Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DALAM


KEPERAWATAN
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan
Kesehatan Keja dalam Keperawatan
Dosen : Melisa Frisilia, S.Kep., M.Kes.

Disusun oleh :
Kelompok 8

Arthur Jimmy Amabel NIM : 2019.C.11a.1001


Cindy Masdy NIM : 2019.C.11a.1002
Malisa NIM : 2019.C.11a.1017
Muntiara Sri Mampung NIM : 2019.C.11a.1019
Novin Anggraini NIM : 2019.C.11a.1022

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Pencegahan Penyakit Akibat
Kerja dalam Keperawatan. Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan.
Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen
pembimbing. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Makalah ini
mungkin kurang sempurna, untuk itu penulis mengharap kritik dan saran untuk
penyempurnaan makalah ini.

Palangka Raya, 06 Maret 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah......................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................................3
2.1 Jenis-jenis Resiko Penyakit akibat Kerja Pada Perawat.....................................3
2.2 Resiko Penyakit atau Cidera akibat Kecelakaan Kerja pada Perawat..............5
2.3 Upaya Pencegahan Penyakit akibat Kerja pada Perawat...................................7

BAB 3 PENUTUP................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................11
3.2 Saran.........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit penyakit akibat kerja di rumah sakit - Rumah Sakit adalah satu unit service
layanan kesehatan pada penduduk. Agar bisa mendapatkan kelebihan serta daya saing maka
rumah sakit harus mendapatkan perhatian khusus dalam peningkatan mutu layanannya
dengan profesional pada customer, yaitu pasien yang dirawat atau rawat jalan.
Rumah sakit dalam kaca mata publik adalah unit service fungsional sebagai unit
dalam service penyuluhan, mencegah serta perlakuan beberapa kasus segala jenis penyakit.
Penyakit karena kerja bisa menyerang semua tenaga kerja di dalam rumah sakit, baik
tenaga medis ataupun non medis karena pajanan biologi, kimia serta fisik di lingkungan kerja
rumah sakit tersebut. Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya beberapa orang sakit ataupun
sehat, atau anggota penduduk baik petugas ataupun pengunjung, pasien yang mendapatkan
perawatan di dalam rumah sakit dengan beberapa jenis penyakit menyebar.
Perihal ini membuat rumah sakit adalah tempat kerja yang mempunyai kemungkinan
pada masalah kesehatan serta kecelakaan kerja buat petugas. Beberapa jenis penyakit yang
ada di lingkungan rumah sakit sangat mungkin rumah sakit jadi tempat penyebaran penyakit
infeksi baik buat pasien, tenaga kerja ataupun pengunjung. Petugas di lingkungan rumah sakit
begitu berdampak dengan kontak langsung pada agent penyakit menyebar lewat darah,
sputum, jarum suntuk dan sebagainya.
Persepsi publik berasumsi jika rumah sakit adalah fasilitas kesehatan yang bersih serta
sehat, hingga tenaga kerja yang berada di lingkungan rumah sakit tak kan terkena penyakit.
Bila kita memandang jika rumah sakit adalah industri service kesehatan yang banyak
didatangi penduduk setiap hari bahkan juga pada unit service spesifik yang memakai tenaga
kerja shift tetap ada selama 24 jam, seharusnya usaha kesehatan serta keselamatan kerja di
dalam rumah sakit bukan adalah hal yang tabu agar bisa diaplikasikan.
Dalam perihal ini sangat berguna bagi tenaga kerja yang berada di lingkungan rumah
sakit menjadi usaha perlindungan dari kecelakaan kerja serta penyakit karena kerja.
Pengendalian Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam rumah sakit harus bisa jadi perhatian
khusus supaya tenaga kerja dapat melakukan peranan serta fungsinya dengan baik. Perihal ini
sama dengan paradigma sdm menjadi human capital di dalam rumah sakit.
Perihal ini ikut jadi begitu kompleks sebab terdapatnya pembagian pekerjaan beragam
macam profesi yang kerja di lingkungan rumah sakit, serta masing-masing profesi akan
mempunyai etika serta budaya kerja yang berbeda-beda. Keadaan seperti ini yang membuat
manajemen SDM di lingkungan rumah sakit penuh rintangan.
Oleh karenanya bila tenaga kerja di lingkungan rumah sakit terkapar dengan penyakit
karena kerja, jadi beberapa hal yang akan terganggu dalam efektif serta manfaat tenaga kerja
di dalam rumah sakit. Sama dengan referensi ILO dalam kewajiban tiap-tiap masyarakat
negara agar bisa melakukan serta mengevaluasi kebijaksanaan nasional dalam aplikasi
kesehatan serta keselamatan kerja di lingkungan kerja, mengingat rumah sakit adalah fasilitas
kesehatan yang mempunyai banyak tenaga kerja baik medis ataupun non medis yang berefek
alami kecelakaan kerja serta penyakit karena kerja.
Tenaga kerja dalam UU No. 14 memiliki hak mendapatkan perlindungan atas
kesehatan, keselamatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja dan perlakuan yang sama
dengan martabat manusia serta kepribadian agama. Dalam perihal ini memerlukan usaha
perlindungan kesehatan serta keselamatan kerja buat petugas di lingkungan rumah sakit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis resiko penyakit akibat kerja pada perawat?
2. Apa saja resiko penyakit atau cidera akibat kecelakaan kerja pada perawat?
3. Bagaimana upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat?
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah K3 dalam Keperawatan.
2. Untuk mengetahui jenis penyakit akibat kerja pada perawat.
3. Untuk mengetahui penyakit atau cidera akibat kecelakaan kerja pada perawat.
4. Untuk mengetahui upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis Resiko Penyakit akibat Kerja Pada Perawat


Penyakit karena kerja adalah seuatu kendala pada tingkat keamanan dalam kerja,
dalam perihal ini memerlukan usaha pencegahan, baik untuk keselamatan ataupun kesehatan
beberapa pekerja yang berada di lingkungan rumah sakit. Penyakit karena kerja atau terkait
dengan pekerjaan bisa dikarenakan oleh pemajanan di lingkungan kerja dengan terus menerus
setiap hari.
Untuk menghadapi perihal ini, maka langkah awal yang terpenting ialah
pengenalan/identifikasi bahaya yang dapat muncul serta dievaluasi, lalu dikerjakan usaha
pengendalian lewat cara melihat serta mengenal (walk through inspections).
Dalam lingkungan kerja seseorang bisa terganggu kesehatannya, serta gangguan
kesehatan karena lingkungn kerja ini cukuplah banyak berlangsung. Penyakit karena kerja
diantaranya berlangsung disebabkan karena situasi keadaan kerja seperti udara dingin, panas,
bising, bahan kimia, debu dan sebagainya.
Gangguan kesehatan pada pekerja bisa juga dipicu oleh aspek yang terkait dengan
pekerjaan ataupun aspek yang tidak terkait dengan pekerjaan. Dengan begitu bisa dikatakan
jika status kesehatan penduduk pekerja di pengaruhi bukan hanya oleh bahaya di lingkungan
kerja tapi ikut oleh aspek kesehatan pekerja yang akan punya pengaruh pada perilaku pekerja
yang tidak konsentrasi.
Di bawah ini adalah contoh penyakit karena kerja yang disebut pemicu dari
lingkungan kerja:
A. Aspek fisik
 Suara tinggi yang bising melalui ambang batas normal bisa mengakibatkan
ketulian
 Tempratur tinggi bisa mengakibatkan hyperpireksi, heat cramp, heatstres.
 Radiasi sinar elektromagnetik, radioaktif bisa mengakibatkan katarak, tumor dan
sebagainya.
 Desakan udara yang tinggi bisa mengakibatkan coison disease
 Getaran bisa mengakibatkan gangguan proses metabolism polineurutis, masalah
syaraf.
 Penerangan yang kurang bisa mengakibatkan kerusakan pandangan.
B. Aspek Kimia
 Beberapa bahan kimia yang masuk lewat aliran pernapasan yang bisa membuat
resikonya alergi, iritasi, korosif, asphyxia.
 Debu yang bisa menyebabkan pneumoconioses dan sebagainya
 Uap serta gas beracun yang bisa mengakibatkan keracunan

C. Aspek Biologis
 Seperti bakteri, viral diseases, parasitic diseases dan sebagainya

D. Aspek Ergonomi
 Tempat kerja, alat kerja yang tidak ergonomis, langkah kerja yang salah,
konstruksi yang salah hingga bisa mempunyai dampak kelelahan pada tubuh.
 Angkat beban yang berat
 Tempat statis
 Tempat membungkuk yang tidak ergonomis

E. Aspek Mental Psikologis


 Jalinan kerja, organisasi kerja, komunikasi social
 Beban kerja mental keadaan penyakita pasien.
 Kerja shift

Penyakit karena kerja serta kecelakaan kerja dikalangan petugas kesehatan serta non
kesehatan di lingkungan rumah sakit belumlah terselesaikan dengan baik, hingga berlangsung
kecenderungan penambahan prevalensi. Dalam perihal ini perlu mendapatkan perhatian,
sebab seseorang yang bekerja bila mengalami kecelakaan atau penyakit karena kerja tidak
hanya punya pengaruh pada diri sendiri, tapi ikut produktifitas kerja mengalami penurunan
dalam pemberian service kesehatan yang optimal pada pasien.
Kemungkinan petugas rumah sakit pada gangguan kesehatan serta kecelakaan kerja
biasanya dikarenakan oleh perilaku petugas dalam kepatuhan melakukan tiap-tiap mekanisme
pada kewaspadaan. Lihat hal diatas tentu saja kita perlu mengerti jika dalam cakupan
pekerjaan di bagian kesehatan memiliki banyak resiko pada kesehatan pekerja. Tenaga kerja
(tenaga medis serta non medis) yang berefek pada penyakit karena kerja di dalam rumah sakit
diantaranya:

4
1. Penyakit Menular
Tenaga perawat kemungkinan melakukan kontak yang berhubungan dengan cairan
darah berkuman, cairan tubuh, busa, cairan mulut, cairan urine, kotoran manusia,
muntahan dan lain-lain sehingga mendapat penularan. Media penularan yang sering
terjadi adalah sebagai berikut:

Media Penularan Penyakit Menular


Melalui cairan darah Hepatitis B, Hepatitis C, AIDS
Melalui udara atau busa Flu menular, TBC, SARS
Melalui kontak tubuh Penyakit kulit, radang infeksi kulit
Melalui mulut (setelah kontak dengan urine Radang infeksi perut, Hepatitis A
dan kotoran manusia)

2. Penyakit Tidak Menular


Penyakit tidak menular dapat berupa, sakit otot dan tulang serta gangguan tidur.
a. Sakit Otot dan Tulang
Tindakan memindahkan pasien, membalikkan dan menepuk-nepuk punggung
pasien, latihan penyembuhan, dikarenakan sering mengeluarkan tenaga berlebihan,
gerakan yang tidak benar atau berulang-ulang, mudah menyebabkan cedera di
bagian otot dan tulang, apabila tenaga perawat berusia agak tua, maka akan
menambahresiko dan tingkat keseriusan cedera di otot dan tulang.

b. Gangguan Tidur
Tenaga perawat perlu waktu sepanjang malam atau waktu yang tidak tentu untuk
menjaga pasien, sehingga mudah mengalami kondisi tidur pendek, tidur kurang
lelap, kesulitan tidur. Yang juga berkemungkinan untuk menyebabkan naiknya
tekanan darah.

2.2 Resiko Penyakit atau Cidera akibat Kecelakaan Kerja pada Perawat
Pengertian cidera berdasarkan Heinrich et al. (1980) adalah patah, retak, cabikan,
dan sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Bureau of Labor Statistics, U.S.
Department of Labor (2008) menyatakan bahwa bagian tubuh yang terkena cidera dan
sakitterbagi menjadi:
 Kepala; mata.
 Leher.
 Batang tubuh; bahu, punggung.

5
 Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, telapak dan jari-jari tangan.
 Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jari kaki
 Sistem tubuh.
 Banyak bagian
Tujuan menganalisa cidera atau sakit yang mengenai anggota bagian tubuh yang
spesifik adalah untuk membantu dalam mengembangkan program untuk mencegah
terjadinya cidera karena kecelakaan, sebagai contoh cidera mata dengan penggunaan
kaca mata pelindung. Selain itu juga bisa digunakan untuk menganalisis penyebab alami
terjadinya cidera karena kecelakaan kerja

Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang


ditimbulkan membuat perusahaanmelakukan pengklasifikasian jenis cidera akibat
kecelakaan. Tujuan pengklasifikasian ini adalah untuk pencatatan dan pelaporan statistik
kecelakaan kerja. Banyak standar referensi penerapan yang digunakan berbagai oleh
perusahaan, salah satunya adalah standar Australia AS 1885-1 (1990)1. Berikut adalah
pengelompokan jenis cidera dan keparahannya:

1) Cidera fatal fatality)

Merupakan kematian yang disebabkan oleh cidera atau penyakit akibat kerja

2) Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury)

Meupakan suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen,atau


kehilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih. Hari pada saat
kecelakaan kerja tersebut terjadi tidak dihitung sebagai kehilangan hari kerja.

3) Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)

Merupakan semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa masuk
kerja karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi kecelakaan. Juga termasuk
hilang hari kerja karena cidera yang kambuh dari periode sebelumnya.
Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada saat kerja alternatif setelah
kembali ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung sebagai 220 kehilangan hari kerja
dimulai dengan hari kerja pada saat kejadian tersebut terjadi.

4) Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted Duty)

6
Merupakan jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk mengerjakan
pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain sementara atau yang
sudah di modifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk perubahan lingungan kerja
pola atau jadwal kerja.

5) Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury)

Kecelakaan kerja ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi kecelakaan
kerja yang ditangani oleh dokter, perawat,atau orang yang memiliki kualifikasi
untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan.

6) Cidera ringan (first aid injury)

Meupakan cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang ditangani menggunakan alat
pertolongan pertama pada kecelakaan setempat, contoh luka lecet, mata kemasukan
debu,dan lain-lain.

7) Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident)

Merupakan suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja
atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan dan bahaya pembuangan
limbah

2.3 Upaya Pencegahan Penyakit akibat Kerja pada Perawat

Perilaku hidup sehat dan kebiasaan makan yang baik serta melakukan olah raga
secara teratur, adalah resep tiada duanya bagi tubuh yang sehat, berikut ini adalah
saran pencegahan penularan penyakit menular, cedera otot dan tulang, gangguan tidur.

1. Penularan penyakit menular


1) Rajin mencuci tangan
Dilakukan sebelum makan, setelah berkontak dengan pasien atau melakukan
pekerjaan yang berhubungan dengan cairan kotoran, cairan tubuh pasien,
sebelummemakai sarung tangan, dan setelah melepas sarung tangan. Cara
mencuci tangan adalah dengan menggunakan air mengalir dan sabun atau
cairan pembersih kuman, cuci kedua tangan setidaknya dalam waktu 15-20
detik.
2) Memakai sarung tangan

7
Pada waktu ada kemungkinan berkontak dengan cairan darah, cairan tubuh,
barang cairan dan kotoran, harus mengenakan sarung tangan anti air yang
terbuat daribahan karet, ethylene resin, atau asafetida dan sejenisnya. Pada
waktu melepas sarung tangan, harus melalui pergelangan yang ditarik
keluar, kemudian sarung tangan dibalikkan keseluruhan, kemudian dibuang,
dan segera mencuci tangan.Perhatian: pemakaian sarung tangan tidak dapat
menggantikan pentingnya mencuci tangan.
3) Mengenakan masker mulut, masker mata atau masker muka
Pada saat menghadapi kemungkinan adanya cairan tubuh yang beterbangan,
seperti: pasien yang batuk atau bersin, harus mengenakan masker mulut
atau masker muka dan lain-lain sebagai alat pelindung. Hal-hal yang perlu
diperhatikan mengenai masker mulut :
(1) Masker mulut berbentuk datar walaupun memiliki hasil perlindungan, tetapi
karena kurang melengkung dan tidak menempel rapat di wajah, hasilnya
tidak sebanding dengan masker mulut berbentuk gelas.
(2) Masker mulut sebaiknya digunakan sekali pakai saja, apabila perlu dipakai
berulangkali, harus diperhatikan penyimpanan di tempat yang bersih dan
berudara lancar. Tetapi untuk kondisi berikut ini pemakaian tidak boleh
dilanjutkan : ada kecurigaan pencemaran, berlubang, berubah bentuk, kotor,
berbau, hambatan untuk bernafas bertambah dan lain-lain.
(3) Pada saat melepas masker mulut harus menghindari tercemarnya masker
mulut,juga menghindari terkena pencemaran dari masker mulut. Sebelum
dan sesudah melepas masker mulut, harus mencuci tangan secara bersih.
(4) Pada saat membuang masker mulut yang tercemar, harus menghindari
tersebarnya kuman, dengan cara melipat masker ke arah dalam, diletakkan
ke dalam kantong plastik yang ditutup rapat.

4) Memakai seragam kerja


Selama waktu kerja harus mengenakan seragam kerja serta rajin diganti dan
dicuci. Selesai kerja, meninggalkan kamar pasien untuk istirahat, atau ke
ruang makan untuk makan. Seragam kerja dan pakaian lainnya harus dicuci
secara terpisah.

8
2. Pencegahan cedera otot dan tulang

1) Pada saat memindahkan barang, tubuh sebisa mungkin dekat dengan barang
tersebut dan hindari gerakan membungkuk atau posisi membungkuk ke arah
depan, sebaiknya berlutut atau kedua kaki direndahkan sehingga pusat
beban berkurang untuk menghindari cedera di bagian pinggang. Pada saat
memindahkan barang jangan hanya memutarkan pinggang, harus dengan
satu kaki sebagai tumpuan, kaki yang lain bergerak dan memutarkan
seluruh badan untuk menghindari cedera di lutut dan pinggang.

2) Pada saat merawat pasien apabila ada gerakan condong ke depan sebelum
membungkuk, harus dengan satu tangan sebagai tumpuan badan untuk
menghindari pinggang mendapat beban terlalu besar. Apabila perlu
memindahkan pasien, harus dengan kedua kaki merendah sehingga pusat
beban terkurang untuk menghindari terjadinya cedera di bagian pinggang.

9
3) Jagalah posisi duduk yang benar, bagian punggung sebaiknya menempel di
punggung kursi, untuk menghindari tulang pinggang melengkung, dapat
diganjal dengan barang tumpuan kecil atau bantal kecil, untuk mengurangi
beban di tulang pinggang.

3. Saran untuk istirahat tidur


1) Pergunakan waktu istirahat siang, atau istirahat singkat untuk mensuplai waktu
tidur.
2) Sebelum tidur lakukan gerakan peregangan, untuk membantu cepat tidur.
Tetapi sebelum tidur tidak boleh melakukan olah raga berat.
3) Kegiatan sebelum tidur hendaknya diusahakan penuh kehangatan jangan
membuat emosi terlalu tinggi.
4) Dalam hal makanan hendaknya normal, teratur, seimbang sebagai patokan,
sebelum tidur hindari konsumsi makanan berlebihan, minum kopi, teh, nikotin
dan makanan merangsang lainnya. Apabila lembur malam, makan malam
boleh ditambah, tetapi sebelum selesai kerja harus menghindari produk
penambah energi dan sebelum tidur jangan makan terlalu kenyang atau
mengkonsumsi makanan berlemak tinggi.

10
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta
pratiknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan
kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan
faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

3.2 Saran
Perawat mengetahui fungsi dan peran seorang perawat dan disarankan bekerja dengan
memperhatikan fungsi dan perannya tersebut. Kesehatan dan keselamatan kerja sangat
penting dalam pembangunan karena sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian
ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau negara, oleh karena itu kesehatan dan
keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi
seluruh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T.Y., Hastuti. T. 2002. Health industrial hygiene safety medicine industrial works
environment. Universitas Indonesia. Jakarta

Fabre, June. 2009. Smart Nursing: Nurse Retention & Patient safety Improvement Strategies.
New York: Spring Publishing Company.

Reese, C.D. 2003. Occupational Health and Safety management. Lowes Publisher. USA.

Anda mungkin juga menyukai