Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

IBADAH SEBAGAI ASPEK RITUAL UMAT ISLAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen : Sulkhi Abdullah

Disusun oleh:

Dede putri

PBSI / 1 B

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

NAHDATUL ULAMA INDRAMAYU

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis


yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnan makalah ini.

Demikian kata pengantar yang penulis buat. Atas kesempatan dan


perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.

Indramayu, 02 Desember 2020

ii
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................3

1.1 Latar Belakang........................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................4

BAB II.....................................................................................................................5

PEMBAHASAN.....................................................................................................5

2.1 Pengertian dan Jenis Ibadah..................................................................5

2.2. Kewajiban dan Fungsi Ibadah...............................................................7

2.3. Bentuk-Bentuk Peribadatan...................................................................8

BAB III..................................................................................................................13

PENUTUP.............................................................................................................13

3.1. Kesimpulan............................................................................................13

3.2. Saran.......................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sering kali dan banyak di antara kita yang menganggap ibadah itu
hanyalah sekedar menjalankan rutinitas dari hal-hal yang dianggap
kewajiban, seperti sholat dan puasa. Sayangnya, kita lupa bahwa ibadah
tidak mungkin lepas dari pencapaian kepada Tauhid terlebih dahulu,
keduanya berkaitan erat, karena mustahil kita mencapai tauhid tanpa
memahami konsep ibadah dengan sebenar-benarnya. Dalam syarah Al-
Wajibat dijelaskan bahwa Ibadah secara bahasa berarti perendahan diri,
ketundukan dan kepatuhan. (Tanbihaat Mukhtasharah, hal. 28).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan IBADAH
adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan
diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi
(batin) maupun yang nampak (lahir).
Dari definisi singkat tersebut, maka secara umum ibadah seperti yang
kita ketahui di antaranya yaitu mendirikan shalat, menunaikan zakat,
berpuasa pada bulan ramadhan (maupun puasa-puasa sunnah lainnya), dan
melaksanakan haji. Selain ibadah pokok tersebut, hal-hal yang sering kita
anggap sepele pun sebenarnya bernilai ibadah dan pahalanya tidak dapat
diremehkan begitu saja, misalnya :

 Menjaga lisan dari perbuatan dosa, misalnya dengan tidak berdusta dan
mengumbar fitnah, mencaci, menghina atau pun melontarkan perkataan
yang bisa menyakiti hati.

 Menjaga kehormatan diri dan keluarga serta sahabat.

 Mampu dan bersedia menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya dengan


penuh tanggung jawab.

1
 Berbakti dan hormat kepada kedua orang tua atau orang yang lebih tua
dari kita.

 Menyambung tali silaturahim dan kekerabatan.

 Menepati janji.

 Menjaga hubungan baik dengan tetangga.

 Menyantuni anak yatim, fakir miskin, ibnu sabil (orang yang kehabisan
bekal di perjalanan).

 Memanjatkan do’a, berdzikir, mengingat Allah kapan dan dimana pun kita
berada.

 Membaca Al Qur’an.

 Mendengarkan ceramah, dan lain sebagainya termasuk bagian dari ibadah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian dan jenis ibadah ?
2. Apa kewajiban dan fungsi dari ibadah ?
3. Apa pengertian dan fungsi sholat?
4. Apa pengertian, ketentuan, dan nilai dari shaum?
5. Apa pengertian dan fungsi dari zakat?
6. Apa makna, tujuan, dan tata cara haji?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian dan jenis ibadah.
2. Mengetahui kewajiban dan fungsi dari ibadah.
3. Mengetahui pengertian dan fungsi sholat.
4. Mengetahui pengertian, ketentuan, dan nilai dari shaum.
5. Mengetahui pengertian dari fungsi zakat.

2
6. Mengetahui makna, tujuan, dan tata cara haji.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Jenis Ibadah


Secara etimologi artinya menyembah atau menghamba. Secara istilah
(terminologi) ialah penghambaan seorang manusia kepada Allah untuk
dapat mendekatkan diri kepada-Nya sebagai realisasi dari pelaksanaan tugas
hidup selaku makhluk yang diciptakan Allah.
Ibadah secara umum terbagi 2, yaitu:
1. Ibadah Mahdah (khusus)
Ibadah khusus adalah ibadah langsung kepada Allah yang telah
ditentukan macam, tata cara dan syarat rukunnya oleh Allah. Pelanggaran
terhadap tata cara dan syarat rukun dalam ibadah ini menjadikan ibadah
tersebut tidak sah atau batal. Contohnya : puasa, zakat sholat, dll.
Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-
Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak
boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
b. Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasulullah saw. Jika
melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai
dengan praktek Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur”
perkara mengada-ada, yang populer disebut bid’ah. Salah satu
penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad
saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi
perintah Rasul-rasul mereka.
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk
ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan
wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya
yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan
ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh

4
mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan
ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh
syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah
ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa
yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan
dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama
diutus Rasul adalah untuk dipatuhi. Jenis ibadah yang termasuk
mahdhah, adalah:
1. Wudhu
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. I’tikaf
9. Shiyam ( Puasa )
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah
2. Ibadah Ghair Mahdah
Ibadah umum (ghairu mahdhah) adalah ibadah yang jenis dan
macamnya tidak ditentukan baik dalam Al – Qur’an maupun As-Sunnah.
Contohnya : hal yang berkaitan dengan segala kegiatan manusia atau
muamalah yang tidak dirinci jenisnya satu-persatu. di samping ibadah
sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau
interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya.

5
Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-
Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak
boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
b. Tata laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya
dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada
yang menyebutnya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah,
maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah
mahdhah disebut bid’ah dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-
ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau
logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan
madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh
dilakukan.

2.2. Kewajiban dan Fungsi Ibadah

Artinya : Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepadaku (QS. Adz-Dzariyat [51] : 56)

Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah


dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang

6
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian itulah agama yang lurus.(QS. Al-Bayyinah [98] : 5)
 Fungsi Ibadah
1. Sebagai bentuk realisasi bagi manusia yang diberi tanggung jawab
oleh Allah menjadi khalifah dan hamba Allah di muka bumi.
2. Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas komunikasi
vertikal dengan Sang Khaliq.
3. Meningkatkan derajat manusia di mata Allah.

2.3. Bentuk-Bentuk Peribadatan


Ibadah dalam agama islam ada 4 bentuk peribadatan yaitu sholat, shaum,
zakat, dan haji.
1. Pengertian Sholat dan Fungsinya
Menurut bahasa do’a atau rahmat. Menurut istilah sya’ra: perbuatan
khusus seorang muslim yang berisi bacaan-bacaan dan gerakan-gerakan
yang dimulai dengan takbiran diakhiri dengan salam dengan memenuhi
syarat-syarat tertentu.
 Fungsi Shalat
1. Shalat merupakan suatu media komunikasi antara hamba dengan
khaliqnya dengan cara menghadapkan diri dan hati kepada-Nya
2. Memberikan kesadaran terhadap waktu dan membawa hidup yang
teratur serta penuh manfaat
3. Sebagai obat penawar bagi kesehatan jiwa, rohani, dan fisik
manusia
4. Mendidik jiwa manusia dan menyelamatkan diri dari perbuatan keji
dan munkar
5. Mendidik pemeluk untuk bergaul, bermasyarakat, mempeererat
ikatan ukhuwa islamiyah (shalat berjama’ah)

7
2. Pengertian Shaum, Nilai dan Ketentuannya
 Pengertian Shaum
Menurut bahasa: menahan diri dari segala sesuatu. Menurut istilah:
menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, seperti;
makan, minum, bersetubuh dan juga dari hawa nafsu yang akan
mengurangi nilai puasa tersebut seperti; berkata dan berbuat keji dan
kotor mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan disertai
niat dan syarat tertentu.
 Nilai Shaum
Puasa yang dikehendaki Allah bukan semata-mata menahan diri
dari makan dan minum, tetapi menahan diri dari segala yang menodai
keimanan dan yang tidak sesuai dengan keutamaan taqwa serta
pengawasan diri.
 Ketentuan Shaum
Orang yang melaksanakan shaum dikenakan ketentuan-ketentuan
yang berupa anjuran dan larangan. Anjurannya ialah memperbanyak
amal shaleh. Larangannya ialah melakukan perbuatan–perbuatan yang
keji dan sia –sia.
3. Pengertian dan Funsi Zakat
Secara bahasa berasal dari kata “zaka” yang artinya mensucikan.
Secara istilah zakat sebagai nama atau sebutan dari sasuatu hak Allah
yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin. Zakat adalah
memberikan harta apabila telah mencapai nisab dan haul kepada orang
yang berhak menerimanya dengan syarat tertentu. Nisab adalah ukuran
tertentu darI harta yang dimiliki yang wajib dikeluarkan zakatnya.
Sedangkan haul adalah berjalan genap satu tahun.
Jenis barang yang wajib di zakati adalah hasil pertanian, perkebunan,
peternakan, perdagangan, serta kekayaan lain yang termasuk zakat mal.
 Fungsi Zakat
1. Bagi muzakki, zakat berarti mendidik jiwa untuk suka berkorban
dan membersihkan jiwa dari sifat kikir, sombang dan angkuh.

8
2. Bagi mustahiq, zakat memberikan adanya harapan adanya
perubahan nasib dan sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan
sûudzan terhadap orang-orang kaya.
3. Bagi masyarakat muslim, melalui zakat akan ada pemerataan
pendapatan dan pemilikan harta di kalangan umat islam.
4. Makna, Tujuan, dan Tata cara Haji
Secara bahasa menyengaja sesuatu. Secara istilah menyengaja
mengunjungi ka’bah untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan
syarat–syarat tertentu.
 Tujuan Haji
Untuk mempresentasikan rukun islam yang ke – 5. Sebagai muslim
yang baik dan sudah mampu, diwajibkan untuk melaksanakan ibadah
haji dengan tujuan untuk melengkapkan rukun islam yang kelima dan
wujud puncak ibadah seseorang.
Landasan :

Artinya : Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya)


maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi
amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam.( QS. Ali-Imran [3] : 97 )

9
 Tata Cara Haji
1. Ihram (beniat melakukan haji atau umrah) niat haji dilakukan
bersamaan dengan mengenakan pakaian ihram, yaitu pakaian
tanpa berjahit, sebagai simbol kehidupan yang mempunyai dua
makna sebagai berikut: pertama, melepaskan diri dari
kemewahan-kemewahan jasmani, dan kesenangan-kesenangan
duniawi.Kedua, sebagai sambutan atas panggilan Allah, yang
berupa seruan keras dengan mengucapkan “Labbaik Allahumma
labbaik”
2. Thawaf yaitu bentuk ibadah yang berupa tindakan mengelilingi
Kabah sebanyak tujuh kali putaran, bergerak berlawanan dengan
arah jarum jam. Ada 5 jenis thawaf ibadah haji, yaitu:

 Tawaf qudum, dilakukan ketika baru sampai di Mekah

 Tawaf ifadah, dilakukan karena melaksanakan rukun haji

 Tawaf nazar, dilakukan karena nazar

 Tawaf sunah, dilakukan tidak karena sebab-sebab tertentu


(mencari keutamaan dalam ibadah). 

 Tawaf wadak, dilakukan karena hendak meninggalkan mekah

3. Sa’I antara Shafa dan Marwah. Sa’I artinya berjalan cepat. Sa’I
adalah berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah, sebanyak
tujuh kali balikan, yang dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di
bukit Marwah.
4. Wuquf di Arafah. Wuquf adalah hadir di padang Arafah, yaitu
suatu dataran luas tanpa penduduk di luar kota Mekkah, pada
tanggal 9 Dzulhijjah.

10
5. Mabit di Muzdalifah. Mabit artinya bermalam atau lewat
malam. Setelah selesai melakukan wuquf di Arafah, yang
berhaji berangkat menuju Muzdalifah.
6. Mabit di Mina Pada pagi hari tanggal 10 Dzulhijjah haji berada
di mina untuk melaksanakan mabit selama dua atau tiga malam.
7. Melontar jumroh Di Mina yang berhaji melakukan lontaran pada
jumroh sebagai simbol yang menyatakan ketetapan hatinya
untuk meninggalkan dorongan-dorongan setan yang jahat.
8. Tahallul artinya melepaskan diri dari keadaan ihrom, yaitu
kondisi mengharamkan segala kegiatan sehari-hari di luar
ibadah haji, selain yang dibolehkan.

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Ibadah ialah penghambaan seorang manusia kepada Allah untuk dapat
mendekatkan diri kepada-Nya sebagai realisasi dari pelaksanaan tugas
hidup selaku makhluk yang diciptakan Allah.
2. Ibadah ada 2 jenis yaitu: mahdah dan hair mahdah.
3. Kewajiban dan fungsi ibadah adalah sebagai bentuk realisasi bagi
manusia yang diberi tanggung jawab oleh Allah menjadi khalifah dan
hamba Allah di muka bumi.
4. Shalat merupakan suatu media komunikasi antara hamba dengan
Khaliqnya dengan cara menghadapkan diri dan hati kepada-Nya
5. Shaum adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa.
6. Haji adalah sengaja mengunjungi ka’bah untuk melakukan beberapa
amal ibadah dengan syarat–syarat tertentu.

3.2. Saran
1. Untuk para pembaca tingkatkan lah takwa saudara, taati perintah Allah
dan jauhi larangannya.
2. Manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi, oleh karena itu selayaknya
Khalifah kita jaga kehidupan dibumi cintai alam dan penuh kasih sayang
sesama makhluk.
3. Aturan syariah secara umum bersumber dari 4 mahzab, dan diantara itu
memungkinkan berbeda aturan dan semuanya itu adalah benar, oleh
karena itu jangan dipermasalahkan.
4. Walau pun ibadah umum itu berkaitan dengan ibadah terhadap sesama
manusia tapi niatkan lah ibadah hanya karena Allah.

12
5. Ibadah khusus terutama ibadah yang berkaitan dengan harta jangan
karena pamer atau karena iri terhadap sesama, tapi niatkan lah untuk
mengharap ridho Allah.
6. Sebagian besar hukum berkehidupan telah ditentukan dalam Al-Quran
dan hadis, oleh karena itu pelajarilah Al-Quran dan Hadis dan maknanya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Suryana, Toto, dkk, 2002, Pendidikan Agama Islam, Tiga Mutiara, Bandung.
http://www.dudung.net/quran-online/indonesia/
http://aghoytech.blogspot.co.id/2011/04/ibadah-aspek-ritual-umat-islam.html

14

Anda mungkin juga menyukai