak memungkinkan
untuk digunakan. Ada 2 (dua) pokok dalam lengkung ini, yaitu bagian-bagian spiral
dan bagian circle. Fungsi utama dari lengkung ini adalah untuk mengadakan
perubahan
kemiringan melintang (e) dari kemiringan normal (en) menjadi emaks sesuai dengan
gaya sentrifugal yang terjadi
3. Spiral – Spiral (S – S)
Bentuk ini dipakai dengan syarat besarnya lengkung lingkaran dalam
memperhitungkan kurang dari Lc minimum yang dibutuhkan oleh
kendaraan untuk melintasi tikungan dengan aman Lc minimum = 25
m.
b. Superelevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan yang
berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima kendaraan pada
saat berjalan melalui tikungan pada kecepatan VR. Nilai superelevasi
maksimum ditetapkan 10%.