Dedi Setiawan-HUKUM WARIS DI LIBYA
Dedi Setiawan-HUKUM WARIS DI LIBYA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah: Hukum Keluarga di Dunia Islam
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Suparman Usman, S.H.
Oleh:
DEDI SETIAWAN
NIM. 192620010
PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 2020 M / 1442 H
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat memenuhi tugas
menyusun karya tulis sederhana ini dengan baik dan benar, serta tepat pada
waktunya. Dalam tugas makalah ini kami membahas tentang “Hukum Waris Libya”.
Tidak lupa pula kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
kekurangan, untuk itu kritik dan saran serta dukungan kami butuhkan demi
kesempurnaan tugas makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
Dedi Setiawan
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan Makalah ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Negara Libya ............................................................................................ 3
B. Hukum Waris ........................................................................................... 6
1. Pengertian Hukum Waris ................................................................... 6
2. Unsur-Unsur Pewarisan ...................................................................... 8
C. Penerapan Hukum Waris di Libya ........................................................... 13
1. Wasiat Wajibah .................................................................................. 13
2. Radd dalam kewarisan Libya ............................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum waris merupakan salah satu bagian dari hukum Perdata secara
keseluruhan dan merupakan bagian terkecil dari hukum keluarga. Hukum waris
sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia, sebab setiap
Segala aspek dalam ajaran Islam yang menyangkut kehidupan manusia secara
hubungan lahir manusia dengan Allah SWT, yang dalam Bahasa agama sering
disebut dengan al-ibadat. Aspek ini bertujuan untuk menjaga hubungan harmonis
antara manusia dengan sang pencipta, Allah SWT. Kedua, aspek yang berkaitan
dengan hubungan manusia dengan manusia (hablun min annas), atau dalam
Bahasa agamanya sering disebut dengan al-muamalat. Aspek ini bertujuan untuk
menjaga hubungan antara manusia dengan manusia lainnya dengan cara yang
2
tertib dan dapat menghindarkan mereka dari kehinaan, kemiskinan serta ancaman
Allah SWT.
Agama Islam merupakan agama resmi dan paling dominan di negara Libya.
Selain agama Islam terdapat juga agama Kristen, namun agama ini hanya
negara yang paling radikal dalam melakukan pembaruan hukum keluarga Islam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
A. Negara Libya
Sejarah nama "Libya" berasal dari bahasa Mesir "Lebu", sebutan bagi orang-
orang Berber yang tinggal di sebelah barat Sungai Nil, dan diadopsi oleh bahasa
Yunani sebagai "Libya". Pada zaman Yunani kuno, istilah ini memiliki arti yang
lebih luas, yang mencakup seluruh Afrika Utara di sebelah barat Mesir, dan
kadang ditujukan untuk seluruh benua Afrika. Semula, Libya adalah sebuah
kerajaan yang didirikan pada 24 Desember 1951. Raja Idris I bertindak sebagai
dan menjadikannya wilayah jajahan. Sebuah negara yang terletak di Afrika Utara
dan berbatasan dengan Laut Tengah ini mendapat kemerdekaan setelah Italia
Libya merupakan negara yang cukup luas namun berpopulasi sedikit. Populasi
perkotaan terutama di tiga kota terbesar yakni Tripoli, Benghazi dan Misrata.
Libya memiliki populasi sebanyak 6,7 juta jiwa. Mayoritas populasi Libya saat ini
diidentifikasi sebagai orang Arab yang berbahasa dan berbudaya Arab. Menurut
penelitian DNA, 90% populasi Arab Libya itu sebenarnya terdiri dari Berber
1
Muhammad Taufik, Ensiklopedi Sejarah Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2020), h. 817.
4
Arab. Sementara Berber Libya, mereka yang mempertahankan bahasa dan budaya
Penduduk asli Libya sebagian besar berasal dari berbagai kelompok etnis
Berber. Etnis Turki sering disebut “Kouloughlis”. Selain itu, ada beberapa etnis
minoritas Libya, seperti Berber Tuareg murni dan Tebou. Saat ini, sebagian besar
penduduk Libya adalah Muslim keturunan Arab campuran. Banyak juga yang
menganggap nenek moyang mereka adalah suku Banu Sulaym, di samping etnis
Turki dan Berber murni. Bahasa resmi Libya adalah bahasa Arab. Berbagai
Suknah, dan Awjilah. Selain itu, bahasa Italia dan Inggris dipahami secara luas di
Amazigh (Berber atau Tamazight) sebagai bahasa resmi di kota dan distrik yang
Sekitar 97% populasi Libya beragama Islam terutama Sunni. Sejumlah kecil
Ahmadiyah dan Ibadi juga tinggal di Libya. Sejak jatuhnya Gaddafi, aliran Islam
adalah sarang bagi para pemikir jihadis yang berada di bawah kendali militan
yang selaras dengan ISIS pada tahun 2014. Elemen-elemen jihadis lain juga ada
di Sirte dan Benghazi sebagai akibat dari Perang Sipil Libya Kedua. Kristen
2
Indriana Kartini, Agama dan Demokrasi: Munculnya Kekuatan Politik Islam di Tunisia,
Mesir dan Libya, (Bandung: Dunia Pustaka Jaya, 2016), h. 56.
5
Sebanyak lima zona iklim yang berbeda telah dikenali di Libya, tetapi iklim
yang dominan adalah iklim Mediterania musim panas yang panas dan iklim gurun
dengan musim panas yang terik atau sangat terik dan musim dingin yang sangat
sejuk. Curah hujan sedikit. Cuaca di dataran tinggi lebih sejuk, dan embun beku
relatif tinggi, iklimnya memiliki musim panas yang sangat panas dan suhu siang
hari yang tinggi karena langit yang tidak berawan dan atmosfer yang sangat
kering. Suhu resmi tertinggi yang pernah tercatat adalah pada 13 September 1922
Kurang dari 2% wilayah nasional menerima curah hujan yang cukup untuk
pertanian menetap, curah hujan terberat terjadi di zona Jabal al Akhdar Cyrenaica,
di mana curah hujan tahunan tercatat 400 hingga 600 mm (15,7 hingga 23,6 in).
Semua wilayah lain di negara menerima kurang dari 400 mm (15,7 in), dan di
Gurun Sahara 50 mm (1,97 in) atau kurang terjadi. Curah hujan sering kali tidak
menentu, dan kekeringan yang parah dapat berlangsung selama dua musim.
Misalnya, banjir besar pada tahun 1945 menyebabkan Tripoli terendam air selama
3
Muhammad Taufik, Ensiklopedi Sejarah Islam, ....., h. 818.
6
beberapa hari, tetapi dua tahun kemudian kekeringan parah yang belum pernah
Libya, dengan Niger dan Cad di selatan dan Sudan di tenggara. Meskipun
penemuan minyak pada tahun 1960-an telah mendatangkan kekayaan yang luar
biasa, pada saat kemerdekaannya itu adalah negara gurun yang sangat miskin
yang satu-satunya aset fisik penting tampaknya adalah lokasinya yang strategis di
titik tengah tepi utara Afrika. Lokasi Libya. Libya mudah dijangkau dari negara-
daerah terpencil yang terisolasi tanpa pengaruh sosial eksternal. Akibatnya, jurang
sosial yang sangat besar berkembang antara kota-kota, kosmopolitan dan sebagian
besar dihuni oleh orang asing, dan pedalaman gurun, di mana kepala suku
B. Hukum Waris
orang yang berhak menerima pusaka (harta peninggalan) dari orang yang
4
Muhammad Taufik, Ensiklopedi Sejarah Islam, ....., h. 819.
7
serta hak dan kewajiban bendera segala tuntutan hukum dari generasi lama ke
sebagai berikut:
Hukum waris menurut Ter Haar Bzn, hukum waris adalah aturan-aturan
hukum yang mengenai cara bagaimana dari abad ke abad penerusan dan
peralihan dari harta kekayan yang berwujud dan tidak berwujud dari turunan
yang mengatur proses penerusan sert perlihan barang berwujud dan barang
persoalan bermacam hak dan kewajiban tentang harta kekayaan seseorang saat
5
Departemen Pendidikan, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Indonesia, 2008),
h. 1617.
6
Istijab, Hukum Waris: (Berdasar Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Hukum Adat),
(Pasuruan: Qiara Media, 2020), h. 5.
7
Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 211.
8
F. Satrio Wicaksono, Hukum Waris: Cara Mudah dan Tepat Membagi Harta Warisan,
(Jakarta: Visimedia, 2011), h. 2.
8
hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi
hukum waris pada hakikatnya, mengatur mengenai tata cara peralihan harta
kekkayaan dari seseorang yang meninggal dunia atau pewaris kepada para
ahli warisya.
2. Unsur-Unsur Pewarisan
dalam pewarisan:
a. Pewaris
3) Apabila setelah 15 tahun tetapi belum genap 30 tahun, ahli waris wajib
4) Apabila lebih dari 30 tahun atau 100 tahun umur pewaris, pewaris
digunakan.
lainnya.9
b. Harta Warisan
Harta warisan adalah harta bawaan ditambah dengan bagian dari harta
wasiat pewaris. Para ahli fikih menyebutkan, harta warisan adalah harta
benda yang ditinggalkan oleh si mati yang akan dipusakai atau dibagi
9
F. Satrio Wicaksono, Hukum Waris: Cara Mudah dan, ....., h. 6.
10
Tinuk Dwi Cahyani, Hukum Waris dalam Islam: Dilengkapi Contoh Kasus dan
Penyelesaiannya, (Malang: UMMPress, 2018), h. 2.
11
Wahyu Kuncoro, Waris: Permasalahan dan Solusinya, (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2015), h.
10.
10
1) Harta asal, yaitu semua harta yang dimiliki pewaris sejak sebelum
2) Harta hibah, yaitu harta warisan yang bukan berasal dari hasil kerja
3) Harta gono-gini, yaitu seluruh harta yang didapatkan saat dan selama
c. Ahli Waris
Pengertian ahli waris dalam hukum waris adat, hukum waris Perdata
dan hukm waris Islam mempunyai konsep yang berbeda, sebagai berikut:
Ahli waris dalam hukum waris adat dibedakkan dalam tiga sistem
rinciannya:
12
F. Satrio Wicaksono, Hukum Waris: Cara Mudah dan, ....., h. 7.
11
laki-laki yang menjadi ahli waris dari orang tuanya. Namun, anak
hanya dapat menjadi ahli waris dari ibu, baik harta pencaharian
perempuan dengan hak yang sama atas harta warisan dari orang
tunya.13
sama dalam hak dan kewajiban, dengan kata lain bahwa undang-
13
F. Satrio Wicaksono, Hukum Waris: Cara Mudah dan, ....., h. 10.
14
Irma Fatmawati, Hukum Waris Perdata (Menerima Dan Menolak Warisan Oleh Ahli Waris
Serta Akibatnya), (Yogyakarta: DeePublish, 2020), h. 7.
12
nasabiyah dan ahli waris wala’, berikut ini pengertian ahli waris
tersebut:15
b) Ahli waris nasabiyah dalam kelompok ini yang menjadi ahli waris
mereka).
15
Achmad Yani, Faraidh dan Mawaris: Bunga Rampai Hukum Waris Islam, (Jakarta:
Kencana, 2016), h. 39.
13
ashabah dengan syarat tidak satu pun ahli waris sababiyah dan ahli
waris nasabiyah.16
tetapi ada beberapa hal terdapat perbedaan ketentuan dengan mazhab Malik, yaitu
Sebagai contoh adalah pasal 143 (a) bahwa anak perempuan dan anaknya dapat
menerima asabah dari warisan, walaupun ada ahli waris lain dari pihak laki laki
seperti saudara laki laki dan paman. Ketentuan ini menunjukkan bahwa posisi
anak perempuan dan anaknya lebih baik daripada ketentuan mazhab Maliki.17
membahas atau fokus pada dua materi pembahasan, yaitu wasiat wajibah dan
berikut:
1. Wasiat Wajibah
Mesir pada tahun 1946 dengan membuat ketentuan hukum perihal kewajiban
adanya wasiat bagi cucu yang yatim dari pewaris. Hukum kekeluargaan dan
16
Achmad Yani, Faraidh dan Mawaris:, ....., h. 39-40.
17
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 3.
14
semacam ini yang memberikan bagian yang tetap bagi cucu dari peninggalan
kakek apabila anaknya (ayah si cucu) meninggal dunia sewaktu kakek masih
Wajibah”.18
dari anak laki-laki dan cucu dari anak perempuan generasi pertama saja.
Ketentuan tersebut sudah beranjak dari pendapat para ulama mazhab yang
hanya mengakui keturunan dari pihak laki-laki saja. Secara tidak langsung
laki adalah dua kali bagian perempuan sebagaimana bagian orang tua mereka
jika hidup, dan tidak boleh melebihi sepertiga dari keseluruhan harta warisan.
memberikan penafsiran yang sama sekali baru terhadap nash yang ada, dan
isteri mempunyai kedudukan yang sama dengan dzul faraidh yang lainnya
18
Khoiruddin Nasution, Hukum Perkawinan dan Warisan di Dunia Muslim Modern,
(Yogyakarta: Academia, 2012), h. 50.
15
kewarisan, hal ini sebagaimana ditegaskan dalam pasal 143 – A (1) yang
menyatakan: bahwa jika ada sisa harta dari si pewaris, sementara tidak
ada ashabah, maka sisa harta diberikan kepada dzul-faraid termasuk janda
ditegaskan oleh Ustman bahwa radd dapat diberikan kepada seluruh ahli
waris dzul al furudh termasuk juga suami isteri menurut bagian mereka
masing-masing.19
19
Khoiruddin Nasution, Hukum Perkawinan dan Warisan, ....., h. 59.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi
hukum waris pada hakikatnya, mengatur mengenai tata cara peralihan harta
kekkayaan dari seseorang yang meninggal dunia atau pewaris kepada para
ahli warisya.
materi yaitu wasiat wajibah dan radd. Ketentuan mengenai wasiat wajibah
telah diperkenalkan oleh UU waris Mesir pada tahun 1946 dengan membuat
ketentuan hukum perihal kewajiban adanya wasiat bagi cucu yang yatim dari
telah menetapkan adanya wasiat semacam ini yang memberikan bagian yang
tetap bagi cucu dari peninggalan kakek apabila anaknya (ayah si cucu)
sama dengan dzul faraidh yang lainnya sehingga merekapun juga berhak
ditegaskan dalam pasal 143 – A (1) yang menyatakan: bahwa jika ada sisa
harta dari si pewaris, sementara tidak ada ashabah, maka sisa harta
B. Saran
yang akan disampaikan oleh penulis bagi para pembaca dan khususnya bagi para
akademisi yaitu:
1. Agar senantiasa mempelajari tentang hukum waris yang telah di ajarakan oleh
para ulama, lalu menerapkannya kepada lapisan masyarakat agar tidak tercipta
2. Bagi seluruh umat Muslim agar menggunakan sistem hukum waris Islam.
SAW telah menyampaikan hal-hal tentang waris, baik itu masalah pewaris,
ahli waris, harta warisan dan ukuran atau takaran pembagian-pembagian harta
warisan.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyani, Tinuk Dwi, Hukum Waris dalam Islam: Dilengkapi Contoh Kasus dan
Penyelesaiannya, Malang: UMMPress, 2018.
Fatmawati, Irma, Hukum Waris Perdata (Menerima Dan Menolak Warisan Oleh Ahli
Waris Serta Akibatnya), Yogyakarta: DeePublish, 2020.
Istijab, Hukum Waris: (Berdasar Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Hukum
Adat), Pasuruan: Qiara Media, 2020.
Kuncoro, Wahyu, Waris: Permasalahan dan Solusinya, Jakarta: Raih Asa Sukses,
2015.
Wicaksono, F. Satrio, Hukum Waris: Cara Mudah dan Tepat Membagi Harta
Warisan, Jakarta: Visimedia, 2011.
Yani, Achmad, Faraidh dan Mawaris: Bunga Rampai Hukum Waris Islam, Jakarta:
Kencana, 2016.