PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Flu burung atau Avian Influenza (AI) merupakan penyakit hewan menular
yang terjadi pada unggas dan sifatnya sangat mematikan dan zoonosis (dapat
menular pada manusia). Flu burung ini bukan hanya berbahaya bagi hewan (unggas
dan babi) tetapi juga bagi manusia. Manusia yang terinfeksi oleh flu burung dapat
berakhir dengan kematian. Namun, demikian sebenarnya virus flu burung dapat
dicegah penularannya pada manusia jika kita mengetahui karakteristik virus
penyebab dan cara pengendaliannya.
Kasus flu burung pertama kali ditemukan di Scotlandia pada tahun 1959,
sejak saat itu wabah flu burung berjangkit di beberapa Negara Eropa dan Afrika.
Belanda, Jerman, Belgia, dan Irlandia serta Afrika Selatan dan sebagian negara-
negara Eropa dan Afrika yang terkena wabah ini.
Wabah flu burung juga terjadi di belahan benua lainnya seperti di Amerika
Serikat, Kanada, dan Australia. Wabah flu burung telah menjadi pandemik.
Di Asia, kasus flu burung merupakan salah satu kasus penyakit hewan yang
paling menarik perhatian akhr-akhir ini. Ini karena sifat virus penyebabnya yang
sangat ganas dan berbahaya jika sampai menular ke manusia. Di Hongkong, kasus
flu burung merebak pertama kali pada tahun 1997. Pada saat itu dilaporkan sekitar
18 orang terinfeksi virus avian flu burung, 6 orang di antaranya meninggal dunia.
Pada tahun 2001 pemerintah Hongkong telah memusnahkan ribuan ekor unggas
yang diindikasikan terserang flu burung. Flu burung juga menyerang Thailand yang
menyebabkan kerugian besar pada perunggasan Thailand. Pada akhir 2003 Thailand
mendeppopulasi (memusnahkan) sekitar satu juta ekor ternak unggasnya. Bukan
hanya itu flu burung juga telah menular ke manusia. Hingga Januari 2004,
dilaporkan 6 orang warga Thailand positif terinfeksi virus H5N1 penyebab flu
burung. Vietnam, Malaysia, Kamboja, Taiwan, Laos, Korea, Cina, Jepang, Pakistan,
dan Indonesia adalah negara-negara Asia lainnya yang terkena serangan flu burung.
1
B. Masalah dan Perumusan Masalah
Masalah pada penulisan makalah ini adalah mudahnya penularan penyakit
flu burung baik dari hewan ke manusia ataupun dari manusia ke manusia.
Perumusan masalah pada penulisan karya ilmiah ini adalah “ Apakah ada pandemi
flu burung di Indonesia”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apakah
ada pandemi flu burung di Indonesia.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah:
a) Mengetahui cara-cara penularan flu burung
b) Mengetahui cara-cara pengobatan flu burung
c) Mengetahui cara-cara pencegahan flu burung
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah tentang flu burung ini adalah:
a) Menambah wawsan penulis tentang flu burung sebagai pandemi di dunia
umumnya dan sebagai pandemi di Indonesia khususnya.
b) Hasil tulisan ini dapat digunakan oleh pembaca sebagai tambahan referensinya
tentang flu burung sehingga dapat mencegah agar tidak tertular.
2
BAB II
PEMBAHASAN
C. Epidemiologi
Sampai bulan Juni 2007 sebanyak 313 orang di seluruh dunia terjangkit virus
AI dengan 191 di antaranya meninggal dunia (CFR=61%). Kasus penyakit ini
meningkat cepat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 tercatat terdapat 4 kasus,
kemudian berkembang menjadi 46 kasus (2004), 97 kasus (2005), 116 kasus (2006),
dan pada tahun 2007 per tanggal 15 Juni sudah dilaporkan terjadi 50 kasus dengan
angka kematian 66%. Negara yang terjangkit sebagian besar adalah negara-negara di
Asia (Thailand, Vietnam, Kamboja, China, dan Indonesia), tetapi saat ini sudah
menyebar ke Irak dan Turki.
Kasus AI di Indonesia bermula dari ditemukannya kasus pada unggas di
pekalongan, Jawa Tengah pada bulan agustus 2003. Sampai tahun 2006, penyakit ini
sudah menyerang unggas di 29 provinsi yang mencakup 291 kabupaten/kota. Daerah-
daerah yang memiliki populasi unggas yang padat dan diikuti populasi penduduk
yang padatlah yang akan mengalami banyak kasus pada manusia.
Di Indonesia, sejak juli 2005 sampai pertengahan Juni 2007 tercatat terdapat
100 kasus dengan 80 kematian (CFR=80%). Sebagian besar kasus berasal dari Jawa
dan Sumatera. Propinsi terbanyak yang terjangkit penyakit ini adalah Jawa Barat,
5
DKI Jakarta, dan Banten. Penyakit ini sudah terjangkit di 11 provinsi dan 37
kabupaten/kota.
D. Penularan
1. Penularan flu burung antar hewan (unggas)
Virus Flu burung dapat ditularkan dari unggas ke unggas lain melalui :
a) Kontak langsung unggas terinfeksi flu burung dengan unggas yang peka.
b) Melalui feses (kotoran) unggas yang terserang flu burung.
Kotoran unggas yang terserang flu burung mengandung virus penyebab flu
burung. Bahan organik yang terdapat dalam kotoran merupakan sumber
nutrisi bagi virus sehingga virus dapat bertahan hidup lebih lama di luar tubuh
unggas. Kotoran dapat menempel pada peralatan ernak seperti tempat pakan,
minum, rak telur dan juga pada dinding kandang. Kotoran kering dapat
bercampur dengan udara dan terhirup oleh unggas lain. Kesemuanya ini
menyebabkan virus mudah menyebar dengan sangat cepat.
c) Melalui lendir yang keluar dari hidung dan mata.
lendir yang keluar dapat menetesi tempat pakan dan minum dan juga pakan
dan air minumnya. Jika tempat pakan dan minum ini digunakan lagi untuk
unggas yang lain, maka penularan ke unggas lain dapat terjadi.
d) Melalui udara.
Penularan melalui udara ini sangat mudah terjadi pada satu kandang tetapi
tidak mudah terjadi antar kandang.
e) Melalui perdagangan unggas.
Ini dapat terjadi ketika konsumen membeli unggas yang terinfeksi virus flu
burung kemudian unggas yang terinfeksi ini disatukan dengan unggas lain
sehingga terjadi penularan dan penyebaran virus.
f) Melalui pakan dan air minum yang terkontaminasi.
g) Melalui manusia.
Pakaian dan sepatu yang terkontaminasi virus dapat menjadi perantara
menyebarkannya virus.
6
2. Penularan flu burung dari hewan ke manusia
Secara genetik, virus influenza tipe A sangat labil dan tidak sulit beradaptasi
untuk menginfeksi spesies sasarannya. Virus ini tidak memiliki sifat proof
reading, yaitu kemampuan untuk mendeteksi kesalahan yang terjadi dan
memperbaiki kesalahan pada saat replikasi. Ketidakstabilan sifat genetik virus
inilah yang mengakibatkan terjadinya strain/jenis/mutan virus yang baru. Akibat
dari proses tersebut virulensi virus AI dapat berubah menjadi ganas dari
sebelumnya (HPAI, Highly Pathogenic Avian Influenza).
Karakteristik lain dari virus ini adalah kemampuannya untuk bertukar,
bercampur, dan bergabung dengan virus influenza strain lain sehingga
menyebabkan munculnya strain baru yang bisa berbahaya bagi manusia.
Mekanisme ini juga menyebabkan kesulitan dalam membuat vaksin untuk
program penanggulangan.
Mekanisme penularan flu burung pada manusia melalui beberapa cara :
a) Virus unggas liar unggas domestik manusia.
b) Virus unggas liar unggas domestik babi
manusia.
c) Virus unggas liar unggas domestik (dan babi)
manusia manusia.
b) Waspada pandemi
Tahap 3 : penularan dari manusia ke manusia belum ada atau belum efektif.
Tahap 4 : terbukti terdapat penularan antarmanusia (klaster-klaster kecil dan
terbatas).
Tahap 5: penularan antarmanusia meningkat secara signifikan (klaster besar).
c) Pandemi
Tahap 6A : pandemi lokal
7
Tahap 6B : pandemi yang luas
Tahap 6C : pandemi menurun (subsided pandemic)
Tahap 6D : gelombang pandemi selanjutnya (next wave pandemic)
Pemeriksaan laboratorium :
1) Mengisolasi virus (usap tenggorok, tonsil, faring)
2) Tes serologi
3) Merujuk ke laboratorium litbangkes.
F. Pengobatan
a) Suportif : vitamin, misalnya vitamin C dan B kompleks
b) Simtomatik : analgesik, antitusif, mukolitik
c) Profilaksis : antibiotik
d) Pengobatan antivirus dengan Olsetamivir 75 mg (Tamiflu).
Dosis profilaksis adalah 1 X 75 mg 7 hari yang diberikan pada semua kasus
suspek. Dosis terapi adalah 2 X 75 mg selam 5 hari yang diberikan pada semua
kasus suspek yang dirawat. Dosis anak tergantung dari berat badannya.
9
Penggunaan antivirus sangat membantu, terutama pada 48 jam pertama, karena
virus akan menghilang sekitar 7 hari setelah masuk ke dalam tubuh.
G. Pencegahan
1. Pencegahan flu burung pada ternak
Penanggulangan flu burung lebih mengarah pada pencegahan supaya tidak
menular pada hewan lain maupun manusia di sekitarnya. Benerapa langkah di
bawah ini, sebagaimana diungkapkan oleh Retno D. Soejoedono dan Ekowati
Handharyani, merupakan upaya pencegahan penularan dan penyebaran virus flu
burung :
a) Membatasi secara ketat lalu lintas unggas atau ternak, produk unggas, pakan,
kotoran, bulu, dan alas kandang.
b) Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan yang keluar masuk
lokasi peternakan. Orang dan kendaraan yang masuk dan keluar kandang
harus disemprot dengan larutan desinfektan.
c) Peternak dan orang yang hendak memasuki peternakan ayam (unggas) harus
menggunakan pakaian pelindung seperti masker, kaca mata plastik (goggle),
kaos tangan, dan sepatu.
d) Mencegah kontak antarunggas dengan burung liar atau burung air, tikus, dan
hewan lain.
e) Melakukan desinfeksi terhadap semua bahan, sarana dan prasarana
peternakan, termasuk bangunan kandang.
f) Menggunakan jenis desinfektan yang sudah direkomendasikan seperti asam
parasetat, hidroksi peroksida, sediaan ammonium kuartner,
formaldehid/formalin 2-5%, iodoform kompleks (iodine), senyawa fenol, dan
natrium/kalium hipoklorit.
g) Melakukan depopulasi, yakni tindakan pemusnahan unggas secara selektif di
peternakan yang tertulari virus flu burung. Caranya dengan menyembelih
semua unggas yang sakit dan unggas sehat dalam satu kandang (peternakan).
Selain itu dapat juga dilakukan dengan cara disposal, yaitu membakar dan
mengubur unggas mati (bangkai), sekam dan pakan yang tercemar, serta
bahan peralatan yang terkontaminasi. Lubang tempat
penguburan/pembakaran harus berlokasi di dalam areal peternakan tertular
10
dan berjarak minimal 20 meter dari kandang tertular dengan kedalaman 1,5
meter. Apabila lubang penguburan/pembakaran terletak di luar areal
peternakan tertular maka harus jauh dari pemukiman penduduk dan mendapat
izin dari Dinas Peternakan setempat. Pemusnahan unggas juga semestinya
dilakukan terhadap semua unggas yang berada dalam radius 1 km dari
peternakan tertular.
Tindakan-tindakan dari nomor 1 hingga nomor 7 di atas merupakan tindakan
penanggulangan ketika flu burung sedang berjangkit dan semuanya mesti
dikoordinasikan dengan Dinas peternakan setempat. Ada langkah-langkah
lain yang perlu diambil sebagai pencegahan terjadinya flu burung pada saat
flu burung belum berjangkit, sebagaimana diuraikan dalam nomor 8 dan 9 di
bawah ini.
h) Melakukan tata laksana peternakansecara benar. Tata laksana peternakan ini
meliputi :
i. Pengaturan kepadatan : kandang hendaknya jangan terlalu padat.
ii. Temperatur kandang : diusahakan agar jangan samapai terjadi perubahan
suhu yang mencolok karena dapat mengakibatkan ayam stres dan fisiknya
mudah lemah dan terserang penyakit.
iii. Pengaturan pakan : pakan harus diberiakan sesuai kebutuhan dan
memiliki kandungan gizi yang cukup untuk unggas dan terbebas dari
kontaminan.
iv. Pengontrolan air minum : air minum harus dalam kondisi bersih.
Penambahan dan penggantian air minum perlu dilakukan setidaknya 2-3
kali sehari.
v. Pencahayaan dan ventilasi yang cukup.
vi. Pengaturan litter : litter di dalam kandang diusahakan tidak terlalu basah
atau kering. Litter yang terlalu kering menimbulkan debu yang
beterbangan dan memungkinkan timbulnya berbagai penyakit. Litter
sebaiknya sering dibersihkan.
i) Melakukan vaksinasi.
Vaksinasi harus dilakukan pada semua jenis unggas yang sehat di daerah
yang telah diketahui ada virus flu burung. Vaksin yang digunakan adalah
11
vaksin in aktif (killed vaccine) yang resmi atau telah teregistrasi dari
pemerintah.
Dalam hal vaksin, selama ini Indonesia menggunakan vaksin H5N1 yang low
pathogenic (beresiko rendah menimbulkan penyakit) yang diimpor dari luar
negeri. Namun seiring dengan perkembangan vaksin flu burung di dunia di mana
vaksin H5N1 tidak diproduksi dan tidak boleh digunakan lagi, maka mulai tahun
2006 Departemen Pertanian tidak lagi menggunakan jenis vaksi tersebut dan
menggantinya dengan vaksin H5N2. Vaksin H5N2 dianggap lebih aman dari
pada vaksin H5N1.
12
c) Vaksinasi virus flu manusia bagi yang terpajan dengan tujuan agar tidak
terjadi dua infeksi gabungan virus flu manusia dan flu burung dalam satu
orang yang memungkinkan timbulnya strain baru virus flu burung yang dapat
ditularkan dari manusia ke manusia;
d) Mereka yang rentan (anak-anak, orang usia lanjut, penderita penyakit jantung,
paru kronis) agar menghindari tempat peternakan unggas.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Flu burung atau Avian Influenza (AI) merupakan penyakit hewan menular
yang terjadi pada unggas dan sifatnya sangat mematikan dan zoonosis (dapat
menular pada manusia). Penyebab flu burung adalah virus dari family
Orthomyxoviridae. Gejala pada tersangka AI adalah demam, anoreksia, pusing,
gangguan pernapasan (sesak), nyeri otot, dan mungkin konjungtivitis yang terdapat
pada pasien dengan riwayat kontak dengan unggas. Diagnosis flu burung dibagi
menjadi 3 yaitu kasus tersangka, kasus mungkin dan kasus pasti. Pencegahan flu
burung dapat dilakukan melalui ternak ataupun pada manusia.
B. Saran
Karena penyakit flu burung sangat mudah menular dan mempunyai masa
inkubasi yang pendek maka diharapkan prioritas penangannya. Disamping itu
pemberian penyuluhan kepada kelompok berisiko tinggi perlu ditingkatkan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Atmawinata, Edi. 2006. Mengenal Beberapa Penyakit Menular Dari Hewan Kepada
Manusia. Bandung:Yrama Widya.
17