Jbptitbpp GDL Muchamadra 31513 5 2008ta 4
Jbptitbpp GDL Muchamadra 31513 5 2008ta 4
BAB IV
ANALISIS
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu struktur atap yang bersifat tetap,
termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan
tetap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari struktur itu. Yang diakibatkan oleh
berat konstruksi permanen seperti berat sendiri, berat gording, penutup atap (metal roof), dan
plafond. Dalam analisis, semua beban diatas dijadikan beban terpusat.
Dalam Peraturan Muatan Indonesia (PMI), beban mati atap ditetapkan 50 kg/m2, sudah
berikut genteng, gording, kaso. Karena jarak antar kuda-kuda adalah 10 m, maka diambil
nilai beban yang ditransfer ke portal kanan dan kirinya dengan pembagian 1 : 1 dari tengah
bentang.
A 1 = 1 .6 5 5 S = 6 .6 2 0
L 2=10
25°
1 .5
Dengan demikian, beban maksimum dipikul oleh kuda-kuda yang berada di tengah
bentang, yang secara total menahan beban sepanjang 10 m per satuan lebar. Maka beban
atap yang telah diketahui dikonversikan menjadi beban garis kemudian beban mati tsb
dikonversikan menjadi beban titik yang letaknya pada join atas batang batang vertikal.
PD = qm x L2 x (a/cos α)
Plafond
Diambil berat Plafond adalah 18 kg/m2, beban ini merata pada bidang datar rangka kuda-
kuda sehingga jika dijadikan beban terpusat pada joint bagian bawah menjadi :
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu
struktur, khusus pada atap ke dalam beban hidup termasuk beban yang berasal dari air hujan,
baik akibat genangan maupun akibat tekanan jatuh (energi kinetik) butiran air dan beban
yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan dan material atau selama
penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak.
Beban orang yang merupakan beban hidup(La) menurut PMI adalah sebesar 100 kg yang
diletakkan di joint rangka atap searah dengan arah sumbu global (arah gravitasi).
P = 100kg
Beban ini merupakan beban tidak permanen yang bekerja pada rangka atap yang disebabkan
adanya selisih tekanan udara. Pada beban angin ini terbagi atas tekanan tiup dan tekanan isap.
Beban angin yang diperhitungkan dalam struktur rangka atap berdasarkan PMI adalah
sebesar 25 kg/m2. Berdasarkan koefisien angin dengan atap segi-tiga dengan sudut
kemiringan α sebagai maka:
Koefisien angin tiup pada atap (di pihak angin α < 65° )
= (0.02α – 0.4)
Koefisien angin hisap pada atap (di belakang angin untuk semua α )
= – 0.4
Maka gaya tiup dan isap oleh angin dapat dihitung sebagai berikut :
= 25kg/m
= - 0.4 x 25 x 10
= - 100 kg/m
Beban diatas masih merupakan beban merata pada bidang miring, jadi perlu dijadikan beban
titik. Dimana beban angin ini bekerja tegak lurus terhadap bidang kontak.
Karena beban tersebut tegak lurus terhadap bidang miring, maka beban tersebut dapat
diproyeksikan terhadap arah x dan y
Karena beban tersebut tegak lurus terhadap bidang miring, maka beban tersebut dapat
diproyeksikan terhadap arah x dan y
Karena beban angin ada yang bertanda positif dan negatif maka yang terjadi adalah bidang
miring atap menerima tekanan angin tiup dan tekanan angin isap.
Pemodelan beban tersebut dapat digambarkan dalam kondisi sebagai berikut (jika angin
bertiup dari kiri ke kanan).
Dari beban yang telah dihitung yaitu beban mati(D), beban hidup(L), dan beban angin(W)
akan dihitung gaya dalam axial ( tekan tarik) pada struktur rangka atap dengan menggunakan
SAP V10.0.1 dan akan dibuktikan perhitungannya dengan cara manual. Untuk penggunaan
SAP terlebih dahulu dilakukan momen release untuk menghilangkan adanya momen pada
sistem truss, jadi hanya ada axial saja.
Dari perhitungan pembebanan telah diperoleh beban yang terjadi sebagai berikut:
Dari perhitungan pembebanan telah diperoleh beban yang terjadi sebagai berikut:
Dari perhitungan pembebanan telah diperoleh beban yang terjadi sebagai berikut:
Kombinasi pembebanan yang terdapat dalam SNI – 03 – xxxx – 2000 mengenai Tata Cara
Perencanaan Struktur Kayu Untuk Bangunan Gedung adalah sebagai berikut:
¾ 1.4 D
¾ 1.2D + 1.6L + 0.5(La atau H)
¾ 1.2D + 1.6(La atau H) + (0.5L atau 0.8W))
¾ 1.2D ± 1.3W + 0.5L + 0.5(La atau H)
¾ 1.2D ± 1.0E + 0.5L
¾ 0.9D ± (1.3W atau 1.0E)
Dalam define combination dalam SAP, disederhanakan menjadi beberapa kombinasi yang
menentukan sesuai dengan beban yang ada sebagai berikut:
¾ 1.4 D
¾ 1.2D + 1.6L
¾ 1.2D ± 1.3W + 0.5L
Hasil gaya dalam pada struktur rangka atap akan dibuat dalam bentuk tabel hasil dari SAP
adalah sebagai berikut:
B7 1.4D -1158.542
B7 1.2D+1.6L -1156.191
B7 1.2D+1.3W+0.5W -806.646
B7 1.2D-1.3W+0.5W -1281.398
Kode Jenis P
Batang Diagonal
C 3643.667 -2354.657
Penyangga
Gaya dalam hasil perhitungan SAP perlu dilakukan cek secara manual.
Untuk mengecek hasil diatas dilakukan metode keseimbangan gaya pada join, dimana :
ΣFx = 0
ΣFy = 0
Cek gaya akibat beban mati (D) dengan kombinasi 1.4D maka pembebanan menjadi:
K e s e im b a n g a n
J o in t 1 J o in t 1 6
5 7 9 .2 7 1 k g
1 1 5 8 .5 4 2 k g
189 kg D 1 D 2
D 1
1
A 1
B1
R 1 = 6 1 4 6 .1 6 8 kg
ΣFy = 0
ΣFx = 0
Pada join 16 :
ΣFx = 0
ΣFy = 0
PB1 = -1158.542 kg
Dapat disimpulkan bahwa perhitungan dari SAP sudah benar dan dapat digunakan untuk
mendesain penampang setiap frame.
Perencanaan elemen elemen struktur harus berdasarkan gaya-gaya yang terjadi pada struktur
rangka atap ( dalam hal ini gaya yang terjadi hanya tekan dan tarik) yang akan direncanakan.
Dalam perencanaan elemen dipengaruhi beberapa faktor, yaitu ;
1. Nilai ekonomis
2. Berat sendiri penampang sekecil mungkin
3. Desain penampang terhadap empat jenis batang unutk kemudahan dalma pelaksanaan di
lapangan
4. Struktur kuat terhadap beban ultimate selama masa layan.
5. Struktur kaku
Dalam perencanaan elemen elemen batang pada rangka atap, pendimensian dibagi menjadi 4
jenis, yaitu A, B, C, dan D. Dimana diambil gaya dalam terbesar dari masing-masing
kelompok. Dibawah ini disajikan gaya max tiap kelompok
Catatan: Khusus untuk batang jenis B (Batang Vertikal) dan C (Batang Diagonal)
didesain terhadap gaya tekan karena lebih menentukan akibat tekuk
penampang.
Desain kayu yang digunakan dalam perencanaan ini adalah kayu yang digunakan adalah kayu
kelas II mutu B dengan tegangan yang diijinkan sbb:
σ│tkτ : 40 kg/cm2
τ// : 12 kg/cm2
E : 100.000 kg/cm2
Akibat terjadi gaya tekan pada suatu batang akan menyebabkan terjadi tekuk. Sehingga
dalam merencanakan batang tekan selain memperhitungkan kuat tekan, bahaya tekuk juga
harus diperhitungkan agar nantinya struktur tidak mengalami kegagalan. Karena bila tekuk
yang terjadi melebihi toleransi akan dapat menimbulkan masalah.
Asumsi :
Kayu yang dipakai adalah kayu dimana serat searah dengan gaya tekan yang terjadi pada
batang
P P
Untuk menghitung tegangan yang terjadi pada batang tekan dapat ditentukan dengan rumus
di bawah ini :
P.ω
σ tk // =
A
k.L
Dimana λ=
i
I
i=
A
Batang B atau batang tegak ada yang bekerja sebagai batang tarik dan juga tekan. Dalam
desain, batang tekan lebih menentukan karena faktor tekuk. Oleh sebab itu batang B akan di
desain terhadap bahaya tekuk sebagai batang tekan.
Data :
Pmax= 1281.398 kg
L = 2.098 m = 209.8 cm
A = 72 cm2
1 1
* 6 *12 3 Iy *12 * 6 3
Ix
ix = = 12 = 3.46 cm ; i y = = 12 = 1.73 cm
A 6 *12 A 6 *12
kI x 1 * 209.8
λx = = = 60.64 <150 → OK !
i 3.46
kI y 1* 209.8
λy = = = 121.13 <150 → OK!
i 1.73
300 300
EulerÎ ω = 3.5 * ⎛⎜ 2.5 + λ ⎞⎟ = 3 .5 ⎛
* ⎜ 2 .5 +
121.13 ⎞
⎟ = 4.67
6 6
10 2 ⎝ 100 ⎠ 10 ⎝ 100 ⎠
λ 121.132
P.ω
σ tk // =
A
1281.398 kg x 4.67
σ tk // = = 83.11 kg < σ tk // = 85 kg / cm 2 ⇒ OK !
72 cm 2
Batang atas
Batang diagonal
Data :
Pmax = 2354.657 kg
L = 2.051 m = 205.1 cm
A = 96 cm2
1 1
8 * 12 3 Iy 12 * 8 3
Ix 12 12
ix = = = 3.46 cm ; i y = = = 2.31 cm
A 8 * 12 A 8 * 12
kI x 1 * 205.1
λx = = = 59.27 <150 → OK !
i 3.46
kI y 1 * 205.1
λy = = = 88.79 <150 → OK!
i 2.31
300 300
TetmayerÎ ω = = = 2.45
− 2λ + 300 − 2 (88.79) + 300
P.ω
σ tk // =
A
2354.657 kg x 2.45
σ tk // = 2
= 60.09 kg / cm 2 < σ tk // = 85 kg / cm 2 ⇒ OK !
96 cm
Data :
Pmax = 12732.09 kg
L = 1.655 m =165.5 cm
A = 256 cm2
1 1
16 * 16 3 Iy 16 * 16 3
Ix 12 12
ix = = = 4.61 cm ; i y = = = 4.61 cm
A 16 * 16 A 16 * 16
kI x 1 * 165.5
λx = = = 35.90 < 150 → OK !
i 4.61
kI y 1 *165.5
λy = = = 35.90 <150 → OK!
i 4.61
300 300
Tetmayer Î ω= = = 1.31
− 2λ + 300 − 2 (35.90) + 300
P.ω
σ tk // =
A
12732.09 kg x 1.31
σ tk // = = 65.15 kg < σ tk // = 85 kg / cm 2 ⇒ OK !
256 cm 2
Kesimpulan:
Kode Dimensi
Jenis Batang
Batang
b h
B Batang Vertikal 6 12
C Batang Diagonal 8 12
D Batang Atas 16 16
Secara keseluruhan desain yang dilakukan terkesan boros, hal ini dilakukan karena
perhitungan berat sendiri struktur belum dilakukan, sehingga setelah kemudian berat sendiri
struktur diperhitungkan akan mendapatkan ukuran kayu yang optimum. Ukuran kayu yang
tidak ada dipasaran akan dilakukan pemotongan dengan special design.
Akibat terjadi gaya tekan pada suatu batang akan menyebabkan terjadi tekuk. Sehingga
dalam merencanakan batang tekan selain memperhitungkan kuat tekan, bahaya tekuk juga
harus diperhitungkan agar nantinya struktur tidak mengalami kegagalan. Karena bila tekuk
yang terjadi melebihi toleransi akan dapat menimbulkan masalah.
Asumsi :
Kayu yang dipakai adalah kayu dimana serat searah dengan gaya tekan yang terjadi pada
batang
P P
Untuk menghitung tegangan yang terjadi pada batang tekan dapat ditentukan dengan rumus
di bawah ini :
P.ω
σ tk // =
A
k.L
Dimana λ=
i
I
i=
A
Batang B atau batang tegak ada yang bekerja sebagai batang tarik dan juga tekan. Dalam
desain, batang tekan lebih menentukan karena faktor tekuk. Oleh sebab itu batang B akan di
desain terhadap bahaya tekuk sebagai batang tekan.
Data :
Pmax= 1281.398 kg
L = 2.098 m = 209.8 cm
Dari perhitungan balok monolit diperoleh dimensi balok yang dibutuhkan adalah 12/12.
Pada perencanaan kayu lapis digunakan kayu dengan ukuran 2/12 sebanyak 3 buah sebagai
penampang. Kemudian kayu berukuran 3/12 sebanyak 2 buah digunakan sebagai klos.
12
X
2 3 2 3 2
A = 72 cm2
1
Ix = * 6 * 12 3 = 864cm 4
12
1 1
I Y = 2 * ( * 12 * 2 3 + 12 * 2 * 5 2 ) + ( *12 * 2 3 ) = 1209.33cm 4
12 12
Ix 864 Iy 1209.33
ix = = = 3.46 cm ; i y = = = 4.10 cm
A 72 A 72
Lx 209.8
λx = = = 60.64
ix 3.46
m 2
λ w = λ2 y + f λ1
2
Keterangan :
f = 3 → klos dengan menggunakan paku
m = 3 → Penampang kolom terdiri atas 3 penampang
Ly 209.8
λy = = = 51.17
iy 4.10
L1 69.93
λ1 = = = 20.21
i1 3.46
3
λ w = 51.17 2 + 3 (20..21) 2 = 66.76
2
λ x = 60.63
berarti kolom menekuk pada sumbu bebas bahan
λ w = 66.76
300 300
TetmayerÎ ω = = = 1.80
− 2λ + 300 − 2 (66.76 ) + 300
P.ω
σ tk // =
A
1281.398 kg x 2.46
σ tk // = 2
= 32.03 kg < σ tk // = 85 kg / cm 2 ⇒ OK !
72 cm
Ww 1.80
D= *P = *1281.398 = 38.44 kg
60 60
2
3
2
3
2
Diameter paku:
1 1
dn ≤ tk = * 20 = 2.8mm
7 7
N 2 = 2 N 1 = 2 * 25 = 50kg / paku
S = 2674 . 04 kg
An = 80 % * Ab = 38 . 8 cm 2
`
S 2674 . 04 _
σ tk // = = = 68 . 92 kg / cm 2 < σ tk // = 85 kg / cm 2
An 38 . 8
2674.04
Per batang S = = 1337.02kg
2 2
An = 80 % * Ab = 29 . 2 cm 2
S /2 1337 . 04 _
σ tk // = 1 . 5 = 1 .5 * = 68 . 68 kg / cm 2 < σ tk // = 85 kg / cm 2
An 29 . 2
2674.04
Jumlah paku yang dibutuhkan = = 53.4 ⇒ 54 paku
50
L/3
+ + + + +
+ + + + +
+ + + + +
+ + + + +
+ + +
L/3
+ + +
+ + + + +
+ + + + +
+ + + + +
+ + + + +
L/3
Data :
Pmax = 2354.657 kg
L = 2.051 m = 205.1 cm
Berdasarkan perhitungan pada balok monolit diperoleh profil kayu 8/12. Dalam desain
dengan menggunakan kayu lapis dipakai kayu berdimensi 3/12 sebanyak 2 buah sebagai
penampang dan kayu berdimensi 2/12 sebanyak 1 buah sebagai klos. Dengan demikian
dimensinya sama dengan balok monolit. Perekat yang digunakan adalah paku
12
X
3 2 3
A = 72 cm2
1
Ix = * 6 * 12 3 = 864cm 4
12
1
IY = 2 * ( * 12 * 33 + 12 * 3 * 2.5 2 ) = 504cm 4
12
Ix 864 Iy 504
ix = = = 3.46 cm ; i y = = = 2.65 cm
A 72 A 72
L x 205.1
λx = = = 59.28
ix 3.46
m 2
λ w = λ2 y + f λ1
2
Keterangan :
f = 3 → klos dengan menggunakan paku
m = 2 → Penampang kolom terdiri atas 2 penampang
Ly 205.1
λy = = = 77.39
iy 2.65
L1 68.37
λ1 = = = 25.8
i1 2.65
2
λ w = 77.39 2 + 3 (25.8) 2 = 89.37
2
λ x = 59.28
berarti kolom menekuk pada sumbu bebas bahan
λ w = 89.37
300 300
TetmayerÎ ω = = = 2.47
− 2λ + 300 − 2 (89.37 ) + 300
P.ω
σ tk // =
A
2354.657 kg x 2.47
σ tk // = 2
= 80.78 kg / cm 2 < σ tk // = 85 kg / cm 2 ⇒ OK !
72 cm
Ww 2.47
D= *P = * 2354.657 = 96.93 kg
60 60
3
2
Diameter paku:
1 1
dn ≤ tk = * 20 = 2.8mm
7 7
N 2 = 2 N 1 = 2 * 25 = 50kg / paku
S = 2366 . 8 kg
An = 80 % * Ab = 30 cm 2
`
S 2524 . 6 _
σ tk // = = = 84 . 1kg / cm 2 < σ tk // = 85 kg / cm 2
An 30
2524.6
Per batang S = = 1262.3kg
2 2
An = 80 % * Ab = 38 . 8 cm 2
S /2 1262 . 3 _
σ tk // = 1 . 5 = 1 .5 * = 48 . 80 kg / cm 2 < σ tk // = 85 kg / cm 2
An 38 . 8
2524.6
Jumlah paku yang dibutuhkan = = 50.5 ⇒ 51 paku
50
L/3
+ + + + +
+ + + + +
+ + + + +
+ + + + +
+ + + + +
L/3
+ + + + +
+ + + + +
+ + + + +
+ + + + +
+ + + + + L/3
+
Data :
Pmax = 12732.09 kg
L = 1.655 m =165.5 cm
Berdasarkan perhitungan pada balok monolit diperoleh profil kayu 16/16. Dalam desain
dengan menggunakan kayu lapis dipakai kayu berdimensi 6/16 sebanyak 1 buah dan 8/16
sebanyak 1 buah sebagai penampang. Kemudian digunakan kayu berdimensi 2/16 sebanyak 1
Muchamad Ramdhan
Y (15004099) IV-28
TUGAS AKHIR
KAJIAN PERENCANAAN KUDA-KUDA
BALOK MONOLIT DAN KAYU LAPIS
buah sebagai klos. Dengan demikian dimensinya sama dengan balok monolit yaitu 16/16.
Perekat yang digunakan adalah paku.
y
16
X
6 2 8
A = 224 cm2
1
Ix = *14 *16 3 = 4778.67cm 4
12
1 1
I Y = ( *16 * 6 3 + 16 * 6 * 5 2 ) + ( *16 * 83 + 16 * 8 * 4 2 ) = 5418.67cm 4
12 12
Ix 4778.67 Iy 5418.67
ix = = = 4.62 cm ; iy = = = 4.91cm
A 224 A 224
Lx 165.5
λx = = = 35.82
ix 4.62
m 2
λ w = λ2 y + f λ1
2
Keterangan :
f = 3 → klos dengan menggunakan paku
m = 2 → Penampang kolom terdiri atas 2 penampang
Ly 165.5
λy = = = 33.7
iy 4.91
L1 55.17
λ1 = = = 11.94
i1 4.62
2
λw = 33.7 2 + 3 (11.94) 2 = 39.54
2
λ x = 35.82
berarti kolom menekuk pada sumbu bebas bahan
λw = 39.54
300 300
Tetmayer Î ω= = = 1.36
− 2λ + 300 − 2 (39.54 ) + 300
P.ω
σ tk // =
A
12732.09 kg x1.36
σ tk // = 2
= 77.30 kg < σ tk // = 85 kg / cm 2 ⇒ OK!
224 cm
⎛ λ ⎞ Ww ⎛ 39.54 ⎞ 1.36
D=⎜ w ⎟ *P = ⎜ ⎟ *12732.09 = 190.18 kg
⎝ 60 ⎠ 60 ⎝ 60 ⎠ 60
16
X
6 2 8
S = 8612 . 71 kg
An = 80 % * Ab = 102 . 4 cm 2
`
S 8612 . 71 _
σ tk // = = = 84 . 10 kg / cm 2 < σ tk // = 85 kg / cm 2
An 102 . 4
8612.71
Per batang S = = 4306.36kg
2 2
An = 80 % * Ab = 102 . 4 cm 2
S /2 4306 . 36 _
σ tk // = 1 . 5 = 1 .5 * = 63 . 08 kg / cm 2 < σ tk // = 85 kg / cm 2
An 102 . 4
8612.71
Jumlah paku yang dibutuhkan = = 44.13 ⇒ 45 paku
195.16
L/3
+ + + + +
+ + + + +
+ + + + +
+ + + + +
+ + +
L/3
+ +
+ + + + +
+ + + + +
+ + + + +
+ + + + + L/3
• Deskripsi:
Pada percobaan uji geser kayu searah serat ini dilakukan 6 kali pengujian terhadap benda uji.
Tiga benda uji merupakan model dari balok monolit dan tiga benda uji lainnya merupakan
model dari kayu lapis (dengan perekat paku). Baik benda uji balok monolit maupun kayu
lapis memiliki total dimensi yang sama. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu kelas II
yaitu mahoni.
• Langkah-langkah pengujian
1. Pasang benda uji pada alat uji geser searah serat kayu
4. Saat benda uji sudah failed, lihat angka yang ditunjukkan oleh benda uji.
5. Hasil tersebut menunjukan besarnya gaya geser yang terjadi (dalam satuan kg)
6. Untuk mendapatkan besarnya gaya geser yang terjadi, maka nilai pada bacaan alat
tersebut harus dibagi dengan luas permukaan benda uji geser tersebut.
7. Kemudian dilakukan analisis terhadap hasil uji kekuatan geser kayu searah serat
tersebut.
1 215 5
2 225 5
3 210 5
Luas permukaan benda uji adalah 25 cm2, sehingga didapatkan besarnya nilai kuat gesernya
(τ), yaitu:
1 8.6 0.2
2 9 0.2
3 8.4 0.2
• Analisis
Berdasarkan hasil pengujian kuat geser kayu searah serat yang dilakukan di laboratorium,
dapat dilihat bahwa besarnya kuat geser benda uji balok monolit rata-rata adalah 8.67 kg/cm2
dan benda uji kayu lapis adalah 0.2 kg/cm2.
Selain itu, terlihat juga bahwa besarnya kekuatan geser kayu lapis di laboratorium sangat kecil
nilainya dibandingkan dengan balok monolit. Hal ini disebabkan oleh kurang kuatnya perekat
pada kayu lapis tersebut. Paku yang digunakan kurang banyak dan kurang kuat sehingga tidak
terjadi perlekatan yang sempurna. Akan tetapi, secara umum terlihat bahwa kekuatan geser
balok monolit lebih besar daripada kayu lapis. Besarnya perbandingan kuat geser balok
monolit dan kayu lapis sangat dipengaruhi juga dengan perekat yang digunakan.
Dalam hal ini diperlukan paku yang sangat banyak agar bisa diperoleh kayu lapis yang punya
kerekatan mendekati sempurna. Selain paku, perekat lain yang dapat digunakan adalah lem
dan penjepit baja.