Anda di halaman 1dari 12

TUGAS BIOLOGI TEMA 4

“CUCI DARAH DAPAT MEMPERPANJANG USIA”

EFEK SAMPING DAN KOMPLIKASI YANG MUNGKIN TERJADI PADA CUCI


DARAH PASIEN GAGAL GINJAL

Disusun Oleh :
Velly Rhis Faulina 24010117140011

DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... i


BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Permasalahan ...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat ........................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan ......................................................................................................... 2
1.3.2 Manfaat ....................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 4
2.1 Gagal Ginjal Kronik ........................................................................................... 4
2.2 Metode Penanganan Gagal Ginjal Kronik ......................................................... 4
2.3 Efek Samping atau Komplikasi Dari Tindakan Cuci Darah ............................. 5
BAB III ............................................................................................................................... 7
KESIMPULAN .................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 8

i
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap individu menginginkan hidup yang sehat hingga akhir hayatnya.


Namun dengan pola hidup yang kurang sehat dapat menimbulkan individu tersebut
mengalami penurunan kesehatan maupun mengidap penyakit yang tidak
diinginkan. Salah satu penyakit yang rentan terhadap manusia sekarang ini di
segala umur adalah penyakit gagal ginjal. Gagal ginjal dapat disebabkan oleh gen
keturunan, kelelahan, kurang minum, dan pola hidup yang tidak sehat. Gagal ginjal
dapat mengganggu aktifitas penderitanya. Mereka akan mudah lelah dan mudah
terserang penyakit komplikasi, hingga kematian. Meskipun penyakit ini
kemungkinan dapat disembuhkan melalui transplantasi ginjal, namun tingginya
biaya yang diperlukan serta sulitnya menemukan donor yang cocok dengan tubuh
pasien membuat cara ini tidak dapat dilakukan oleh setiap pasien. Cara umum yang
dapat dilakukan untuk membantu pasien gagal ginjal adalah dengan melakukan
cuci darah secara berkala (Muhammad As’adi, 2021).
Di Indonesia, berdasarkan Pusat Data & Informasi Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia, jumlah pasien GGK diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta
penduduk, 60% nya adalah usia dewasa dan usia lanjut. Menurut Depkes RI 2009,
pada peringatan Hari Ginjal Sedunia mengatakan hingga saat ini di Tanah Air
terdapat sekitar 70 ribu orang pasien GGK yang memerlukan penanganan terapi
hemodialisa. Sayangnya hanya 7.000 pasien GGK atau 10% yang dapat melakukan
hemodialisa yang dibiayai program Gakin dan Askeskin (Mengenal Cuci Darah,
2012).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup
lanjut, serta bersifat persisten dan irreversibel (Mansjoer, 2000). Ginjal merupakan
organ penting dalam tubuh manusia, yang mengatur fungsi kesejahteraan dan
keselamatan untuk mempertahankan volume, komposisi dan distribusi cairan
tubuh, sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner dan Lazarus, 2000).
Kerusakan pada ginjal membuat sampah metabolisme dan air tidak dapat lagi
dikeluarkan. Dalam kadar tertentu, sampah tersebut dapat meracuni tubuh,
kemudian menimbulkan kerusakan jaringan bahkan kematian
(www.nephrologychannel.com).

1
Gagal ginjal kronik terjadi perlahan-lahan, bisa dalam hitungan bulan bahkan
tahun, dan sifatnya tidak dapat disembuhkan.Memburuknya fungsi ginjal bisa
dihambat apabila pasien melakukan pengobatan secara teratur.Selama ini dikenal
dua metode dalam penanganan gagal ginjal.Pertama transplantasi ginjal dan kedua
dialisis atau cuci darah. Sedangkan hemodialisa adalah suatu bentuk terapi
pengganti pada pasien dengan kegagalan fungsi ginjal, baik yang bersifat akut
maupun kronik.Pasien yang menderita gagal ginjal juga dapat dibantu dengan
bantuan mesin hemodialisis yang mengambil alih fungsi ginjal.Pasien gagal ginjal
yang menjalani terapi hemodialisa, membutuhkan waktu 12-15 jam untuk dialisa
setiap minggunya, atau paling sedikit 3-4 jam per kali terapi. Kegiatan ini akan
berlangsung terus-menerus sepanjang hidupnya (Bare & Smeltzer, 2002).
Prosedur hemodialisa sangat bermanfaat bagi pasien penyakit gagal ginjal
tahap akhir, namun bukan berarti tidak beresiko dan tidak mempunyai efek
samping.Berbagai permasalahan dan komplikasi dapat terjadi pada pasien yang
menjalani hemodialisa.Komplikasi hemodialisa dapat menimbulkan perasaan
ketidaknyamanan, meningkatkan stress dan mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Tindakan hemodialisa secara signifikan berdampak atau mempengaruhi kualitas
hidup dari pasien diantaranya kesehatan fisik, psikologis, spiritual, status sosial
ekonomi dan dinamikan keluarga (Charuwanno, 2005).

1.2 Permasalahan

Sebagaimana yang telah dipaparkan pada latar belakang, maka dapat


dirumuskan masalahnya adalah apa efek samping dan komplikasi yang mungkin
dapat terjadi pada tindakan cuci darah pada pasien gagal ginjal kronik.

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan
Ditinjau dari rumusan masalah, maka tujuan dari laporan ini adalah
untuk mengetahui apa saja efek samping serta komplikasi yang mungkin
terjadi pada tindakan cuci darah pada pasiern gagal ginjal kronik.
1.3.2 Manfaat

1. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan mahasiwa mengenai informasi terkait
penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) serta informasi efek samping

2
yang mungkin dapat diakibatkan dari tindakan cuci darah pada pasien
Gagal Ginjal Kronik.

2. Bagi Industri Pendidikan

Menambah kumpulan kepustakaan mengenai kasus Gagal Ginjal


Kronik (GGK).

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gagal Ginjal Kronik

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam
hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan
zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urin.
Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin buruk
dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya. Dalam
dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut dan
gagal ginjal kronis (Wilson, 2005). Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality
Initiative (K/DOQI) of the National Kidney Foundation (NKF) pada tahun 2009,
mendefenisikan gagal ginjal kronis sebagai suatu kerusakan ginjal dimana nilai dari
GFR nya kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 selama tiga bulan atau lebih. Dimana yang
mendasari etiologi yaitu kerusakan massa ginjal dengan sklerosa yang irreversibel
dan hilangnya nephrons ke arah suatu kemunduran nilai dari GFR.

2.2 Metode Penanganan Gagal Ginjal Kronik

Sebenarnya ada dua pilihan untuk meminimalisisr penyakit gagal ginjal, yang
pertama dengan transplantasi ginjal dan yang kedua menggunakan metode dialysis
atau cuci darah. Transplantasi ginjal adalah suatu proses memindahkan atau
mencangkokkan ginjal dari orang lain ke tubuh pasien yang mengalami kerusakan
pada ginjalnya. Namun perlu diperhatikan, bahwa tidak setiap orang dapat cocok
untuk melakukan pencangkokan ginjal.
Tetapi kelemahan dari terapi transplantasi ginjal ini adalah biayanya yang
mahal, sulitnya mendapatkan donor yang cocok dengan pasien dan setelah terapi
transplantasi ginjal, pasien harus meminum obat-obat anti-rejeksi yang harganya
juga mahal dan juga terkait dengan banyak efek samping. Maka kebanyakan
penderita gagal ginjal di Indonesia lebih memilih dialisis atau cuci darah.

4
Cuci darah atau dialisis merupakan suatu proses yang dilakukan untuk
mengganti tugas ginjal yang sehat. Seperti yang telah kita ketahui, ginjal berperan
vital bagi tubuh yaitu berfungsi untuk menyaring dan membuang sisa-sisa
metabolisme dan kelebihan cairan, menyeimbangkan unsur kimiawi dalam tubuh
serta menjaga tekanan darah. Prosedur ini ditempuh saat kerusakan ginjal telah
mencapai 85-90 persen.

Terdapat dua macam cuci darah yakni hemodialisis dan dialisis peritoneal.
Prinsipnya, pada proses dialisis, darah akan dialirkan ke luar tubuh dan disaring.
Kemudian darah yang telah disaring dialirkan kembali ke dalam tubuh. Pada
hemodialisis, proses penyaringan dilakukan oleh suatu mesin dialisis yang disebut
dengan membran dialisis. Jenis dialisis ini yang banyak dilakukan di Indonesia.
Sedangkan pada dialisis peritoneal, jaringan tubuh pasien sendiri bagian abdomen
(perut) yang digunakan sebagai penyaring. Biasanya dialisis dilakukan 2-3 kali
seminggu selama masing-masing 4-5 jam tiap kali proses.

Cuci darah harus dilakukan secara teratur untuk menghindari efek yang tidak
diinginkan akibat penumpukan sisa metabolime maupun cairan dalam tubuh.
Karena hanya bersifat menggantikan fungsi ginjal, bukan menyembuhkannya,
Tindakan dialisis harus dilakukan selama seumur hidup, kecuali pasien melakukan
transplantasi ginjal. Pasien juga perlu mengatur pola makan dan minumnya untuk
keberhasilan terapi dialisis. Dengan berpikir positif dan menjalankan terapi dengan
sungguh-sungguh serta mengikuti segala petunjuk dokter, bukan tidak mungkin
pasien gagal ginjal tetap dapat menjalani hidup secara normal.

2.3 Efek Samping atau Komplikasi Dari Tindakan Cuci Darah

Dialysis menimbulkan efek bagi pasien, baik secara fisik maupun psikologis.
Secara fisik, pasien dialisis ini akan mengalami penghitaman pada jaringan kulit
mereka, penurunan berat badan secara drastis , nafsu makan yang tidak menentu,
dan rasa seperti mual-mual, pusing sehabis mereka menjalankan cuci darah, bersin,
mengi, sesak napas, nyeri punggung, dan nyeri dada
(OkeTips/kesehatan.com.2012).
Sedangkan secara psikologis, pasien akan mengalami berbagai perasaan dan
reaksi stres, termasuk frustasi, kemarahan, penyangkalan, rasa malu, berduka
ketidakpastian, menarik diri dari lingkungan (Brunner & Suddar 2002 dalam Irfan).
Dengan kondisi fisik dan psikologis seperti ini, diperlukan sikap optimis untuk tetap
bertahan hidup yang tinggi agar dapat terus melanjutkan kehidupannya. Klien GGK

5
yang mengalami kelemahan fisik tidak mampu mengunjungi fasilitas kesehatan
sendiri, sehingga diperlukan bantuan orang lain. Jarang sekali klien datang sendiri
ke tempat pelayanan kesehatan tanpa pendamping atau dukungan dari keluarga
dalam melakukan terapi. Klien dan keluarga memerlukan bantuan, penjelasan dan
dukungan selama masa hemodialisa (Smeltzer, 2008; dalam Wahyunungsih, 2011).
Hal tersebut menyebabkan klien mengalami ketergantungan yang terus-menerus
sampai keluarga tersebut mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari klien.

Family caregiver merupakan anggota keluarga maupun kerabat pasien yang


bertanggung jawab untuk merawat dan mendampingi pasien selama sakit. National
Alliance for Caregiving (2010) menyatakan bahwa family caregiver bertanggung
jawab untuk memberikan dukungan fisik, emosional, dan seringkali keuangan dari
orang lain yang tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri karena sakit, cedera,
atau cacat. Orang yang menerima perawatan dari family caregiver mungkin anggota
keluarga, pasangan hidup, atau teman. Family caregiver kadang-kadang
digambarkan sebagai "informal", sebuah istilah profesional yang digunakan untuk
menggambarkan mereka yang merawat anggota keluarga atau temanteman di
rumah, biasanya tanpa membayar.
Family caregiver yang merawat anggota keluarganya yang menderita GGK
yang menjalani hemodialisa juga terkena dampak yang cukup menyulitkan.
Beandlands, dkk., dalam Nugraha (2011) menyatakan bahwa dampak pada family
caregiver dalam merawat pasien GGK yang menjalani hemodialisa adalah
emosional, sosial, fisik, dan keuangan. Secara emosional (psikologis) respon yang
muncul adalah marah, ketakutan, kesal/kecewa, dan depresi. Secara sosial adalah
terbatasnya pergaulan dengan lingkungan sekitar, hilangnya privacy, terganggunya
pola tidur, dan terbatasnya kegiatan dengan anggota keluarga yang lain. Dampak
yang terjadi pada fisik akibat lamanya memberikan bantuan adalah arthritis,
hipertensi, penyakit jantung, insomnia, sakit otot, dan kelelahan. Dampak pada
masyarakat sekitarnya adalah kurangnya waktu untuk berinteraksi dengan
masyarakat di sekitar kembali. Dampak pada ekonomi adalah terjadinya
ketidakstabilan keuangan karena hemodialisa memerlukan biaya yang besar. Selain
menimbulkan stres bagi pasien, hemodialisa memberi tekanan maupun stres pada
keluarga karena mengambil cuti dari pekerjaan untuk mengatur perjalanan
(mengantar) serta mendampingi pasien saat hemodialisa dan berbagai hal lainnya
yang menyertai termasuk kehilangan waktu dari bekerja (Kumar, U., dkk. 2003).

6
BAB III

KESIMPULAN

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam
hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat
kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urin.
Terdapat dua pilihan untuk meminimalisisr penyakit gagal ginjal, yang pertama
dengan transplantasi ginjal dan yang kedua menggunakan metode dialysis atau cuci
darah.
Cuci darah atau dialisis merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengganti
tugas ginjal yang sehat. Seperti yang telah kita ketahui, ginjal berperan vital bagi tubuh
yaitu berfungsi untuk menyaring dan membuang sisa-sisa metabolisme dan kelebihan
cairan, menyeimbangkan unsur kimiawi dalam tubuh serta menjaga tekanan darah.
Prosedur ini ditempuh saat kerusakan ginjal telah mencapai 85-90 persen.
Cuci darah menimbulkan efek samping baik secara fisik maupun psikologis.
Secara fisik, pasien dialisis ini akan mengalami penghitaman pada jaringan kulit
mereka, penurunan berat badan secara drastis , nafsu makan yang tidak menentu, dan
rasa seperti mual-mual, pusing sehabis mereka menjalankan cuci darah, bersin, mengi,
sesak napas, nyeri punggung, dan nyeri dada

Sedangkan secara psikologis, pasien akan mengalami berbagai perasaan dan reaksi
stres, termasuk frustasi, kemarahan, penyangkalan, rasa malu, berduka ketidakpastian,
menarik diri dari lingkungan.

Selain menimbulkan efek samping bagi pasien, tindakan cuci darah juga
menimbulkan efek samping bagi anggota keluarga maupun kerabat pasien yang
bertanggung jawab untuk merawat dan mendampingi pasien selama sakit, yaitu
emosional, sosial, fisik, dan keuangan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Medica
Aesculpalus.
Brenner BM dan Lazarus JM. (2000). Gagal Ginjal Kronik dalam Buku Ilmu Penyakit
Dalam Harrison. Volume 3. Edisi 13. EGC. Jakarta.
Charuwanno, R (2005). Meaning of quality of life Among That ESRD patient on
maintenance hemodialysis. Washington. D.C: The Catholic University of
Amerika.
Cuci darah Gagal Ginjal Kronik. (2010). Diakses 23 September 2011 dari
OkeTips/kesehatan.com.
Efek samping penderita GGK. (2010). Diakses pada tanggal 04 Maret 2011 dari
http://www.nephrologychannel.com.
Kumar, Udaya. TR., Amalraj, A., Soundarajan., & Abraham, G. (2003). Level of stress
and coping abilities in patients on chronic hemodialysis and peritoneal dialysis.
Indian J Nephrol 13: 89-91
Mengenal Cuci darah. (2012). Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013 dari
http://www.lkc. or.id/2012/06/11/mengenal-cuci-darah-hemodialisa/
Muhammad, As‟adi. (2012). Serba-Serbi Gagal Ginjal. Yogyakarta: Diva Press.
Nugraha, N.J. (2011). Pengalaman Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga yang
Menjalani Terapi Hemodialisa di Kota Bandung. Thesis. Program Studi
Magister Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia.
Price SA,Wilson LM. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Edisi 6, Penerbit EGC. Jakarta. hal: 804.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. EGC : Jakarta.
Smeltzer, S. & Bare. (2008). Brunner & Suddarth’s Textbook of Megical Surgical
Nursing. Philadelpia : Lippincort.
Smeltzer. Suzanne C. dan Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8. EGC. Jakarta.

8
9

Anda mungkin juga menyukai