Anda di halaman 1dari 23

TUGAS RESUME PENDAHULUAN PELABUHAN

MATA KULIAH PELABUHAN

DISUSUN OLEH :
Rio Haekal Offari
NIM. 2009026057
(ALIH JENJANG)

PROGRAM STUDI S1
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Perkembangan Pelabuhan

Pada awalnya, pelabuhan merupakan suatu tepian yang terdiri dari kapal-kapal
dan perahu-perahu yang hanya dapat merapat dan membuang jangkar untuk
melakukan bongkar muat barang, menaik-turunkan penumpang, dan kegiatan
lainnya. Untuk melakukan kegiatan tersebut maka pelabuhan harus tenang terhadap
gangguan gelombang, sehingga pada waktu itu pelabuhan hanya berada pada tepi
sungai, teluk atau pantai yang bisa dikatakan terlindungi dari gangguan gelombang.
Dengan berkembangnya zaman maka kebutuhan manusia semakin bertambah
sehingga hasil produksi berupa hasil bumi maupun industri semakin berkembang
sehingga dibutuhkan tempat pemasaran maupun pemindahan barang ke tempat lain.
Dengan demikian diperlukanlah sarana dan prasarana pengangkutan yang lebih
memadai. Kapal yang awalnya sederhana dan kecil, dengan berkembangnya
kemajuan teknologi maka kapal semakin lama semakin besar dan canggih. Bahkan
sekarang banyak kapal-kapal khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan
pengangkutan, seperti kapal barang umum (general cargo ship), kapal barang curah,
kapal tanker, kapal peti emas, kapal pengangkut gas alam cair (LNG tanker), kapal
penumpang, kapal ferry, kapal ikan, kapal keruk, kapal perang, dan lain sebagainya.
Dengan berkembangnya prasarana tersebut, seiring waktu berjalan pula pelabuhan
sebagai sarana juga harus ikut berkembang. Dengan kata lain, pelabuhan tidak perlu
lagi harus berada pada tempat tertentu saja agar terhindar dari gangguan gelombang,
tetapi bisa berada di area yang sangat luas seperti laut terbuka dengan mengandalkan
ilmu dan teknologi yang maju untuk membuat pemecah gelombang sendiri. Jika
kapal sebagai sarana dapat dibuat khusus sesuai fungsinya masing-masing, maka
pelabuhan sebagai prasarana juga harus dibuat khusus sesuai fungsinya masing-
masing sehingga dapat menyediakan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan.

1.2 Arti Penting Pelabuhan

Indonesia sebagai negara kepulauan/maritim, peranan pelayaran adalah sangat


penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, pertahanan/keamanan, dan
sebagainya. Bidang kegiatan pelayaran sangat luas yang meliputi angkutan
penumpang dan barang, penjagaan pantai, hidrografi, dan masih banyak lagi lainnya.
Bidang kegiatan pelayaran dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu pelayaran niaga
yang merupakan usaha pengangkutan barang, terutama barang dagangan, melalui
laut antar pulau atau pelabuhan, dan bukan niaga yang meliputi kapal patrol, survei
kelautan, dan lain sebagainya.
Kapal sebagai sarana pelayaran memiliki peranan penting dalam sistem
perekonomian. Beberapa barang impor, ekspor dan muatan dengan kapasitas besar
diangkut dengan kapal laut, walaupun diantaranya pengangkutan dilakukan
menggunakan fasilitas angkutan lain seperti angkutan darat dan laut. Karena fasilitas
angkutan laut seperti kapal memiliki kapasitas yang sangat besar, maka fasilitas
angkutan laut lebih dominan digunakan sebagai kegiatan pengangkutan
dibandingkan menggunakan fasilitas angkutan lain. Sebagai salah satu contoh yaitu
pengangkutan barang yang mencakup volume yang sangat banyak untuk dikirimkan
ke suatu daerah, apabila menggunakan fasilitas angkutan darat, maka diperlukan truk
atau mobil pengangkut dalam jumlah yang banyak juga. Dengan demikian, fasilitas
angkutan laut sangat efektif dalam mengatasi hal tersebut sehingga muatan dalam
jumlah besar dapat dikirim dalam waktu yang lebih singkat, tenaga kerja lebih sedikit
dan biaya juga lebih murah.
Untuk mendukung sarana angkutan laut tersebut, maka muncullah prasarana
berupa pelabuhan. Pelabuhan merupakan tempat pemberhentian atau terminal bagi
kapal setelah melakukan kegiatan berlayar. Di pelabuhan banyak sekali kegiatan
yang terjadi, mulai dari menaik-turunkan barang, pengisian bahan bakar dan air
tawar, melakukan reparasi, mengadakan pembekalan, dan lain-lainnya. Agar
pelabuhan dapat melakukan kegiatan tersebut, maka diperlukan berbagai fasilitas
seperti pemecah gelombang, dermaga, peralatan bongkar muat barang, gudang-
gudang, halaman untuk menimbun barang, perkantoran baik untuk pengelola
pelabuhan maupun untuk maskapai pelayaran, ruang tunggu bagi penumpang,
perlengkapan pengisian bahan bakar penyediaan air bersih, dan lain-lainnya.

1.3 Definisi Pelabuhan

Terdapat 2 (dua) dalam istilah pengertian pelabuhan yaitu Bandar dan


pelabuhan. Kedua istilah tersebut terkadang sering dianggap sama oleh kebanyakan
orang, padahal kenyataanya memiliki pengertian masing-masing yang berbeda.
Bandar (harbour), adalah perairan yang terlindung, tempat kapal-kapal
berlindung dengan aman (dari gangguan alam) dengan membuang sauh atau
mengikat dengan pelampung. Bandar memiliki tempat atau area perairan dimana
terdapat bangunan-bangunan yang diperlukan pembentukannya, perlindungan dan
perawatan, seperti pemecah gelombang, jetty, dan lainnya yang merupak tempat
bersinggahnya kapal untuk berlindung, mengisi bahan bakar, reparasi dan lain
sebagainya.
Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang,
yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat
bertambat untuk bongkar muat barang, kran‐kran (crane) untuk bongkar muat barang,
gudang laut (transito) dan tempat‐tempat penyimpanan dimana kapal membongkar
muatannya, dan gudang‐gudang dimana barang‐barang dapat disimpan dalam waktu
yang lebih lama selama menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan.
Terminal ini dilengkapi dengan jalan kereta api dan/atau jalan raya.
Dari 2 (dua) uraian tersebut dapat dipahami bahwa pelabuhan merupakan
bandar yang dilengkapi dengan bangunan-bangunan untuk pelayanan muatan dan
penumpang untuk pelayanan muatan dan penumpang seperti dermaga, tambatan,
dengan segala perlengkapannya. Jadi suatu pelabuhan dapat dikatakan pula suatu
suatu bandar, akan tetapi suatu bandar belum tentu dapat dikatakan sebagai
pelabuhan.
Karena faktanya sebuah kapal yang berlayar juga memiliki kepentingan
Melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang, maka nama
pelabuhan lebih tepat daripada bandar.

1.4 Pelabuhan Di Indonesia

Peranan transportasi laut bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan


yang memiliki 17.508 pulau, sejak dahulu kala sangat penting artinya. Sejarah
mencatat kerajaan besar seperti Sriwijaya dan Majapahit tumbuh dan jaya karena
didukung oleh armadanya yang kuat. Negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau
dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi dimana potensi sumber daya
alam dan sumber daya manusianya tersebar disege nap wilayahnya, dimana
perwujudan wawasan nusantara merupakan komitmen nasional, sehingga angkutan
laut mempunyai peran yang penting bagi kegiatan sosial ekonomi. Persatuan
Indonesia dan kesatuan ekonomi Negara kepulauan ini hanya dapat dipertahankan
dan dilestarikan oleh transportasi yang terintegrasi, regular, handal, efi sien dan
terjangkau. Tanpa itu kita membiarkan Indonesia hanya sebagai kumpulan pulau-
pulau yang dipisahkan secara geografi s oleh beragam etnik dan suku bangsa.
Kelancaran arus perhubungan akan mempercepat pencapaian sasaransasaran
pembangunan serta memperkokoh persatuan dan kesatuan Bangsa dalam
meningkatkan ketahanan nasional dan perwujudan Wawasan Nusantara. Maka untuk
itu pemerintah melalui pembangunan Lima Tahun I sampai sekarang telah, sedang
dan akan melakukan rehabilitasi dan membangun sarana dan prasarana perhubungan
yaitu antara lain mengadakan modernisasi dibidang pengangkutan laut seperti
dioperasikannya kapalkapal kontainer dengan fasilitas-fasilitas lainnya yang serba
modern. Dengan demikian dapat diharapkan biaya jasa perhubungan dapat diperkecil
karena peningkatan efi siensi serta keselamatan dapat lebih terjamin. Disamping itu
untuk lebih menyeragamkan sistem fungsi pelayanan di pelabuhan, maka pemerintah
pada tahun 1984 memperkenalkan sistem empat pintu gerbang (four gateway ports
system) yaitu Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), Belawan (Medan),
dan Makasar (Ujung Pandang).
Dengan Sistem ini dimaksudkan disamping untuk mengefi siensikan bongkar
muat di pelabuhan juga dapat digunakan sebagai standar perencanaan dalam
mendesain pelabuhan sehingga dapat dihindarkan adanya suatu investasi yang terlalu
besar atau terlalu kecil atau fasilitas-fasilitas yang dibangun sesuai dengan fungsi
pelabuhan tersebut. Disamping itu untuk menghapuskan mekanisme cara
pemeriksaan barang dan pelayanan yang birokratis dan berbelit-belit yang selama ini
berlangsung di pelabuhan baik oleh bea cukai maupun instansi lainnya yang
mengakibatkan harga barangbarang menjadi tinggi. Pemerintah melalui Inpres No.
IV Tahun 1985 dengan segala macam peraturan pelaksanaanya mengatur kembali
kebijaksanaan tata laksana operasional pelabuhan untuk kelancaran arus lalulintas
barang antar pulau, ekspor dan impor guna menunjang peningkatan kegiatan
ekonomi pada umumnya dan peningkatan ekspor komoditi non migas pada
khususnya. Apalagi sekarang ini dalam kondisi krisis ekonomi serta dalam era
reformasi, maka mau tidak mau segala bentuk kegiatan yang menghambat, yang
membuat biaya tinggi harus dihapuskan atau direformasi.
Sejalan dengan peningkatan kegiatan-kegiatan ekonomi menyebabkan
pembangunan fasilitas pelabuhan juga meningkat dengan sangat cepat. Dengan
pesatnya pembangunan fasilitas pelabuhan seperti dermaga, pemecah gelombang dan
perancangan bangunan pantai untuk pelabuhan. dan fasilitas-fasilitas lainnya dengan
menggunakan teknologi yang serba modern, maka hal ini menjadi tantangan bagi
para perencana pelabuhan.
Sesuai dengan kondisi jenis/ukuran kapal yang singgah di pelabuhan dan
Tingkat perkembangan daerah yang tidak sama, maka Pemerintah telah melakukan
kebijakan dalam pengembangan jaringan sistem pelayanan angkutan laut dan
kepelabuhan yang didasarkan pada four gateway ports system. Dalam hal tersebut,
maka dikenal adanya pergolongan pelabuhan sebagai berikut :
1. Gate Way Port (Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan, Ujung Pandang)
2. Regional Colletion Port (Teluk Bayur, Palembang, Balikpapan, Dumai, Lembar,
Pontianak, Cirebon, Panjang, Ambon, Kendari, Lhok Seumawe, Sorong, Bitung,
Semarang)
3. Trunk Port: Kategori I (Banjaramasin, Samarinda, Meneng, Cilacap, Tarakan,
Donggala, Tenau, Ternate, Krueng Raya, Sibolga, Jayapura, Gorontalo,
Bengkulu, Batam) dan II (Kuala Langsa, Sampit, Benoa, Pakanbaru, Jambi, Pare‐
pare, Sintete, Biak,Merauke, Toli‐toli, Kalianget)
4. Feeder Port: pelabuhan kecil dan perintis yang jumlahnya lebih dari 250 buah di
seluruh Indonesia, melayani pelayaran di daerah terpencil dan untuk membuka
kegiatan ekonomi daerah terpencil

1.5 Macam Pelabuhan

Pelabuhan dapat dibedakan beberapa macam tergantung sudut tinjauannya,


antara lain ialah dari segi penyelenggaraan, pengusahaannya, fungsinya dalam
perdagangan nasional dan internasional, kegunaannya, serta letak georgrafisnya.

1.5.1 Segi Penyelenggaraan


1. Pelabuhan umum
Pelabuhan Umum diselenggarakan oleh Pemerintah melalui suatu Badan
Usaha dengan tujuan kepentingan pelayanan masyarakat umum.
2. Pelabuhan khusus
Pelabuhan Khusus untuk kepentingan sendiri menunjang kegiatan tertentu
Contoh pelabuhan khusus : Pelabuhan LNG Arun di Aceh, Pelabuhan Pabrik
Alumunium Asahan di Kuala Tanjung Sumatera Utara.

1.5.2 Segi Pengusahaan


1. Pelabuhan yang diusahakan
Pelabuhan ini sengaja diusahakan untuk memberikan fasilitas-fasilitas yang
diperlukan oleh kapal yang memasuki pelabuhan untuk melakukan kegiatan
bongkar muat barang, menaik-turunkan penumpang serta kegiatan lainnya.
2. Pelabuhan yang tidak diusahakan
Pelabuhan ini hanya merupakan tempat singgahan kapal/perahu, tanpa
Adanya fasilitas bongkar-muat, bea cukai, dan lain sebagainya.

1.5.3 Segi Fungsinya Dalam Perdagangan Nasional dan Internasional


1. Pelabuhan laut
Pelabuhan laut ini biasanya bebas dimasuki kapal-kapal berbendera asing.
2. Pelabuhan pantai
Pelabuhan yang hanya disediakan untuk perdagangan Dalam Negeri dan
tidak bebas bagi kapal asing.

1.5.4 Segi Kegunaan


1. Pelabuhan ikan
Fasilitas yang ada meliputi : Tempat pelelangan ikan, penyediaan air tawar,
persediaan bahan bakar minyak, pabrik es, reparasi kapal, rambu suar, tempat
penjemuran ikan, perawatan jaring.
2. Pelabuhan minyak
Ciri-cirinya ialah letaknya yang jauh dari keperluan umum, tidak memerlukan
dermaga atau pangkalan penahan muatan vertikal yang besar, terdapat jembatan
perancah atau tambatan yang dibuat menjorok ke laut untuk mendapatkan
kedalaman yang lebih besar, bongkar muat dilakukan dengan pipa –pipa atau
pompa –pompa.
3. Pelabuhan barang
Memiliki ciri-ciri yaitu dilengkapi fasilitas bongkar muat barang, daerah perairan
pelabuhan cukup tenang untuk melakukan bongkar muat barang, dermaga harus
panjang / setidaknya menampung 80% panjang kapal, mempunyai halaman
dermaga yang cukup lebar untuk keperluan bongkar muat barang, mempunyai
gudang transito/penyimpanan dibelakang halaman dermaga, tersedia jalan untuk
lalu lintas barang.
4. Pelabuhan penumpang
Ciri-cirinya ialah dilengkapi dengan stasiun penumpang, terdapat kantor
imigrasi, duane, maskapai pelayaran, keamanan, direksi pelabuhan, gudang
barang tidak terlalu besar.
5. Pelabuhan campuran
Ciri-cirnya ialah pencampuran pemakaian terbatas untuk penumpang dan barang,
untuk keperluan minyak dan ikan biasanya terpisah, pada dermaga dan jembatan
diletakkan pipa-pipa untuk mengalirkan minyak.
6. Pelabuhan militer
Memiliki ciri-ciri yaitu mempunyai daerah yang cukup luas untuk
memungkinkan gerakan cepat kapal-kapal perang, memiliki konstruksi tambatan
maupun dermaga yang mirip dengan pelabuhan barang, posisi bangunan-
bangunan harus dipisah-pisah yang letaknya agak berjauhan.

1.5.5 Segi Geografis


1. Pelabuhan alam
Pelabuhan alam merupakan daerah perairan yang terlindungi dari badai dan
gelombang secara alam, misalnya oleh suatu pulau, jazirah, atau terletak di teluk,
estuari dan muara sungai.
Contoh : Pelabuhan Cilacap, Pelabuhan Palembang, Belawan, Pontianak, New
York, San Francisco, London, dan lain sebagainya yang terletak di muara sungai.
2. Pelabuhan buatan
Pelabuhan buatan merupakan suatu daerah yang dilindungi dari pengaruh
gelombang dengan membuat bangunan pemecah gelombang (breakwater).
Contoh : Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Mas, dan lain sebagainya.
3. Pelabuhan semi alam
Pelabuhan semi alam merupakan kombinasi dari pelabuhan alam dan buatan.
Contoh : Pelabuhan Bengkulu
1.6 Kapal

1.6.1 Beberapa Definisi


Ada beberapa definisi dalam kapal dan menggunakan istilah bahasa asing,
mengingat dalam praktek di lapangannya masih banyak digunakan. Beberapa istilah
ini antara lain sebagai berikut :
1. Displacement Tonnage (DPL) atau Ukuran Isi Tolak ialah suatu volume air yang
dipindahkan oleh kapal dan juga sama dengan berat kapal. Ukuran Isi Tolak
Kapal yang bermuatan penuh dikatakan sebagai Displacement Tonnage Loaded,
ialah berat maksimum suatu kapal. Untuk Ukuran Isi Tolak dalam keadaan
kosong atau berat kapal tanpa muatan disebut juga dengan Displacement Tonnage
Light.
2. Deadweight Tonnage (DWT) atau Bobot Mati ialah berat total muatan di mana
kapal dapat mengangkut dalam keadaan pelayaran optimal atau draft maksimum,
atau bisa dikatakan selisih antara Displacement Tonnage Loaded dengan
Displacement Tonnage Light.
3. Gross Register Tons (GRT) atau Ukuran Isi Kotor merupakan volume
keseluruhan suatu ruangan kapal.
4. Netto Register Tons (NTR) atau Ukuran Isi Bersih merupakan merupakan suatu
ruangan yang disediakan untuk muatan dan penumpang yang besarnya kurang
lebih sama dengan GRT yang dikurangi beberapa ruangan, seperti ruangan
nahkoda dan anak buah kapal, ruang mesin, gang, kamar mandi dapur, dan ruang
peta.
5. Draft atau Sarat ialah bagian dari kapal yang terendam dalam air pada keadaan
muatan maksimu atau dengan jarak antara garis air pada beban yang
direncanakan (designed load water line) dengan titik terendah kapal.
6. Length Overall (Loa) atau Panjang Total ialah panjang suatu kapal yang dihitung
dari ujung depan (haluan) sampai ujung belakang (buritan).
7. Length Between Perpendiculars (Lpp) atau Panjang Garis Air ialah panjang
antara kedua ujung designed load water line.
8. Beam atau Lebar Kapal merupakan jarak maksimum antara dua sisi kapal.
1.6.2 Jenis Kapal
Tipe kapal sangat berpengaruh dalam suatu perencanaan suatu pelabuhan karena
berhubungan dengan tipe pelabuhan apa yang akan digunakan. Berikut beberapa
penjelasan tipe kapal sebagai berikut :
1. Kapal Penumpang
Kapal penumpang sangat berperan besar di Indonesia karena memiliki kepulauan
dan taraf hidup penduduknya yang relatif masih rendah, serta jarak antar pulau-
pulau yang relatif dekat. Di Negara maju, kapal-kapal besar menjadi semakin
jarang karena untuk menempuh jarak yang jauh kebanyakan orang menggunakan
angkutan penumpang udara.
2. Kapal Barang
Kapal barang ialah kapal yang dibuat secara khusus untuk mengangkut barang
yang biasanya memiliki ukuran lebih besar dibandingkan kapal penumpang. Bila
membicarakan kapal barang, ada 2 (dua) cara dalam bongkar muat barang, yaitu
secara vertikal dan horizontal. Kapal barang memiliki beberapa macam sesuai
dengan barang yang diangkut, antara lain :
a. Kapal Barang Umum (general cargo ship), kapal yang digunakan untuk
mengangkut muatan umum (general cargo) yang terdiri dari bermacam-
macam barang yang dibungkus dalam peti oleh banyak pengirim untuk
banyak penerima di beberapa pelabuhan tujuan.
b. Kapal Peti Kemas, memiliki beberapa jenis diantara lainnya :
 Full counter ship, yaitu kapal yang dibuat khusus untuk mengangkut peti
kemas, dengan kata lain ruang-ruang kapal secara garis besar hanya
dibuat untuk muatan peti kemas.
 Partial container ship, yaitu kapal yang sebagian ruang hanya untuk
muatan peti kemas dan sebagiannya lagi untuk muatan konvensional.
 Convertible container ship, yaitu kapal yang sebagian atau keseluruhan
ruangan dapat digunakan untuk memuat peti kemas atau muatan lainnya.
 Ship with limited container carrying ability, yaitu kapal yang mengangkut
peri kemas namun hanya dalam jumlah terbatas.
 Ship without special container stowing or handling device, yaitu kapal
yang juga mengangkut peti kemas namun tidak memiliki alat bongkar
muat dan alat pemadatan (stowing).
c. Kapal Barang Curah (bulk cargo ship), merupakan kapal yang fungsinya
mengangkut berupa muatan curah yang dibawa oleh banyak kapal sekaligus,
yang biasa isi muatannya berupa beras, gandum, batu bara, bijih besi, dan lain
sebagainya.
d. Kapal Tanker, merupakan kapal yang memiliki fungsi untuk mengangkut
minyak dan memiliki ukuran yang sangat besar yang beberapa ruangannya
dibagi menjadi beberapa kompartemen atau bagian ruangan berupa tangki.
e. Kapal Khusus, merupakan kapal yang dibuat secara khusus hanya untuk
mengangkut barang-barang tertentu seperti daging dalam kondisi beku, kapal
pengangkut gas alam cair, (liquefied natural gas, LNG) dan lain sebagainya.
f. Kapal Ikan, merupakan kapal yang biasa digunakan untuk menangkap ikan
memiliki ukuran tergantung dari kebutuhan kapal ikan yang diperlukan.
Berikut tabel dimensi kapal sesuai bobot kapal.

1.6.3 Karakteristik Kapal


Dalam suatu perencanaan pembangunan suatu pelabuhan, maka hal yang harus
ditinjau ialah memperhatikan jenis dan karakteristik kapal yang akan berlabuh.
Berikut beberapa karaktersitik kapal dapat dilihat berupa tabel dibawah ini.
Tabel Karakteristik Kapal
Tabel Dimensi Kapal Pada Pelabuhan
Tabel Karakteristik Kapal (Arcelor Group, 2005)
Karakteristik Kapal (Kapal Barang Umum)

Karakteristik Kapal (Kapal Peti Kemas)


Karakteristik Kapal ( Kapal Ferry dan Kapal Ro-Ro)
Karakteristik Kapal (Kapal Tanker Minyak)

Karakteristik Kapal (Kapal LNG dan Kapal LPG)


II. BEBERAPA TINJAUAN DALAM PERENCANAAN PELABUHAN

2.1 Pendahuluan

Perhitungan dan pertimbangan dalam merencanakan pembangunan suatu pelabuhan


sangat diperlukan mengingat pembangunan pelabuhan menggunakan biaya yang sangat
besar. Selain itu keputusan yang dilandaskan oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi,
politk dan teknis juga perlu diperhatikan. Dasar-dasar pertimbangan di atas saling
berhubungan, namun yang paling menentukan ialah pertimbangan ekonomi.
Ada beberapa faktor lain yang jadi perhatian dalam pembangunan suatu pelabuhan
yaitu kebutuhan terhadap pelabuhan dan pertimbangan eknomi, volume perdagangan
melalui laut, dan adanya hubungan dengan daerah pedalaman baik melalui darat maupun
air.
Adapun beberapa kebutuhan akan pelabuhan dalam memenuhi beberapa hal antara
lain sebagai berikut :
a. Pembangunan pelabuhan yang berlandasan atas pertimbangan politik sebagai salah
satu contoh pelabuhan militer.
b. Pembangunan pelabuhan yang berlandasan atas keperluan untuk meningkatkan
kegiatan ekonomi di daerah belakangnya untuk menunjang kelancaran perdagangan
antar pulau maupun Negara.
c. Pembangunan pelabuhan untuk mendukung produksi suatu perusahaan/pabrik,
melayani pemasaran/pengiriman hasil produksi ataupun mendatangkan bahan baku
pabrik tersebut.
Biasanya tahap awal dalam membangun suatu pelabuhan ialah dengan melakukan
survei dan studi untuk mengetahui volume perdagangan baik pada saat pembangunan
maupun di masa mendatang yang dapat diantisipasi dari daerah sekitarnya. Kondisi
dimana ketersediaan suatu hubungan dengan daerah pedalaman merupakan pendukung
utama di dalam menentukan lokasi pelabuhan.
Setelah beberapa studi dilakukan, untuk selanjutnya dilakukan penerapan lain seperti
penetapan lokasi secara umum pelabuhan, fungsi utama pelabuhan, serta jenis dan
volume barang yang akan digunakan. Beberapa penyelidikan yang dilakukan ialah
survey hidrografi dan topografi, penyelidikan tanah di rencana lokasi pemecah
gelombang, dermaga, dan bangunan-bangunan pelabuhan lainnya.

2.2 Persyaratan dan Perlengkapan Pelabuhan

Kegiatan di pelabuhan sangat mempengaruhi banyak faktor yang sangat


menguntungkan, beberapa diantaranya ialah apabila banyak sedikitnya barang dan
penumpang yang diangkut, waktu pelayaran kapal, waktu singgah dipelabuhan, dan lain
sebagainya dapat mempengaruhi keuntungan suatu perusahaan. Selain itu juga faktor
waktu keberadaan kapal dipelabuhan juga diperhatikan agar pembayaran biaya jasa
seperti biaya pandu, tunda, labuh, tambat, dermaga dan lain sebagainya bisa
diperhitungkan. Maka dari itu ada beberapa pelayanan yang baik dan cepat dengan
beberapa persyaratan sebagai berikut :
1. Adanya hubungan yang mudah antara transportasi air dan darat.
2. Lokasi pelabuhan yang ber lokasi di daerah yang subur dengan populasi penduduk
yang cukup banyak.
3. Pelabuhan harus memiliki kedalaman air dan lebar alur yang cukup.
4. Kapal yang mencapai pelabuhan selama masa menunggu harus bisa membuang sauh.
5. Memiliki beberapa fasilitas seperti bongkar muat barang dan gudang penyimpanan
barang.
6. Harus memiliki fasilitas berupa reparasi kapal.
Untuk mendukung persyaratan tersebut, pelabuhan harus memiliki bangunan-
bangunan sebagai berikut :
1. Pemecah gelombang, yang berfungsi untuk melindungi daerah perairan pelabuhan
dari gangguan gelombang.
2. Alur pelayaran, yang berfungsi untuk mengarahkan kapal-kapal yang akan
keluar/masuk ke pelabuhan.
3. Kolam pelabuhan, yang merupakan daerah perairan di mana kapal berlabuh untuk
melakukan bongkar muat, melakukan gerakan untuk memutar dan lain sebagainya.
4. Dermaga, ialah bangunan yang digunakan untuk merapatkan kapal dan
menambatkannya pada waktu bongkar muat barang.
5. Alat penambat, digunakan untuk menambatkan kapal pada waktu merapatkan di
dermaga maupun menunggu di perairan sebelum merapat ke dermaga.
6. Gudang lini I dan lapangan penumpukan terbuka, yang terletak di belakang dermaga,
yang berfungsi sebagai penyimpanan barang-barang yang harus menunggu
pengapalan atau yang dibongkar dari kapal sebelum dikirim ke tempat tujuan.
7. Gedung terminal untuk keperluan administrasi.
8. Fasilitas bahan bakar untuk kapal.
9. Fasilitas pandu kapal, kapal tunda dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk
membawa membawa keluar/masuk kapal di pelabuhan.
10. Peralatan bongkar muat barang untuk mengangkat/memindahkan barang dan lain
sebagainya.
11. Fasilitas lain untuk keperluan penumpang, anak buah kapal, dan muatan kapal
lainnya,

2.3 Pemilihan Lokasi Pelabuhan

Pemilihan lokasi rencana pelabuhan dapat dilakukan dengan melihat beberapa faktor
kondisi, antara lain sebagai berikut :
1) Aksesibilitas, merupakan kondisi dimana memperhatikan sekitar seperti jaringan
jalan atau saluran transportasi air, kondisi jalan yang baik dan juga hal lainnya.
2) Daerah pengaruh, merupakan kondisi dimana memperhatikan aspek daerah
penduduk yang subur atau padat dan dekat dengan kota besar sekitarnya.
3) Ketersediaan lahan, dengan memperhatikan hal ini maka akan memudahkan dalam
menampung fasilitas-fasilitas pendukung pelabuhan yang terjangkau.
4) Hidrooseanografi, dengan memperhatikan aspek terhadap serangan gelombang dan
terhindar dari sedimentasi.
5) Fasilitas pendukung, seperti air bersih, listrik dan komunikasi.

2.4 Tinjauan Hidro-oseanografi Terhadap Bentuk Pelabuhan

Kondisi hidro-oseanografi sangat penting di dalam menentukan tata letak suatu


pelabuhan, karebna itu yang harus ditinjau meliputi gelombang, arus, sedimentasi dan
pengaruhnya terhadap gerak kapal yang masuk ke pelabuhan. Ada beberapa tinjauan
dalam menentukan tata letak pelabuhan antara lain sebagai berikut :

2.4.1 Tinjauan Pelayaran


Dalam tinjauan ini ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, dimulai dari
faktor alam seperti angin, gelombang dan arus yang dapat menimbulkan gaya-gaya
yang bekerja pada badan kapal agar diharapkan kapal-kapal yang berada di daerah
pelabuhan tidak mengalami dorongan arus pada arah tegak lurus kapal.

2.4.2 Tinjauan Gelombang


Jika membicarakan gelombang, maka dalam perencanaan pelabuhan faktor ini
sangat penting diperhatikan agar pelabuhan mendapatkan kondisi yang tenang tanpa
gangguan gelombang yang besar dengan merencanakan mulut pelabuhan agar
gelombang tidak langsung masuk ke perairan pelabuhan.

2.4.3 Tinjauan Sedimentasi


Sedimentasi juga merukapakan salah satu masalah serius yang harus diperhatikan
dalam merencanakan pelabuhan, dimana salah satu hal yang dapat dilakukan ialah
pengerukan baik pada waktu membangun maupun selama perawatan untuk
mendapatkan kedalaman yang cukup bagi pelayaran di daerah peraiaran pelabuhan,
walaupun akan memerlukan biaya yang cukup besar.

2.4.4 Penentuan Tata Letak Pemecah Gelombang


Telah disampaikan sebelumnya bahwa arah gelombang dan angin yang dominan
sangat menentukan tata letak pelabuhan. Oleh karena itu dalam tinjauan ini
diharapkan bahwa kapal-kapal yang masuk ke mulut pelabuhan tidak menerima
serangan gelombang dan angin yang sangat besar pada bagian sisi kapal yang dapat
membahayakan pergerakan kapal.
2.5 Tata Letak Fasilitas Pelabuhan

Penentuan tata letak fasilitas pelabuhan tergantung dari beberapa faktor diantaranya
adalah angina, gelombang, arus, kondisi geografis, jumlah dan ukuran kapal yang akan
digunakan di pelabuhan, dan penggunaan kapal tunda untuk membantu gerak kapal.
Pelabuhan yang direncanakan harus seefektif dan seefisien mungkin sehingga biaya
pembangunan seminimal mungkin, namun masih memungkinkan untuk mengoperasikan
kapal dengan mudah dan aman.

2.6 Mulut Pelabuhan

Pemecah gelombang digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan


terhadap gangguan gelombang. Kapal masuk/keluar dari pelabuhan melalui mulut
pelabuhan. Oleh karena itu tata letak dan lebar mulut pelabuhan harus direncanakan
dengan cermat yang memungkinkan kapal dapat masuk/keluar pelabuhan dengan mudah
dan aman. Selain itu perlu diperhatikan juga dalam mengukur tingkat ketinggian
gelombang yang masuk ke pelabuhan agar tidak terganggu oleh gelombang yang
berbahaya. Berikut adalah ringkasan rumus dalam perhitungan tinggi gelombang sebagai
berikut :

Anda mungkin juga menyukai