Anda di halaman 1dari 9

Deteksi Hormon Fertilitas dengan Teknik ELISA

Sekilas Tentang Fertilitas dan ELISA


Fertilitas dalam ilmu biologi berarti kemampuan untuk menyebabkan kehamilan dan
menghasilkan keturunan. Infertilitas adalah ketidakmampuan individu untuk menyebabkan
kehamilan secara alami dalam satu tahun percobaan. Istilah subfertilitas juga sering
digunakan untuk mendeskripsikan kemungkinan kehamilan terjadi, tetapi membutuhkan
waktu lebih lama.

Terdapat sekitar 186 juta orang di dunia mengalami infertilitas yang mayoritas berasal negara
berkembang. Di Indonesia, fertilitas penduduk terbilang tinggi dan angka kelahiran
menempati peringkat populasi terbanyak keempat setelah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Tingginya angka kelahiran di negara ini menyebabkan ketidakseimbangan antara laju
perekonomian yang lambat dengan laju kelahiran yang tinggi.

Kemajuan sains dan teknologi saat ini telah dirancang dan disesuaikan untuk dapat
mengontrol, mendeteksi, bahkan mengeliminasi fertilitas. Dalam perkembangannya,
teknologi diagnosis fertilitas menggunakan marker biomolekuler telah dilakukan dan selalu
diperbaharui demi mendapatkan diagnosa yang lebih cepat dan akurat. Selain mendeteksi
fertilitas, marker biomolekul juga sering digunakan untuk gangguan yang berhubungan
gangguan sistem reproduksi.

Berbagai metode identifikasi, kualifikasi, dan kuantifikasi marker biomolekuler telah


dikembangkan. Salah satu metode yang sering digunakan yaitu immunoassay. Enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA/EIA) adalah metode immunoassay yang paling digemari oleh
peneliti maupun praktisioner klinis. Manfaat menggunakan metode ELISA adalah karena
prosedur sederhana, spesifisitas dan sensitivitas tinggi, serta efisiensi waktu dan bahan yang
tinggi

Berikut adalah hormon-hormon yang berperan dalam sistem reproduksi manusia:

1. Anti-Müllerian hormone (AMH)

Anti-Müllerian hormone (AMH) adalah hormon peptida faktor pertumbuhan dari famili
peptida faktor transformasi pertumbuhan-β. Peran utama dari hormon ini yaitu diferensiasi
seksual pada fase embrio. Pada pria, AMH disekresikan oleh sel Sertoli testis yang
menyebabkan regresi duktus Mullerii sebagai prototipe uterus, vagina, dan oviduk pada
wanita. Pada wanita, AMH diproduksi dan disekresikan oleh sel granulosa ovarium sekitar 36
minggu masa kehamilan hingga fase menopause. Kadar hormon ini cukup stabil selama
siklus menstruasi karena AMH dapat menunjukkan aktivitas ovarium non-siklik.
Hormon AMH memiliki fungsi klinis yaitu, sebagai marker respon ovarium terhadap
stimulasi dan marker untuk memprediksi usia saat menopause tiba. Selain itu, hormon ini
juga dapat digunakan sebagai marker tumor ovarium folikuloma. Beberapa faktor dapat
mempengaruhi kadar AMH serum antara lain, sindrom ovarium polikistik (PCOS), riwayat
operasi ovarium, kemoterapi, kontrasepsi oral, obesitas, mutasi BRCA, dan defisiensi vitamin
D.

2. Inhibin A dan Inhibin B

Inhibin adalah hormon glikoprotein heterodimer gonad yang tersusun dari satu subunit α dan
dua subunit β (βA atau βB) yang menghasilkan dua isoform yaitu inhibin A dan inhibin B.
Kedua hormon tersebut termasuk dalam sub-kelompok dari superfamili faktor pertumbuhan
transformasi-beta (TGF-β) yang antagonis dan homolog terhadap aktivin. Inhibin berperan
dalam menghambat aktivitas aktivin di hipofisis.

Pada wanita, folikel awal mensekresikan inhibin A, sedangkan folikel antral yang sedang
berkembang mensekresikan inhibin B. Aktivitas ekspresi inhibin yang terbatas pada sel
granulosa ovarium menjadikan inhibin dapat digunakan sebagai marker untuk tumor sel
granulosa (GTC). Selama kehamilan, inhibin A banyak diproduksi oleh syncytiotrophoblast
plasenta.

Pada pria, inhibin B diproduksi oleh sel Sertoli testis pada periode prapubertas, sedangkan
produksi hormon ini pada pria dewasa belum diketahui secara pasti. Inhibin B berfungsi
meregulasi sintesis dan sekresi follicle stimulating hormone (FSH) dalam mekanisme umpan
balik negatif.

3. Luteinizing hormone (LH)

Luteinizing hormone (LH) adalah hormon glikoprotein yang disekresikan sel gonadotrof
anterior hipofisis disamping FSH. Jalur mekanisme pensinyalan untuk LH terdiri dari
hipotalamus, hipofisis, dan gonad. Dalam jalur ini, pelepasan LH distimulasi oleh
gonadotropin-releasing hormone (GnRH) dan dihambat oleh estrogen pada wanita dan
testosteron pada pria. Hormon LH dan FSH berasal dari gen yang sama sehingga memiliki
sifat yang serupa. Baik LH dan FSH adalah glikoprotein yang terdiri dari subunit α yang
sama untuk kedua hormon dan subunit β yang memberi spesifisitas biologis keduannya.

Pada wanita, LH memiliki berfungsi memicu pembentukan hormon steroid (konversi


testosteron menjadi estrogen oleh sel granulosa) dan meregulasi siklus menstruasi. Pada pria,
LH berfungsi memicu produksi testosteron dari sel Leydig. Pada kedua jenis kelamin, LH
berkontribusi pada proses maturasi sel germinal primordial. Selain LH, human chorionic
gonadotropin (hCG) juga merupakan hormon penting dalam perkembangan kedua jenis
kelamin pada periode gestasi Ibu. Pada masa pubertas, peningkatan sekresi LH terjadi secara
perlahan di malam hari pada wanita dan pria.

4. Follicle-stimulating hormone (FSH)


Follicle-stimulating hormone (FSH) adalah hormon glikoprotein heterodimer yang
diproduksi oleh sel gonadotrof hipofisis anterior dan berperan penting dalam regulasi
fertilitas. Hormon FSH dilepaskan sebagai respons terhadap hormon pelepas gonadotropin
(GnRH) dari hipotalamus. FSH berperan dalam perkembangan dan reproduksi seksual pada
pria dan wanita. Transmisi sinyal FSH terjadi setelah hormon berikatan dengan reseptornya
(FSHR) yang terletak pada sel Sertoli testis dan sel granulosa ovarium.

Pada wanita, FSH berfungsi meregulasi folikulogenesis, seleksi oosit, dan sintesis hormon
steroid seks. Pada pria, hormon ini memediasi perkembangan testis dan spermatogenesis.
Secara klinis, FSH dapat digunakan untuk pengobatan infertilitas wanita dengan mekanisme
stimulasi ovarium dan hipogonadisme hipogonadotropik pria.

5. Prolaktin (PRL)

Prolaktin (PRL) adalah protein 23 kDa yang disekresikan oleh sel laktotrof hipofisis anterior
secara pulsatil dan basal. Regulasi sekresi prolaktin dilakukan oleh inhibisi dopamin di
hipotalamus, autofeedback ultrashort, dan hormon-hormon lain, seperti estrogen dan
progesteron. Makroprolaktin merupakan bentuk molekul khusus di mana molekul berukuran
besar. Prolaktin jenis ini juga memiliki sifat imunogenik tinggi. Makromolekul prolaktin
tersebut terdiri dimer, trimer, polimer,atau kompleks imun prolaktin-imunoglobulin.

Fungsi utama prolaktin yaitu untuk pembentukan laktasi, kandungan makronutrien susu, dan
produksi susu. Selain itu, hormon protein ini juga berkontribusi dalam regulasi reproduksi,
imunomodulasi, angiogenesis, metabolisme energi, keseimbangan osmotik, perkembangan,
respon stres dan depresi. Pada pria, fungsi signifikan dari prolaktin terhadap reproduksi
belum diketahui secara pasti, tetapi hormon ini memiliki hubungan dengan infertilitas pada
pria. Hiperprolaktinemia adalah kondisi ketika jumlah prolaktin serum melebihi batas
ambang atas. Pasien hiperprolaktinemia mungkin tetap asimtomatik atau adanya tanda gejala
hipogonadisme dan galaktorea. Hiperprolaktinemia akut diketahui mampu menekan sintesis
testosteron dan fertilitas pria melalui hipersekresi kortikoid adrenal atau dengan menghambat
sekresi GnRH di hipotalamus.

6. Human chorionic gonadotropin (hCG)

Human chorionic gonadotropin (hCG) adalah hormon yang banyak diproduksi oleh sel-sel
syncytiotrophoblast plasenta selama kehamilan. Hormon hCG merupakan glikoprotein
heterodimer yang terdiri dari dua subunit α dan β. Beberapa bentuk yang ditemukan dalam
serum dan urin selama kehamilan antara lain, hCG, hCG hiperglikosilasi, subunit beta, dan
hCG hipofisis.

Hormon hCG memiliki banyak fungsi antara lain, meningkatkan produksi progesteron korpus
luteum, memicu angiogenesis pembuluh darah uterus, memicu fusi sel cytotrophoblast dan
diferensiasi menuju sel syncytiotrophoblast, menghambat aktivitas imun ibu terhadap sel-sel
plasenta, menyamakan pertumbuhan uterus dengan embrio, menekan kontraksi miometrium
selama kehamilan, menyebabkan pertumbuhan dan diferensiasi umbilikus, proses implantasi,
menyebabkan hiperemesis gravidarum (mual dan muntah selama kehamilan), dan mendorong
pertumbuhan organ janin.

Hormon hCG dapat dijadikan marker untuk kanker trofoblas (mola hidatidosa,
koriokarsinoma, dan tumor sel germinal). Selain itu, peningkatan kadar β-hCG dapat
dijadikan penanda adanya beberapa anomali, seperti kehamilan ektopik dan heterotopik,
keguguran, serta abnormalitas sel germinal, plasenta, atau embrio.

7. Progesteron

Progesteron adalah hormon steroid endogen (neurosteroid) dan steroid neuroaktif yang
biasanya diproduksi oleh korteks adrenal serta gonad. Hormon steroid ini juga disekresikan
oleh korpus luteum ovarium pada sepuluh minggu awal kehamilan dan plasenta akhir
kehamilan. Di dalam sistem saraf, progesteron diproduksi oleh neuron dan glia sedangkan
pada organ lain diproduksi dalam jumlah kecil oleh kelenjar adrenal, sel Leydig testis,
jaringan adiposa, dan jaringan lain. Molekul progesteron disintesis dari kolesterol melalui
pregnenolone dengan proses yang disebut steroidogenesis.

Fungsi progesteron lebih signifikan pada wanita dibandingkan wanita. Fungsi utama ini
adalah pemeliharaan uterus selama kehamilan dan memengaruhi produksi mediator inflamasi,
seperti sel-T. Defisiensi hormon steroid ini selama kehamilan sering kali dikaitkan dengan
keguguran, kelahiran prematur, peningkatan kontraktilitas miometrium, dan risiko
imunologis. Selain itu, defisiensi progesteron selama kehamilan juga berkaitan dengan
penurunan fertilitas, peningkatan hiperplasia endometrium, dan risiko neoplasia
endometrium. Berbeda dengan defisiensi progesteron, apabila kadar progesteron berlebihan
pada sistem tubuh dapat menyebabkan gangguan seperti tumor sel granulosa dan kanker
payudara.

Progesteron memiliki efek sistemik dan lokal (reproduktif). Pada tingkat sistemik, molekul
progesteron mampu meningkatkan diuresis melalui aktivasi sistem renin-angiotensin,
memicu metabolisme katabolik, melemaskan sel otot polos, meningkatkan ekskresi kalsium
dan fosfor, meningkatkan suhu basal tubuh, memiliki efek sedatif dan analgesik,
meningkatkan memori visual, eek imunosupresif, serta proliferasi dan diferensiasi osteoblas.

8. Estrogen dan Estradiol (E2)

Estrogen adalah kelompok hormon steroid spesifik yang berperan dalam perkembangan
karakteristik seksual wanita. Selain itu, hormon ini juga berperan dalam sistem
neuroendokrin, vaskular, kerangka, dan kekebalan baik pria maupun wanita. Terdapat empat
jenis estrogen di dalam tubuh, yaitu estrone (E1), estradiol (E2), estriol (E3), dan estetrol
(E4). Estradiol (Estradiol-17β atau E2) adalah bentuk hormon estrogen yang paling umum
dan disintesis terutama oleh ovarium, tetapi organ dan jaringan lain, seperti adiposa, otak,
sel-sel imun, dan tulang juga mampu memproduksi dalam jumlah kecil.

Terdapat banyak fungsi estrogen (estradiol) bagi tubuh, seperti regulasi siklus menstruasi,
sistem kardiovaskular, sistem neurologis, sistem kerangka, sistem vaskular, dan masih banyak
lagi. Selain fungsi tersebut, estrogen juga memiliki peran protektif terhadap gangguan
neurologis, seperti penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, multiple sclerosis, dan stroke
serebrovaskular. Peran protektif ini dihasilkan oleh kemampuan antiinflamasi estrogen.

Gambar 1. Konversi kolesterol menjadi hormon steroid reproduktif.

9. Testosteron

Testosteron adalah hormon steroid yang diproduksi oleh sel Leydig testis melalui proses
konversi kolesterol menjadi testosteron. Dua molekul antara penting yang dibutuhkan dalam
sintesis testosteron, yaitu dehidroepiandrosteron (DHEA) dan androstenedion. Testosteron,
bersama dengan metabolit bioaktifnya, dihidrotestosteron (DHT) dan estradiol (E2),
merupakan penentu perkembangan dan pemeliharaan diferensiasi seksual pria dan ciri khas
maskulinitas dewasa.

Hormon utama pria ini berperan mengatur diferensiasi seks, menghasilkan karakteristik pria,
spermatogenesis, peningkatan libido, dan fertilitas. Testosteron juga terlibat dalam
memunculkan karakteristik pria sekunder termasuk pola rambut pria, perubahan vokal dan
pendalaman suara, efek anabolik, percepatan pertumbuhan serta pertumbuhan otot rangka
(testosteron merangsang sintesis protein). Testosteron juga berkontribusi dalam merangsang
eritropoiesis, yaitu proses pembentukan eritrosit. Penurunan testosteron seiring bertambahnya
usia cenderung berdampak pada penurunan ukuran testis, penurunan libido, penurunan
kepadatan tulang, penurunan massa otot, peningkatan produksi lemak, dan kemungkinan
anemia.

10. Dehidroepiandrosteron (DHEA) dan Dehidroepiandrosteron Sulfat (DHEA-S)

Dehidroepiandrosteron (DHEA) dan metabolit sulfatnya (DHEA-S) adalah dua androgen


aktif yang umumnya diproduksi oleh zona retikularis adrenal. Hormon-hormon ini juga di
produksi pada gonad dan otak. DHEA adalah prohormon utama dalam biosintesis testosteron
dan estrogen. Sekresi DHEA dan metabolitnya sangat bergantung usia dengan kadar
maksimum pada inividu usia 20-30 dan minimum pada individu tua.
Dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA-S) merupakan metabolit tidak aktif dari DHEA dalam
steroidogenesis. Namun terlepas dari fungsi reproduktif, DHEA-S mampu meningkatkan
pembentukan superoksida dalam neutrofil manusia yang meningkatkan mekanisme
bakterisidal neutrofil. Hormon ini juga memiliki peran penting dalam memelihara tubuh
karena aktivitas antioksidan dan kemampuannya untuk membantu menjaga sistem saraf.
Selain itu, DHEA-S juga memiliki keterkaitan positif dengan sistem memori.

Rendahnya kadar DHEA-S yang bersirkulasi dapat digunakan sebagai penanda terjadinya
peradangan sistemik akut, seperti sepsis dan penyakit autoimun kronis.

11. Sex hormone binding globulin (SHBG)

Sex hormone binding globulin (SHBG) adalah molekul glikoprotein yang berperan penting
dalam mengangkut hormon steroid seks. Molekul ini memiliki afinitas tinggi terhadap
hormon steroid seperti testosteron dan estradiol. Sintesis molekul SHGB utama terjadi di hati.
Selain di hati, protein ini juga disintesis di hipotalamus dan hipofisis otak. Fungsi SHBG
selain transportasi yaitu berperan dalam memediasi transduksi sinyal sehingga memiliki andil
dalam perkembangan patofisiologi berbagai sistem.

12. 17-Hidroksiprogesterone (17-OHP)

17-Hidroksiprogesterone (17-OHP) merupakan steroid intermediet dalam jalur biosintetik


adrenal dari kolesterol menjadi kortisol. Penurunan 21-hidroksilase dapat menyebabkan
peningkatan konsentrasi 17-OHP serum karena molekul ini merupakan substrat enzim
tersebut. Kadar 17-OHP serum apat digunakan sebagai uji diagnostik untuk hiperplasia
adrenal kongenital (CAH) pada bayi karena defisiensi 21-hidroksilase yang merupakan salah
satu kelainan genetik yang paling umum pada manusia.

Berikut daftar lengkap kit ELISA dan marker sistem reproduksi manusia:

Tabel 1. ELISA untuk marker sistem reproduksi

Brand Catalogue Description Size


No
Elabscienc E-EL-0115 DHEA(Dehydroepiandrosterone) ELISA Kit 96T
e
Elabscienc E-EL-0031 DHT(Dihydrotestosterone) ELISA Kit 96T
e
Elabscienc E-FS-E117 E2(Estradiol) ELISA Kit 96T
e
Elabscienc E-EL-0156 E3(Estriol) ELISA Kit 96T
e
Elabscienc E-EL-0165 F-TESTO(Free Testosterone) ELISA Kit 96T
e
Elabscienc E-EL-H1143 Human FSH(Follicle Stimulating Hormone) 96T
e ELISA Kit
Elabscienc E-EL-H0175 Human HCG(Chorionic Gonadotropin) ELISA Kit 96T
e
Elabscienc E-EL-H0313 Human INHB(Inhibin B) ELISA Kit 96T
e
Elabscienc E-EL-H6019 Human LH(Luteinizing Hormone) ELISA Kit 96T
e
Elabscienc E-EL-H6100 Human SHBG(Sex Hormone Binding Globulin) 96T
e ELISA Kit
Elabscienc E-EL-0150 Human/Monkey/Mouse E2(Estradiol) ELISA Kit 96T
e
Elabscienc E-EL-M301 Mouse AMH(Anti-Mullerian Hormone) ELISA Kit 96T
e 5
Elabscienc E-EL-M040 Mouse DHEA-S(Dehydroepiandrosterone sulfate) 96T
e 6 ELISA Kit
Elabscienc E-EL-M301 Mouse PRL(Prolactin) ELISA Kit 96T
e 1
Elabscienc E-EL-0154 Pg(Progesterone) ELISA Kit, universal 96T
e
Elabscienc E-EL-R3022 Rat AMH(Anti-Mullerian Hormone) ELISA Kit 96T
e
Elabscienc E-EL-R0325 Rat DHEA-S(Dehydroepiandrosterone Sulfate) 96T
e ELISA Kit
Elabscienc E-EL-R1027 Rat INHB(Inhibin B) ELISA Kit 96T
e
Elabscienc E-EL-R3006 Rat PRL(Prolactin) ELISA Kit 96T
e
Elabscienc E-EL-0155 T(Testosterone) ELISA Kit, universal 96T
e

REFERENSI:

1. Administrator. 2020. ELISA kit untuk Hormon Seks Manusia. PT Indogen Intertama.
Jakarta. [link]
2. Pregnancy Test. Sinobiological. Beijing. [link]
3. Honour JW. 17-Hydroxyprogesterone in children, adolescents and adults. Annals of
Clinical Biochemistry. 2014;51(4):424-440. [link]
4. Meachem SJ, Nieschlag E, Simoni M. Inhibin B in male reproduction:
pathophysiology and clinical relevance. Eur J Endocrinol. 2001 Nov;145(5):561-71.
[link]
5. William W. 2020. Angka kelahiran di Indonesia masih tinggi, mengapa mayoritas
laki-laki ogah ikut KB. The Conversation. UNIKA Atma Jaya. [link]
6. Adrienne Santos-Longhurst. 2019. What to Know About Subfertility and How to
Increase the Odds of Conception. Healthline. Medically reviewed by Valinda Riggins
Nwadike. [link]
7. Liverman CT, Blazer DG (Eds.). 2004. Testosterone and Aging: Clinical Research
Directions. Institute of Medicine (US) Committee on Assessing the Need for Clinical
Trials of Testosterone Replacement Therapy. National Academies Press. Washington
(DC). [link]
8. Betz D, Fane K. 2020 (Updated). Human Chorionic Gonadotropin. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. Florida. [link]
9. Thapa S, Bhusal K. 2020 (Updated). Hyperprolactinemia. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island. StatPearls Publishing. Florida. [link]
10. Delgado BJ, Lopez-Ojeda W. 2020 (Updated). Estrogen. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island. StatPearls Publishing. Florida. [link]
11. Valdes A, Bajaj T. 2020 (Updated). Estrogen Therapy. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island. StatPearls Publishing. Florida. [link]
12. Anderson J, Ghaffarian KR. 2020 (Updated). Early Pregnancy Diagnosis. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island. StatPearls Publishing. Florida. [link].
13. Gill-Sharma M. K. 2009. Prolactin and male fertility: the long and short feedback
regulation. International journal of endocrinology. 687259. [link]
14. Cole L. A. 2010. Biological functions of hCG and hCG-related molecules.
Reproductive biology and endocrinology : RB&E, 8, 102. [link]
15. Kumar, P., & Sait, S. F. 2011. Luteinizing hormone and its dilemma in ovulation
induction. Journal of human reproductive sciences, 4(1), 2–7. [link]
16. Cui, J., Shen, Y., & Li, R. 2013. Estrogen synthesis and signaling pathways during
aging: from periphery to brain. Trends in molecular medicine, 19(3), 197–209. [link]
17. Walentowicz, P., Krintus, M., Sadlecki, P., Grabiec, M., Mankowska-Cyl, A., Sokup,
A., & Walentowicz-Sadlecka, M. 2014. Serum inhibin A and inhibin B levels in
epithelial ovarian cancer patients. PloS one, 9(3), e90575. [link]
18. Regidor P. A. 2014. Progesterone in Peri- and Postmenopause: A Review.
Geburtshilfe und Frauenheilkunde, 74(11), 995–1002. [link]
19. George, J. W., Dille, E. A., & Heckert, L. L. (2011). Current concepts of
follicle-stimulating hormone receptor gene regulation. Biology of reproduction, 84(1),
7–17. [link]
20. Torner L. (2016). Actions of Prolactin in the Brain: From Physiological Adaptations
to Stress and Neurogenesis to Psychopathology. Frontiers in endocrinology, 7, 25.
[link]
21. de Menezes, K. J., Peixoto, C., Nardi, A. E., Carta, M. G., Machado, S., & Veras, A.
B. 2016. Dehydroepiandrosterone, Its Sulfate and Cognitive Functions. Clinical
practice and epidemiology in mental health : CP & EMH, 12, 24–37. [link]
22. Li, H., Pham, T., McWhinney, B. C., Ungerer, J. P., Pretorius, C. J., Richard, D. J.,
Mortimer, R. H., d'Emden, M. C., & Richard, K. 2016 Sex Hormone Binding
Globulin Modifies Testosterone Action and Metabolism in Prostate Cancer Cells.
International journal of endocrinology, 2016, 6437585. [link]
23. Tyagi, V., Scordo, M., Yoon, R. S., Liporace, F. A., & Greene, L. W. 2017. Revisiting
the role of testosterone: Are we missing something?. Reviews in urology, 19(1),
16–24. [link]
24. Kruszyńska, A., & Słowińska-Srzednicka, J. 2017. Anti-Müllerian hormone (AMH)
as a good predictor of time of menopause. Przeglad menopauzalny = Menopause
review, 16(2), 47–50. [link]
25. Hamilton, K. J., Hewitt, S. C., Arao, Y., & Korach, K. S. 2017. Estrogen Hormone
Biology. Current topics in developmental biology, 125, 109–146. [link]
26. Henderson V. W. (2018). Progesterone and human cognition. Climacteric : the journal
of the International Menopause Society, 21(4), 333–340. [link]
27. Casarini, L., & Crépieux, P. (2019). Molecular Mechanisms of Action of FSH.
Frontiers in endocrinology, 10, 305. [link]
28. M. Vander Borght, C. Wyns. 2018. Fertility and infertility: definition and
epidemiology. Clin Biochem, 62. pp. 2-10. [link]

Anda mungkin juga menyukai