Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
Rio Haekal Offari
NIM. 2009026057
(ALIH JENJANG)
PROGRAM STUDI S1
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Pada awalnya, pelabuhan merupakan suatu tepian yang terdiri dari kapal-kapal
dan perahu-perahu yang hanya dapat merapat dan membuang jangkar untuk
melakukan bongkar muat barang, menaik-turunkan penumpang, dan kegiatan
lainnya. Untuk melakukan kegiatan tersebut maka pelabuhan harus tenang terhadap
gangguan gelombang, sehingga pada waktu itu pelabuhan hanya berada pada tepi
sungai, teluk atau pantai yang bisa dikatakan terlindungi dari gangguan gelombang.
Dengan berkembangnya zaman maka kebutuhan manusia semakin bertambah
sehingga hasil produksi berupa hasil bumi maupun industri semakin berkembang
sehingga dibutuhkan tempat pemasaran maupun pemindahan barang ke tempat lain.
Dengan demikian diperlukanlah sarana dan prasarana pengangkutan yang lebih
memadai. Kapal yang awalnya sederhana dan kecil, dengan berkembangnya
kemajuan teknologi maka kapal semakin lama semakin besar dan canggih. Bahkan
sekarang banyak kapal-kapal khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan
pengangkutan, seperti kapal barang umum (general cargo ship), kapal barang curah,
kapal tanker, kapal peti emas, kapal pengangkut gas alam cair (LNG tanker), kapal
penumpang, kapal ferry, kapal ikan, kapal keruk, kapal perang, dan lain sebagainya.
Dengan berkembangnya prasarana tersebut, seiring waktu berjalan pula pelabuhan
sebagai sarana juga harus ikut berkembang. Dengan kata lain, pelabuhan tidak perlu
lagi harus berada pada tempat tertentu saja agar terhindar dari gangguan gelombang,
tetapi bisa berada di area yang sangat luas seperti laut terbuka dengan mengandalkan
ilmu dan teknologi yang maju untuk membuat pemecah gelombang sendiri. Jika
kapal sebagai sarana dapat dibuat khusus sesuai fungsinya masing-masing, maka
pelabuhan sebagai prasarana juga harus dibuat khusus sesuai fungsinya masing-
masing sehingga dapat menyediakan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan.
2. Pelabuhan minyak
Ciri-cirinya ialah letaknya yang jauh dari keperluan umum, tidak memerlukan
dermaga atau pangkalan penahan muatan vertikal yang besar, terdapat jembatan
perancah atau tambatan yang dibuat menjorok ke laut untuk mendapatkan
kedalaman yang lebih besar, bongkar muat dilakukan dengan pipa –pipa atau
pompa –pompa. Kapal tangker ukuran besar yang ditambatkan pada sarana
tambat yang spesifik yaitu SPM (Single Point Mooring) merupakan tambatan
berupa pelampung yang bertempat di lepas pantai, berfungsi sebagai sarana
bongkar muat juga.
3. Pelabuhan barang
Memiliki ciri-ciri yaitu dilengkapi fasilitas bongkar muat barang, daerah perairan
pelabuhan cukup tenang untuk melakukan bongkar muat barang, dermaga harus
panjang / setidaknya menampung 80% panjang kapal, mempunyai halaman
dermaga yang cukup lebar untuk keperluan bongkar muat barang, mempunyai
gudang transito/penyimpanan dibelakang halaman dermaga, tersedia jalan untuk
lalu lintas barang.
Gambar 1.5. Terminal barang umum Pelabuhan Tanjung Priok
Gambar 1.6. Terminal peti kemas Pelabuhan Tanjung Priok
Gambar 1.7. Terminal barang curah padat
4. Pelabuhan penumpang
Ciri-cirinya ialah dilengkapi dengan stasiun penumpang, terdapat kantor
imigrasi, duane, maskapai pelayaran, keamanan, direksi pelabuhan, gudang
barang tidak terlalu besar.
Gambar 1.8. Pelabuhan penumpang di Ambon
5. Pelabuhan campuran
Ciri-cirnya ialah pencampuran pemakaian terbatas untuk penumpang dan barang,
untuk keperluan minyak dan ikan biasanya terpisah, pada dermaga dan jembatan
diletakkan pipa-pipa untuk mengalirkan minyak.
6. Pelabuhan militer
Memiliki ciri-ciri yaitu mempunyai daerah yang cukup luas untuk
memungkinkan gerakan cepat kapal-kapal perang, memiliki konstruksi tambatan
maupun dermaga yang mirip dengan pelabuhan barang, posisi bangunan-
bangunan harus dipisah-pisah yang letaknya agak berjauhan.
c. Kapal Barang Curah (bulk cargo ship), merupakan kapal yang fungsinya
mengangkut berupa muatan curah yang dibawa oleh banyak kapal sekaligus,
yang biasa isi muatannya berupa beras, gandum, batu bara, bijih besi, dan lain
sebagainya.
Gambar 1.16. Kapal barang curah berupa tongkang yang sedang memuat batu bara
d. Kapal Tanker, merupakan kapal yang memiliki fungsi untuk mengangkut
minyak dan memiliki ukuran yang sangat besar yang beberapa ruangannya
dibagi menjadi beberapa kompartemen atau bagian ruangan berupa tangki.
e. Kapal Khusus, merupakan kapal yang dibuat secara khusus hanya untuk
mengangkut barang-barang tertentu seperti daging dalam kondisi beku, kapal
pengangkut gas alam cair, (liquefied natural gas, LNG) dan lain sebagainya.
2.1 Pendahuluan
Pemilihan lokasi rencana pelabuhan dapat dilakukan dengan melihat beberapa faktor
kondisi, antara lain sebagai berikut :
1) Aksesibilitas, merupakan kondisi dimana memperhatikan sekitar seperti jaringan
jalan atau saluran transportasi air, kondisi jalan yang baik dan juga hal lainnya.
2) Daerah pengaruh, merupakan kondisi dimana memperhatikan aspek daerah
penduduk yang subur atau padat dan dekat dengan kota besar sekitarnya.
3) Ketersediaan lahan, dengan memperhatikan hal ini maka akan memudahkan dalam
menampung fasilitas-fasilitas pendukung pelabuhan yang terjangkau.
4) Hidrooseanografi, dengan memperhatikan aspek terhadap serangan gelombang dan
terhindar dari sedimentasi.
5) Fasilitas pendukung, seperti air bersih, listrik dan komunikasi.
Penjelasan tentang Gambar 2.3 (a) dan (b). Pada Gambar 2.3 (a) menunjukan
mulut pelabuhan tidak menghadap ke arah dating gelombang, sehingga gelombang
tidak langsung masuk ke perairan pelabuhan. Sedangkan Gambar 2.3 (b) mulut
pelabuhan menghadap arah mendatang gelombang.
Penentuan tata letak fasilitas pelabuhan tergantung dari beberapa faktor diantaranya
adalah angina, gelombang, arus, kondisi geografis, jumlah dan ukuran kapal yang akan
digunakan di pelabuhan, dan penggunaan kapal tunda untuk membantu gerak kapal.
Pelabuhan yang direncanakan harus seefektif dan seefisien mungkin sehingga biaya
pembangunan seminimal mungkin, namun masih memungkinkan untuk mengoperasikan
kapal dengan mudah dan aman.
Gambar 2.9. Model pelabuhan berdasarkan tata letak fasilitas
2.6 Mulut Pelabuhan
3.1 Gelombang
Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung
pada gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelombang angin yang
dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut, gelombang pasang surut yang
diakibatkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan terhadap
bumi, gelombang tsunami terjadi karena letusan gunung di laut, gelombang yang
dibangkitkan oleh kapal yang bergerak dsb. Di antara beberapa bentuk gelombang
tersebut yang paling penting dalam bidang teknik pantai adalah gelombang pasang
surut dan gelombang angin (Triatmodjo, 1999:11).
Analisa gelombang dalam perencanaan pelabuhan dibutuhkan untuk mengetahui
tinggi gelombang di wilayah perairan pelabuhan, sehingga dapat diputuskan perlu atau
tidaknya sebuah breakwater atau bangunan pelindung pelabuhan.
Dalam gambar tersebut gelombang bergerak dengan cepat rambat C di air dengan
kedalaman d titik Dalam hal ini yang bergerak merambat hanya bentuk profil muka air
nya. tidak seperti dalam aliran air di sungai syair bergerak searah aliran pada gelombang
partikel air bergerak dalam suatu orbit tertentu sehingga tidak bergerak maju ke arah
sumbu x suatu pelampung yang berada di air laut hanya bergerak naik-turun mengikuti
gelombang dan tidak berpindah dalam arah perjalanan dari tempatnya semula. posisi
partikel setiap saat selama gerak orbital sebut diberikan oleh koordinat x horizontal dan
vertikal terhadap pusat orbit komponen kecepatan vertikal pada setiap saat adalah A dan
C dan elevasi muka air terhadap muka air diam sumbu-x di setiap titik adalah η
Persamaan 3.1 menunjukan bahwa fluktuasi muka air adalah periodic terhadap x dan t
dan merupakan gelomabang sinusoidal dan progresif yang menjalar dalam trah sumbu x
posistif.
Gambar 3.1 adalah bentuk gelombang dari persamaan 3.1 untuk empat nilai t
yaitu t = 0 , t1 = T/8 ,t =T/4, t=3T/8. Dengan T adalah periode gelombang kurva 1 2 3
dan 4 adalah bentuk muka air pada keempat nilai tes tersebut gambar tersebut
menunjukkan bahwa sesuai dengan perubahan waktu gelombang menjalar dalam arah
sumbu x dengan cepat rambat c = L/T dengan L adalah panjang gelombang berjalan
tersebut terlihat dari tergesernya puncak gelombang dari kiri ke kanan sesuai dengan
perubahan waktu
=
tanh ...........................................................................................................(3.2)
tanh ..........................................................................................................(3.3)
Dengan k = 2π/L
Jika ke dalaman air dan periode gelombang diketahui maka dengan cara coba
banding literasi akan didapat panjang gelombang l.
1.56T..........................................................................................................(3.4)
= =
1.56 ......................................................................................................(3.5)
e) perpindahan partikel
Koordinat horizontal dan vertikal dari gerak orbit partikel terhadap pusat orbit
diberikan oleh bentuk berikut ini
( )
= −( ) sin (kx-σt) .................................................................................(3.9)
( )
=( ) cos (kx-σt) ..................................................................................(3.10)
Selama perjalanan gelombang dari laut dalam Laut dangkal orbit partikel
mengalami perubahan bentuk seperti yang ditunjukkan dalam gambar 3.3 orbit
perpindahan partikel berbentuk lingkaran pada seluruh kedalaman di laut dalam titik di
laut transisi dan dangkal lintasan partikel berbentuk elips. semakin kedalaman bentuk
elips semakin pipih dan di dasar gerak partikel adalah horizontal.
Gambar 2.14 Gerak orbit partikel air di laut dangkal, transisi dan dalam
f) tekanan gelombang
Tekanan yang disebabkan oleh gelombang merupakan gabungan dari Tekanan
hidrostatis dan dinamis yang disebabkan oleh gelombang dan mempunyai bentuk berikut
ini. gambar 3.5 menunjukkan distribusi tekanan tersebut.
( )
=− +( ) cos (kx-σt) ................................................................(3.11)
= (1 + ) = nC..........................................................................................(3.12)
= (1 + )......................................................................................................(3.13)
.............................................................................................................(3.14)
energi potensial gelombang :
=( )
.............................................................................................................(3.15)
= + =( )
...........................................................................................(3.16)
tenaga gelombang :
=
........................................................................................................................(3.17)
Dengan :
= (1 + )
......................................................................................................(3.18)
3.1.2.1 Angin
Angin yang berhembus mengakibatkan permukaan air laut yang mulanya tenang
menjadi timbul riak air atau gelombang kecil. Dengan bertambahnya kecepatan dan
durasi hembusan maka riak tersebut akan menjadi semakin besar kemudian membentuk
gelombang. Sirkulasi udara yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi disebut
angin gerakan udara ini disebabkan oleh perubahan temperatur atmosfer pada waktu
udara dipanasi rapat massanya berkurang yang berakibat pada udara tersebut yang
kemudian diganti oleh udara yang lebih dingin di sekitarnya. perubahan temperatur di
atmosfer disebabkan oleh perbedaan penyerapan panas oleh tanah dan air atau perbedaan
panas di gunung dan lembah atau perubahan yang disebabkan oleh siang dan malam atau
perbedaan suhu pada belahan bumi bagian utara dan selatan karena adanya perbedaan
musim dingin dan panas daratan lebih cepat menerima panas daripada air dan sebaliknya
daratan juga lebih cepat melepaskan panas.
Oleh karena itu pada waktu siang hari daratan lebih panas daripada laut. udara di
atas daratan akan naik dan diganti oleh udara dari laut sehingga terjadi angin laut.
sebaliknya pada waktu malam hari daratan lebih dingin daripada laut udara di laut akan
naik dan diganti oleh udara dari daratan sehingga terjadi angin darat.
Indonesia mengalami angin musim yaitu angin yang berhembus secara mantap
dalam satu arah dalam satu periode dalam satu tahun. pada periode yang lain arah angin
berlawanan dengan angin pada periode sebelumnya. angin musim ini terjadi karena
adanya perbedaan musim dingin dan panas di benua Asia dan Australia. pada bulan
Desember Januari dan Februari belahan bumi bagian utara mengalami musim dingin
sedangkan belahan bumi bagian selatan mengalami musim panas.
Tekanan udara di daratan Asia adalah lebih tinggi dari daratan Australia sehingga
angin berhembus dari Asia menuju Australia. tekanan udara di belahan bumi utara lebih
tinggi dari belahan bumi selatan sehingga angin dari Samudra Pasifik yang basah
berhembus dari timur laut dan karena perputaran bumi di khatulistiwa dibelokkan
menjadi dari arah barat laut di Indonesia angin tersebut dikenal dengan angin musim
barat dengan arah dari barat laut.
Sebaliknya pada bulan Juli Agustus dan September di Australia musim dingin
dan musim panas sehingga angin dari daratan Australia yang kering berhembus dari
Tenggara dan di khatulistiwa. arah angin berubah karena perputaran bumi menjadi dari
arah barat daya menuju timur laut. di Indonesia angin ini dikenal angin musim Timur
sistem tekanan tersebut adalah tetap sehingga angin musim tertiup dengan stabil terutama
di lautan Selatan dan pegunungan yang membujur di pulau- pulau dapat dipengaruhi oleh
angin musim. gambar 3.6 menunjukkan arah angin musim (Anugrah notji,1987 ) dalam
gambar tersebut ditunjukkan pula garis isobar garis dengan tekanan sama.
Gambar 3.6 Arah angin musim
Apabila angin tidak diukur pada elevasi 10 meter, maka kecepatan angin harus
dikonversi pada elevasi tersebut. Untuk memudahkan perhitungan, maka dapat
digunakan persamaan yang sederhana berikut :
10 = ( )(10/7)^1/7……………………………..….............................................(3.20)
b) Data Angin
Data angin yang digunakan untuk peramalan gelombang adalah data angin
dipermukaan laut pada lokasi pembangkitan. Data tersebut diperoleh dari pengukuran
langsung di atas permukaan laut atau pengukuran di darat kemudian di konversi menjadi
data angin di laut. Kecepatan angin di ukur dengan Anemometer, dan biasanya
dinyatakan dengan knot. Satu knot adalah panjang satu menit garis bujur melalui
khatulistiwa yang ditempuh dalam satu jam, atau 1 knot = 1,852 km/jam = 0,5 m/d.
Dengan pencatatan jam-jaman tersebut akan diketahui angin dengan kecepatan tertentu
dan durasinya, keceptan angin maksimum, arah angin, dan dan dapat pula dihitung
kecepatan angin rerata harian.
Nilai koreksi ini juga bisa diketahui dengan melihat Grafik R L seperti pada
UA = 0,71 U 1,23…………………………………....................................................(3.22)
3.1.2.2 Fetch
Di dalam tinjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi oleh bentuk
daratan yang mengelilingi laut. Di daerah pembentukan gelombang, gelombang tidak
hanya dibangkitkan dalam arah yang sama dengan arah angin tetapi juga berbagai
sudut terhadap arah angin. Panjang fetch adalah panjang laut dibatasi oleh pulau-pulau
pada kedua ujungnya. Fetch rerata efektif diberikan oleh persamaan berikut :
Xi : panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung
Akhir fetch
α : deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan pertambahan
6° sampai sudut sebesar 42° pada kedua sisi dari arah angin.
(Co), dimana :
= 1,56 × 2 dan = /
2. Menentukan kedalaman di depan breakwater yang ditinjau (d) sehingga
diperoleh nilai dan dari tabel Fungsi d/L Untuk Pertambahan Nilai d/Lo, dapat
diketahui nilai d/L
3. Menghitung panjang (L) dari nilai di atas dan kecepatan jalar gelombang (C) dari
rumus C = L/T
4. Menghitung besar sudut gelombang yang datang (α), dengan rumus : sin
=( / )sin
(αo adalah sudut gelombang dalam).
5. Menghitung koefisien refraksi (Kr) dengan rumus :
dengan nilai n diperoleh dari tabel Fungsi d/L Untuk Pertambahan Nilai d/Lo
dan no adalah 5.
7. Menghitung tinggi gelombang hasil refraksi dengan rumus :
H = Hsox Kr x Ks
Gelombang yang mengenai suatu bangunan akan dipantulkan sebagian atau seluruhnya .
refleksi gelombang di dalam pelabuhan akan menyebabkan ketidak tenangan. di dalam
perairan pelabuhan fluktuasi muka air ini akan menyebabkan gerakan kapal-kapal
yang ditambat dan dapat menimbulkan tegangan yang besar pada tali penambat. untuk
mendapatkan ketenangan di kolam pelabuhan maka bangunan-bangunan yang ada di
pelabuhan harus bisa menyerap menghancurkan gelombang suatu bangunan yang
mempunyai sisi miring dan terbuat dari tumpukan batu akan bisa menyerap energi
gelombang lebih banyak dibanding dengan bangunan tegak dan massif. Pada bangunan
vertikal halus dan dinding tidak elastis gelombang akan dipantulkan seluruhnya gambar
3.10 adalah bentuk profil muka air di dapat di depan bangunan vertikal gelombang di
depan bangunan vertikal disebut dengan gelombang berdiri besar Kemampuan suatu
benda memantulkan gelombang diberikan oleh kelebihan refleksi yaitu perbandingan
antara tinggi gelombang refleksi dan tinggi gelombang datang H.
= ........................................................................................................................(3.25)
Koefisien transaksi bangunan diestimasi berdasarkan tes model koefisien refleksi
berbagai benda diberikan dalam tabel 3.1
).................................................................................................(3.26)
dan gelombang refleksi :
= cos( −
).................................................................................................(3.27)
= + = cos( − )+ cos( −
)...............................................(3.28)
Persamaan tersebut menunjukkan foto asli muka air gelombang berdiri yang
periodik terhadap waktu dan terhadap jarak apabila cos kx = cos σt = 1 maka tinggi
maksimum adalah 2H. yang berarti bahwa tinggi gelombang di depan bangunan vertikal
bisa mencapai 2 kali tinggi gelombang datang tinggi gelombang di kolam Pelabuhan
harus cukup kecil sehingga tidak mengganggu kapal yang sedang melakukan bongkar
muat barang. untuk itu bangunan pelabuhan dipilih sedemikian rupa sehingga gelombang
berdiri yang terjadi di kolam pelabuhan Tidak besar yaitu dengan memilih material yang
mempunyai koefisien refleksi kecil.
/ ′=1/3,3 ( ’ 0/ 0)13…………………………….....................................(3.29)
Kedalaman air di mana gelombang pecah diberikan oleh rumus berikut:
/ =1 −( / 2)…………………………….............................................(3.30)
Di mana a dan b merupakan fungsi kemiringan pantai m dan diberikan oleh
persamaan berikut :
= 43,75/(1 – ^−19 )
=1,56/(1 + ^−19,5 )
Dengan :
Hb : tinggi gelombang pecah
H’0 : tinggi gelombang laut dalam ekuivalen
L0 : panjang gelombang di laut dalam
db : kedalaman air pada saat gelombang pecah
m : kemiringan dasar laut
g : percepatan gravitasi
T : periode gelombang
Sudut datang gelombang pecah dapat diukur berdasarkan gambar refraksi
pada kedalaman di mana terjadi gelombang pecah.
maka dapat ditentukan nilai Hn yang merupakan rerata dari n persen gelombang
tertinggi. Dengan bentuk tersebut, maka akan diperoleh karakteristik gelombang alam
dalam bentuk gelombang tunggal. Misalnya H10 adalah tinggi rerata dari 10 %
gelombang tertinggi dari suatu pencatatan gelombang. Bentuk yang paling banyak
digunakan adalah H33 atau rerata dari 33 % gelombang tertinggi dari sebuah
3.2 Arus
Arus adalah pergerakan air secara horizontal yang disebabkan adanya perubahan
ketinggian muka air laut. Arus lautan global merupakan pergerakan masa air yang
sangat besar dan arus ini yang mempengaruhi arah aliran air lautan dan terkait antara
satu lautan dengan yang lain di seluruh dunia. Adanya arus lautan ini disebabkan oleh
perputaran bumi, angin, dan suhu udara.
Gelombang yang pecah pada pantai yang miring akan menyebabkan terjadinya
kenaikan gelombang (wave set-up) di pantai, yang menyebabkan naiknya elevasi
muka air di atas elevasi muka air diam. Kenaikan muka air di sepanjang pantai adalah
tidak sama karena tinggi gelombang pecah di sepanjang pantai berbeda. Hal ini dapat
menimbulkan aliran air sepanjang pantai menuju ke tempat dengan muka air yang
lebih rendah.
Arus sepanjang pantai (longshore current) dapat juga ditmbulkan oleh
gelombang yang pecah dengan membentuk sudut terhadap garis pantai. Arus ini
terjadi di daerah antara gelombang pecah dan garis pantai. Parameter terpenting di
dalam menentukan kecepatan arus sepanjang pantai adalah tinggi dan sudut datang
gelombang pecah.
= . 1 ...............................................................................................................(3.31)
dimana 1 =( /8) 2 sin cos
Dengan :
Qs : angkutan sedimen sepanjang pantai (m3/hari)
P1 : komponen fluks energi gelombang sepanjang pantai pada saat pecah
(Nm/d/m)
Ρ : rapat massa air laut (kg/m3)
Hb : tinggi gelombang pecah (m)
Cb : cepat rambat gelombang pecah (m/d) = .
αb : sudut datang gelombang pecah
K, n : konstanta
1. Muka air tinggi atau High Water Level (HWL), muka air tertinggi yang dicapai
pada saat air pasang dalam satu siklus pasang surut;
2. Muka air rendah atau Low Water Level (LWL), kedudukan air terendah yang
dicapai pada saat air surut dalam satu siklus pasang surut;
3. Muka air tinggi rerata atau Mean High Water Level (MHWL), rerata dari muka
air tertinggi selama periode 19 tahun;
4. Muka air rendah rerata atau Mean Low Water Level (MLWL), adalah rerata dari
muka air rendah selama periode 19 tahun;
5. Muka air rata-rata atau Mean Sea Level (MSL), muka air rerata antara muka air
tinggi rerata dan muka air rendah rerata.
6. Muka air tinggi tertinggi atau Highest High Water Level (MHWL), air tertinggi
pada saat pasang surut purnama atau bulan mati;
7. Air rendah terendah atau Lowest Low Water Level (LLWL), air terendah pada saat
pasang surut purnama atau bulan purnama.
3.3.5 Elevasi Muka Air Pasang Surut Rencana
Perencanaan bangunan pantai dibatasi oleh waktu, biasanya 6 bulan sampai
satu tahun atau lebih. Dengan demikian untuk mendapatkan data pasang surut dilokasi
pekerjaan sepanjang 19 tahun tidak dapat dilakukan. Dalam hal ini muka air laut
ditentukan berdasarkan pengukuran pasang surut selama minimum 15 hari.
Dengan pengamatan selama 15 hari tersebut, maka didapat siklus pasang surut
yang meliputi pasang purnama dan perbani. Pengamatan muka air ini dapat
menggunakan alat otomatis (automatic water level recorder) atau secara manual
dengan bak ukur dengan interval pengamatan setiap jam, siang dan malam. Untuk
dapat melakukan pembacaan dengan baik tanpa terpengarauh gelombang, maka
pengamatan dilakukan di tempat terlindung, seperti muara sungai atau teluk.
Dari data pengamatan selama 15 hari atau 30 hari dapat diramalkan pasang
surut untuk periode berikutnya dengan menggunakan metode Admiralty atau metode
kuadrat terkecil (least square method).
3.4.1 Definisi
Pemecah gelombang (breakwater) merupakan pelindung utama bagi
pelabuhan utama. Tujuan utama mengembangkan breakwater adalah melindungi
daerah pedalaman perairan pelabuhan, yaitu memperkecil tinggi gelombang laut,
sehingga kapal dapat berlabuh dengan tenang guna dapat melakukan bongkar muat.
Untuk memperkecil gelombang pada perairan dalam, tergantung pada tinggi
gelombang (H), lebar muara (b), lebar perairan pelabuhan (B) dan panjang perairan
pelabuhan (L), mengikuti rumus empiris Thomas Stevenson. (Kramadibrata, 2002)
3. Breakwater ”dinding”
Breakwater ini biasanya dipakai bila keadaan tanah dasar laut mempunyai daya
dukung yang kuat (berlapis pasir), sehingga kuat menahan muatan di atasnya.
Bentuknya dapat berupa blok-blok dinding, kaison yang berupa kotak atau silindris.
Fungsi dinding vertikal adalah merefraksi gelombang sampai energinya hilang. Telah
dinyatakan bahwa gelombang akan pecah pada ketinggian (1,5-2) H. Dan dengan
suatu asumsi faktor keamanan, tinggi minimum dari dinding ini adalah 5 H. Pada
keadaan dasar laut dengan kondisi daya dukung yang kurang sempurna, dapat dibuat
suatu pondasi dari rubble mounds. Konstruksi semacam ini disebut breakwater
majemuk (composite break water). Perlu diperhatikan bahwa dalam merenncanakan
konstruksi semacam ini, ada jaminan terhadap pergeseran blok dinding dan faktor
guling yang mungkin terjadi. (Kramadibrata : 2002)
3.4.2.2 Berdasarkan Tipe Bangunannya
1. Breakwater Sisi Miring
Menurut Bambang Triatmodjo dalam bukunya Pelabuhan – 1999, breakwater
sisi miring memiliki bentuk trapesium (dilihat dari potongan melintang). Biasanya
breakwater tipe ini terbuat dari tumpukan batu atau blok beton yang dibuat khusus
untuk menggantikan batu alam seperti tetrapod, quadripods, tripod, dolos dll. Tipe ini
dipilih jika kondisi daya dukung tanah pada lokasi perencanaan kecil. Pada jenis tanah
seperti ini harus dipilih konstruksi dengan dimensi yang kecil atau alternative lainnya
adalah memperlebar bagian dasar bangunan dengan tujuan agar tekanan yang dibuat
oleh berat bangunan kecil.
3. Breakwater Campuran
Menurut Bambang Triatmodjo dalam bukunya Pelabuhan-1999, breakwater
campuran adalah breakwater yang terdiri dari breakwater sisi tegak yang berdiri di
atas breakwater sisi miring. Bangunan ini digunakan jika kedalaman rencana cukup
besar namun kondisi tanah tidak dapat menahan beban bangunan breakwater sisi
tegak. Pada waktu air surut bangunan berfungsi sebagai breakwater sisi miring
sedangkan jika air sedang pasang, maka bangunan tersebut berfungsi sebagai pemacah
gelombang sisi tegak.
3.4.2.3 Berdasarkan Posisinya terhadap Pantai
1. Breakwater Lepas Pantai
Breakwater lepas pantai adalah bangunan breakwater yang dibuat sejajar
pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Bangunan ini direncanakan
untuk melindungi pantai dari serangan gelombang. Tergantung panjang pantai yang
dilindungi, breakwater atau beberapa seri breakwater yang dipisahkan oleh
celah.Perlindungan oleh breakwater ini terjadi karena pengurangan energi gelombang
yang sampai di perairan di belakang bangunan.
Grafik tersebut juga dapat digunakan untuk menghitung run down (Rd) yaitu
turunnya permukaan air karena gelombang pada sisi breakwater. Kurva pada gambar
tersebut mempunyai bentuk tak berdimensi untuk runup relatif Ru/H atau Rd/H sebagai
fungsi dari bilangan Irribaren, di mana Ru dan Rd adalah runup dan run down yang
dihitung dari muka air laut rerata.
2. Elevasi puncak
Elevasi puncak breakwater dihitung berdasarkan kenaikan (run-up) gelombang
yang tergantung pada karakteristik gelombang. Elevasi puncak breakwater dapat
dihitung dengan rumus :
Elevasi puncak = HWS + Run Up + tinggi kebebasan………...................................(3.33)
Dengan :
HWS : muka air pasang
Run up : tinggi limpasan air pada bangunan
Tinggi kebebasan : diasumsikan 0,5 m
Dengan :
B : lebar puncak
n : jumlah armour unit tiap lapisan
kΔ : koefisien lapis
W : berat butir armour unit
γr : berat jenis armour unit
Dengan :
W : berat butir pelindung
γr : berat jenis armour
γa : berat jenis air laut
H : tinggi gelombang rencana
⊖ : sudut kemiringan sisi breakwater
KD : koefisien stabilitas
3.4.3.4 Jumlah Unit pada Lapisan Breakwater
Tebal lapis pelindung dari sebuah breakwater dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut ini :
= Δ[ / }^1/3........................................................................................................(3.36)
Sedangkan jumlah armour unit yang dibutuhkan dalam perencanaan ini adalah:
= Δ [1 – /100][ / ]^2/3...................................................................................(3.37)
Dengan :
t : tebal lapis pelindung
n : jumlah unit armour dalam lapis pelindung
kΔ : koefisien lapis
A : luas permukaan
P : porositas rerata lapis pelindung
N : jumlah armour unit untuk satuan luas permukaan A
γt : berat jenis armour