Anda di halaman 1dari 13

KERTAS KERJA UJIAN  

Semester : Ganjil / Genap / Pendek*) Tahun akademik : 2020 / 2021

           

Nomor Induk Mahasiswa 55119110105 Nomor Ujian : 10 Paraf Mahasiswa


 
Nama   Moh. Komarudin

Fakultas / Program Studi Pascasarjana / Magister Manajemen Paraf Pengawas

Mata Kuliah   EFFECTIVE PROJECT MANAGEMENT  

Dosen     Dr. Ir. Agustinus Hariadi DP, MSc Nilai Ujian (00-100)

Waktu   Hari Tanggal Jam Ruang  

Pelaksanaan Ujian   Sabtu 9 Januari 2021 12.00 – 14.29 M-404  

1. Anda sebagai asisten manajer proyek pembangunan jalan tol sepanjang 5 km di


Jakarta. Manajer proyek meminta anda untuk membuat Metodologi Proyek Jalan Tol
tersebut. Buatlah gambar metodologi proyek tersebut dan uraikan pemahaman anda
dengan contoh-contoh riil dari proyek (CPMK1, CPL). Buatlah strategi penyampaian ide-
ide sehingga uraian anda bernas. (35%)
2. Seluruh tahapan dalam daur hidup proyek memiliki kontribusi penting masing-masing
sebagaimana anda pahami setelah mengikuti mata kuliah EPM. Perencanaan yang
sangat baik tidak akan maksimal juga mendukung pencapaian tiga sasaran proyek
(waktu, biaya, mutu). Berdasarkan contoh riil proyek (anda bisa memakai contoh nomor
1), bagaimana anda membuat menerapkan Pengendalian proyek (project control)
CPMK2 (CPL…)
(35 %)
3. Pandemi Covid 19 telah memporakparandakan perencanaan, implementasi strategi,
bahkan teori-teori. Salah satu sektor yang diperkirakan mendapatkan tekanan berat oleh
melemahnya kondisi ekonomi adalah property, termasuk didalamnya pembangunan
gedung-gedung yang sedang berjalan dan akan berjalan. Saran-saran apa yang anda
dapat berikan bagi para pelaku bisnis ini dari sudut pandang manajemen proyek CPMK3
(25 %)
Jawaban

Soal No. 1

Proses rancang jalan tol perlu menjadi terstruktur dan sistematis maka itu perlu merancang inisaisi,
perencanaan, pengendalian, pelaksanaan, dan termination (penutup) kontruksi jalan yang efektif
dan efesien. Runtutan rangkaian proses rancangan bisa menjadi pedoman bagi eksekutor proyek
dalam mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan mengevaluasi data yang ada hingga menjadi
suatu gambar desain/gambar kerja yang siap dilaksanakan di lapangan.

Seperti contoh metodologi rancangan jalan tol sepanjang 5 km di Jakarta ini ada beberapa tahapan
proses yang bisa dilaksanakan seperti yang tersaji pada Gambar 1 dibawah mengenai Flowchart
rancangan jalan, yakni sebagai berikut :

Sumber: J JAJA diolah, 2010


Gambar 1: Metodology Rancangan Jalan Tol

Sumber: J JAJA diolah, 2010

Gambar 2: Bagan alir rancangan jalan tol 5 km di Jakarta

PERMASALAHAN

Tahapan ini merupakan tahapan sebelum identifikasi masalah dimana tahap awal dalam mencari
permasalahan yang ada berhubungan dengan rancangan pembangunan jalan tol, setelah ditemukan
inti dari permasalahaan maka dirumuskan dan ditindaklanjuti mencari rumusan strategi pemecahan
permasalahaan sehingga bisa menjalankan proyek yang terbaik sesuai yang diharapkan klien. Dalam
kontek pelaksanaan kontruksi jalan tol sepanjang 5 km di Jakarta ini, seperti contoh susahnya akses
pembuatan jalan karena masih dalam bentuk bukit dan pembawaan alat berat menjadi terkendala,
oleh karena itu dibuatlah alternatif-alternatif lain sebagai solusi pemecahan masalah.

OBSERVASI LAPANGAN

Obesrvasi lapangan merupakan Tindakan penting mengetahui kondisi rill sebelum melakukan
eksekusi pembuatan jalan tol sepanjang 5 km di Jakarta ini sehingga eksekutor mengetahui kondisi
secara umum, actual yang menjadi objek studi seingga mempermudah penyelesian masalah yang
mungkin timbul di lapangan.
IDENTIFIKASI MASALAH

Identifikasi masalah menjadi acuan perumusan masalah setelah melakukan diskusi masalah yang
mungkin muncul dan observasi. Pada tahap ini esekutor akan mendapatkan kesimpulan masalah-
masalah yang ada setelah melakukan diskusi masalah dan observasi, sehingga disini akan ditemukan
final permasalahaan yang ada dilapangan yang selanjutnya akan menjadi bahan strategi perumusan
pemecahaan masalah. Pada tahap identifikasi ini merupakan tahap dimana seorang
perencana/Engineer mendapatkan masukkan permasalahan baik dari hasil pengamatan
langsung/dari informasi pihak-pihak yang terkait maupun dari masyarakat sekitar lokasi proyek. Dari
berbagai permasalahan tersebut kemudian diidentifikasi faktor-faktor yang melatar belakangi
permasalahan dan dikaji seberapa besar permasalahan itu berdampak pada rancangan jalan
sehingga akan memunculkan beberapa alternatif solusi. Pada tahap ini sangat diperlukan studi
pustaka yang tepat dan relevan untuk memudahkan dalam rancangan konstruksi.

INVENTARISASI KEBUTUHAN DATA

Inventarisasi kebutuhan data adalah suatu kegiatan mencatat dan mengklasifikasikan data-data
yang diperlukan dalam rancangan jalan tol seperti data tanah, data hidrologi, data lalu lintas
maupun peta topografi.

PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data merupakan tahap untuk menentukan penyelesaian suatu masalah secara ilmiah
setelah data-data untuk rancangan jalan tol tersebut lengkap semua. Ini merupakan tahap awal
sebelum menganalisis kondisi jalan tol yang direncanakan. Hal itu tentunya didasari dengan dasar
teori dan peranan instansi yang terkait. Ada beberapa metode pengumpulan data yang dapat
dilakukan dengan beberapa metode antara lain Metode Literatur,Metode Observasi, dan Metode
Wawancara

Untuk mempermudah dalam proses rancangan suatu jalan tol, maka terlebih dahulu ditentukan
kebutuhan data yang tentunya berdasarkan pada dasar teori. Penentuan kebutuhan data ini
dilakukan dengan cara mencatat data yang diperlukan untuk rancangan jalan tol. Dalam rancangan
jalan tol 5 km di Jakarta ini jenis-jenis data yang diperlukan berdasar fungsinya dapat dibagi menjadi
dua bagian yaitu :

1. Data Teknis

Data teknis adalah data-data yang berhubungan langsung dengan perancangan


peralihan jalan dan peningkatan fasilitas jalan seperti :

1. Data Lalu Lintas Harian Rata-Rata ( LHR ).


2. Data hidrologi.
3. Data kondisi tanah.
4. Peta Topografi.
Data Lalu Lintas Harian Rata-Rata ( LHR )

Data ini berupa data jenis kendaraan dan volume kendaraan. Data ini diperlukan untuk
menghitung volume lalu lintas harian rata-rata sehingga dapat diketahui kelas jalan
rencana, lebar efektif jalan tol, jumlah lajur yang diperlukan, dan dapat ditentukan tebal
perkerasan jalannya.

Data Hidrologi

Data ini terdiri dari peta topografi daerah aliran sungai, peta situasi dimana jalan tol
akan dibangun, data curah hujan dari stasiun pemantau terdekat, dan data debit sungai.
Data ini diperlukan untuk menentukan lokasi jalan tol rencana yang paling ideal dengan
tetap mempertimbangkan kondisi alam lingkungan sekitarnya dan untuk menentukan
rancangan drainase serta elevasi perkerasan jalan tol.

Data Tanah

Data ini terdiri dari data sondir dan data boring yang diperlukan untuk mengetahui
kedalaman tanah keras dan jenis tanahnya. Data ini berfungsi untuk mengetahui daya
dukung tanah ( CBR dan DDT ) pada ruas jalan tol Kanci-Pejagan sehingga bisa digunakan
untuk menentukan jenis perkuatan tanah dan kestabilan lereng serta tebal perkerasan
jalan tersebut.

Peta Topografi

Peta ini menggambarkan kontur di daerah sekitar lokasi proyek sehingga nantinya
didapatkan kondisi medan/Landscape yang sebenarnya. Data peta topografi ini berguna
untuk mengetahui elevasi permukaan tanah asli dan permukaan jalan tol, sehingga
pada akhirnya bisa menentukan rencana trase jalan tol yang paling tepat dan efisien
sesuai dengan aspek geometrik dan perkerasan jalan.

2. Data Non Teknis


Data Non Teknis adalah data yang bersifat sebagai penunjang, tidak berhubungan secara
langsung dengan rancangan jalan tol. Data non teknis ini berguna untuk
mempertimbangkan jenis-jenis perkembangan di daerah tersebut, seperti arah/orientasi
perkembangan daerah, kondisi sosial ekonomi masyarakat, tingkat kepemilikan
kendaraan, dan lain-lain. Berdasarkan sifat data maka dapat dibedakan menjadi 2
macam yakni premier dan data sekunder.

PENGOLAHAN DATA

Analisis dan pengolahan data adalah proses identifikasi data yang dilakukan berdasarkan data
primer maupun data sekunder yang sudah diperoleh, baik yang berasal dari survai pengamatan
langsung yang ada di lokasi rancangan jalan tol ataupun yang didapat dari instansi terkait, untuk
kemudian data tersebut akan diolah dan dianalisis. Proses analisis dan pengolahan data ini
dimaksudkan agar diperoleh pemecahan masalah yang efektif dan terarah, sehingga diperoleh solusi
rancangan jalan tol yang terbaik.
ANALISIS DATA

Pada tahap ini ada beberapa data yang sangat diperlukan untuk dihitung dan dianalisis, yang
kemudian digunakan dalam rancangan jalan tol.

ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF

Dari beberapa pengembangan alternatif rancangan yang telah diketahui kelebihan dan
kekurangannya, maka dipilih satu alternatif rancangan jalan tol yang terbaik yang sesuai dengan
kebutuhan dan dapat memecahkan permasalahan pada lokasi rancangan jalan tol tersebut. Sebelum
menentukan rancangan jalan tol yang akan dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan identifikasi
beberapa alternatif yang potensial, baik dari segi trase jalan, geometrik jalan, struktur perkerasan
jalan, dan juga dampak akibat adanya pembangunan jalan tol. Dari beberapa hal tadi harus bisa
diperhatikan dan dipertimbangkan secara matang untuk memperoleh manfaat yang optimal dengan
dibangunnya jalan tol sepanjang 5 km ini di Jakarta.

EVALUASI RANCANGAN JALAN TOL

Setelah tahap analisis dan pengolahan data selesai untuk dievaluasi, maka langkah selanjutnya
adalah tahap evaluasi rancangan jalan tol. Evaluasi rancangan jalan tol ini dilakukan dengan
membuat evaluasi lalu lintas, evaluasi trase jalan, evaluasi geometrik jalan dan evaluasi struktur
perkerasan jalan. Rancangan jalan tol ini juga didesain agar mempunyai umur rencana tertentu yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat pertumbuhan arus lalu lintas.

GAMBAR RANCANGAN

Gambar rancangan merupakan visualisasi dari analisis dan rancangan struktur jalan tol. Gambar ini
menunjukkan jenis/tipe konstruksi yang digunakan untuk pelaksanaan konstruksi perkerasan jalan
tol. Hal tersebut bisa dijadikan gambaran awal ataupun sebagai referensi dalam pelaksanaan
pembangunananya nanti. Adapun tujuan dari gambar rancangan diantaranya adalah : 1.
Mempermudah dalam pembuatan estimasi volume dan biaya pekerjaan. 2. Sebagai pedoman
dalam pelaksanaan konstruksi. 3. Mempermudah dalam pengawasan saat pelaksanaan konstruksi.
Gambar rancangan dibuat dengan benar dan selengkap mungkin, agar mempermudah dalam
pembacaan, sehingga aplikasi konstruksi di lapangan bisa berjalan dengan baik dan lancar.
Beberapa hal yang terdapat dalam gambar rancangan adalah sebagai berikut :

3. Gambar peta lokasi pekerjaan.


4. Gambar Site Plan rencana.
5. Gambar tampak atas dan potongan memanjang.
6. Gambar potongan melintang.
7. Gambar struktur geometrik jalan tol.
8. Gambar struktur perkerasan jalan tol.
9. Gambar bangunan pelengkap jalan tol.
10. Gambar saluran drainase jalan tol.
11. Gambar detail-detail lainnya.
STANDAR YANG DIGUNAKAN DALAM RANCANGAN JALAN TOL

 BINA MARGA BINA MARGA


digunakan untuk acuan dalam merencanakan struktur perkerasan pada jalan tol.
 PGJLK ( Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota )
PGJLK digunakan untuk acuan dalam merencanakan geometrik jalan yang berkaitan dengan
geometrik jalan tol.
 MKJI ( Manual Kapasitas Jalan Indonesia )
MKJI digunakan untuk acuan dalam perhitungan lalu lintas yang nantinya akan didapat kelas
jalan serta jumlah lajur sehingga dapat direncanakan lebar jalan tol.
 PP NO. 15 TAHUN 2005 ( Tentang Jalan tol )
Peraturan pemerintah tentang jalan tol ini digunakan sebagai acuan untuk mengetahui
standar yang telah ditetapkan pemerintah mengenai jalan tol, hal ini dikarenakan untuk
menghindari pelaksanaan konstruksi yang menyimpang sesuai dengan kesepakatan
dokumen kontrak dan menurut aturan yang berlaku.

KESIMPULAN HASIL RANCANGAN JALAN TOL

Dari hasil analisis kelayakan ekonomi maka dapat diambil kesimpulan tentang layak atau tidaknya
rancangan jalan tol ini. Apabila pada rancangannya sudah dilakukan evaluasi kelayakan ekonomi dan
ternyata dinyatakan layak dan dibutuhkan, maka diperlukan tindak lanjut dari pemerintah pusat
ataupun daerah untuk merealisasikan pembangunan proyek jalan tol sepanjang 5 km di Jakarta
berdasarkan aspek teknis dan non teknis.

Soal No. 2

Sebuah proyek membutuhkan utilitas sebagai alat untuk mengontorl pelaksanaan proyek. Banyak
tool yang bisa digunakan dalam mengontrol sebuah proyek seperti Curva Z, CPM, PERT, Project
Monitoring Tools, Earn Value, dll.

Kali ini saya memberikan contoh dalam pengendalian proyek dalam tiga aspek (Biaya, Waktu, dan
Mutu) menggunakan Earn Value sebagai tool-nya. Konsep earn value dalam jalan tol 5 km ini
diterapkan pada proyek pembangunan ruas jalan tol di kota A. Data rencana pengeluaran biaya,
pengeluaran biaya actual, dan hasil pengukuran nilai hasil untuk setiap pekerjaan terhadap
rencana ditunjukkan pada Tabel 1 dibawah. Pekerjaan ini dimulai Pada bulan ke-1 hingga bulan ke-6,
biaya actual yang dikeluarkan proyek lebih tinggi dari pengeluaran biaya yang direncanakan.
Hal ini dikarenakan meningkatnya volume pekerjaan dibandingkan dengan rencana dan terdapat
pekerjaan yang dilaksanakan lebih awal. Sebagai contoh, pada bulan ke-6 terdapat
peningkatan volume pekerjaan timbunan dibandingkan dengan volume rencana, pekerjaan
pemancangan kayu gelam dilaksanakan lebih awal dari jadwal seharusnya, serta adanya
pelaksanaan pekerjaan urugan material berbutir yang dilaksanakan lebih awal dari jadwal rencana.
Hal yang sama juga terjadi pada kegiatan bulan ke-7-10; bulan ke-12; dan bulan ke-15.
Bula BCWS ACWP BCWP
n
Ke
1 2,041,009,73 2,628,028,476 2,041,009,736
6
2 2,041,009,73 2,628,028,476 2,041,009,736
6
3 2,041,009,73 2,628,028,476 2,041,009,736
6
4 2,041,009,73 2,628,028,476 2,041,009,736
6
5 2,287,338,49 9,705,690,272 10,521,757,08
6 4
6 18,593,106,0 122,329,975,1 136,124,440,4
29 20 91
7 98,619,056,7 35,677,468,02 39,455,885,26
37 6 6
8 77,945,035,7 19,193,786,55 23,037,105,61
13 4 5
9 29,259,915,5 6,151,742,561 6,805,711,773
64
10 26,356,755,1 8,286,026,260 9,124,017,314
63
11 33,412,314,6 35,615,374,24 39,303,513,33
78 6 2
12 48,508,748,7 14,089,970,52 14,867,700,22
55 9 7
13 54,156,715,3 61,013,114,82 67,177,372,14
49 5 6
14 38,281,812,0 41,034,097,48 45,090,479,72
19 3 7
15 47,707,828,4 64,017,779,60 69,756,786,17
04 8 3
Tabel 1: Rencana biaya, biaya aktual, dan nilai hasil pekerjaan proyek pembangunan jalan tol

Keterangan:

BCWS : Budgeted Cost for Work Schedule

ACWP : Actual Cost for Work Performed

BCWP : Budgeted Cost for Work Performed

Pola sebaliknya terjadi pada bulan ke-7 hingga bulan ke-10 dan pada bulan ke-12, yaitu
pengeluaran biaya actual lebih rendah dibandingkan dengan biaya rencana. Beberapa
pekerjaan tertunda pelaksanaannya dan volumenya lebih rendah dari rencana, misalnya
tertundanya pekerjaan pembongkaran (batu, struktur beton, kerb, jalan aspal), tertundanya
pelaksanaan pekerjaan sub grade, tertundanya pengalihan utilitas, terlambatnya pelaksanaan
pekerjaan timbunan tanah tanggul, pekerjaan geotekstil dan pipa drainase yang tertunda, volume
pekerjaan galian dan pembuangan material galian yang lebih rendah dari rencana, serta volume
pekerjaan tiang pancang yang lebih rendah dari volume rencana.

Gambar 3 menunjukkan hasil perhitungan kumulatif BCWS, ACWP, dan BCWP proyek hingga
bulan ke-15. Pada bulan ke-1 hingga bulan ke-4 nilai ACWP lebih besar dibandingkan dengan nilai
BCWS, namun nilai BCWP proyek hanya senilai dengan lingkup pekerjaan yang direncanakan.
Hal ini dikarenakan terjadi penundaan pelaksanaan pekerjaan pada tahap awal proyek dan
lamanya pelaksanaan pekerjaan persiapan lapangan. Tertundanya pelaksanaan proyek
disebabkan oleh terlambatnya penyelesaian pekerjaan pembebasan lahan dan kondisi cuaca
yang tidak baik. Pada bulan ke-5, terjadi peningkatan nilai pekerjaan yang dilaksanakan yang
ditandai dengan tingginya nilai BCWP dibandingkan dengan BCWS. Meskipun demikian, biaya
actual yang dikeluarkan proyek atau ACWP masih lebih tinggi dibandingkan dengan BCWP.

Gambar 3 : Kurva Earned Value Proyek

Perbandingan BCWP terhadap BCWS proyek pada bulan ke-6 hingga bulan ke-8 menunjukkan
bahwa proyek memiliki kinerja yang baik. Meskipun ACWP lebih tinggi dari BCWS, namun nilai
BCWP proyek lebih tinggi dibandingkan dengan kedua indikator tersebut. Hal ini dikarenakan
persentase realisasi pekerjaan jauh lebih besar dibandingkan dengan perencanaan, terutama pada
pekerjaan galian dan timbunan tanah selama bulan ke- 6. Tingginya nilai BCWP juga disebabkan
oleh adanya beberapa pekerjaan yang dilaksanakan lebih awal dengan tingkat realisasi yang lebih
tinggi dari rencana.

Pada bulan ke-9 hingga bulan ke-15 terdapat kecenderungan bahwa nilai pekerjaan yang
dilaksanakan atau BCWP lebih rendah dari rencana pengeluaran biaya atau BCWS, namun nilai
pekerjaan yang telah dilaksanakan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan biaya actual yang
telah dikeluarkan atau ACWP. Adanya pekerjaan yang dilaksanakan lebih awal dari rencana seperti
pada pekerjaan pipa drainase vertical dan horizontal serta pekerjaan pengalihan dan
perlindungan utilitas meningkatkan nilai BCWS proyek. Selain itu, BCWP proyek juga lebih tinggi
dibandingkan ACWP dikarenakan meningkatnya volume pelaksanaan pekerjaan galian
dibandingkan dengan volume rencana.

Pada pembangunan jalan tol ini, kinerja proyek dianalisis menggunakan indikator CPI dan SPI.
Hasil perhitungan untuk indikator biaya dan jadwal ditunjukkan pada Gambar 3. Analisis kinerja
biaya sebagaimana pada gambar 4(a) menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan kinerja biaya
meningkat sejak awal bulan ke-1 hingga akhir bulan ke-15. Pada bulan ke-1 hingga bulan ke-5,
kinerja biaya proyek cenderung kurang baik, sebagaimana ditandai dengan nilai CPI < 1. Hal ini
dikarenakan adanya pekerjaan yang tertunda pelaksanaannya. Namun pada bulan ke-6 hingga
bulan ke 16, terdapat peningkatan kinerja biaya proyek dikarenakan beberapa pekerjaan
dilakukan lebih awal dengan volume yang lebih tinggi, sehingga nilai pekerjaan yang
dilaksanakan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya actual yang telah dikeluarkan proyek. Hal
ini diindikasikan oleh nilai CPI proyek > 1.

Kontrol kinerja jadwal sebagaimana pada Gambar 4(b) menunjukkan bahwa realisasi jadwal
pelaksanaan proyek pada bulan ke-1 hingga bulan ke-4 sesuai dengan jadwal, ditandai dengan
nilai SPI proyek = 1. Pada bulan ke-5 dan bulan ke-6 terjadi peningkatan kinerja jadwal sebagaimana
ditnjukkan dengan SPI > 1, dikarenakan adanya pekerjaan yang dilaksanakan lebih awal daripada
jadwal yang direncanakan. Namun kinerja jadwal proyek cenderung menurun sejak bulan ke-7
hingga bulan ke-15 sebagaimana ditunjukkan oleh nilai SPI proyek < 1. Hal ini dikarenakan
rendahnya volume realisasi pelaksanaan pekerjaan, terutama pada pekerjaan galian dan
timbunan tanah.

Gambar 4: Kinerja Biaya dan Jadwal Proyek

Berdasarkan hasil penilaian kinerja proyek sampai dengan bulan ke-16, dapat ditentukan
estimasi biaya dan jadwal penyelesaian proyek. Cleland (2005) menyatakan bahwa terdapat tiga
pendekatan untuk menghitung perkiraan biaya penyelesaian proyek dengan menggunakan
metode earned value, yaitu:

1. Menggunakan asumsi bahwa penyelesaian sisa pekerjaan dilakukan dengan tingkat kinerja
yang sama dengan pekerjaan yang telah dilakukan. Perhitungan perkiraan biaya pada
pendekatan ini menggunakan persamaan berikut:

TBC
FCAC = ...................................................................................(1)
CPI
dimana FCAC (forecast cost at compelation) adalah total rencana anggaran biaya proyek; dan
CPI adalah indeks kinerja biaya proyek sampai dengan periode analisis. Berdasarkan data
total rencana anggaran biaya proyek dan nilai CPI, maka perkiraan biaya penyelesaian proyek
pada pendekatan ini adalah sebagai berikut: FCAC = Rp. 1,759,491,151,000/1.10 = Rp.
1,602,812,087,181. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa terdapat potensi efisiensi biaya
pelaksanaan proyek sebesar 8.9% dari biaya yang dianggarkan jika penyelesaian sisa pekerjaan
proyek sejalan dengan kinerja biaya atau CPI yang ada saat dilakukan evaluasi.

2. Menggunakan asumsi bahwa biaya penyelesaian pekerjaan mengacu kepada total biaya yang
telah dianggarkan dengan asumsi tingkat kinerja biaya sebesar 1,0. Perhitungan perkiraan
biaya pada pendekatan ini menggunakan persamaan sebagai berikut:

FCAC = ACWP + (TBC-BCWP )

FCAC = Rp. 427,627,139,388 ( Rp. 1,759,491,151,000 – Rp. 469,428,808,092)

FCAC = Rp. 1,717,689,482,296

Hasil perhitungan dengan asumsi tingkat kinerja biaya proyek adalah sebesar 1.0 juga
mengindikasikan bahwa masih terdapat potensi biaya penyelesaian proyek lebih rendah
dibandingkan dengan biaya rencana. Perhitungan dengan pendekatan ini mengindikasikan
adanya potensi efisiensi biaya penyelesaian pekerjaan proyek sebesar 2.38% dari total biaya
anggaran proyek. Efisiensi ini mungkin dicapai karena kinerja biaya proyek atau CPI hingga
saat evaluasi dilakukan telah mencapai 1.10.

3. Melakukan estimasi biaya kembali terhadap seluruh sisa pekerjaan yang belum
dilaksanakan dan menambahkan total estimasi biaya tersebut dengan biaya actual yang telah
dikeluarkan hingga periode analisis. Secara matematis, perkiraan biaya penyelesaian
pekerjaan proyek pada pendekatan ini menggunakan persamaan sebagai berikut:

FCAC = ACWP+estimasi biaya seluruh pekerjaan.....................(2)

Pada analisis pembangunan tol ini, pendekatan ketiga ini tidak digunakan mengingat
kompleksnya pekerjaan proyek dan kompleksitas proses estimasi detail untuk seluruh sisa
pekerjaan proyek.

Konsep earned value tidak hanya diterapkan untuk memperkirakan biaya penyelesaian
pekerjaan proyek, tetapi juga dapat digunakan untuk memperkirakan total durasi
penyelesaian proyek, sebagaimana ditunjukkan dalam Maromo dan Indryani (2015).
Perkiraan total durasi penyelesaian proyek dilakukan dengan persamaan sebagai berikut:

TE = ATE+¿......................................................................................(3)

dimana TE adalah perkiraan durasi penyelesaian proyek, ATE adalah durasi penyelesaian
pekerjaan sampai dengan periode evaluasi proyek dilaksanakan, OD adalah estimasi awal
waktu penyelesaian proyek, dan SPI adalah indeks kinerja jadwal proyek. Berdasarkan data yang
ada, maka nilai TE dihitung sebagai berikut:
TE = 450 hari+(1.032 hari – (450 hari x 0.97)/0.97)=1.062 hari

Berdasarkan hasil perhitungan perkiraan waktu penyelesaian proyek, terdapat potensi


keterlambatan waktu penyelesaian proyek selama 60 hari kalender atau sebesar 5.8% dari
jadwal yang direncanakan. Hal ini mengindikasikan bahwa perlu dilakukan tindakan
perbaikan untuk mengatasi rendahnya kinerja jadwal proyek untuk pelaksanaan pekerjaan-
pekerjaan yang akan datang. Beberapa upaya yang umum dilakukan antara lain adalah
menjamin agar seluruh material, pekerja, dan peralatan yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan pekerjaan harus sudah tersedia dalam jumlah yang tepat pada saat pekerjaan akan
dilaksanakan. Perlu penambahan sumber daya untuk mempercepat durasi pelaksanaan
pekerjaan, meskipun hal ini berpotensi menimbulkan dampak terhadap kinerja biaya proyek.
Perlu juga diterapkan teknik-teknik penjadwalan inovatif terhadap sisa seluruh pekerjaan
agar keterlambatan jadwal dapat diatasi dan proyek dapat diselesaikan sesuai dengan
jadwal yang telah direncanakan.

Soal No. 3

Pandemi Covid 19 telah memporakparandakan perencanaan, implementasi strategi, bahkan teori-


teori. Beberapa strategi dan kebijakan preventif terus dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya
untuk meminimalisasi risiko penyebaran Virus Corona. Kebijakan social distancing yang dikeluarkan
oleh presiden turut diikuti dengan kebijakan turunan oleh masing-masing pemimpin daerah dengan
mengeluarkan kebijakan WFH (Work from Home) dan belajar dari rumah yang diberlakukan sejak
tanggal 16 Maret 2020 lalu. Salah satu sektor yang diperkirakan mendapatkan tekanan berat oleh
melemahnya kondisi ekonomi adalah property, termasuk didalamnya pembangunan gedung-gedung
yang sedang berjalan dan akan berjalan. Saran-saran bagi para pelaku bisnis ini dari sudut pandang
manajemen proyek menurut Badan Safitri, F. (as citid in Siber dan Sandi Negara: 2020), tahapan
strategi yang paling penting dan berkaitan dengan proses operasional perusahaan dan manajemen
risiko keamanan rantai pasok untuk meminimalisasi dampak Virus Corona terhadap proses
kelangsungan bisnis adalah tahapan persiapan dan perencanaan. Tahapan ini mencakup:

1. Identifikasi proses bisnis atau sistem yang kritikal untuk setiap organisasi yang tetap akan
menjalankan kegiatan operasional melalui WFH.
2. Identifikasi proses bisnis yang sulit/dikecualikan untuk dilakukan secara teleworking. Pada
umumnya, hal tersebut membutuhkan akses fisik secara langsung ke dalam sistem.
3. Menetapkan penanggung jawab dari setiap proses bisnis atau sistem yang kritikal, kemudian
tetapkan tim beserta tugas dan tanggung jawabnya, seperti penanggung jawab keamanan
informasi dari suatu layanan perusahaan.
4. Membuat aturan terkait mekanisme operasional dari layanan. Hal ini meliputi jam kerja
pegawai, pendefinisian peran akses, serta kebijakan keamanan informasi.
5. Melatih pekerja untuk menjalankan aturan formal yang ditetapkan.
6. Identifikasi fungsi esensial maupun pemasok yang menunjang proses bisnis atau layanan
tersebut. Identifikasi ini dilakukan dengan monitoring keamanan terhadap fungsi esensial serta
memastikan bahwa kelangsungan rantai pasok terhadap fungsi esensial tersebut dapat berjalan.
7. Melakukan penilaian secara berkelanjutan mengenai kesiapan layanan dalam menghadapi
perubahan proses bisnis serta dampak dari perubahan lingkungan.
8. Merancang skenario kerja bagi pekerja secara remote. Pembuatan skenario kerja perlu
dilakukan untuk memilah dan mengantisipasi kondisi terburuk pemberlakuan lockdown.
9. Selalu memantau mengenai setiap kebijakan, baik itu dari pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah terhadap upaya penanganan Virus Corona, sehingga perusahaan dapat
melakukan adaptasi dan langkah antisipatif terhadap proses bisnis secara cepat dan tepat.

Selain itu, perlu adanya tindakan terhadap keamanan rantai pasok seperti menurut Badan Safitri, F. (as
citid in Siber dan Sandi Negara: 2020) menuturkan bahwa tahapan berikutnya setelah melakukan
identifikasi dan persiapan pada proses operasional perusahaan untuk meminimalisasi dampak Virus
Corona adalah memastikan ketersediaan dukungan keberlangsungan proses bisnis atau layanan yang
berkaitan dengan ketersediaan dukungan dari pemasok. Langkah tersebut di antaranya adalah:

1. Melakukan penilaian mengenai rantai pemasok yang berkaitan dengan proses bisnis atau
layanan organisasi yang berkaitan dengan kemungkinan dampak dan gangguan akibat
keterlambatan pengiriman pasokan atau logistik, serta keterlambatan proses manufaktur akibat
pandemi global Virus Corona.
2. Melakukan komunikasi dengan pihak penyedia atau pemasok yang digunakan oleh suatu
perusahaan atau organisasi yang mungkin dihadapi dalam kondisi terburuk akibat pandemi Virus
Corona.
3. Melakukan Identifikasi potensi penyedia atau pemasok lain yang dapat mendukung proses
operasional bisnis dan layanan perusahaan ketika terjadi gangguan.
4. Melakukan komunikasi kepada pengguna atau konsumen mengenai keterbatasan yang dihadapi
oleh perusahaan/organisasi serta menyampaikan langkah mitigasi yang akan dilakukan oleh
perusahaan/organisasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai