MARIYAM FAUD
I4B019075
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya
insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolism lemak dan protein
(Askandar, 2000).
Pada pasien dengan diabetes melitus salah satu komplikasi yang umum
dialami yaitu adanya ulkus. Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau
selaput lender dan kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit.
Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau. Ulkus
diabetik merupakan komplikasi kronik dari diabetes mellitus dan menjadi penyebab
utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita diabetes. Kadar LDL yang
tinggi berperan penting untuk terjadinya ulkus diabetik sehingga terjadinya ulkus
diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah,
(Zaidah 2005).
Ulkus diabetik juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan
penyakit DM dengan neuropati perifer (Andyagreeni, 2010). Penyembuhan luka
yang lambat dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi cenderung terjadi yang
mengakibatkan ganggren dapat berkembang dan terdapat resiko tinggi perlu
dilakukannya amputasi tungkai bawah hal ini di akibatkan oleh gangguan
neurologis (neuropati) dan vaskuler pada tungkai (Morison, 2012). Oleh karena itu
dalam perawatan ulkus diabetikum menurut American Diabetik Association
(ADA), target yang harus di capai yaitu meningkatkan fungsi dan kualitas hidup,
mengontrol infeksi, meningkatkan status kesehatan, mencegah amputasi, dan
mengurangi pengeluaran biaya pasien. Namun pada kenyataannya dalam 30 detik
terjadi amputasi pada ulkus diabetikum di seluruh dunia (Lestari, 2012).
Menurut Handayani (2010 dalam Falanga, 2005) “ulkus diabetik yang tidak
segera mendapatkan pengobatan dan perawatan, maka akan mudah terjadi infeksi
yang segera meluas dan dalam keadaan lebih lanjut memerlukan tindakan amputasi
bahkan kematian. Amputasi dan kematian pada pasien ulkus diabetikum ini dapat
disebabkan oleh kegagalan dalam penyembuhan (delayed healing) yang berlanjut
pada infeksi lokal maupun general. Dalam proses penyembuhan luka, 3 delayed
healing dapat terjadi bila sel inflamasi dan sel imunitas yang diperlukan pada fase
inflamasi, proliferasi dan maturasi tidak dapat bekerja secara optimal. Sel sel
tersebut adalah platelet (fase koagulasi), neutrofil dan monosit (fase koagulasi dan
inflamasi), makrofag (fase inflamasi), keratinosit, fibroblas dan sel endotelial (fase
proliferasi), serta miofibroblas (fase maturasi). Proses penyembuhan ulkus
diabetikum dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah usia, manajemen
perawatan luka, nutrisi, merokok dan infeksi.
B. Tujuan
1. Mampu menjelaskan mengenai pengertian ulkus diabetik
2. Mengetahui etiologi ulkus diabetik
3. Mampu menjelaskan tanda gejala pasien dengan ulkus diabetik.
4. Menjelaskan patofisiologi dari ulkus diabetik.
5. Mengetahui jenis pemeriksaan penunjang ulkus diabetik.
6. Menjelaskan penatalaksanaan pasien dengan ulkus diabetik.
7. Menjelaskan komplikasi dari diagnosa ulkus diabetik.
8. Menyebutkan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
dengan ulkus diabetik.
9. Menyebutkan fokus intervensi utama pada diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien dengan ulkus diabetik
BAB II
TINJAUN TEORI
Ulkus adalah luka yang terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender,
kematian jaringan yang luas dan disertai infasif kuman suprofit. Adanya kuman
suprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau. Ulkus diabetikum juga merupakan
salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer,
(Andyagreeni, 2010).
Ulkus ini juga disebut ulkus neuropati diabetik yang dapat terjadi pada
pasien yang menderita diabetes melitus, sebagian akibat dari gangguan sirkulasi.
Penderita diabetes sering kali sulit untuk sembuh dan luka ini mungkin sulit diobati
(Rosdahi, 2015). Menurut Frykberg dalam Dafianto (2016), luka diabetik adalah
luka atau lesi pada pasien DM yang mengakibatkan ulserasi aktif dan merupakan
penyebab utama amputasi.
B. Etiologi
Beberapa etiologi yang menyebabkan ulkus diabetes meliputi neuropati,
penyakit arterial, tekanan dan deformitas kaki. Faktor yang paling banyak
menyebabkan ulkus diabetik adalah neuropati, trauma, dan deformitas kaku, yang
sering disebut dengan Critical Triad of Diabetic Ulcers. Faktor utama yang
berperan pada timbulnya Ulkus Diabetikum adalah angiopati, neuropati dan infeksi.
Adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri
pada, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya
ulkus. Adanya angiopati akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi,
oksigen serta antibiotik sehingga menyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh
(Levin, 1993) infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai ulkus
diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor
angiopati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuha ulkus diabetikum
(Askandar, 2001).
Penyebab lain ulkus diabetik adalah iskemik, infeksi, edema, dan kalus.
Ulkus diabetik merupakan penyebab tersering pasien harus diamputasi, sehingga
faktor-faktor tersebut juga merupakan faktor predisposisi terjadinya amputasi
(Frykberg dalam Dafianto, 2016).
Selain itu, terdapat beberapa faktor berpengaruh atas terjadinya ulkus
diabetikum, yaitu:
1. Faktor endogen dan ekstrogen
C. Patofisiologi
Salah satu komplikasi kronik atau akibat jangka panjang diabetes melitus
adalah ulkus diabetik. Ulkus diabetik disebabkan oleh tiga faktor yang sering
disebut Critical Triad of Diabetic Ucers yaitu Iskemik, Neuropati, dan Infeksi.
Neuropati perifer merupakan multifaktorial dan diperkirakan adalah akibat penyakit
vaskuler yang menutupi vasa nervorum, disfungsi endotel, defisiensi mioinositol,
perubahan sintesis mielin dan menurunnya aktivitas Na-K ATPase,
hiperosmolaritas kronis, menyebabkan edema pada saraf tubuh serta pengaruh
peningkatan sorbitol dan fruktose (Frykberg dalam Dafianto, 2016). Keadaan
hiperglikemia akan meningkatkan metabolisme glukosa melalui jalur sorbitol.
Sorbitol yang meningkat dapat mengakibatkan keadaan neuropati pada pasien DM.
Keadaan makroangiopati diabetik mempunyai gambaran hispatologis berupa
aterosklerosis. Pada keadaan makroangiopati diabetik akan mengakibatkan
penyumbatan vaskular dan apabila mengenai arteri-arteri perifer dapat
mengakibatkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai klaudikasio intermiten
dan gangren pada ekstermitas (Price & Wilson dalam Dafianto, 2016).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari
fontaine :
Menurut Arisanti dalam Yunus (2010), tanda dan gejala ulkus diabetik yaitu:
1. Sering kesemutan
7. Kulit kering
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl
dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2. Urine
3. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
(Zaidah 2005)
F. Pathway
Pembusukan dan
pengeluaran Ulkus
prostaglandin Diabetikum
Nyeri
1. Identittas
2. Keluhan Utama Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba
yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka.
3. Riwayat Kesehatan
4. Pemeriksaan Fisik
H. Diagnosa Keperawatan
I. Fokus Intervensi
Rencana tindakan:
Atur kaki sedikit lebih rendah dari jantung (posisi elevasi pada waktu
istirahat), hindari penyilangan kaki, hindari balutan ketat, hindari
penggunaan bantal di belakang lutut dan sebagainya.
Tujuan.
Nila laboratorium Hb untuk pria 13-16 gr/dl, untuk wanita 12-14 gr/dl,
nilai laboratorium yang terkait diabetes melitus (terutama GDS 60-
100mg/dl, kolesterol total 150-250 mg/dl, protein total 6-7,0 gr/dl) e.
Pasien habis 1 porsi makan setiap kali makan
Pasien tidak mengeluh mual lagi.
Rencana tindakan :
Timbang berat badan atau ukur lingkar lengan setiap hari sesuai indikasi.
Tentukan program diet dan pola makan pasien sesuai dengan kadar gula
yang dimiliki (dengan memakai rumus kebutuhan kalori untuk laki-laki=
berat badan ideal x 30, sedangkan wanita berat badan ideal x 25).
Tujuan :
Rencana tindakan :
Tujuan :
Rencana tindakan :
Tujuan:
Rencana tindakan:
Anjurkan klien dan keluarga untuk menjaga daerah luka agar tetap bersih
dan kering.
DAFTAR PUSTAKA
American College of Foot and Ankle Surgeons Diabetic Foot Disorders a Clinical
Practice Guidline, 2006.
Andyagreeni, (2010). Tanda Klinis Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta : CV. Trans Info
Media.
Dexa Medica, (2008). Alih Bahasa Styohadi B,dkk, dalam Journal of Pharmaceutical
Development, Volume 27, Nomor !, diunduh 01 Juni 2016.
Doenges,Marylyn E., (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. Jakarta : EGC
Frykberg R.G. 2002. Diabetic Foot Ulcer : Pathogenesis and Management, American
Family Physician.
Jones R, (2007). Exploring The Complex Care of The Diabetic Foot Ulcer. JAAPA.
Kruse I, Edelman S. Evaluation and Treatment of Diabetic Foot Ulcer. Clinical Diabetes
Volume 24, Number 2, 2006.