Anda di halaman 1dari 30

KARYA TULIS ILMIAH

BIDANG
ILMU PENGETAHUAN TEKNIK DAN REKAYASA

BRIKET AMPAS TEBU


SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI
MINYAK TANAH DAN GAS

Nama Siswa :

Dea Puspa Karinda

SMA NEGERI 1 PASURUAN


JL. SOEKARNO HATTA KOTA PASURUAN
PROPINSI JAWA TIMUR
2016

HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Briket Ampas Tebu Sebagai Energi Alternatif
Pengganti Minyak Tanah dan Gas.

Nama penulis : Dea Puspa Karinda

Nama sekolah dan alamat : SMA Negeri 1 Pasuruan


Jl. Soekarno Hatta Pasuruan
Propinsi Jawa Timur.

Pasuruan, 12 September 2016

Mengetahui
Kepala Sekolah

Drs. Taufikurrachman M.Pd


NIP. 19691218 200604 2 005

KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis, Sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini tepat waktu.
Kepada semua pihak yang telah membantu mengarahkan dan mendorong
terselesainya karya tulis ilmiah ini, penulis sampaikan banyak terima kasih yang
tak terhingga. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada :
1. Bapak Drs. Taufikurrachman M.Pd (Kepala Sekolah) yang telah memberikan
kesempatan untuk mengadakan penelitian.
2. Teman-teman sesama anggota KIR yang telah memberi dukungan
Harapan penulis, semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberi motivasi dan
inspirasi kepada pelajar-pelajar SMA di Pasuruan maupun di Indonesia

Pasuruan, 12 September 2016


Penulis

DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG.................................................................. 1
B. IDENTIFIKASI MASALAH........................................................ 1
C. PERUMUSAN MASALAH.......................................................... 1
D TUJUAN PENELITIAN.............................................................. 2
E MANFAAT PENELITIAN.......................................................... 2

BAB II. TELAAH PUSTAKA............................................................... 3


A BRIKET ....................................................................................... 3
B PIROLISIS ................................................................................... 3

BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................ 4


A. OBSERVASI ................................................................................. 4
B. STUDI PUSTAKA ........................................................................ 4
C. EKSPERIMENT ........................................................................... 4

BAB IV. PROSES PEMBUATAN BRIKET........................................... 5


A. PEMBUATAN ALAT PIROLISIS ............................................... 5
A. 1 PEMBUATAN TABUNG PIROLISIS ATAS .................... 6
A.2 PEMBUATAN TABUNG PIROLISIS BAWAH ................ 6
A. 3 PEMBUATAN KUNCI PENYAMBUNG .......................... 6
B. PENYIAPAN BAHAN ARANG.................................................... 7
C. LANGKAH PEMBUATAN ARANG............................................. 9
D. PENUMBUKAN ARANG........................................................... 12
E PENGAYAAN ARANG................................................................. 12
F. PEMBUATAN LEM KANJI ....................................................... 14
G. PENCAMPURAN BUBUK ARANG DENGAN LEM .................. 15
H. PENCETAKAN BRIKET ............................................................ 16
I. PENGERINGAN BRIKET........................................................... 17
J. PENYIMPANAN BRIKET .......................................................... 17

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 18


A. PENGUJIAN BRIKET ............................................................. 19
B. WAKTU MATI BRIKET ......................................................... 19
C. HASIL PENGARANGAN DAN SAMPAH .............................. 20
D. KESIMPULAN ......................................................................... 20
E. SARAN-SARAN ......................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 22


DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... 23

DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Pembuatan tabung pirolisis atas ............................................... 6
Gambar 2.Kunci kawat untuk menyatukan drum atas dan bawah 7
Gambar 3. Mengumpulkan limbah ampas tebu ......................................... 7
Gambar 4. Membawa ampas tebu ke sekolah ............................................ 8
Gambar 5. Ampas tebu yang sudah dikeringkan ....................................... 8
Gambar 6. Memasukkan ampas tebu ke tabung pirolisis .................... 9
Gambar 7. Membuat bara api ............................................................................ 9
Gambar 8. Menyatukan tabung (drum) atas dan bawah ..................... 10
Gambar 9. Menghentikan proses pirolisis ................................................... 10
Gambar 10. Memastikan bara api telah mati .............................................. 11
Gambar 11. Penjemuran arang ......................................................................... 11
Gampar 12. Penumbukan arang ....................................................................... 12
Gambar 13. Pengayaan arang ............................................................................ 13
Gambar 14. Sisa hasil penyaringan ................................................................. 13
Gambar 15. Penimbangan arang ...................................................................... 13
Gambar 16. Penyimpanan arang bubuk ........................................................ 14
Gambar 17. Tepung kanji dan setelah dijadikan lem .............................. 14
Gambar 18. Mencampur bubuk arang dengan lem .................................. 15
Gambar 19. Diremas-remas sampai semua bahan rata ......................... 15
Gambar 20. Alat cetak berupa anak timbangan dan paralon .............. 16
Gambar 21. Mencetak briket ............................................................................... 16
Gambar 22. Penjemuran briket .......................................................................... 17
Gambar 23. Mulai dinyalakan dan mulai membara .................................. 18
Gambar 24. Air mulai mendidih ........................................................................ 18

DAFTAR TABEL

A. Tabel Pengujian briket ..................................................................................... 19


B. Tabel Waktu Mati Briket ................................................................................. 19

ABSTRAK
Berdasarkan observasi team kami, dilingkungan sekolah, rumah maupun
masyarakat di sekitar kota Pasuruan. Masih menggunakan gas dan minyak tanah
untuk bahan bakar kompor. Kedua jenis bahan bakar ini secara periodik dinaikkan
oleh pemerintah.
Selain itu disekitar sekolah banyak dijumpai limbah tebu dari sisa perasan
sari tebu yang dijual oleh penjual sari tebu. Team kami melihat ampas tebu yang
tertimbun disekitar sekolah dan kota bisa menimbulkan pencemaran dan juga
mengurangi kebersihan dan keindahan kota..
Fakta tidak efisien dan kurang ekonomisnya bahan bakar tersebut. Team
KIR kami mencari solusi yang lebih baik. Kami menciptakan bahan bakar alternatif
yang lebih efisien dan ekonomis yaitu briket ampas tebu.
Berdasarkan latar belakang dan identikasi masalah diatas, maka rumusan
masalah dari penelitian team kami adalah “Apakah ampas tebu bisa digunakan
untuk bahan bakar alternatif pengganti gas dan minyak tanah?”
Dari masalah diatas bisa dirumuskan tujuan dari penelitian, yaitu :.
Menghasilkan bahan bakar alternatif pengganti minyak dan gas, Menghasilkan
bahan bakar dalam bentuk briket dari limbah ampas tebu, dan mereduksi sampah
organik (limbah ampas tebu) disekitar sekolah dan kota Pasuruan.
Asal kata briket berasal dari bahasa inggris “Briquet”. Berdasarkan kamus
besar bahasa Indonesia, briket mempunyai arti “bata”. Jadi briket adalah ekstrak
arang yang dihasilkan dengan memberikan tekanan yang cukup kuat sehingga
membentuk padatan (blok) seperti bata.
Dari 3 kali pengujian yang telah dilakukan oleh team peneliti. Kami berhasil
mendidihkan air dengan teko berukuran 4 liter air. Rata-rata waktu yang
dibutuhkan untuk mendidihkan air adalah kurang lebih adalah 1 jam (tepatnya
63,3 menit).

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Bahan bakar fosil (minyak tanah, bensin, solar) dan juga gas secara periodik
harganya selalu dinaikkan oleh pemerintah, sehingga menjadi sangat mahal. Saat
ini harga minyak tanah per liter berkisar Rp 13.000,- sampai Rp 15.000 rupiah.
Harga gas elpiji 3 literan sekitar Rp 14. 000,- rupiah dan yang 12 liter
sekitar Rp 56.000,-. Pengeluaran yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan
akan bahan bakar yang digunakan untuk rumah tangga.
Selain itu sumber minyak dunia dan gas semakin hari semakin menipis,
diprediksi oleh para ahli suatu saat akan mengalami kelangkaan atau akan habis.
Karena cadangan minyak merupakan hasil dari dekompresi dan fosilisasi
organisme pada masa jutaan tahun yang lalu.
Tidak efisien dan kurang ekonomisnya bahan bakar tersebut, maka
berdasarkan fakta ini kami mencari solusi yang lebih baik. Kami menciptakan
bahan bakar alternatif yang lebih efisien dan ekonomis. Dan bahan bakar ini sangat
mudah dibuat dan diaplikasikan, selain itu sangat ramah lingkungan.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan observasi team kami, dilingkungan sekolah, rumah maupun
masyarakat di sekitar kota Pasuruan, masih menggunakan gas dan minyak tanah
untuk bahan bakar kompor.
Hal ini bisa diketahui dari test wawancara dari siswa SMP Negeri 2
Pasuruan ( kita anggap sebagai wakil masyarakat kota Pasuruan). Dari 3 kelas
yang telah kami wawancarai ada 2 anak yang keluarganya menggunakan kompor
minyak tanah dan sisanya menggunakan kompor gas.
Kelas yang kami gunakan adalah VII-A (32 siswa) seluruh keluarganya
menggunakan gas, VII-B (34 siswa) ada 2 keluarganya yang menggunakan minyak
tanah, VII-C (34 siswa) seluruh keluarga menggunakan gas.
Jadi total keluarga siswa sejumlah 32 + 34 + 34 = 100 orang. Yang
menggunakan bahan bakar gas sejumlah 98 keluarga. Dan sisanya 2 keluarga
menggunakan minyak tanah. Selain itu disekitar sekolah banyak dijumpai limbah
tebu/ ampas tebu dari sisa sari tebu yang dijual oleh penjual sari tebu. Penjual sari
tebu ini juga banyak dijumpai disekitar kota Pasuruan.
Team kami melihat ampas tebu yang tertimbun disekitar sekolah dan kota
bisa menimbulkan pencemaran dan juga mengurangi kebersihan kota dan
mengganggu keindahan.

C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan identikasi masalah diatas, yaitu mahalnya
harga minyak tanah dan gas serta banyaknya limbah ampas tebu di sekitar
sekolah.
Maka rumusan masalah dari penelitian team kami adalah, “Apakah limbah
tebu (ampas tebu) bisa dibuat briket sebagai bahan bakar alternatif pengganti
minyak dan gas?”

D. TUJUAN PENELITIAN
Dari masalah diatas bisa dirumuskan tujuan dari penelitian, yaitu :
1. Menghasilkan bahan bakar alternatif pengganti minyak dan gas.
2. Menghasilkan bahan bakar dalam bentuk briket dari limbah ampas tebu.
3. Mereduksi sampah organik (limbah ampas tebu) disekitar sekolah dan
kota Pasuruan.

E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Briket ampas tebu bisa digunakan untuk mengganti bahan bakar minyak
dan gas.
2. Briket mudah dibuat dengan biaya yang sangat murah dan tidak
mencemari lingkungan.
3. Residu yang dihasilkan dari pembakaran briket bisa digunakan untuk
pupuk tanaman.
4. Briket bahan bakar yang bersih (asap yang dihasilkan sangat sedikit
hanya pada awal pembakaran saja).

BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. BRIKET
Asal kata briket berasal dari bahasa inggris “Briquet”. Berdasarkan kamus
besar bahasa Indonesia, briket mempunyai arti “bata”. Jadi briket adalah
ekstrak arang yang dihasilkan dengan memberikan tekanan yang cukup kuat
sehingga membentuk padatan (blok) seperti bata.
Bentuk padatan ini bervariasi tergantung alat cetaknya. Maka bentuk yang
dihasilkan berupa kepingan bulat, persegi, bentuk bunga dan bentuk lainnya
yang disesuaikan dengan keinginan pembuatnya.
Briket merupakan bahan bakar alternatif sebagai pengganti minyak tanah
dan gas untuk kebutuhan rumah tangga. Briket dapat dibuat dari berbagai
bahan limbah organik, misal limbah dari gergajian kayu, limbah hasil
pertanian seperti kulit kacang, tongkol jagung, jerami, sekam padi, dedaunan
dan sebagainya.

B. PIROLISIS
Prinsip utama pembuatan briket adalah pengarangan (pirolisis). Berbeda
dengan proses pembuatan arang pada masyarakat pedesaan dengan cara
membakar kayu secara langsung sehingga mengahasilkan asap yang bisa
mencemari lingkungan.
Sedang prinsip pirolisis yang dimaksud pada penelitian kami adalah
pemanasan material organik dengan suhu tinggi. Pemanasan ini dilakukan
pada suatu wadah/tempat yang hampa udara.
Pada teknik pirolisis modern tidak hanya arang yang dihasilkan, tetapi juga
asap cair. Pada pemanasan material organik pada suhu tinggi dihasilkan asap.
Asap ini tidak diluarkan atau dibuang ke udara tetapi dikondensasikan
sehingga membeku menjadi asap hitam (cairan pirolygneous liquor) yang
digunakan untuk keperluan industri.
Tetapi pada penelitian ini kami hanya mengambil produk dari hasil pirolisis
ini berupa arang dan melepaskan asap yang relatif sedikit ke udara. Karena
untuk sementara waktu team kami hanya fokus pada arang yang dihasilkan.

BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang kami gunakan adalah observasi (pengamatan),
studi pustaka (literasi), dan eksperimen. Secara rinci yang dilakukan oleh team
kami sebagai berikut :

A. OBSERVASI
Persoalan awal muncul ketika kami melihat/membaca berita harga minyak
dan gas yang terus naik. Dan juga melihat timbunan ampas tebu disekitar sekolah.
Selanjutnya kami mengadakan observasi lanjutan, ternyata banyak dijumpai
timbunan ampas tebu disekeliling kota Pasuruan.
Limbah ampas tebu ini merupakan sisa penggilingan dari minuman sari
tebu yang diabaikan oleh penjualnya. Dari radius 2 km dari sekolahan kami
menjumpai 5 penjual sari tebu. Kami juga observasi berapa banyak pengguna
minyak dan gas dari keluarga teman-teman di sekolah.

B. STUDI PUSTAKA
Dari pengamatan permasalahan yang ada, team kami menemukan ide untuk
merubah ampas tebu menjadi energi alternatif. Kami adakan studi
literasi/pustaka dengan 2 cara, yang pertama ke perpustakaan sekolah dan
perpustakaan kota disayangkan team kami tak menemukan buku yang
mendukung.
Langkah kedua kami surfing di internet, ternyata disini kami menjumpai
berbagai literasi yang berhubungan dengan pembuatan energi alternatif. Team KIR
kami memilih briket sebagai obyek penelitian. Tetapi khusus briket ampas tebu
kami tidak menemukan, yang umum di muat di berbagai website internet adalah
briket sisa limbah pertanian seperti tongkol jagung, kulit kacang, sekam padi,
batang padi, batok kelapa dan sisa gergajian.

C. EKSPERIMEN
Setelah menemukan teori dari literatur/kepustakaan di internet.
Berikutnya kami adakan eksperimen di sekolah. Pertama kami mengumpulkan
sampel ampas tebu. Berikutnya kami beberapakali melakukan eksperiment
pembuatan briket ampas temu.
BAB IV
PROSES PEMBUATAN BRIKET
Proses pembuatan briket tidaklah sulit, bisa dilakukan oleh semua orang
dengan cara yang sangat sederhana. Yang penting mengetahui urutan proses
pembuatan briket. Proses ini meliputi :
A. Pembuatan alat pirolisis
B. Penyiapan bahan arang
C. Langkah pembuatan arang
D. Penumbukan arang
E. Pengayaan arang
F. Pembuatan Lem kanji
G Pencampuran bubuk arang dengan lem
H. Pencetakan briket
I. Pengeringan briket
J. Penyimpanan briket

A. PEMBUATAN ALAT PIROLISIS


Alat pirolisis adalah alat yang digunakan untuk membuat bahan (limbah)
menjadi arang. Alat ini berupa tabung tertutup dengan lubang yang diatur
sedemikian rupa sehingga udara hanya bisa masuk searah.
Alat ini tidak mengijinkan udara bebas masuk, karena menyebabkan
bahan terbakar cepat sehingga menjadi abu dan tidak bisa membentuk arang.
Alat pirolisis dibuat dengan sederhana, hanya membutuhkan bahan dan
peralatan sederhana, seperti berikut:
1. Bahan
Sepasang drum atau galon seng bekas cat. Ukuran tergantung keinginan.
Pada penelitian kami hanya menggunakan sepasang galon bekas cat dengan
diameter 35 cm dan panjang 50 cm. Kawat besar diameter 5 mili.
2. Alat
Gergaji besi, kawat besar, gunting seng, spidol

1. PEMBUATAN TABUNG PIROLISIS ATAS


a. Bersihkan drum atau galon kaleng dari bahan kimia atau kotoran lain
yang melekat dan keringkan.
b. Tengkurapkan sehringga bagian dasar tong berada di atas.
c. Gambar pola titik yang teratur dengan menggunakan spidol.
d. Lubangi setiap titik dengan menggunakan gunting seng, kurang lebih
diameter sekitar 1 cm. (Untuk membuat lubang sangat mudah,
tusukkan gunting seng kepermukaan drum dan putar kekanan
beberapa kali).

Gambar 1. Permukaan tabung pirolisis atas

2. PEMBUATAN TABUNG PIROLISIS BAWAH


Tabung pirolisis bawah berguna untuk menampung bahan yang
akan dibuat arang. Jadi tidak membutuhkan modifikasi atau perubahan
apapun. Yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kunci atau alat
penyambung antara tabung atas dengan tabung bawah.

3. PEMBUATAN KUNCI PENYAMBUNG


Pembuatan kunci penyambung ini sangat sederhana, bahan yang
dibutuhkan hanya berupa kawat besar. Caranya mudah, buat lubang
dikiri kanan permukaan bawah drum. Potong kawat dengan
menggunakan gergaji besi, tekuk kedua ujungnya. Sebelumnya ukur dan
sesuaikan “kunci kawat” yang telah dibuat bisa dimasukkan tepat pada
lubang di kedua drum (yaitu drum atas dan bawah) sehingga benar-
benar menyatu. Kadang tidak perlu membuat lubang, bila sudah ada
lubang bekas gantungan, cukup membuat kuncinya saja.

Gambar 2. Kunci kawat untuk menyatukan drum atas dan bawah.

B. PENYIAPAN BAHAN ARANG


Briket dibuat dengan menggunakan bahan dasar dari limbah ampas tebu.
Ampas tebu kita peroleh dengan mudah, karena disekitar sekolah ada penjual
sari tebu dan beberapa penjual sari tebu tersebar di kota Pasuruan.
Bahkan kita cukup meminta dari penjual sari tebu, mereka dengan senang
hati akan memberikan gratis tanpa harus beli.

Gambar 3. Mengumpulkkan limbah ampas tebu.


Gambar 4. Membawa ampas tebu ke sekolah.

Setelah mengumpulkan limbah ampas tebu dari penjual sari tebu


dilakukan. Selanjutnya ampas tebu yang terkumpul dijemur dihalaman
belakang sekolah. Proses penjemuran ini sekitar 2 – 4 hari untuk
mengurangi kadar air di ampas tebu.
Setelah ampas tebu kering bisa disimpan dulu atau langsung dibuat
arang. Team kami lebih senang menyimpan ampas tebu kering kedalam
karung goni besar. Dan setelah ada kegiatan KIR, kita akan mengeluarkan
dan membuatnya arang.

Gambar 5. Ampas tebu yang telah dikeringkan siap dibuat arang

C. LANGKAH PEMBUATAN ARANG


Proses pembuatan arang dimulai dengan membuat lapisan dasar ampas
tebu terbakar atau membentuk bara. Caranya, masukkan ampas tebu kering
secukupnya ke lapisan dasar tabung pirolisis.
Nyalakan dengan membakar langsung atau memicunya dengan kertas yang
dinyalakan. Atau dengan sedikit menuangkan spiritus lalu dinyalakan sampai
terbakar dan membentuk bara. Setelah bara terbentuk,tambahkan sedikit
demisedikit ampas tebu kering kedalam tabung pirolisis dengan cara
mendorongnnya dengan tongkat sehingga agak padat.

Gambar 6. Memasukkan ampas tebu ke tabung pirolisis

Gambar 7. Membuat bara api


Gambar 8. Menyatukan tabung atas dan bawah

Setelah kedua tabung terisi penuh oleh ampas tebu, selanjutnya tabung atas
dan bawah disatukan dalam keadaaan terkunci agar tidak lepas. Biarkan bara
api menyala selama 4 sampai 5 jam, agar ampas tebu berubah menjadi arang.

Gambar 9. Menghentikan proses pirolisis dengan menyiram air.

Setelah proses pirolisis berlangsung selama 4 sampai 5 jam selesai, ampas


tebu telah berubah menjadi arang. Proses ini harus segera dihentikan, karena
kalau bara api dibiarkan terus menyala maka arang akan terbakar dan berubah
menjadi abu.
Kalau hal ini terjadi maka kita tidak bisa membuat briket, karena bahan
dasar pembentukan briket adalah arang bukan abu. Untuk menghentikan proses
cukup mudah, siram dengan air secukupnya langsung pada permukaan lubang
tabung pirolisis.
Untuk memastikan bahwa bara api telah mati, buka kunci pada kedua
tabung, lalu lepaskan tabung atas dengan cara menggeser dan membaliknya
agar arang yang ada di tabung atas tidak tumpah.

Gambar 10. Memastikan bara api telah mati.


Bila ternyata bara melum mati, segera siram dengan air secukupnya dan
yakinkan bara api benar-benar telah padam. Taruh kedua tabung dalam
keadaan terbuka ditempat yang terkena sinar matahari dan biarkan sampai
kering.
Arang yang dihasilkan dari proses pirolisis selanjutnya pindahkan ketempat
lebih besar dan jemur sampai kering.

Gambar 11. Penjemuran arang.

D. PENUMBUKAN ARANG
Setelah arang kering, berikutnya adalah melakukan penumbukan. Tujuan
penumbukan ini adalah membentuk arang menjadi butiran yang lebih halus
agar mudah dibentuk menjadi briket.
Selain itu penumbukan juga berfungsi memisahkan arang dengan serat
ampas tebu yang belum terbakar. Ada kalanya proses pirolisis kurang sempurna
sehingga masih ada sebagian serat kayu belum terbakar seluruhnya.

Gambar 12. Penumbukan arang

E. PENGAYAAN ARANG
Arang yang telah ditumbuk selanjutnya diayak. Proses pengayaan
(penyaringan) bertujuan untuk memisahkan arang dengan ampas tebu yang
belum terbakar.
Karena tidak mempunyai alat penyaring yang baik, kami menggunakan dengan
peralatan sederhana, yaitu menggunakan keranjang plastik sebagai alat
pengayak. Alat ini bisa dijumpai didapur atau membeli di toko peralatan dari
bahan plastik dengan harga yang sangat murah. Pengayak plastik ini
berdiameter 2 mm, dengan alat pengayak sederhana ini dihasilkan serbuk arang
halus.
Gambar 13. Pengayaan arang

Gambar 14. Sisa hasil penyaringan


Setelah seluruh arang yang telah ditumbuk diayak maka menghasilkan
arang bubuk. Berikutnya arang bubuk ini diadakan penimbangan, untuk
mengetahui berapa arang ayak yang dihasilkan.

Gambar 15. Penimbangan arang.


Gambar 16. Penyimpanan arang bubuk.

F. PEMBUATAN LEM KANJI


Langkah awal pembuatan briket adalah mencampur bubuk arang dengan
lem kanji. Sebelumnya buatlah lem kanji dengan cara mencampurkan air
dengan tepung kanji secukupnya.
Aduk rata kedua campuran ini lalu panaskan sambil tetap diaduk, sehingga
bisa diperoleh campuran lem yang rata. Setelah lem selesai dibuat, dinginkan
dulu baru dipakai untuk perekat arang.

Gambar 17. Tepung kanji (kiri) dan setelah dijadikan lem kanji (kanan)

G. PENCAMPURAN BUBUK ARANG DENGAN LEM


Setelah lem kanji dan arang bubuk (arang ampas tebu yang telah diayak)
disiapkan. Berikutnya mencampurkan lem kanji dengan arang bubuk. Ambil
dengan centong atau alat yang lain dan tuangkan diatas arang bubuk.
Aduk dan remas-remas dengan tangan, sehingga arang bubuk dan lem
tercampur rata. Yang perlu diperhatikan pencampuran ini jangan sampai terlalu
basah atau becek agar mudah dicetak.
Hasil pencampuran yang baik adalah arang terkesan lembab dan mudah
ditebarkan diatas permukaan koran dan tidak lengket ditangan. Kalau terlalu
banyak lem, maka hasilnya menjadi basah dan sewaktu dicetak sangat sulit. Dan
proses pengeringan juga lambat.
Atau sebaliknya bila campuran terlalu sedikit lem , maka hasilnya briket
mudah pecah dan hancur sewaktu dijemur, juga sewaktu disimpan.

Gambar 18. Mencampur bubuk arang dengan lem kanji.

Gambar 19. Diremas-remas sampai semua bahan tercampur rata

H. PENCETAKAN BRIKET
Bila semua arang dan lem kanji telah tercampur rata maka akan terbentuk
pasta briket. Pasta briket adalah sebutan yang dibuat oleh team KIR kami
untuk menyebut campuran bubuk arang dengan lem kanji.
Berikutnya adalah pencetakan pasta briket menjadi briket. Setelah pasta siap,
tinggal dimasukkan kedalam cetakan dan tinggal di pres (ditekan). Alat yang
dibutuhkan cukup sederhana, yaitu anak timbangan dan pipa paralon.

Gambar 20. Alat cetak berupa anak timbangan dan pipa paralon.
Masukkan pasta arang kedalam pipa paralon sampai penuh selanjutnya tekan
dengan anak timbangan dengan kuat. Pukul beberapa kali sampai padat,
terakhir dorong anak timbangan kearah luar, maka briket akan terdorong lepas.
Lakukan hal ini berulang sehingga semua pasta tercetak menjadi briket.
Briket akan menjadi pipih berketabalan kira-kira 2 cm. Pertanda briket yang
telah dicetak berkualitas baik adalah sewaktu dipegang tidak lengket ditangan,
tidak basah, padat dan terasa kesat.

Gambar 21. Mencetak briket.

I. PENGERINGAN BRIKET
Setelah briket tercetak sempurna selanjunya diadakan penjemuran, proses
penjemuran membutuhkan waktu sekitar 2 sampai 4 hari. Batasan waktu
penjemuran ini sebenarnya tidak prinsip, semakin lama semakin baik.
Karena tujuan dari proses penjemuran adalah mengeluarkan kandungan air
dari briket.Briket yang sangat kering mudah terbakar dengan baik sewaktu
digunakan sebagai bahan bakar.

Gambar 22. Penjemuran briket dan penyimpanan briket (kanan bawah).


Proses penjemuran selama 4 hari ditempat terbuka dan terik, cukup untuk
membuat briket kering sempurna. Setelah briket kering bisa langsung
digunakan atau disimpan dahulu.

J. PENYIMPANAN BRIKET
Proses penyimpanan yang baik bila di kemas dengan plastik yang kedap
udara, briket bisa bertahan sangat lama (bertahun-tahun). Pengertian kedap
udara disini adalah udara dari luar tidak bisa masuk secara bebas.
Sebab sifat briket adalah menyerap kelembapan udara disekitarnya, bila
udara diruangan mengandung uap air atau air. Bila wadah/ kemasan briket
bocor maka uap air atau air dengan mudah terserap kedalam briket. Dan briket
menjadi lembab atau melempem artinya briket menjadi sulit dinyalakan.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 23. Mulai dinyalakan (kiri) dan mulai membara (kanan)

Gambar 24. Air mulai mendidih di suhu 95oC dan terus naik sampai 100oC

Briket yang telah selesai dijemur, selanjunya diuji untuk mengetahui apakah
briket bisa menyala dan bisa digunakan sebagai sumber energi alternatif. Kalau
proses pengujian ini berhasil maka penelitian ini juga dianggap berhasil.
Untuk mengujinya kami menggunakan anglo (kompor tanah liat) sebagai
wadah briket. Dari hasil pengujian diperoleh data sebagai berikut :

A. PENGUJIAN BRIKET
Pengujian Waktu/Jam Menyala Air Suhu Air/titik Api Waktu
Ke Dinyalakan Merata Mendidih didih Mati didih/menit

1 09.10 09.25 10.15 100o C 11,15 65


o
2 07.00 07.15 08.00 100 C 09.45 60
3 07.15 08.35 08.20 100o C 09.00 65
Rata – rata waktu 63,3
Jumlah air yang dididihkan didalam teko sebesar 4 liter. Mendidih setiap kurang lebih
63 menit.

Dari tabel diatas bisa diketahui, bahwa briket berhasil menyala dan mampu
mendidihkan air atau mencapai titik didih sebesar 100 o C. Seperti yang terlihat
pada tabel pengujian ke 1. Briket mulai dinyalakan pada jam 09.10 dan air
didalam teko ditaruh diatas anglo (tungku). Api mulai menyala merata jam
09.25. dan air mendidih pada jam 10.15.
Dari 3 kali pengujian yang telah dilakukan oleh team peneliti. Kami berhasil
mendidihkan air dengan teko berukuran 4 liter air. Rata-rata waktu yang
dibutuhkan untuk mendidihkan air adalah kurang lebih adalah 1 jam (tepatnya
63,3 menit).
Dan kami juga berhasil mengukur titik didih air didalam teko. Sewaktu air
mendidih kami mencelupkan termometer dan suhu terbaca pada skala 95 oC
setelah kami membiarkan termometer tetap didalam teko selama kurang lebih
5 menit, suhu termometer naik mencapai skala 100oC.

B. WAKTU MATI BRIKET


Pengujian Waktu/Jam Briket Mulai
Api Dari Briket Mati Rata-rata jam
Ke Dinyalakan
1 09.10 11,15 2.5
2 07.00 09.45 2,45
3 07.15 09.00 2.15
Rata – rata waktu briket mati 2.4
Dari pengujian 1 sampai 3 waktu yang dibutuhkan briket mati dengan sendinya
rata-rata adalah 2.4 jam.

Berikutnya kami dengan sengaja membiarkan briket terus menyala dan


menunggu briket mati dengan sendirinya. Waktu yang dibutuhkan untuk mati
ternyata cukup panjang yaitu berkisar 2 jam lebih 4 menit. (Perhatikan tabel
pengamatan pada pengujian ke 1. Briket menyala jam 09.10 dan api briket mati
dengan sendirinya pada jam 11.15).
Dari data ini bisa kita lihat, briket mempunyai kemampuan untuk terus
menyala dalam waktu yang panjang atau sekitar 2 jam. Maka secara kasar kita
perkirakan bisa digunakan 2 kali memasak dengan menu yang berbeda. Kita
asumsikan perkiraan waktu masak setiap menu membutuhkan waktu1 jam,
misal menanak nasi dan memasak sayur/lauk-pauk.

C. HASIL PENGARANGAN DAN SAMPAH


Pada penelitian ini team KIR kami menggunakan 18 kg ampas tebu. Setelah
diarangkan dan diayak diperoleh serbuk arang sebesar 3,5 kg. Dan
menghasilkan sisa yang belum menjadi arang sebesar 2 kg.
Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil penelitian bisa mereduksi
(mengurangi) limbah ampas tebu sebesar 14, 5 kg. (18kg – 14,5kg = 3,5 kg).
Tetapi hasil pengarangan masih menyisakan ampas yang belum menjadi arang
sebesar 2 kg. Maka kemampuan mereduksi limbah ampas tebu dari proses
pembentukan briket adalah 14,5 – 2 kg = 12,5 kg.
Data diatas menunjukkan bahwa hasil penelitian pembuatan briket ampas
tebu, mampu menghasilkan briket berkualitas baik dan mengurangi sampah
ampas tebu secara luar biasa (signifikan).

D. KESIMPULAN
Awal ketertarikan team KIR SMP Negeri 2 Pasuruan, adalah adanya
persoalan yang muncul berupa mahalnya harga gas dan minyak tanah. Selain itu
juga banyaknya timbunan ampas tebu di sekitar sekolah.
Hal tersebut mendorong team kami untuk melakukan pemecahan masalah
dengan cara membuat energi alternatif pengganti minyak tanah dan gas.
Hasilnya berupa pembuatan briket dari limbah ampas tebu.
Sebelumnya kami mencari literatur / teori pendukung untuk membekali
team kami dengan pengetahuan tentang pembuatan briket. Berikutnya team
kami melakukan eksperimen di sekolah.
Dari eksperimen, kami berhasil membuat briket dari ampas tebu dan telah
kami uji. Dari hasil pengujian, briket dapat menyala dengan mudah dan hanya
sedikit mengeluarkan asap.
Briket mampu mendidihkan air bervolume 2 liter dalam waktu kurang lebih
satu jam. Dan mampu terus menyala selama 2 jam bila tidak dimatikan. Selain
itu pembuatan briket mampu mereduksi (mengurangi) limbah ampas tebu
sebesar 12,5 kg.

E. SARAN-SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dari team KIR, kami telah berhasil membuat
sumber energi alternatif berupa briket ampas tebu. Briket ini mudah menyala
dan nyaris tidak mengeluarkan asap. Sehingga kami anggap briket buatan kami
bekerja dengan baik.
Tetapi kami merasa belum puas karena masih ada yang mengganggu di
pikiran kami. Yaitu untuk mendidihkan air membutuhkan waktu kurang lebih 1
jam.
Hal ini kami duga karena kami menggunakan anglo/tungku tanah. Karena
panas briket akan terserap keseluruh permukaan anglo/tungku dan sebagian
besar panas dilepaskan lewat lubang samping anglo. Sehingga panas yang
dihasilkan tidak terfokus pada permukaan benda (teko air) yang akan
dipanaskan sehingga lama waktu didihnya.
Saran kami untuk teman-teman yang ingin membuat atau memakai briket,
sebelumnya belilah atau buatlah anglo (tungku) yang khusus diperuntukkan
bagi briket. Kedepan kami juga berencana untuk membuat tungku khusus
briket.
Saran berikutnya gunakan limbah briket untuk menyuburkan tanah atau
untuk pupuk tanaman. Karena limbah briket kaya zat anorganik yang
dibutuhkan oleh tumbuhan. Selain itu briket bersifat porus sehingga bisa
menggemburkan tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia (2016), Pengertian Briket, (online) https://id.m.wikipedia.org/wiki/Briket


diakses tanggal 11 September 2016 pukul 21.00
Wikipedia (2013), Pengertian Pirolisis, (online) https://id.m.wikipedia/wiki/Pirolisis
diakses tanggal 11 September 2016 pukul 21.13
DL Setiawan, M Darsin, N Ilminnafik, Hary Sutjahjono (2015) Teknologi
Pembuatan Briket Ampas Tebu Sebagai Alternatif yang Ramah Lingkungan,
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/62400 diakses 11 September
2016
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Dea Puspa Karinda


Tempat/Tanggal lahir : Malang, 25 Januari 2001
Kelas : X MIA 2
Sekolah : SMA Negeri 1 Kota Pasuruan
Alamat Rumah : Jl Erlangga Gg 19/5 Pasuruan
Telp. Rumah/HP : 085733557525
Email : dea.puspa.karinda@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai