Anda di halaman 1dari 196
AMT Cet i LT a ETAT Bank Dibayar Bank" forvUnie) Terserah apa kata orang tentang Samurai, sang penulis buku ini. Namun yang saya rasakan, beliau telah mengajarkan banyak sekali ilmu kehidupan kepada diri saya. Terutama, tentang cara berpikir menjadi seseorang yang cerdas, kreatif, dan tangguh. Beliau salah seorang guru favorit saya, pesan yang selalu saya ingat, “tetaplah membumi dan jaga silaturahim”. Chandra Adhi Wibowo, Praktisi Parenting Nasional, Founder “Be Smart Parents” Saya kenal Samurai sudah lama dan saya tahu pasti semua sepak terjang yang dilakukannya dalam mempraktikkan ilmu kredit bank. Semua teori sudah dipraktikkan secara langsung. Dia sudah mengalami pahit getir dan manisnya kredit bank, jadi apa yang ditulisnya dalam buku ini pasti sudah pernah dilakukannya sendiri dan bukan sekadar teori. Dia pernah berhasil karena kredit bank dan dia juga pernah jatuh karena kredit bank. Tapi dia juga bangkit dan tumbuh kembali dengan cepat juga karena kredit bank. Seolah-olah semua energinya adalah dari kredit bank dan kredit bank sudah mendarah daging dalam dirinya. Danton Prabawanto, Founder Beon.co.id, Ketua Komunitas Tangan di Atas Surabaya Dalam pembelajaran bisnis, selalu ada mentor yang memberikan guidance untuk best practice-nya. Terkait credit wisdom, rujukan uta- manya adalah Samurai. Dia tidak hanya memberikan teori, namun sudah mempraktikkan langsung ilmu yang dia berikan. Jatuh bangun dalam mengelola usaha telah dia jalani. Tidak hanya itu, Samurai juga pernah menjadi debt collector sebuah bank ternama. Selain itu,dia seorang pembelajar sejati. Dia selalu meng-up date kompetensi-nya, baik dari literatur terbaru maupun sharing dari senior-seniornya. Agus Setiawan, Pimred www.antarasulsel.com, Perum LKBN ANTARA Sulsel, Pengurus IMA Chapter Makassar Guru yang baik adalah pengalaman.... Samurai mempunyai banyak pengalaman di dunia perbankan sebagai pelaku kredit bank, dimulai sebagai karyawan pada divisi collection di sebuah bank swasta asing sampai menjadi pelaku kredit bank. Tidak hanya sekadar teori, tetapi juga dipraktekkannya langsung. IImu yang disampaikan benar-benar teracik dari pengalaman langsung dan solusi dari permasalahan sudah dirumuskan secara tepat dari hasil praktik bertahun-tahun.... Patut untuk serap ilmunya.... Dr. Yudiana Indriastuti, $.Sos., M.Si., Doktor IImu Komunikasi, Pendiri Lembaga Kajian Komunikasi Bisnis Surabaya, Owner Wenmit Pecel Bento Mendengar nama Mr. Samurai tidak lepas dengan Kredit dan Solusi. Beliau adalah guru saya dan salah satu pakar kredit terbaik di Indonesia. Bersyukur jika beliau menuangkan trik, ilmu, dan pengalamannya dalam buku ini. Yang pasti bukan sekadar teori, tapi super aplikatif dan teruji! Apik Primadya, Owner ApiqueLaundry.com, Ketua Umum Asosiasi Laundry Indonesia (ASLI) Menurut Daniel H. Pink, penulis buku A Whole New Mind, sekarang ini perkembangan dunia mulai bergeser dari era keempat (informasi) menuju ke era kelima, yakni era wisdom. Informasi sekarang sudah sangat murah bahkan tak bernilai lagi, namun wisdom, seni, dan inovasi yang didasarkan pada informasi akan menjadi aset yang langka dan berharga dalam mengelola pekerjaan dan kehidupan kita. Kecerdasan Samurai melihat perkembangan zaman, dengan memberikan solusi berdasarkan perkembangan era sekaran gini, telah dan terus akan memberikan solusi berdasarkan cara pandang yang bijak (wisdom). Dahulu modal menjadi momok yang menakutkan bagi pengusaha pemula untuk memulai usahanya, namun sekarang tidak lagi. Inovasi dan kreativitas Samurai dalam buku Credit Wisdom ini dan memanfaatkan informasi terkait dengan upaya mendapatkan modal dengan mudah dan murah, menjadi aset yang langkah dan berharga bagi pengusaha yang ingin meningkatkan usahanya dengan membutuhkan modal tambahan. Saya yakin buku ini, sangat inspiratif untuk membuka cara pandang kita terhadap sesuatu yang kita anggap rumit menjadi mudah kita selesaikan. Dr. Bastian Jabir Pattara, Konsultan Komunikasi & Media Relations CRE DIT IS oh Strategi Jitu “Utang Bank Dibayar Bank" Credit Wisdom Samurai Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Editor: Dr. Yudiana Indriastuti, M.Si., Mira R. Penata Isi: Sandy Kusuma Desain Kover: Sandy Kusuma Diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia, anggota IKAPI, Jakarta 2016. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun (seperti cetak, fotokopi, mikrofilm, CD-ROM, dan rekaman suara) tanpa izin tertulis dari penerbit. Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pe- megang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak RpS00.000.000,00 (lima ratus juta ru- piah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pe- megang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (em- pat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). Isi di luar tanggung jawab Percetakan ae LOS | Bismillahir-rahmanir-rahim.... Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang .... Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puji untuk Allah sebagai Tuhan segala semesta alam, saya sangat bersyukur dan berterima kasih sekali karena Allah sudah memberikan banyak kemudahan dan kelancaran pada saya dalam menulis buku ini sehingga akhirnya selesai juga. Buku ini semacam trilogi akhir dari dua buku terdahulu saya, yaitu Kaki di Atas Kepala Di Bawah yang bercerita tentang kondisi dan situasi saya saat menghadapi debt collector akibat kredit bank yang macet dan 101 Cara Allah Mendewasakan Saya yang bercerita tentang ketika Allah memberikan peringatan keras pada saya karena berhubungan erat dengan kredit bank dan bagaimana Allah memberikan solusi pada saya untuk bisa mengatasi permasalahan perbankan yang saya hadapi. Sebab kesalahan bukan berarti tidak bisa diperbaiki, hukuman bukan berarti tidak bisa dimaafkan. Walau ada kesalahan dan hukuman, tapi tetap ada solusi tokcer dari Allah supaya saat saya berhubungan erat dengan kredit bank tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sementara, buku Credit Wisdom bercerita tentang bagaimana saya bisa bangkit lagi dengan cepat juga melalui kredit bank. Untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih buat kawan-kawan, seperti Andi Reny Kasmiati, Budi Suroyo, Marini Surjono, Vivian chen, Anna Jelita, Wira Usaha, Arham Bale-bale, Andi Herman Wijaya, dan masih banyak kawan lain yang mungkin namanya lupa saya sebut dalam ucapan terima kasih ini, yang sudah membantu saya dalam menulis buku ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Mas Tarcisius Gandung Pamungkas yang sudah berkenan menuliskan artikel pembuka untuk buku saya ini... Lalu, saya juga mengucapkan terima kasih kepada Mas Bayu Ajib atau yang sering disapa dengan panggilan “Bopo”. Prabu Linggo yang juga sudah menuliskan buat saya sebuah artikel bagus tentang “Kredit itu adalah Seni”. Kepada Barej Jadarin Dasho dan Mcllynitho Raffy yang selalu setia mendampingi saya saat menulis, juga kepada Uwo Mini ibu kandung saya, saya juga mengucapkan terima kasih atas support-supportnya selama saya menulis buku ini. Dan, tak lupa saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada senior-senior saya, Chandra Adhi Wibowo, Danton Prabawanto, Agus Setiawan, Dr. Yudiana Indriastuti, S.Sos., M.Si, Apik Primadya, Dr. Bastian Jabir Pattara yang sudah mau saya repotkan untuk memberikan endorsment atas diri saya dan atas buku yang saya tulis ini. Terima kasih, terima kasih, dan terima kasih yang tidak putus-putusnya saya ucapkan kepada semua pihak yang terlibat langsung atau tidak langsung atas selesainya penulisan buku Credit Wisdom iri... Surabaya, 9 Mei 2016 Samurai eS) a ae ne era EE SLL) ditebaskan pada pohon pisang akan bermantaat Karena kita akan OEE LCR TELLS Tapi jikaditebaskan EEN ULE Cl TEETH) SLL LUE ERS ELE LOL Apakah kita akan menyalahkan samurainya? Atau, menyalahkan orang yang memberi samurai itu? Credit Wisdem | i 7 Pokok Bahasan Yang Akan Kita Rahas Dalam Buku Ini: |. Kredit Itu Bukan Masalah, Sebuah Kesaksian -1 PEM 3. Manajemen ea re ama Pree 6. Meloloskan Diri Dari Masalah Kredit - 138 VACHS Een eta Wea ee Catatan Pengantar Pada Awal Tahun 2016 Ada pernyataan dari Suhu Samurai yang cukup menggelitik—yang saya pribadi yakin konteksnya hanya untuk bercanda—bahwa orang-orang yang berhubungan dengan dunia kredit adalah orang-orang yang penuh dengan masalah. Meminjam istilah dari H.O.S. Tjokroaminoto tentang HIJRAH, saya berusaha untuk memaknai kembali pengertian CREDIT WISDOM sebagai hijrah dari sebuah situasi keuangan yang buruk ke situasi yang lebih baik dengan menggunakan kredit. Kredit adalah kegiatan perorangan atau badan usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dengan cara meminjam. Dasar utama pemberian pinjaman ini adalah kepercayaan. Boleh jadi, itulah asal muasal kata kredit masuk dalam istilah keuangan dan perbankan pada masa kini. Bila ditinjau secara yuridis, Undang-undang Perbankan no.7 tahun 1992 mendefinisikan secara lugas bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara suatu perusahaan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah uang, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Pengertian yang hampir sama juga disebutkan pada UU No.10/1998 pasal 1 (11) tentang Perbankan. Berdasarkan definisi kredit dan pengertian kredit tersebut, kita bisa menarik kesimpulan bahwa transaksi kredit dapat terjadi atau timbul karena ada suatu pihak yang meminjam uang atau barang kepada pihak yang lainnya yang dapat menimbulkan tagihan bagi kreditur. Hal lain yang dapat menimbulkan transaksi kredit adalah kegiatan jual beli yang pembayarannya ditangguhkan dalam jangka waktu tertentu baik sebagian ataupun seluruhnya. Aktivitas kredit semacam ini secara teknis akan mendatangkan piutang bagi kreditur dan mendatangkan utang bagi debitur. “Wisdom” jika diterjemahkan dari bahasa Inggris adalah hikmat atau hikmah. Wisdom adalah suatu pengertian dan pemahaman yang dalam mengenai orang, barang, kejadian, atau situasi, yang menghasilkan kemampuan untuk menerapkan persepsi, penilaian, dan perbuatan sesuai pengertian tersebut. Wisdom juga sering kali membutuhkan penguasaan reaksi emosional seseorang (passions) supaya prinsip, pertimbangan, dan pengetahuan universal dapat menentukan tindakan seseorang. VAR) Adapun hikmat juga bisa berarti pemahaman akan apa yang benar dikaitkan dengan penilaian optimal terhadap suatu perbuatan. Sinonim dari kata itu juga termasuk kebijaksanaan, kecerdasan, akal budi, akal sehat, atau kecerdikan yang dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah sagacity, discernment, atau insight. Berdasarkan pengertian-pengertian itu, saya ingin mematahkan idiom bahwa orang-orang yang menggunakan kredit rata-rata orang ruwet dan bebal sehingga tidak bisa diberi masukan atau saran, apalagi nasihat. Saya juga bukan dalam tahap untuk menilai benar atau salah sehingga “apa pun” kebijaksanaan dan langkah (WISDOM) untuk menarik kepercayaan dari bank atau lembaga lainnya (CREDIT) merupakan penerapan persepsi dari masing-masing pribadi atau individu. Namun, alangkah cantiknya jika saat hendak melakukan CREDIT, kita tidak selalu menuruti ego kita dan selalu memakai WISDOM agar kita tidak konyol dalam melakukan kesalahan. Ada kata bijak lawas dari kyai senior Happy RichMan dan mantan anak band insaf Shin Live yaitu, “Seorang pencuri yang pandai adalah ia yang sebelum melakukan aksi sudah menghitung risiko paling kecil dan selalu memikirkan jalan untuk melarikan diri.” Permufakatan jahat sudah dirancang dengan visi dan misi serta nyali yang sama dari semua yang menghendaki permufakatan itu. Permufakatan jahat tidak selamanya sebuah tindakan kejahatan jika dilakukan dengan WISDOM. Saya ingin Sedikit bercerita tentang maria—Karena dlr cifo-cifa Semasa Femaja SAYa ingin menjadi MAFIA... Dalam perjalanan Sejaran, Kelompok maria yong Semula Kecil menjadi besar dan membutuhKan dukungan Keangan yang lebih banyak Sehingga miSi pendirian organisasi mulai bergeser menjadi men- cori KeuntUngan Sebesar—besarnya dengan tidak mengindahkan toto aturan masyarakat yang lain, Yang mengherankan, para anggotanya merasa tidak melakukan Findakan Kriminal Sebab di mata mereka, apa yong dilakukon sekadar memberiKan proteksi atau perlindUungan terhadap Kelompok lain yang mengalami TeKanan ara pemerasan, Bah- Kan, pelaku merasa bangga dan terhormat dapat "menolong" seseorang dari Kesusahan, Sejak itwlah Kota Moriusu berubah arti menjadi orang atau erganisasi ‘terhormat', Noma lain dari Maria adalah Coso, Nostra, anggotanya Selalu menulis Kato, ini dengan penuh hormat, yaitu ditulis dengan awal hurue besar, Pengertian Cosa Nostra Senditi adalah “our thing” af aU Samoa-Sama Satu bangso, satu pemikiran, ata “orang Kita", ” Sebenarnya, tujuan dari para pengguna kredit adalah jelas, yaitu sama-sama berhasil dalam hidup dan mencapai kesuksesan dengan pilihan bisnis keuangan yang sepenuhnya ditopang menggunakan dan memakai cara manajemen kredit. Namun, di tengah perjalanan banyak sekali godaan sehingga banyak juga yang akhirnya menghalalkan segala cara—istilah dalam dunia kredit adalah macet dengan cepat secara kurang bagus atau “begitu dapat langsung bunuh”. Kejadian dalam dunia kredit seperti itu dalam dunia kejahatan biasa diistilahkan sudah “kesurupan” arwah Bonnie & Clyde, sepasang penjahat legendaris yang kejam dan langsung membunuh semua korbannya tanpa ampun saat itu juga. Dalam praktiknya, banyak pemain kredit yang terpikat dengan cara-cara jahat seperti yang mereka lakukan, yaitu dengan apply kanan-kiri dan langsung bunuh kreditnya tanpa dibayar atau hanya bayar satu kali angsuran. Perbuatan seperti itu akan merugikan bisnis keuangan Anda dan mendatangkan kesulitan pada sebagian orang yang justru tidak melakukannya. Jadi, secara pribadi saya akan merasa lebih gagah menjadi “mafia” dengan tetap menjalankan bisnis keuangan manajemen kredit dan tentu dengan cara yang wisdom agar tidak merugikan diri pribadi dan teman-teman seprofesi. Tetap berpikir positif dan keep on rock’n roll, salam hormat untuk para senior dan jabat erat. Tarcisius Gandung Junior Angkatan 24 Credit Wisdom, Surabaya Nasihat Itu Memang Menjengkelkan.... Akhir tahun 2009 hingga awal tahun 2011 adalah masa-masa sulit buat saya. Pada periode tersebut saya mengalami kesulitan keuangan yang cukup parah. Semua pengajuan kredit saya ditolak oleh bank sehingga saya tidak punya pemasukan sama sekali. Akibatnya, saya tidak mempunyai pemasukan dan tidak bisa membayar semua tagihan kredit saya yang sudah jatuh tempo. Oleh karena tidak bisa membayar tagihan tepat pada waktunya, pastilah kredit saya jadi macet. Nama saya pun tercatat jelek di Bank Indonesia sampai akhirnya nama saya terkena blacklist dan saya tidak bisa mengajukan kredit lagi di bank mana pun. Belum lagi akibat kredit macet saya yang banyak itu, hampir setiap hari rumah dan kantor saya dan istri saya didatangi oleh para debt collector yang menagih pembayaran semua tagihan macet saya. Saya dan istri saya punya kredit yang gagal bayar hampir di semua bank di Indonesia dan hampir semua produk kredit di berbagai bank tersebut, baik berupa kartu kredit, kredit tanpa agunan, kredit pemilikan rumah, maupun kredit kendaraan bermotor. Dengan kata lain, saya dan istri punya semua jenis kredit dan semuanya macet pada saat itu. Dalam menghadapi masa-masa sulit dan terpuruk itu tentu saya dan istri perlu dukungan dari mana-mana, baik keluarga maupun kawan, apalagi kawan dekat. Saat itu, saya butuh banget curhat dan bercerita pada orang-orang dan kawan-kawan yang dekat dengan saya, syukur-syukur mereka mau dan bisa memberikan saran yang menguatkan saya atau menjadi solusi bagi masalah besar yang sedang saya hadapi. Tetapi, apa yang terjadi ketika saya curhat dan bercerita pada mereka? Bukannya mendapatkan solusi atau cerita dan curhat saya didengar, rata-rata dari mereka mereka malah menasihati saya. ea Mereka mengatakan bahwa saya harus tabah karena toh semua itu terjadi karena kesalahan yang saya buat sendiri. Menurut mereka, saya tidak pernah mendengarkan nasihat mereka untuk berhenti berutang ke bank dan mendirikan bisnis yang benar. Mereka juga mengatakan bahwa saya selama ini bukan berbisnis dengan benar, tapi makin asyik bermain-main dengan utang bank sampai akhirnya saya mengalami masa sulit di mana semua kredit saya macet, rumah terancam disita oleh bank, dan mobil pun terancam ditarik oleh lembaga pembiayaan. Menurut mereka, kejadian yang menimpa saya ini adalah buah dari kesalahan saya sendiri. Wiiiih, bisa dibayangkan betapa sakit rasanya. Ketika itu saya yang hanya minta didengarkan dan syukur-syukur bisa mendapat solusi, tetapi yang ada saya malah dinasihati dengan panjang kali lebar kali tinggi. Sakit banget deh rasanya.... Jadi, berdasarkan pengalaman saya kalau kita tahu ada bisnis kawan yang bangkrut, ambruk, kolaps, scam, atau bahkan restart, sebagai seorang kawan, sahabat, leader, atau bapak, sebaiknya kita jangan memberi nasihat, apalagi menyalah-nyalahkan atau nyukur-nyukurin. Walau kita tahu bahwa sejak awal peringatan kita agar hati-hati dalam melangkah tidak didengarnya—tetap saja bangkrut, ambruk, kolaps, scam, ataupun restart pasti menyakitkan, meski barangkali kawan kita itu selalu menampakkan wajah tegar di depan kita. Namun, sesakit-sakitnya rasa bangkrut, ambruk, kolaps, scam atau restart, akan lebih sakit lagi kalau yang dianggap sebagai kawan, sahabat, leader, atau mungkin bapak malahan menyalah-nyalahkan, nyukur-nyukurin, apalagi terus-menerus menasihati. Sakit yang paling sakit adalah dinasihati.... Yang namanya bisnis pasti ada pasang surutnya.... Jadi, saran saya, jika kawan kita sedang curhat tentang masalahnya, dengarkan saja cerita mereka tanpa berkomentar, atau memberi saran apa pun. Pasalnya sebagai kawan, sahabat, leader, atau bapak, bisa mendengarkan cerita kawan, sahabat, atau anak adalah jauh lebih penting. Mengutip sebuah cerita, seseorang bertanya kepada Ali bin Abi Thalib ra., “Ya Ali kulihat sahabat-sahabatmu begitu setia sehingga mereka banyak sekali, berapakah sahabatmu itu?” Lantas Sayyidina Ali menjawab, “Nanti akan kuhitung setelah tertimpa musibah.” Pertama kali saya mendengar cerita ini rasanya langsung tertampar plak, plak, plak.... Bagaimana tidak, jawaban Ali bin Abi Thalib ra. singkat tapi begitu mengena di hati. Istilah kekiniannya, mak jleb banget benarnya, sangat pas. Oleh karena itu, dari sinilah saya makin membulatkan tekad dan yakin bahwa saya sesungguhnya akan benar-benar bisa hidup dengan layak 100% mengandalkan uang dari bank. Dengan pengalaman ini, saya terus mencari pola dan formula bagaimana bisa hidup layak dan aman dengan mengandalkan 100% kredit dari bank. Atas dasar rasa sakit inilah saya bisa bangkit dengan cepat dari masa-masa sulit saya yang timbul karena kredit bank yang macet dan saya justru bisa bangkit karena bantuan kredit dari bank pula. f 1 | Atos dasar Kejadian-Kejadian itulah buku ini ditulis,., ia ez GET CS Cerita bermula pada 2010 saat saya terpuruk karena kredit, tetapi cepat bisa bangkit lagi pada 2011 juga berkat bantuan dari kredit bank. Saya tidak kapok menggunakan kredit bank sebagai daya ungkit penghasilan saya, walaupun saya pernah dibuat KO oleh kredit bank. Keyakinan saya, bukan kredit banknya yang salah melainkan saya yang belum paham bagaimana menggunakan kredit bank dengan baik dan benar sehingga terjadi salah langkah dan salah manajemen. a ms AAACN parva Pavan KARENA KEBOD TA ACL RA GR MDM LMAO NATL SUKSES MENEMUKAN 2000 CARA YANG SALAH DAN SODOH Kenapa saya bisa bangkit dengan cepat? Karena saya tahu dan paham ilmu kredit, walaupun saya pernah jatuh akibat salah langkah dalam mengelola uang kredit. Pada saat jatuh dan mengalami kesulitan keuangan, saya pun tahu cara mencari uang yang cepat, yaitu lewat kredit bank. Beberapa faktor yang menghambat seseorang dalam EUs Ort atta an 1. Adanya pola pikir “kredit itu sulit” ya EU UCI IT ERTL € 3. Takut kredit macet lagi Pe Ue CE ora ea ELE 5. Kurang paham strategi yang membuat bank menyetujui aru Cara pandang terhadap keenam faktor itulah yang harus kita perbaiki. Mari kita bahas satu per satu. 1. Ubah Pola Pikir “Kredit Itu Sulit” Banyak orang mengatakan bahwa mencari modal lewat kredit bank adalah sesuatu hal yang sangat sulit. Namun, kenapa saya justru menulis bahwa mencari uang (modal) lewat kredit bank itu cepat dan mudah? Menurut saya, ungkapan “cepat dan mudah” itu muncul karena saya adalah seorang praktisi kredit yang tahu dan paham ilmu kredit. Dari tahun 2007 sampai 2010, hampir setiap hari saya habiskan waktu saya untuk mencari kredit lewat bank sehingga saya tahu pasti apa yang dibutuhkan bank agar mau memberikan kredit pada saya. Kondisi ini berbanding terbalik dengan yang dialami oleh kebanyakan masyarakat yang mengaku kesulitan dalam mencari modal kredit lewat bank, padahal mereka merasa punya agunan. Mencari modal ke bank yang terpenting justru bukan agunannya, tapi bagaimana dan kapan kita mencarinya. Pasalnya dalam memberikan kredit ke nasabah, bank bahkan sering tidak memerlukan agunan atau jaminan (tentang kredit tanpa jaminan atau tanpa agunan dibahas tersendiri dalam bagian lain buku ini). Jadi, kapan waktu yang terbaik dalam mencari kredit ke bank? Saya sering mengatakan bahwa mencari kredit itu harus dilakukan setiap saat dan bukan dilakukan pada saat kita perlu modal atau perlu kredit. Dalam setiap seminar permodalan Credit Wisdom yang biasa saya bawakan, saya biasa bertanya kepada audiens yang hadir kapan terakhir mereka mengajukan kredit. Rata-rata jawaban audiens pun bisa ditebak dan beraneka ragam. Ada yang mengatakan, baru kemarin, beberapa hari lalu, seminggu lalu, dua minggu lalu, sebulan lalu, bahkan setahun yang lalu. Dari pertanyaan saya dan jawaban audiens yang hadir dalam seminar, saya dapat menyimpulkan bahwa ternyata mereka mencari kredit pada saat mereka membutuhkan. Tidak ada satu pun yang menjadikan mencari kredit sebagai bagian dari pekerjaan atau kegiatan. Saya bisa sembuh dengan cepat karena saya menjadikan kredit sebagai bagian dari pekerjaan dan kegiatan saya. Tentu saja karena saat saya terpuruk, yang saya perlukan adalah uang. Saya tidak butuh bisnis dan pekerjaan; yang saya perlukan adalah uang tunai maka saya tidak melamar pekerjaan atau membuka bisnis dalam mencari uang. Tetapi, saya datang ke bank untuk mencari uang. Saya menjadikan kegiatan mencari kredit ke bank sebagai kegiatan utama dan pekerjaan utama saya karena memang yang saya perlukan adalah uang. Dengan saya rutin datang ke bank dan rutin bertemu petugas marketing bank dalam pengajuan kredit maka saya pun akhirnya sering disurvei oleh petugas survei bank. PAR a i) Hampir tiap hari saya disurvei. Hampir tiap hari saya ditanya-tanya oleh petugas bank sehingga lama kelamaan saya menjadi terbiasa ditanya-tanya. Sebagai akibatnya, jawaban saya menjadi lancar dan bahasa tubuh saya menjadi sangat meyakinkan di mata petugas survei. Cerita selanjutnya bisa ditebak. Akibat sering mengajukan kredit dan sering disurvei maka kebanyakan pengajuan kredit saya lebih banyak yang disetujui dibandingkan yang ditolak. Dengan disetujuinya pengajuan kredit maka tentunya saya jadi punya uang lebih cepat dan lebih banyak daripada yang saya perkirakan. Diawali dengan kepepet karena terpuruk, saya kemudian menemukan pola bahwa semakin sering saya mengajukan kredit justru semakin banyak peluang disetujuinya ditolaknya. Saat saya terpuruk, kebutuhan uang tunai menjadi urgent dan saya pun mencarinya ke bank. Karena saya sedang dalam kesulitan keuangan, maka pada saat-saat awal ketika saya disurvei oleh petugas bank, banyak pengajuan kredit saya yang ditolak. Tapi karena saya tidak putus asa, lama kelamaan lebih banyak pengajuan kredit saya yang disetujui dibandingkan yang ditolak. Sambil terus mengajukan kredit, saya melakukan evaluasi mengapa pada saat-saat awal banyak pengajuan kredit saya yang ditolak oleh bank. Dari evaluasi itu, saya dapat menyimpulkan bahwa gaya dan bahasa tubuh saya yang sedang kesulitan keuangan langsung terbaca oleh pihak petugas survei. Selain bahasa tubuh saya yang terbaca, data saya juga sangat tidak mendukung. Alhasil, bank semakin tidak percaya pada saya. Orang sedang susah itu sangat terbaca, bahasa tubuhnya sangat mencerminkan hal tersebut. Kalau Anda tidak percaya, coba saja sekali-sekali luangkan waktu selama sebulan mengunjungi kawan-kawan Anda yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Pastilah Anda akan mendapati persamaan gaya bicara dan gaya tubuh mereka, walaupun mereka tidak saling kenal atau ditemui secara terpisah. Itulah tugas yang dilakukan oleh analis bank setiap hari, yakni survei, survei, dan survei. Dalam 1 hari, mereka bisa mensurvei sekitar 5 orang nasabah—atau sekitar 25 orang nasabah dalam 5 hari kerja, atau sekitar 100 orang dalam satu bulan. Tidak mengherankan bila seorang analis bisa tahu persis situasi dan kondisi seorang nasabah hanya dengan melihatnya sepintas atau mengajaknya ngobrol. Selain itu, rekening atau buku tabungan orang susah juga mencerminkan kondisi bahwa dirinya sedang tidak punya uang. Itulah sebabnya bank selalu meminta nasabah untuk menyerahkan fotokopi rekening tabungan 3-6 bulan terakhir. Berdasarkan buku tabungan itu, bank bisa menganalisis keadaan keuangan nasabah dalam 6 bulan terakhir, apakah grafik keuangannya meningkat atau menurun. Seseorang yang tidak punya uang, mau dipaksa seperti apa pun maka tidak akan mungkin bisa menabung di bank karena memang tidak ada uang yang ditabung. Sedangkan seseorang yang punya uang tanpa disuruh apalagi dipaksa sekalipun akan menabungkan uangnya di bank karena tidak nyaman menyimpan banyak uang di rumah. Situasi dan kondisi inilah yang dapat dengan mudah dibaca oleh para analis bank. Mereka memegang data dan setiap hari melakukan survei ke berbagai latar belakang nasabah, sementara kita sendiri sebagai nasabah hanya datang ke bank pada saat kita perlu modal atau pinjaman. Kondisi yang terjadi kemudian, nasabah sulit menerka apa yang akan dilakukan oleh pihak bank yang sangat mudah menganalisis nasabahnya. PAR aa) Hal-hal seperti itulah antara lain yang menjadikan permohonan kredit banyak nasabah ditolak oleh bank atau mendapatkan kredit tapi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Untuk dapat mengimbanginya, dalam mengajukan kredit, nasabah tidak boleh pilih-pilih bank dan harus sesering mungkin mengajukan kredit, meski tidak sedang membutuhkan pinjaman. Jadi, salah satu jurus kredit yang ampuh adalah ajukanlah kredit setiap saat ke semua bank sekaligus. Karena terbiasa maka yang sebelumnya sulit akan menjadi biasa. Setelah paham kapan waktu yang tepat dalam mengajukan kredit maka yang perlu diperhatikan lagi adalah pola pikir bahwa kredit itu harus menggunakan agunan atau jaminan. Kebanyakan masyarakat merasa kalau tidak punya agunan atau jaminan maka mereka tidak bisa mengajukan kredit. Hal ini terjadi karena memang benar-benar tidak punya atau seluruh aset yang bernilai sudah habis dan sudah diagunkan ke berbagai bank sebagai jaminan. Dengan situasi ini, mereka kemudian merasa kesulitan dalam mengajukan kredit. Saya sering juga bertanya kepada kawan-kawan atau audiens saya di seminar, “Pada saat kita mengajukan kredit apakah bank meminta agunan kita?” Dan, selalu dijawab, “lyaaa, dimintaaa, Pak!” Atas jawaban itu saya kemudian bertanya lagi, “Beneran nih, diminta agunannya atau diminta fotokopi surat agunannya?” Sambil tertawa biasanya para peserta seminar menjawab serempak, “Fotokopi, Paaak...!” Kadang-kadang karena tidak paham ilmu kredit, kita sering tidakbisa membedakan agunan atau fotokopi agunan. Agunan dalam kredit itu bisa berupa sertifikat rumah/tanah atau BPKB. Tapi saat kita mengajukan kredit bank tidak bakalan meminta dokumen asli, bank hanya membutuhkan fotokopinya saja. Umumnya, bila kita tidak memiliki dokumen tersebut, kita akan langsung mengatakan “tidak punya” dan mengalah sebelum bertanding. Padahal, bank hanya meminta fotokopinya, dokumen asli baru akan diperlukan bila permohonan kredit kita disetujui. Itulah yang pernah saya alami, sampai akhirnya saya dapat mengatasi permasalahan ini dengan mudah. Fotokopi sertifikat rumah ataupun fotokopi BPKB, kini bukan masalah lagi bagi saya. Syarat itu kini selalu bisa saya penuhi setiap saat—dan itulah yang setiap kali saya ceritakan dalam seminar-seminar saya berhasil membuat para peserta seolah “terbangun dari tidur panjang”. Meski demikian, banyak juga orang yang mengatakan bahwa saya hanya buang-buang waktu dengan cara ini. Namun, saya tidak merasa demikian karena: Bisa karena biasa, yang sulit akan menjadi biasa. Jadi, mencari kredit itu bukanlah hal yang sulit. Hanya karena kita tidak biasa mencari dan tidak paham ilmunya, maka mencari kredit itu jadi tampak sulit. 2. Ubah Pola Pikir Tentang Bunga Bank ”Pak, bank apa yang bunganya paling rendah?” Begitu pertanyaan yang sering saya terima setiap bertemu klien atau peserta seminar—yang memaksa saya untuk menyebutkan satu-dua nama bank agar tidak mengecewakan mereka. Setelah saya menyebutkan satu-dua nama bank yang mereka anggap juga memberikan tingkat suku bunga paling rendah, umumnya mereka akan mengangguk puas. Sebuah pertanyaan yang aneh menurut saya karena yang bertanya pada dasarnya sudah tahu bank apa yang bunganya rendah, tapi mereka ingin mendapat pemantapan dari saya. Kenapa mereka bertanya, kalau menurut saya sebenarnya mereka sudah tahu jawabannya? Masih menurut saya, mereka hanya butuh jawaban untuk penguatan saja. Mereka membutuhkan jawaban yang mendukung keyakinan mereka. Padahal walaupun mereka tahu bank apa yang bunganya paling murah, toh tetap saja mereka gagal mendapatkan kredit dari bank tersebut. Pengajuan kredit mereka ditolak (rejected). Kenapa bisa begitu? Kenyataan di lapangan memang akan ada satu atau dua bank dengan bunga paling rendah. Namun, bank dengan bunganya rendah belum tentu mudah diakses oleh setiap nasabah. Oleh karena itu,walaupun bank itu terkenal dengan bunganya yang rendah, bukan berarti semua orang akan disetujui kreditnya. Berdasarkan situasi itu maka sambil berseloroh saya kemudian akan menjelaskan lagi bahwa bank yang dengan bunga paling Se rendah sesungguhnya adalah bank yang menyetujui permohonan kredit kita dengan plafon kredit sesuai dengan yang kita inginkan. Dengan kata lain, bank dengan bunga paling rendah BUKAN bank dengan persentase angka bunganya lebih kecil dibandingkan persentase angka bunga bank lainnya. Mengapa bank dengan bunga paling rendah adalah bank yang menyetujui permohonan kita? Logikanya begini.... Setelah kita tahu nama bank dengan bunga paling rendah, kita pasti akan mengajukan permohonan kredit di bank itu. Nah, pada saat kita mencari dan mengajukan kredit di bank tersebut apakah dengan serta merta bank berbunga rendah itu mau menyetujui permohonan kredit kita? Pasti jawabnya adalah belum tentu, bukan? Sebab, bank berbunga paling rendah itu pun akan memberikan persetujuan kredit kepada kita jika kita memenuhi semua persyaratan yang diminta oleh bank tersebut. Jadi, kesimpulannya bukan bank berbunga rendahlah yang harus kita cari, melainkan bank yang pasti menyetujui permohonan kredit kita. Oleh karena itu, saat mencari kredit di bank, janganlah dimulai dengan mencari bank berbunga rendah, tapi mulailah dengan mempersiapkan terlebih dahulu semua persyaratan yang diminta oleh bank. Logika berikutnya seperti ini... Saat seorang nasabah ditolak permohonan kreditnya, apa yang akan dia lakukan? Tentu nasabah itu akan mencari bank berikut yang menurutnya berbunga murah juga. Tapi, apa yang kemudian terjadi kalau bank tersebut juga menolak permohonan kreditnya? Jawabannya ada dua. Pertama, si nasabah akan terus mengajukan kredit lagi sampai dapat tanpa memedulikan bunga murah. Kedua, biasanya nasabah akan mengomel panjang lebar sambil mengumpat dan menyatakan bank itu biang ribet dengan segala persyaratan yang berbelit-belit. Mencari kredit dan modal ke bank itu gampang-gampang susah, apalagi kalo mencarinya buru-buru dan dalam keadaan terdesak. Dapat dipastikan, hasilnya akan berupa penolakan dan penolakan, serta penolakan lagi. Penolakan itu selalu membuat frustasi. Selanjutnya, karena mencarinya terburu-buru, banyak orang akhirnya akan berlabuh di tangan rentenir, lintah darat, inang-inang, atau siapa pun yang berdalih sebagai investor pemberi pinjaman modal dengan imbalan bunga yang cukup tinggi. Setelah lelah dengan penolakan, banyak orang akan lari ke pemberi kredit cepat yang tidak berbelit-belit tapi mudah cair. Pemberi kredit yang seperti ini tentunya TIDAK AKAN memberikan pinjaman uang dengan bunga, bagi hasil, atau apa pun namanya dengan nilai rendah. Mereka punya kecenderungan untuk minta kompensasi yang tinggi dari si peminjam, bahkan bisa sampai 10% dari pokok pinjaman. Namun, berhubung si peminjam sudah kepepet dan sangat membutuhkan pinjaman maka yang sering terjadi adalah “gelap mata” dan mengambil risiko itu. Akibatnya, pastilah beban kompensasi itu akan mencekik leher si peminjam, sementara bank maksimal hanya mengenakan bunga atau apa pun namanya paling tinggi 2%-an, itu pun untuk jenis kredit tanpa agunan jika nasabah paham dan tahu caranya. Konyol, bukan? Pada saat awal mencari modal yang ditanyakan adalah bunga bank mana yang paling rendah, tetapi jika semakin terdesak berapa pun bunganya akan disikat juga... Jadi...? Seperti yang saya tulis dalam kalimat-kalimat saya sebelumnya, bahwa dalam mencari kredit bukan bunganya yang dicari, tapi bank yang pasti menyetujui permohonan kredit kita. 3. Takut Kredit Macet Lagi Rasa takut itu memang mengerikan. Kalau seseorang sudah takut maka dia tidak akan berani melakukan apa-apa karena otaknya sudah dihantui oleh rasa takut. Kata utang saja sudah menakutkan sehingga jika seseorang mau mengajukan kredit maka dia memerlukan keberanian. Rasa takut itu bukan saja dimiliki oleh mereka yang belum pernah mengajukan kredit, tetapi juga dirasakan oleh mereka yang sudah pernah mengajukan kredit dan lancar pembayarannya. Dalam hal ini, rasa takut tidak bisa membayar dan rasa takut kalau kesanggupan membayarnya macet sehingga aset dan jaminannya disita atau dilelang oleh bank. Terlebih lagi bagi nasabah yang sudah pernah mengalami kredit macet, teror dari para tukang tagih bank, atau bahkan pelelangan dan penyitaan. Pastilah rasa takut itu bisa berubah menjadi trauma. Inilah yang tidak boleh terjadi. Mencari kredit itu butuh keberanian, bagaimana bisa seseorang yang takut lantas melakukan negoisasi. Hilangkanlah rasa takut dan tumbuhkanlah keberanian maka kita bisa mencari kredit dengan baik dan benar. Apa pun latar belakang kita saat ini, baik nasabah pemula, nasabah lancar, nasabah batuk-batuk, nasabah lagi macet, atau nasabah baru saja mengalami eksekusi lelang atau sita, harus punya keberanian dalam mengajukan kredit supaya pengajuan kredit yang dilakukan membuahkan hasil yang sangat maksimal. Ingat, saat seseorang mengajukan kredit, pengajuan kreditnya itu belum tentu diterima oleh pihak bank. Apabila pengajuan kredit kita saja belum diterima alias ditolak, bagaimana seseorang bisa sampai tersendat pembayarannya lalu mengalami kemacetan pembayaran? Kredit macet hanya bisa terjadi jika pengajuan kredit kita disetujui oleh pihak bank kemudian kita menyatakan setuju untuk menerima kredit yang sudah disetujui itu. Jadi, jika takut akan kredit macet dan tidak bisa membayar maka langkah pertama ajukan dulu permohonan kreditnya, lalu pastikan pengajuan kredit kita itu akan disetujui oleh pihak bank pemberi kredit. Jika pengajuan itu disetujui maka kita pasti akan diundang untuk melakukan akad kredit. Nah, pada saat inilah, jika kita masih takut juga kita dapat menolak dan membatalkan pengambilan kredit yang sudah disetujui. Selama kredit tidak jadi diambil-meskipun sudah di-acc-tidak mungkin terjadi kredit macet. Ilmu kredit adalah ilmu mencari, menggunakan, menambah, dan mengatasi jika terjadi masalah. Jadi, pelajari ilmunya walaupun kita tidak perlu kreditnya. Pasalnya untuk membuat bank mengimbuhkan status acc atau persetujuan dari pengajuan kredit. Kita juga memerlukan keahlian dan ilmu, serta strategi. Maka, hilangkanlah rasa takut dan tumbuhkan keberanian kita dalam mencari dan bernegosiasi tentang kredit dengan pihak bank. ¢ Te Se EL ALLAN | Naa a TPRVOR AYN TALULA TTA CAAA LA TERJAD TAA Sa vA KADANG - A Sai) == anal NIKMATI. Nea NL TE RUAN nas A CALA CRA OL ORNL ase Ab Memang, ada perbedaan mendasar antara kelemahan dan kekurangan. Kelemahan masih bisa diperbaiki, tapi jika kurang sangat sulit untuk diubah. Rasa takut itu kelemahan dan bukan kekurangan karena masih bisa diperbaiki. Salah satu cara memperbaikinya adalah dengan mempelajari ilmu kredit, lalu bergabung dan aktif bergaul dengan orang yang sama-sama memerlukan kredit dari bank. Untuk itu, fokuslah pada kekuatan yang pada pada kita, bukan pada kelemahan yang kita rasakan. Jadi, perkuatlah kekuatan yang ada dalam diri kita dengan cara bergaul dan belajar tentang kredit yang baik dan benar sambil memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada. ea = Pern LA NLR A LRN NAAN OLN TNL CAAA LB Le NL PLE nae TAPL KITA a Ua nv Lee LTCC LAN A Oh UT a LAD a La PAN as 4. Kenali Produk Kredit dan Bank Penyalurnya Bank adalah sebuah lembaga yang sangat adil, mereka menyediakan kredit pada semua nasabahnya, baik yang memiliki agunan maupun tidak. Mereka tahu pasti bahwa tidak semua nasabah mereka mampu dan memiliki agunan saat mengajukan kredit untuk permodalan atau keperluan pribadi lainnya dari nasabah. Agar setiap nasabah bisa mendapatkan solusi permodalan lewat bank, dikeluarkanlah kebijaksanaan tentang kredit bahwa tidak semua pengajuan kredit harus melampirkan agunan. Nasabah yang tidak memiliki agunan juga boleh mendapatkan fasilitas yang sama, Kredit Tanpa Agunan (KTA). Meski demikian, tentu saja tetap ada perbedaan antara nasabah yang punya agunan dan yang tidak punya, misalnya dalam hal suku bunga dan risikonya. Untuk bunga dan risiko akan kita bahas lebih lanjut di bagian lain buku ini. Anehnya di lapangan, kredit yang memakai agunan sering dikatakan sebagai kredit produktif, sedangkan Kredit Tanpa Agunan (KTA) sering disebut sebagai kredit konsumtif. Lalu, kenapa KTA sering disebut sebagai kredit konsumtif? Berdasarkan pengamatan saya, hal ini dikarenakan pada saat promo KTA, masyarakat diarahkan menggunakannya untuk belanja, makan di restoran, atau traveling keliling dunia dengan menggunakan kredit tanpa agunan tersebut. Tentu akan lain ceritanya kalau dalam promosi penawaran KTA, masyarakat diarahkan untuk menggunakannya sebagai modal bisnis atau modal investasi. Selain itu, beda juga ceritanya jika dalam promosi KTA, disampaikan cara-cara menggunakan dana KTA itu dengan bijak sehingga KTA bisa juga menjadi kredit produktif. Harus diakui, promosi atau iklan adalah alat paling efektif untuk membentuk pola pikir konsumen. SG Mari kita bahas kedua jenis kredit tersebut secara lebih detail. ma © Meskipun sama-sama tidak menggunakan agunan atau jaminan, ada perbedaan mendasar berikut antara Kartu Kredit dan KTA. © Kartu Kredit itu pinjaman yang diberikan dalam bentuk selembar kartu plastik—yang jika tidak digunakan—maka utang atau kreditnya belum menjadi sebuah kewajiban. Namun, begitu pemegang kartu menggunakan kartu itu untuk transaksi maka utang telah menjadi kewajiban bayar. a © Adapun KTA merupakan pinjaman atau kredit yang diberikan oleh bank—yang jika permohonan kredit disetujui—maka uang tunai langsung ditransfer oleh bank ke rekening pemohon. Begitu permohonan disetujui dan uang kredit sudah ditransfer ke rekening pemohon maka pada saat itu juga utang sudah menjadi kewajiban bayar yang harus dilakukan paling lambat 30 hari setelah uang ditransfer ke rekening pemohon. B. Kredit denga' Kredit Konsumer terdiri dari: a) KPR (Kredit Pemilikan Rumah) Salah satu produk dari kredit konsumer adalah pembiayaan kepemilikan rumah. Pihak bank pemberi kredit akan membantu kita untuk mewujudkan rumah impian kita secara kredit. Namun, kredit tidak sepenuhnya bisa diberikan oleh pihak bank. Artinya, kita harus memiliki dana sebagian (biasanya bank hanya membiayai 70% dari harga rumah). (eT Kita ingin membeli rumah seharga Rp100.000.000,00 maka pihak bank hanya membantu pendanaan kita maksimal sebesar Rp70.000.000,00 (70%). Kekurangan sisanya sebesar Rp30.000.000,00 (30%) PEO icicle b) KPA (Kredit Pemilikan Apartemen) Produk ini mirip dengan KPR (Kredit Pemilikan Rumah), tetapi objeknya apartemen. c) Kredit Multiguna Kredit Multiguna adalah kredit yang diberikan kepada anggota masyarakat untuk berbagai kebutuhan konsumtif dan pengembangan usaha para profesional dengan agunan tanah dan bangunan rumah tinggal yang dimiliki oleh calon debitur. Tujuan pemberian Kredit Multiguna adalah membantu menyediakan dana untuk memenuhi berbagai keperluan konsumtif yang disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan dan kemampuan membayar kembali masing-masing calon debitur. d) Kredit Investasi Kredit Investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha, membangun proyek/pabrik baru, atau untuk keperluan rehabilitasi. Misalnya, untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Masa pemakaiannya untuk suatu periode relatif lebih lama dan dibutuhkan modal yang relatif besar. e) KKB (Kredit Kendaraan Bermotor) Produk Kredit Konsumer yang lain adalah pembiayaan kepemilikan kendaraan misalnya mobil dan motor untuk dipakai sendiri, bukan kendaraan niaga seperti truk, tronton, engkel, mobil SS, dan mobil lainnya yang dipakai untuk kegiatan usaha. Peale Kredit Komersial adalah clei Me lela clam elie Tenuta ela or 1a) ftir] ola Ne) perdagangan (ditujukan untuk PEN IM ele lrlme (IC) usaha). Contohnya, kredit untuk Uri Lace) el el) 1) eS Laela Jenis kredit komersial: a) KMK (Kredit Modal Kerja) KMK adalah fasilitas kredit jangka pendek yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal satu tahun. KMK merupakan kredit untuk perorangan atau badan usaha lainnya sebagai tambahan permodalan untuk pengembangan usaha yang telah berjalan minimal 1 tahun dan memiliki perizinan usaha (SIUP, TDP, SITU, NPWP). KMK memiliki fokus utama mendukung kemajuan usaha nasabah pengusaha kecil dan menengah untuk terus mengembangkan bisnis mereka melalui berbagai kredit yang disediakan. Kredit diberikan untuk jangka waktu maksimal 1 tahun dengan nilai pencairan kredit maksimal 70% dari total kebutuhan modal kerja (30% dibiayai sendiri) dengan jaminan usaha itu sendiri. Kredit Modal Kerja secara teknis bisa dibagi beberapa jenis berikut. © KMK (Kredit Modal Kerja) dengan pola pembayaran Angsuran Tetap Bunga + Pokok, yaitu fasilitas kredit modal kerja dan investasi yang apabila permohonan sudah disetujui dan uang masukke rekening nasabah maka harus dilakukan pembayaran dengan pola pembayaran tetap, yaitu berupa angsuran pokok + bunga setiap bulan pada saat jatuh tempo. Kira-kira ketentuannya seperti berikut. © Jangka waktu maksimal modal kerja s/d 5 tahun (60 bulan) Bcc LC ir dese ima reece ORCA) (120 bulan) See CRTC Ce] ) PSTN el asx Richa * KMK (Kredit Modal Kerja) dengan pola pembayaran KRK (Kredit Rekening Koran), yaitu kredit yang penyediaan dananya dilakukan melalui pemindahbukuan. Bank akan memindahkan kredit tersebut kedalam rekening giro nasabah, sedangkan penarikannya dilakukan dengan menggunakan sarana berupa cek, bliyet giro, atau surat pemindabukuan. Penarikan kredit rekening koran dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan. Jumlah yang ditarik juga bisa keseluruhan atau sebagian. Pembayaran rekening koran juga dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menyetorkan ke rekening giro debitur. Setelah itu, bank akan memotongnya dari rekening giro debitur tersebut. Kredit rekening koran ini menguntungkan bagi bank maupun debitur yang hanya membayar bunga sebesar presentase tertentu dikalikan dengan kredit yang telah ditarik sehingga beban bunga nasabah menjadi lebih kecil dan efesien. b) Kredit Mikro Kredit Mikro adalah suatu inovasi finansial yang dimulai oleh Grameen Bank di Bangladesh. Di negara ini, kredit mikro merupakan pinjaman dalam jumlah kecil yang merupakan suatu layanan keuangan untuk membantu orang-orang miskin agar mereka bisa berwirausaha. Di negara tersebut, Kredit Mikro ditujukan untuk orang-orang yang tidak memiliki jaminan, pekerjaan tetap, dan riwayat kredit yang terpercaya, serta tidak mampu memperoleh kredit biasa. Biasanya plafon yang diberikan oleh bank untuk nasabah Kredit Mikro maksimum Rp50 juta. Di Indonesia, selain ada bank mikro yang memang khusus mengeluarkan Kredit Mikro, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan khusus tentang Kredit Mikro yang disubsidi oleh pemerintah. Kebijakan khusus itu kini dikenal dengan istilah KUR (Kredit Usaha Rakyat). Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah dana pinjaman dalam bentuk Kredit Modal Kerja (KMK) dan atau Kredit Investasi (KI) dengan plafon kredit mulai dari Rp5 juta sampai dengan Rp500 juta. Tujuannya adalah untuk meningkatkan akses pembiayaan perbankan yang sebelumnya hanya terbatas pada usaha berskala besar dan kurang menjangkau pelaku usaha mikro kecil dan menengah, seperti usaha rumah tangga dan jenis usaha mikro lain yang bersifat informal, mempercepat pengembangan sektor riil, dan pemberdayaan UMKM. ) KYG (Kredit Yasa Griya) Biasanya diberikan untuk developer. Pengertian dari Kredit Yasa Griya adalah kredit modal kerja yang diberikan oleh bank kepada developer untuk membantu modal kerja pembiayaan pembangunan proyek perumahan, mulai dari biaya pembangunan konstruksi rumah sampai dengan finishing, serta biaya prasarana dan sarana. Setelah mengenal dengan lebih detail tentang berbagai jenis kredit baik dengan agunan maupun tanpa agunan, selanjutnya kita cari bank apa saja yang mengeluarkan kredit di Indonesia. Hampir semua bank yang ada di Indonesia, baik itu bank pemerintah, bank swasta lokal, bank swasta asing, bank daerah, maupun Bank Perkreditan Rakyat bisa mengeluarkan kredit jika menggunakan jaminan. Bank-bank yang mengeluarkan kartu kredit, KTA, bahkan KUR, pasti juga menyalurkan kredit dengan agunan. Dengan kata lain, bisa disimpukan bahwa bank yang memberikan kredit tanpa agunan pasti akan memberikan kredit dengan agunan. 5. Kurang Paham Strategi yang Membuat Bank Menyetujui Kredit Pertanyaannya, bagaimana cara mencari bank yang pasti akan menyetujui permohonan kredit kita? Jika ada 2 sampai 3 bank menyetujui permohonan kita, artinya kita akan mendapatkan kredit yang sudah kita incar. Kesimpulannya, dengan mengajukan kredit pada saat tidak perlu, membuat pemetaan, dan mengajukan kredit ke banyak bank sekaligus, akan memperbesar kemungkinan disetujuinya kredit yang kita ajukan. Lalu, apa hubungannya dengan bunga bank? Hubungannya sangat erat. Apabila sudah mendapatkan kepastian acc dari 2 atau 3 bank maka kitalah yang memilih bank mana yang kreditnya akan kita ambil, bukan bank yang memilih nasabah. Dari 2 sampai 3 bank yang sudah menyetujui permohonan kredit itu, kita bisa memilih bank mana yang bunganya paling rendah, bahkan kita juga bisa bernegosiasi mengenai bunga dengan ketiga bank yang sudah memberikan persetujuan itu. Kita bisa menyampaikan ke tiga bank tadi bahwa jika bank tidak menurunkan bunganya maka kita bisa berpindah ke bank lain yang bunganya lebih rendah. Berdasarkan penjelasan ini tentu kita sekarang sepakat bahwa bank yang memberikan bunga paling murah adalah bank yang menyetujui permohonan kredit kita. Oleh karena itu, caranya adalah membuat peluang acc sesering dan sebanyak mungkin. iis HHH —s. am fit ‘GH o Pengajuan Kartu Kredit Samurai @sa_murai: Mungkin banget, Pak. Pada prinsipnya bank akan memberikan kredit pada orang yang berpenghasilan besar, apalagi jika orang tersebut memohon kredit jenis kredit konsumtif seperti kartu kredit. Maka, pada saat Bapak mengisi aplikasi kredit, pada kolom penghasilan, tulis saja penghasilan Bapak sebesar mungkin, misalnya 100 juta per bulan sebagai pengusaha di bidang perdagangan. Samurai @sa_murai: lya penghasilan bersih kita lar Tem el laM lame ome Mellel ech ia (i eet alit Frank |: Oke, Pak. Makasih. Saya akan segera a Meese ec Re LCR CUI C UCT) LCM allel tLe Jangan Sampai Anda Terjebak — “Empat Pengaruh Buruk Kartu Kredit” ViVAnews - Revolusi plastik, ini yang sedang terjadi di dunia. Masyarakat sekarang menggemari transaksi dengan menggunakan kartu kredit dibandingkan uang secara fisik. Gejala the cashless society-sebuah dunia tanpa uang tunai-sedang mengglobal. Di seluruh Afrika, saat ini para pedagang menerima uang dengan menggunakan ponsel. Pembeli mentransfer sejumlah uang tertentu ke nomor rekening pedagang. Namun, alternatif pembayaran yang paling digemari dunia saat ini adalah kartu kredit. Di Amerika Serikat, pada 1970, hanya ada 20 persen orang dewasa yang menggunakan kartu kredit. Saat ini, hampir 80 persen orang dewasa AS mempunyai kartu kredit. Logika kartu kredit cukup sederhana. Dengan kartu kredit, seseorang menarik keuntungan masa depan untuk hari ini. Berbeda dengan tabungan, seseorang menyimpan pendapatan hari ini untuk masa depan. Kartu kredit dapat menjadi masalah ketika konsumen menghabiskan proyeksi keuntungan lebih banyak daripada pendapatan mereka. Orang-orang berpenghasilan rendah, konsumen yang emosional, dan buruk dalam perhitungan, bisa terjebak dalam masalah kartu kredit. Sumber :http://tipsbisnisuang.wordpress.com/2009/05/08/pinjaman- rekening-koran-vs-pinjaman-konvensional/ 1. Kartu kredit membuat Anda tidak bertanggung jawab Ciri khas kartu kredit adalah bank penerbit memberikan keleluasaan kepada konsumen untuk membeli barang. Cukup keluarkan kartu sakti Anda, gesek, selesai. Tentu saja hal ini memudahkan siapa pun untuk membeli apa pun yang (ely AUALCIAMMCA OMA la Niall tcoM olla LCM e LC la=a 10) 91-1 eM tLe RCM een eC CURL Penelitian menunjukkan, orang yang memiliki kartu kredit lebih mudah membelanjakan barang di toko ataupun restoran. Apalagi ditambah dengan promosi-promosi tertentu dan fasilitas cicilan. 3. Kartu kredit membuat Anda gemuk aC MUN omelet ey ame mPa) nec Me MC Malia ale M Le) mawas diri. Sementara itu, kartu kredit melemahkan kontrol. Namun, konsumen cenderung membeli produk TELA TOMAS a CeO on ClO CMCC MEAL CNL Cale) kartu kredit daripada ketika mereka membayar tunai. Kartu kredit melemahkan pertimbangan konsumen dengan cara yang lebih halus. Setelah kita membahas tentang kredit tanpa agunan yang berupa kartu kredit, sekarang kita membahas tentang kredit rekening koran dan kredit pokok + bunga, yang berdasarkan artikel yang saya kutip diistilahkan dengan pinjaman rekening koran dan pinjaman konvensional. ecit Wis Pinjaman Rekening Koran vs Pinjaman Konvensional Bila sebuah bank atau lembaga keuangan atau teman sendiri menawarkan pinjaman kepada Anda. Apa yang harus Anda perhatikan dalam mengambil keputusan mengenai tawaran tersebut? Banyak pengusaha melihat faktor bunga dan tempo pembayaran. Artinya, semakin rendah bunga dan panjang tempo kreditnya maka tawaran pinjaman tersebut menarik untuk digunakan. Tidak salah pendapat di atas. Namun, hanya mengandalkan dua faktor tersebut tidaklah tepat. Satu faktor yang harus diperhatikan adalah cara mengangsur. Cara mengangsur ini yang sebenarnya sangat berpengaruh langsung terhadap kondisi keuangan Anda. Cara Mengangsur Pinjaman Konvensional Pinjaman Konvensional adalah pinjaman dengan angsuran yang dibayarkan setiap bulannya yang terdiri dari dua pos, yaitu cicilan pokok utang dan bunga. Pinjaman ini biasanya dikenakan oleh bank untuk pinjaman modal kerja dan pinjaman konsumtif. Mari kita lihat efek angsuran konvensional ini pada laba rugi dan cash flow Anda. n Seer f Nah bagaimana dengan posisi cash flow operasional usaha Pak A? Kas masuk: Dari simulasi sederhana di atas, usaha Pak A mengalami defisit cash flow sebesar Rp500.000 dalam bulan itu. Cara Angsur Rekening Koran (R/K) Rekening Koran merupakan fasilitas pinjaman yang diberikan oleh bank kepada debitur. Kelebihan dari fasilitas pinjaman ini adalah bunga yang dikenakan hanya untuk berapa besar yang digunakan dari plafon kredit yang diberikan. Misalnya, Anda diberi plafon sebesar 100 juta, namun hanya digunakan sebesar 50 juta, maka bunga yang dikenakan hanya pada pinjaman sebesar 50 juta, bukan 100 juta. Normalnya, Anda pun perlu membayar cicilan pokok dan bunga dalam mengangsur. Namun, bila kondisi keuangan belum memungkinkan, Anda boleh membayar bunganya saja. Mari kita lihat simulasi sederhana untuk kasus Pak A di atas. Apa efeknya terhadap laba rugi? Tidak ada efek yang berbeda dengan penggunaan cara angsur konvensional. Dan, hasilnya sama. Bagaimana dengan cash flow atau aliran kas operasional? Nah, kalau yang ini jelas memiliki efek atau dampak yang berbeda dari cara konvensional. Mari kita lihat bersama. celal Kas masuk: *Penjualan 30.000.000 Kas Keluar: * Beli material 25.000.000 *Biaya tetap 2.000.000 * Biaya variabel 1.000.000 * Biaya bunga 500.000 * Total ..... ..- 28.500.000 *Sisa cash flow 1.500.000 Jika menggunakan cara konvensional, terdapat negative cash flow sebesar 500 ribu, maka dengan mengunakan fasilitas pinjaman R/K, cash flow menjadi positif. Kok bisa? Ya bisa saja, karena Anda tidak wajib membayar pokok pinjaman. Anda hanya membayar bunganya saja, bila kondisi keuangan Anda tidak memungkinkan. Sekali lagi, jika ada penawaran pinjaman dari kreditur, saran saya perhatikan juga cara mengangsur. Pilihlah cara angsur seperti rekening koran. Cara ini cocok digunakan bagi Anda yang baru saja memulai usaha. Gunakan Jurus dari IImu Memelas Ketika saya memulai semuanya saat bangkit lagi dari keterpurukan akibat kredit, saya selalu menggunakan nasihat senior saya sebagai pedoman. Pasalnya, saya suka sekali dengan kalimatnya ketika beliau ngobrol dengan saya sambil lalu dan sama sekali tanpa ada nada/unsur menasihati. Kalimat beliau seperti ini: “Jika sudah benar-benar habis, maka Aabisin juga gengsinya, dan pakailah ilmu ‘melas’ atau ‘ngemis’ ...” Begini kisah yang beliau ceritakan pada saya di suatu sore di kala kami sedang nyangkruk santai sambil ngopi-ngopi di warung di sudut pasar. Pada tahun 1998 sewaktu krismon, beliau juga bangkrut habis-habisan, sama sekali tidak ada uang. Pada saat itu beliau hanya bisa pasrah dan berserah pada sama sekali tanpa ada nada/ unsur menasihati. pada beliau, meski jalan itu bukanlah jalan yang mudah karena lumayan berliku-liku dan pahit. “Saya terpaksa ngemis...,” kata beliau. Untuk menjadi pengemis beliau menggunakan rencana. Saat itu beliau membuat daftar dan mendata semua kawan dan kerabatnya, yang terkumpul sekitar 166 orang. Berdasarkan data di dalam daftar tadi mulailah beliau mendatangi mereka satu per satu. Tujuan mendatangi semua kawan yang ada di dalam daftar itu juga sederhana, yaitu untuk menceritakan kondisi dan keadaan sulit yang sedang beliau alami. Lalu pada bagian akhir pertemuan, beliau meminjam uang kepada mereka. Tentu kawan beliau akan menanyakan berapa jumlah uang yang hendak dipinjam dan dengan berusaha menahan malu beliau menjawab seikhlasnya, seadanya, dan semampunya. Akhirnya, ada yang memberinya pinjaman sebesar 100 ribu, 50 ribu, 300 ribu, dan bermacam-macam lagi jumlahnya, bahkan ada yang hanya memberinya pinjaman sebesar 20 ribu rupiah. Semua itu beliau terima, termasuk ada juga yang memberinya pinjaman besar sekitar Rp3 juta. Singkat cerita, dari hasil “mengemis” pinjaman ke 166 teman dengan cara mengunjungi mereka selama 5 hari, terkumpullah uang Rp17,5 juta dan dari situlah beliau bisa bangkit lagi sampai sekarang. Beliau mengatakan kepada saya, semoga pengalaman beliau itu bisa jadi solusi, walaupun bukanlah sebuah solusi yang diharapkan. Saya terenyak mendengar kisah beliau yang menyeramkan itu, rasanya saya tidak sanggup untuk melakukan apa yang beliau sudah lakukan. Sungguh luar biasa dan memang sering sekali terjadi solusi yang harus dihadapi jauh sekali dari solusi yang kita harapkan. Kita sering mengharapkan solusi yang sesuai dengan keinginan kita, tapi saat ngobrol dan diskusi dengan banyak pihak, tidak ada satu pun solusi yang bisa dilakukan dan dihadapi sesuai dengan keinginan kita. Saat saya terpuruk pada masa lalu, saya hanya cacat kredit di mata bank, tapi saya tidak punya cacat kredit di kalangan kawan dan kerabat saya. Sehingga, walaupun tidak seek strem yang beliau lakukan, saya masih bisa mendapatkan kepercayaan dari kawan dan kerabat saya untuk masalah uang. Inilah yang selalu membuat saya suka pinjam ke bank sebab bank adalah mesin bersistem yang tidak punya perasaan. Ada yang bilang, seseorang belum bisa disebut sukses jika belum mengalami kegagalan berkali-kali. Jatuh berkali-kali. Setelah merasakan sakitnya gagal, bangkit, dan tahu nikmatnya berhasil, saat itulah ia baru tahu maknanya sukses. Ada juga yang mengatakan bahwa seorang pelaut akan disebut Pelaut Ulung jika ia telah melewati hantaman ombak yang tinggi berkali-kali karena pelaut ulung tidak pernah lahir dari ombak yang tenang. Oleh karena itu, seseorang baru bisa disebut orang sukses jika telah berhasil melewati masa-masa sulit, jatuh, gagal, dan bangkrut berkali-kali tapi bisa selalu bangkit dan bangkit lagi tanpa kenal kata menyerah sampai sukses benar-benar teraih. Jadi, jika kita tidak pernah mengalami masa-masa gagal dan tidak pernah bangkit lagi sampai kemudian meraih sukses, bagaimana mungkin bisa disebut orang sukses yang hebat? Berterima kasihlah pada kegagalan-kegagalan yang terjadi, ditipu orang, dikomplain pelanggan, tertimpa rugi bertubi-tubi, hampir kolaps, dan bahkan dicibir teman, keluarga, dan saudara... Berterima kasihlah pada mereka karena semua itu adalah vitamin sekaligus pengungkit (leverage) bagi kita untuk menuju SUKSES yang sesungguhnya. celal Daa a Selain cara mencari modal ke bank, hal yang lebih penting lagi adalah bagaimana mengelola uang kredit yang telah diperoleh dari bank agar dapat dipergunakan secara benar untuk meningkatkan kehidupan kita dimasa depan. Ada beberapa pengalaman yang saya dapatkan ketika saya mengalami kredit macet di tahun 2010. Pengalaman-pengalaman itu kemudian saya jadikan panduan atau semacam Standard Operation Procedure (SOP) setiap kali saya mencari kredit lagi. Utang Bank Dibayar oleh Bank Dalam SOP yang saya buat, salah satunya adalah tentang jurus Utang Bank Dibayar oleh Bank. Awalnya adalah ketika saya mulai belajar mengajukan kredit ke bank sampai akhirnya saya ketagihan akan kredit bank. Setiap saya mengajukan kredit dan ketika kredit sudah di-acc, lalu saya pun dipanggil untuk pencairan maka saya sering dititipi pesan yang hampir mirip tentang dua hal, yaitu: aS oa 2. Jangan dilunasi Tentu saja saya kaget, terutama dengan pesan yang kedua. Pesan pertama sudah jelas dan pasti, tidak ada satu pun pemberi kredit yang pengin kreditnya tidak dibayar alias macet. Jadi, pastilah dia akan mengingatkan si penerima kredit supaya lancar terus dalam pembayaran alias jangan macet. Namun, pesan kedua yang meminta untuk jangan melunasi pinjaman tapi terus dipelihara dan usahakan ditambah lagi agar semakin besar, sungguh mengganggu pikiran saya. Mengapa bank malah ingin utang nasabah tidak dilunasi—padahal kalau saya meminjamkan uang ke kawan saya atau saudara saya maka saya pasti akan mengejar-ngejar terus agar pinjaman tersebut dilunasi. Saya yang yang dihantui rasa penasaran pun akhirnya menanyakan perihal pesan yang kedua tadi pada mereka. Alasan mereka, pertama, selama nasabah itu masih membayar angsuran maka bank akan selalu mendapatkan keuntungan yaitu dari bunga pinjaman. Bunga pinjaman itulah keuntungan bagi bank. Kedua, jika nasabah melunasi utangnya maka putuslah hubungan kerja sama antara nasabah dan bank. Sebagai akibat dari putusnya hubungan kerja sama ini, bank akan kehilangan sumber pendapatan dan keuntungannya. Ketiga, jika nasabah melunasi utangnya, saat nasabah akan meminta pinjaman lagi, pihak bank akan memeriksa nasabah mulai dari awal lagi karena semua data dan histori utangnya sudah selesai. Jadi, semacam berkenalan dari awal antara nasabah dan bank pemberi kredit. Mereka mencontohkan, biasanya nasabah yang minta penambahan limit kredit jika waktunya sudah pas akan diproses lebih mudah ketimbang nasabah baru. Sama halnya jika ada nasabah yang minta take over kredit atau pindah bank pasti prosesnya juga lebih mudah dibandingkan dengan nasabah baru. Saya lantas menyimpulkan, sebenarnya bank juga butuh nasabah dan takut kehilangan potensial. Jadi, tidak aneh jika rata-rata petugas bank berpesan seperti itu kepada saya. Dari situlah kemudian saya memikirkan bagaimana cara saya bisa mendapatkan kredit terus tanpa putus hubungan dengan bank. Sayangnya, hubungan saya dengan bank akhirnya berjalan tidak harmonis dan akhirnya putus. Semua ini akibat saya gagal melaksanakan kewajiban saya membayar tagihan ke bank. Salah satu faktor yang membuat saya gagal dalam melaksanakan kewajiban adalah karena saya mengandalkan penghasil dari gaji dan dari bisnis untuk membayar semua kewajiban dan tagihan saya ke bank. Dulu saya tidak paham, tapi setelah kredit saya macet dan mengadakan evaluasi dari kesalahan saya, saya pun akhirnya mendapatkan sebuah kenyataan bahwa penghasilan dari gaji dan dari profit bisnis itu tidak tetap alias selalu berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Sementara, yang saya tidak sadari juga adalah kenyataan tagihan kredit yang harus dibayar itu selalu tetap setiap bulannya sampai lunas. Lalu, bagaimana bisa sesuatu yang bersifat tidak pasti atau tidak tetap dapat menyelesaikan sesuatu yang bersifat tetap? Penghasilan dari gaji atau profit bisnis tidak tetap, sementara angsuran selalu tetap. Inilah kenyataan yang saya dan masyarakat awam lakukan selama ini, mengandalkan gaji dan keuntungan bisnis yang bersifat tidak tetap setiap bulannya untuk membayar tagihan yang jumlahnya sudah tetap setiap bulan. Jika jumlah profit bisnis dan gaji yang diterima setiap bulannya berada di atas angsuran maka pasti pembayaran akan aman. Tapi jika besar penghasilan di bawah tagihan, yang terjadi pastilah kredit macet. Kalau sudah terjadi kredit macet, pastilah yang disalahkan utangnya. Nasabah dianggap kebanyakan utang padahal situasinya tidak selalu seperti itu. Banyak hal yang menyebabkan penghasilan yang sebelumnya tinggi atau di atas angsuran, tiba-tiba menjadi sama atau di bawah nilai angsuran. Hal-hal seperti inilah yang sering kurang kita sadari. Kita sering lupa bahwa negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat inflasi tertinggi di dunia. Kalo inflasi naik terus dari tahun ke tahun, pastilah nilai uang akan menjadi turun. Contohnya kurang lebih seperti ini, semula modal sejumlah X bisa digunakan untuk belanja barang sejumlah Y dan menghasilkan keuntungan sejumlah Z sehingga sebagian dari keuntungan bisa dipakai untuk membayar angsuran. Jika inflasi naik maka nilai tukar uang turun, dengan demikian sejumlah modal tadi tidak bisa lagi dipakai untuk membeli sejumlah barang yang sama dengan pembelian sebelumnya. Kalau ingin mendapatkan hasil yang sama maka kita harus menambahkan sejumlah modal lagi. Akibat inflasi, kalau tidak ada dana yang ditambahkan, hasil pun akan berkurang. Jika hasil berkurang maka profit dan keuntungan juga kurang. Jika semuanya berkurang maka pembayaran angsuran beban utang yang bersifat tetap akan berkurang juga. Jika hal itu tidak diperbaiki, maka bisa berakibat pembayaran tagihan menjadi tidak lancar dan berpotensi macet. Awalnya saya tidak paham akan hal ini, tetapi setelah mengalaminya sendiri, barulah saya menjadi paham. Memang pelajaran terbaik adalah praktik langsung, tapi siapa yang mau jika harus praktik mengalami kredit macet dulu? Itulah sebabnya, saya menuliskan pengalaman saya ini sebagai pelajaran bagi para pembaca agar bisa melakukan langkah-langkah evaluasi sedini mungkin. Setelah mengevaluasi pengalaman saya, saya pun menemukan sebuah jurus yang saya namakan “Utang Bank Dibayar oleh Bank”. Apa maksud jurus itu? Utang bersifat pasti, sementara penghasilan bersifat tidak pasti. Oleh karena itu, untuk membayar sesuatu yang bersifat pasti harus menggunakan uang yang bersifat pasti juga. Utang bank bersifat pasti dan angsurannya juga bersifat pasti, jadi bayarlah utang dari bank menggunakan pinjaman dari bank lagi, yang jumlahnya juga sudah pasti. Orang sering rancu dan menganggap utang bank dibayar bank adalah sesuatu yang sama dengan gali lubang tutup lubang. Mungkin sepintas kelihatannya sama, tapi sesungguhnya lubang itu adalah dua hal yang sangat berbeda pengertiannya. Dalam pengertian saya, “gali lubang tutup lubang” adalah mendapatkan utang dari satu tempat untuk melunasi utang di tempat yang lain. Sementara, utang bank dibayar oleh bank itu HANYA dalam arti membayar utang dengan uang bank tapi TIDAK melunasi utangnya. Itu perbedaan mendasar dari keduanya. Kesimpulannya, apakah kita akan terus memperbesar utang dari bank dengan cara membayarinya dari uang yang kita hasilkan dari pinjaman bank juga? Sambil berbinis dan bekerja, kita harus terus mengajukan pinjaman kredit untuk bisa mendapatkan pencairan guna membayar tagihan-tagihan yang ada. Sementara penghasilan dari bisnis atau pekerjaan tidak terganggu untuk membayar tagihan sehingga bisa kita alokasikan untuk membeli aset. Dengan jurus “Utang Bank Dibayar oleh Bank”, utang tidak pernah lunas tetapi terbayar dengan rutin dan pasti sehingga dua pesan dari bank (jangan sampai macet dan jangan dilunasi)bisa dilakukan dengan baik. Saya melihat ada beberapa keuntungan dari jurus “Utang Bank Dibayar oleh Bank”, antara lain: SOME Te-(oo a 1a 00 Ta dete Leo Lge] 1-1 2. Masyarakat mudah mengakses kredit. 3. Mengurangi kredit macet dan bermasalah. 4, Mengurangi peran tukang tagih (debt collector). | Credit Logika penjelasannya adalah sebagai berikut. 1. Target Pengucuran Kredit Selalu Tercapai Jika masyarakat membayar © dengan lancar semua tagihan kreditnya maka bank akan bisa memberikan pinjaman lebih besar dan lebih banyak lagi. Masyarakat bisa membayar lancar karena bank mengawasi pemakaian kredit masyarakat. Bila penggunaannya benar dan dana sudah hampir habis maka bank akan mengucurkan kredit lagi. 2. Masyarakat Mudah Mengakses Kredit oa Hal ini terjadi jika masyarakat tidak takut lagi terhadap kredit. 1, Pasalnya, sampai sejauh ini konotasi utang atau kredit dalam pola pikiran masyarakat adalah sesuatu hal yang buruk sekali. Jika masyarakat diajarkan dan dipermudah mengakses kredit karena semua tagihan itu bisa dibayar dengan tagihan baru tentunya masyarakat tidak akan kesulitan keuangan dan mudah mengakses kredit. aad 3. Mengurangi Kredit Macet dan Bermasalah Kredit macet dan kredit Co bermasalah itu timbul karena nasabah tidak punya uang untuk SP membayar tagihan utangnya oleh berbagai alasan. Jika nasabah yang masih sehat selalu dikucuri = dana pelan-pelan yang bisa dipergunakan untuk usaha dan membayar tagihan, tentunya kredit bermasalah bisa dikurangi secara tajam. 4, Mengurangi Peran Tukang Tagih (Debt Collector) Jika nasabah lancar membayar tagihan dan selalu memegang uang untuk berbisnis atau membayar tagihannya maka tidak akan ada kredit macet. Jika tidak ada kredit macet maka tidak akan ada tukang tagih (debt collector). Pendek kata, “tugas” seorang nasabah adalah terus mencari kredit untuk berbisnis dan membayar tagihan-tagihan. Apabila metoda ini bisa berjalan dengan baik maka semua pihak pihak akan menjadi bahagia dan senang—win-win solution. Cd a Pertanyaan berikutnya, sampai kapan kita akan menerapkan jurus ini? Tentu saja, kita harus memiliki rencana yang jelas. Bila utang kita sudah dibayar oleh bank maka penghasilan yang kita dapatkan dari bisnis atau gaji bisa kita sisihkan untuk membeli aset berupa properti. Nilai properti akan naik terus, walaupun properti itu belum kita fungsikan sebagai rumah tinggal atau bersifat “tidur”. Dari kenaikan nilai properti inilah, kita bisa mendapatkan selisih dana untuk melunasi utang-utang yang ada. Nilai properti selalu naik dari tahun ke tahun, sementara nilai utang yang rutin dibayar pasti turun dari tahun ke tahun. Metode 30:30:30 Jurus kedua dalam mengelola kredit adalah metode 30:30:30. Sama seperti jurus sebelumnya, jurus ini juga hasil temuan saya selama jatuh-bangun di dunia kredit. Saya mempraktikkan adalah metode 30:30:30. Pada setiap kredit yang saya dapatkan. Berapapun nilai utang yang saya peroleh, selalu saya bagi menjadi tiga bagian dengan persentase 30% 30% pertama dipakai sebagai modal usaha atau untuk veld CEO 30% ketiga untuk dana cadangan yang dibiarkan mengendap di dalam rekening. Jika dana dalam anggaran 30% kedua bisa digunakan untuk membayar tagihan pada 3-6 bulan pertama maka bisa dipastikan dana cadangan pada 30% ketiga juga bisa dipakai untuk membayar tagihan pada 3-6 bulan berikutnya. Jika metode ini dilakukan dengan benar dan disiplin maka seorang nasabah bisa menggunakan 30% uang utangnya dengan tenang untuk bisnis atau keperluan lainnya setelah pencairan. Lalu selama 6-12 bulan berikutnya, semua tagihan itu dibayarkan oleh bank melalui anggaran 30% kedua dan ketiga. Berdasarkan pengalaman saya dan kawan-kawan pengusaha, jika dalam 3-6 bulan pertama seseorang yang berbisnis tidak diganggu oleh tagihan pinjaman modal, biasanya bisnis akan berjalan dengan baik. Begitu pula, berdasarkan pengalaman kawan-kawan yang berbisnis dengan bermodalkan utang, biasanya uangnya langsung habis dipakai. Alhasil, dalam 3-6 bulan pertama mereka akan pusing dan kebingungan dalam mengatur bisnis dan angsuran pinjamannya. Jika sudah demikian, bisa dipastikan bisnisnya tinggal menghitung hari kapan tagihan bank akan terlambat bayar sebelum akhirnya macet sama sekali. Raa Inilah yang dimaksudkan dengan metode 30:30:30. Dengan metode ini seseorang bisa mengamankan keuangannya sampai 6-12 bulan ke depan. Jika hasil bisnisnya bagus dan sesuai rencana bisnis maka hasil bisnislah yang bisa dipergunakan untuk membayarkan kelanjutan tagihan sampai lunas. Namun, jika masih ingin menggunakan metode “Utang Bank Dibayar oleh Bank”, maka pada bulan ke-3 atau ke-6 kita sebagai nasabah akan sangat bisa mencari kredit ke bank lainnya dengan peluang untuk di-acc sangat besar. Mengapa bisa demikian? Karena data pada mutasi rekeningnya akan menunjukkan saldo yang cukup dan selalu bergerak naik. Pada metode 30:30:30, jika seluruh persentase dijumlahkan (30% + 30% + 30%) maka total yang telah masuk perencanaan manajemen kredit hanyalah 90%. Dalam hal ini berarti masih ada sisa dana sebesar 10%. Apa yang bisa kita lakukan dengan sisa dana itu? Jawabannya, pergunakanlah sisa 10% itu sebaik-baiknya untuk membahagiakan keluarga, entah berjalan-jalan bersama keluarga, orang tua, kerabat anak, istri, orang tua, mertua, dan saudara. Atau bisa juga kita menggunakannya untuk membayar sedekah kepada mereka yang berhak supaya kredit yang kita dapatkan menjadi lebih berkah lagi. Bayangkan saja apa yang terjadi jika 10% dari setiap pencairan kita berikan kepada keluarga di rumah. Berdasarkan pengalaman, orang rumah akan menjadi pemacu semangat buat saya dalam mencari kredit ke bank. Pasalnya, jika sudah lama saya tidak memberi jatah 10% pada orang rumah, biasanya mereka akan bertanya, “Enggak ada pencairan to? Kok enggak ngasih uang kayak biasanya? Kalau enggak ada pencairan, ayo kita cari barengan biar selalu cair." Dengan metode 30:30:30, saya melibatkan orang rumah dalam manajemen kredit saya sehingga orang rumah tahu persis pencairan dan penggunaannya serta menikmati kredit sejak A a awal pencairan—dan itulah yang membuat orang rumah menjadi pendukung saya bergerak di bidang kredit bank. Akhirnya, bila kedua jurus tadi diaplikasikan secara terpadu jadilah sebuah formula ampuh dalam membayar utang: # Utang bank dibayar oleh bank dengan metode 30:30:30 # Seperti itulah cara saya mengatur uang kredit dari bank supaya terhindar dari kredit macet untuk yang kedua kalinya—dan supaya saya tidak jatuh ke dalam lubang yang sama. Membayar utang bank dengan gaji atau profit bisnis hanya akan membuat kita terengah-engah karena sebagian besar hasil kerja keras kita tidak bisa kita nikmati, tetapi tergerus untuk membayar kewajiban pada bank. Jika kita selalu merasa terengah-engah, kita akan menyesal punya utang dan ingin segera melunasinya serta kapok untuk berutang kembali. Padahal, di sisi lain kita masih sangat memerlukan dana kredit atau utang dari bank untuk berbagai keperluan. Beruntunglah, dengan formula ampuh tadi, saya bisa membayar kewajiban saya, sekaligus gaji dan profit bisnis bersama keluarga, termasuk membeli logam mulia atau memperbesar aset secara tunai. Utang Dibayar Utang? Inilah prinsip saya dalam mengatur kredit. Mungkin terdengar janggal atau aneh, tetapi prinsip tersebut telah menarik saya sejak awal saya melakukan uji coba dan saya praktikkan hingga kini dalam kehidupan bisnis dan rumah tangga saya. Benar, saya hampir tidak pernah membayar utang-utang yang saya miliki dengan uang gaji atau dari keuntungan bisnis saya. Bila hal itu saya lakukan (lagi), saya merasa sepertinya hidup ini hanya untuk membayar utang. Setiap dapat uang, yang terpikir pertama kali hanya membayar angsuran utang, sementara keperluan saya dan keluarga entah berada di nomor urut keberapa. Jika saya punya uang banyak, saya yakin bisa terus hidup dan terus membayar angsuran utang. Masalahnya, uang saya ternyata terbatas sehingga saya harus memprioritaskan membayar utang daripada keperluan pribadi agar tidak menjadi kredit macet. Saya ingat-ingat lagi, yang membuat uang saya terbatas ternyata penghasilan saya yang kurang bagus. Sewaktu masih karyawan, gaji saya kurang. Sementara setelah jadi pengusaha, omset saya ternyata kurang dari target sehingga profit juga belum besar. Di samping itu, uang hasil berbisnis saya juga harus dibagi ke dalam tiga pos pengeluaran, yaitu bayar tagihan, beli barang lagi, dan untuk biaya operasional termasuk pengeluaran pribadi. Saya yakin pengusaha di level mana pun punya pembagian pos keuangan yang sama—yang membedakan hanyalah nilai nominal antara pengusaha pemula atau pengusaha kawakan. Jika uangnya kurang maka hanya ada dua alternatif, yaitu melakukan penghematan atau mencari tambahan dana lagi. Jika pilihannya mencari tambahan dana maka tinggal mencari sumber dana, entah ke investor atau ke bank. Dalam hemat saya, ada kemiripan dan perbedaan antara investor dan bank. Seandainya permohonan tambahan dana disetujui, entah dari investor atau dari bank, biasanya kita akan mencatatnya dalam catatan arus kas masuk (bisa dibilang pendapatan). Jadi, menurut saya daripada arus kas masuk hanya berasal dari gaji atau profit maka saya juga mencari sumber lain. Dalam hal ini, saya lebih suka lewat bank daripada investor. Pasalnya, kalau kalau lewat bank kita berhubungan dengan lembaga. Sementara, kebanyakan investor kebanyakan adalah perorangan. Pilihan ada di tangan kita masing-masing. aa Berhubung saya suka dengan bank maka yang kita bicarakan adalah mendapatkan uang dari bank dalam bentuk pinjaman alias kredit atau utang. Tidak semua uang hasil utang dari bank saya pakai, sebagian saya sisihkan untuk membayar angsuran yang akan berjalan atau angsuran dari utang yang lain. Hasil dari semua kredit yang saya peroleh, saya bagi untuk pemakaian, pembayaran, dan cadangan. Saya tidak membayar kredit dengan uang dari penghasilan saya, melainkan dari hasil kredit juga. Lalu, untuk apa penghasilan saya? Uang dari penghasilan 100% saya nikmati—bukan untuk foya-foya, melainkan saya tabung dan investasikan ke berbagai instrumen investasi, seperti saham, properti, atau logam mulia yang semuanya dibeli dengan tunai. Atau, bisa juga dibeli dengan cara kredit, tetapi dengan catatan, penghasilan kita sudah benar-benar tetap dan konstan secara berkesinambungan. Kalau saya bayar utang dengan penghasilan maka pada saat kredit saya macet, saya akan semakin khawatir dengan berbagai ancaman dari pihak bank. Saya sudah mengalami uang hasil kerja keras saya tidak sempat saya nikmati bersama keluarga karena sudah telanjur habis untuk membayar utang. Ada rasa sayang dan rasa “rugi” karena sudah bekerja keras, tetapi hasilnya hanya untuk membayar utang, itu pun pada akhirnya macet juga. Namun, berhubung selama ini saya membayar angsuran dengan uang bank maka saat kredit saya macet saya tidak terlalu memikirkannya. Saya merasa sudah sudah mendapatkan untung karena semua penghasilan saya tetap utuh berada dalam rekening atau tersimpan dalam bentuk investasi tunai. Manajemen Itu Seni Tidak semua orang piawai dalam mengatur sesuatu. Mungkin kita belajar manajemen dari orang yang sama, praktik dengan bimbingan dari mentor yang juga sama dan secara bersama-sama, tapi sering kali hasilnya berbeda satu dengan yang lainnya. AR a) Sentuhan tiap orang berbeda, feeling tiap orang berbeda, dan perasaan dan kondisi tiap orang juga berbeda-beda. Sehingga meskipun melakukan hal yang sama, hasilnya bisa berbeda satu dengan lainnya. Itulah yang saya maksud dengan manajemen adalah seni. Manajemen adalah seni, dan kredit juga sebuah seni. Oleh karena itu, mengelola manajemen kredit bukan perkara yang mudah, walaupun juga bukan merupakan sebuah pekerjaan yang sulit dilakukan. Mari kita cermati dari sudut pandang seorang kawan saya, Prabu Linggo. Kredit itu seni, begitu kata kawan saya yang biasa kami panggil dengan julukan Prabu Linggo. la pernah mengikuti kelas pelatihan atau workshop Credit Wisdom, dan mempraktikkan ilmu-ilmu yang saya Sampaikan di kelas dengan modifikasinya sendiri sehingga bisa dipergunakan untuk menafkahi diri dan keluarganya. Saat mengikuti kelas Credit Wisdom, ia adalah seorang buruh. Setelah ikut kelas pelatihan dan workshop Credit Wisdom, ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan fokus menggunakan ilmu kredit sebagai kendaraan dalam menafkahi keluarganya. Seni dalam kredit itu bukan hanya saat mendapatkannya, tapi yang terutama adalah bisa menggunakan dan mengelola uang pencairan kredit dengan benar sehingga makin berkembang, bisa memenuhi kebutuhan, dan tidak berbalik menjadi beban buat nasabahnya. # Selain mencairkan kredit harus ada MANAJEMEN KREQIT # Pencairan itu begitu indahnya. Dari seseorang yang sebelumnya kesulitan keuangan, dengan ilmu kredit akan berubah menjadi sosok yang mudah mendapatkan uang, walaupun uangnya juga uang kredit dari bank. Oleh karena itu, bila kita sebagai nasabah kredit lengah sedikit saja dalam mengelolanya maka kita akan habis hancur dengan cepat. Seni dalam mengelola kredit ini tidak bisa disamakan antara satu individu dengan individu lain karena latar belakang dan kondisi, serta situasi yang dihadapi setiap orang pasti berbeda-beda. Ada yang memulai dengan posisi nyaman dan berlebih, ada yang memulai dalam posisi setengah hidup dan setengah mati, bahkan ada yang memulai belajar ilmu kredit ini dalam keadaan minus ancur-ancuran. Dengan adanya perbedaan latar belakang ini maka walaupun kita sudah belajar ilmu manajemen kredit yang sama, yaitu jurus “Utang Bank Dibayar oleh Bank” dan jurus “30:30:30”, tetap saja hasilnya akan berbeda tpada setiap orang. Yang sudah melakukan manajemen kredit berdasarkan jurus yang disampaikan di kelas dan sering diulas dalam grup saja bisa ambrol dan gagal, apalagi yang mengelola kredit dengan asal-asalan. IImu kredit adalah seni dan kredit pun sebuah seni, tergantung siapa yang melakukannya. Tidak perlu malu dan minder menurunkan tensi permainan meski sudah ahli dalam mencairkan segala jenis kredit. Pasalnya, setelah ahli dalam mencairkan kita juga harus menjadi seorang ahli manajemen kredit. # Di atas langit masih ada langit....# Ilmu kredit bukan sekadar bagaimana mencairkan dan menambah kredit, tetapi juga bagaimana cara tiap orang kemudian mengelola penggunaan kreditnya sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh masing-masing. Selain itu, ilmu kredit tergantung pada cara tiap-tiap orang dalam mempersiapkan mental jika diuji oleh Yang Mahakuasa dengan sebuah kesulitan membayar yang berakhir dengan kemacetan kredit. Jika masih merasakan galau dalam menikmati kredit, itu artinya ia hidup sebagai manusia, masih hidup otak dan hatinya, masih normal, dan memiliki sifat manusiawi. Menurut Prabu Linggo uang dari hasil kredit itu: Sebagian saja yang dipakai untuk bisnis riil, buka usaha casing, main Business Opportunity, atau yang lain-lainnya. Tetap jangan lupa, sebagai manusia normal kita juga perlu memakai uang kredit itu untuk bersenang- senang, tetapi sebaiknya hanya kalau ada lebihnya aja—yang dalam jurus Credit Wisdom adalah 10% dari 30:30:30. Masih menurut Prabu Linggo,yang terpenting buat dirinya adalah poin kedua, yaitu menggunakan uang kredit untuk investasi di berbagai elemen keuangan, logam mulia, ataupun properti. Itulah yang dijalankannya secara sadar dan bukan dilakukan berdasarkan kata-kata bijak Jack Ma, miliarder asal Negeri Cina atau kata para motivator hebat lainnya. Saya juga ingat kalau Prabu Linggo selalu mengatakan, “Jadi diri sendirilah selalu setiap saat....” dan galau itu adalah bagian dari kehidupan karena jagoan dalam film dan novel juga sering merasa galau. Utang Tidak Pernah Lunas? Mungkin banyak dari Anda yang akan bertanya, bila menerapkan formula saya, utang dibayar dengan utang, kapan utang kita akan benar-benar lunas? Ya, benar sekali, utang memang tidak akan pernah lunas, bahkan akan terus membesar seperti bola salju. Memang itulah tujuan yang dicari, utang harus dibayar dan bukan untuk dilunasi. Kenapa bisa begitu? Ketika saya belajar, guru-guru saya selalu mengatakan kalau belajar jangan tanggung-tanggung, langsung saja belajar dari ahlinya supaya ilmu yang didapat juga maksimal dahsyatnya. Jika belajar tentang ilmu kaya dan ilmu bisnis maka saya diminta belajar kepada para ahli—yaitu orang-orang kaya yang sukses. Saya pun lantas membaca dan mencari informasi dari berbagai sumber (buku, surat kabar, dan Internet) tentang pola hidup dan pola berpikir orang-orang kaya. Berdasarkan sumber-sumber itu, jarang sekali saya temui artikel yang memuat berita bagaimana orang-orang kaya itu melunasi utang mereka. Justru, berita yang banyak saya temui adalah mereka selalu menambah nilai utang seiring dengan kemajuan bisnis dan pertambahan jumlah aset dan propertinya. Berita lain yang sering muncul adalah bagaimana para orang kaya itu menata kembali utang-utang mereka dan bagaimana mereka bernegosiasi dengan pihak bank untuk menghitung ulang jumlah utangnya, memperpanjang pembayaran sisa utang sehingga jumlah yang harus dibayar menjadi sedikit, menegosiasi nilai suku bunga yang dibebankan, bahkan mencari tambahan utang lagi.Dalam hal mencari tambahan utang, jika tidak diperoleh dari satu bank lokal maka para orang kaya mencari tambahan kredit melalui konsorsium bank (beberapa bank sekaligus yang bisa bekerja sama). Bahkan, jika bank lokal belum da) bisa mencairkan dana kredit yang dibutuhkan, mereka mencari bank asing dari luar negeri. Saya pun lalu menyimpulkan bahwa orang-orang kaya selalu menambah jumlah utang. Bahkan kalau mereka melunasi utang, itu pun merupakan strategi untuk mendapatkan utang yang lebih besar lagi. Jika para ahli (orang-orang kaya) tidak pernah melunasi utang-utang mereka, kenapa saya harus melunasi utang yang saya miliki, padahal utang saya pasti jauh lebih sedikit dibandingkan mereka??? Bahkan pada kenyataannya, tidak sedikit perusahaan para orang kaya itu juga yang jatuh, bangkrut, atau kolaps, yang membuat mereka terpaksa gagal melaksanakan kewajiban pembayaran utang. Kenyataan itu juga sama seperti situasi yang saya atau rekan-rekan saya sesama pengusaha alami, baik yang pemula maupun yang sedang tumbuh. Dalam kondisi kolaps pun para orang kaya tidak berusaha melunasi utang mereka. Langkah yang biasa mereka lakukan adalah bernegosiasi dengan lembaga perbankan pemberi kredit agar mereka diberi solusi pembayaran tagihan dan perkembangan bisnis. Dalam pemahaman saya, langkah itu yang harus kita pelajari dan tiru sesuai dengan kondisi kita masing-masing saat ini. Kita harus belajar bernegosiasi dengan pihak bank dalam upaya mengatur pembayaran tagihan-tagihan utang kita. Boleh jadi kita memang sangat ingin segera melunasi utang karena sudah dipusingkan dengan masalah pembayarannya. Tetapi apakah setelah utang benar-benar dilunasi, kita benar-benar tidak perlu berutang lagi di kemudian hari? Utang budi dibayar budi, utang nyawa dibayar nyawa, utang bank dibayar oleh bank. Meski demikian, wajib untuk selalu diingat bahwa dalam menggunakan uang dari kredit yang harus kita lakukan adalah selalu mengalokasikan dananya untuk dua hal, yakni (1) membayar tagihan minimal untuk 3 bulan sampai 6 bulan pertama setelah pencairan dan (2) mengalokasikan dana cadangan yang harus selalu tersedia di rekening. Wah! Utang Garuda Naik 7% Jadi US$513 Juta - detikSport Kamis 12 Jan 2012, 18:21 WIB Jakarta - Jumlah utang maskapai penerbangan plat merah PT Garuda Indonesia Tbk naik 7,7% pada tahun 2011 menjadi US$513 juta atau Rp4,6 triliun, dari jumlah di 2010 US$476 juta. Demikian disampaikan oleh Direktur Keuangan Garuda Elisa Lumbantoruan saat pemaparan kinerja perusahaan Garuda Indonesia 2011 di Kompleks Garuda Maintenance Facility di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (12\/1\/2012). “Peningkatan utang itu karena pada 2011 ada pinjaman sebesar US$50 juta dari Citibank, UBS, dan Indo Exim,” ucapnya. Dengan besarnya jumlah utang itu, kata Elisa, pihaknya di 2012 ini menganggarkan dana sebesar US$131 juta untuk membayar cicilan. “Kami harap sih tidak ada pinjaman lagi tahun ini, biar posisi utang menjadi US$400 jutaan,” tandasnya. Mengenai sumber pendanaan untuk membayar utang itu perseroan akan mengambil dari: 1. Operating cash flow yang diharap mencapai Rp2,5 triliun, 2. kemudian dari sisa dana IPO, 3. dan pinjaman baru. “Untuk pinjaman baru itu masih rencana, karena harus mendapat persetujuan. Dari rapat RUPS,” ucapnya. Sementara itu, menurut Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar mengatakan dalam berbisnis, utang adalah sesuatu yang wajar. “Utang itu tidak haram hukumnya. Apalagi utang itu digunakan untuk pengembangan usaha,” ucapnya. Menurut Emirsyah, dalam mengembangkan usaha mustahil tidak ada utang. “Tak mungkin berkembang dengan equity terus. Yang terpenting adalah kemampuan perusahaan untuk membayar,” tandasnya. Emirsyah coba mengilustrasi, pada 2006 pendapatan Garuda mencapai USS1 miliar, tapi utang sebesar US$900 juta. Tapi sekarang pendapatan mencapai Rp27,1 triliun, dengan posisi utang US$517 juta. “Jika dilihat itu ada keseimbangan, ada sustainable,” ujarnya. Terkait kinerja Garuda Indonesia pada 2011, perusahaan itu membukukan pendapatan Rp27,1 triliun dari Rp19 triliun (2010). Untuk 2012 diharap meningkat 21 persen. “Untuk jumlah penumpang kami targetkan 22 juta orang pada 2012, tahun lalu 17,1 juta orang,” ucap Emirsyah. Sumber: http://m.detik.com/sepakbola/bursa-dan-valas/1814139/ wah-utang-garuda-naik-7-jadi-us--513-juta cua Dalam artikel online di atas ada keterangan bahwa Garuda akan membayar utang-utangnya dengan rencana sumber-sumber pendanaan berikut. 6 Operating cash flow yang diharap mencapai Rp 2,5 triliun. 6 Sisa dana IPO. e Sisa dana |?@. Poin nomor tiga, menyebutkan bahwa salah satu alokasi dana perseroan sebesar Garuda untuk membayar tagihan utangnya adalah dengan membuka utang baru. Jika membayar utang dengan utang bukan merupakan hal penting maka tentu tidak akan disebut sebagai elemen pembayaran secara khusus dalam wawancara tersebut. Penghasilan Sebelum membahas pentingnya penghasilan dalam dunia kredit, mari kita lihat arti dari penghasilan. Wikipedia mencatat pengertian penghasilan, pendapatan, dan keuntungan sebagai berikut. Penghasilan itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu penghasilan tetap dan penghasilan tidak tetap. Seberapa pentingnya arti penghasilan dalam mencari modal kredit ke bank? Jawabannya adalan “sangat penting”. Bank akan memberikan pinjaman atau kredit kepada orang yang punya penghasilan. Bank tidak mungkin memberikan pinjaman kepada orang yang punya agunan atau jaminan, tetap tidak punya penghasilan tetap.Mengapa demikian? Logikanya, bagaimana orang yang tidak punya penghasilan akan membayar angsuran utangnya walaupun ia memiliki agunan yang siap disita dan dilelang. Jadi, sesungguhnya secara tersurat, salah satu syarat mutlak untuk bisa mendapatkan pinjaman atau kredit dari bank adalah nasabah harus punya penghasilan melalui bekerja sebagai karyawan atau mempunyai bisnis. Saya sering bertanya kepada para peserta seminar saya, "Jika si A punya uang 50 juta di dalam rekeningnya dan si B hanya punya uang 500 ribu di dalam rekening tabungannya, siapakah yang permohonan pinjaman kreditnya akan diproses oleh bank?” Biasanya hampir serentak peserta seminar akan menjawab, “Si A yang diproses, Pak!" Lalu saya bertanya lagi, "Kenapa si A yang diproses permintaan kreditnya?" Kembali mereka menjawab serempak,"Karena di rekening si A ada uang 50 juta, Pak!" Dari cerita saya di atas bisa kita simpulkan bersama bahwa bank akan memberikan pinjaman justru kepada orang yang punya uang, bukan kepada orang yang tidak punya uang. Akan tetapi, tanpa kita sadari kita justru sering memberikan bukti kepada bank bahwa kita sedang dalam kondisi berpenghasilan rendah atau malahan tidak punya uang saat kita mau mengajukan kredit ke bank. Dari mana bank bisa tahu kalau saat mengajukan pinjaman kita dalam kondisi tidak punya uang atau dalam situasi kesulitan keuangan? ihe Lae MeL aE] Cail ale aN ema Bread 1. Rekening buku tabungan —_ , Ingat-ingat saja bahwa pada saat kita mengajukan permohonan kredit pastilah bank akan meminta kita untuk menyerahkan fotokopi buku tabungan 3-6 bulan terakhir. Nah, dari sanalah pihak bank akan menganalisis situasi keuangan nasabah pada 3-6 bulan terakhir. 2. Lembar aplikasi pengajuan kredit Di dalam lembar aplikasi am lh pengajuan kredit selalu ada oe pertanyaan tentang penghasilan, bahkan di sana ditanyakan dengan detail penghasilan dari si pengaju kredit. Selalu ada kolom pertanyaan penghasilan utama dan penghasilan tambahan di dalam lembar aplikasi pengajuan kredit. 3. Data BI checking Data BI checking adalah data aH tentang utang nasabah yang oon dikeluarkan oleh Bank Indonesia +7 og atas laporan dari berbagai bank tempat nasabah sudah memiliki pinjaman. Dari data Bank Indonesia ini akan diperoleh keterangan secara detail berapa jumlah utang nasabah dan diperoleh dari bank mana saja pinjaman tersebut. 4. Hasil survei analis lapangan Biasanya setelah semua persyaratan administratif masuk ke kantor bank maka mereka akan mengirimkan petugas analisis kredit ke lapangan untuk ad o melihat dan mengunjungi rumah u I J dan tempat bekerja nasabah pengaju kredit. Pihak analis Ad yang datang akan menggali sebanyak-banyaknya informasi tentang kondisi nasabah dari berbagai sumber. Dari keempat langkah tadi, bank bisa menganalisis kondisi keuangan nasabah dan dapat memutuskan apakah nasabah pengaju kredit tersebut akan ditolak atau disetujui permohonan kreditnya secara penuh atau sebagian saja. Jadi, kalau kita ingin mendapatkan persetujuan secara penuh dalam setiap pengajuan kredit ke bank, perhatikan baik-baik keempat hal di atas, dan bukannya sibuk dengan agunan atau jaminan kita saja. Walaupun nilai agunan kita besar, kalau kita tidak bisa memenuhi keempat analisis bank tersebut, jangan harap kita akan bisa mendapatkan persetujuan kredit secara maksimal. Kenapa Pengajuan Kredit Disetujui? Pada saat mengajukan kredit ke lembaga perbankan sering kali kita sebagai orang awam bertanya-tanya sendiri, kenapa ada permohonan kredit yang disetujui dan ada permohonan kredit yang ditolak oleh bank. Secara resmi, jika permohonan kredit seseorang ditolak oleh bank maka pihak perbankan—dalam hal ini diwakili oleh analis yang melakukan survei kepada nasabah dan bagian marketing yang menerima pengajuan kredit nasabah— tidak pernah memberikan alasan. Hanya ada satu pernyataan yang selalu mereka sampaikan pada nasabah jika permohonan kreditnya ditolak, yaitu “alasan penolakan itu menjadi rahasia bank”. Tentu saja jawaban konyol seperti itu membuat nasabah yang ditolak penasaran dan bertanya-tanya sendiri. Mengingat dengan cara apa pun si nasabah tidak akan bisa mendapat jawaban kenapa permohonan kreditnya ditolak (kecuali nasabah tersebut punya hubungan dekat dengan petugas bank, barulah dia bisa mendapat bocoran mengenai alasan penolakan kreditnya). Oleh karena tidak pernah ada alasan yang jelas maka saya berusaha menyimpulkan sendiri bahwa perkara ditolak atau disetujui permohonan kreditnya oleh bank adalah terutama ada pada masalah “penghasilannya”. Seseorang yang berpenghasilan bagus akan mudah mendapatkan kredit dari bank, padahal sering kali orang ini tidak membutuhkan kredit karena uangnya memang banyak. Sementara, seseorang yang berpenghasilan pas-pasan apalagi yang berpenghasilan kurang sudah pasti akan kesulitan dalam mendapatkan kredit dari bank. Padahal, golongan pas-pasan dan kurang mampu inilah sesungguhnya yang sangat memerlukan kredit dari bank, entah dengan alasan apa pun. Penghasilan seorang karyawan sudah sangat jelas dan bisa dilihat dari slip gaji bulanannya atau dari surat keterangan penghasilan yang dibuat oleh perusahaan tempat karyawan itu bekerja. Sementara, penghasilan seorang pengusaha tidak jelas dan pasti karena hanya bisa dilihat dari hasil perputaran usahanya setiap bulan atau dilihat dari omset per bulan usahanya. Berikut ini adalah contoh penghasilan seorang pengusaha. Contoh Kasus; Seorang pemilik Usaha cumah makan dengan Keuntungan ators profit 30% dari omset rata-rata per bulan, mutasi reKening, atau Yong yong Selalu disetor Ke bank setinp hari secara rutin sebesar > Rpt,000,000,00 ingin membeli rumah dengan KPR di Bank X sebesar %p300,000,000,00 dengan masa angsuran atau Tenor selama 15 fahun dan angsuran per bulannya sekitor Rp3,000,000,00, Apakah Kredit ini layak untuk disetujur? * Analisis bank Untuk Kemampuan angsuran: = omset atau mutasi reKening/hari x 30 hari x propit x 30% = Rp1.000.000,00 x 30 x 30% x 30% 00,000,00 Rel? a Kesimpulan: * Nila’ angsuran (R3,000,000,00) lebih besar dari Kemampuan angsuran (Rp2,700,000,00) moka KREDI T TIDAK DISETUJUI, Kenopo, bisa begitu? Karena, bank menganggap penghasilan nasabah itu lebih rendath daripada, Kew ajibon yang harus

Anda mungkin juga menyukai