Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS

A. Pengertian
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi
kurang dari 20 minggu dan berat badan janin kurang dari 500 gram (Murray,
2002).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat
tertentu pada atau sebelum kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan (Praworihardjo, 2006)
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010)
Abortus kompletus adalah keguguran lengkap di mana semua hasil
konsepsi (desidua dan fetus) telah keluar tanpa membutuhkan intervensi
medis.

B. Macam-Macam Abortus
Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai
viabilitas (usia kehamilan 22 minggu). Tahapan abortus spontan meliputi :
1. Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut).
2. Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang
menjadi
abortus inkomplit atau abortus komplit).
3. Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan).
4. Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan).
Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan
sebelum janin mencapai viabilitas.
Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang
yang tidak berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi
standar medis minimal atau keduanya.
Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi
- sepsis dapat berasal dari infeksi organisme, penyebabnya naik dari saluran
kemih bawah setelah abortus spontan atau abortus tidak aman. Sepsis
cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi penundaan
dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada abortus tidak aman dengan menggunakan peralatan.

Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
1. Abortus Komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan
kurang dari 20 minggu.
2. Abortus Inkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada
yang tertinggal.
3. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks
yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap
di dalam rahim.
4. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam,
sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di
dalam rahim.
5. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah
meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil
konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.

C. Patofisilogi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu
biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus
desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi
korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban
pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan
tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus
ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.
Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil
tanpa bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila
mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk
ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam
sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk
lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol
karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion
berkurang maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut
ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus)
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan
adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan
dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi
sudah berlangsung lama. (Prawirohardjo, 2006)
D. Penyebab Abortus
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu.
Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan
kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan
yang tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat zat yang
berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan
infeksi virus.
2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan
pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit
darah tinggi yang menahun.
3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu
seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus
toxoplasma.
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut
rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke
belakang (secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan
kelainan bawaan pada rahim.
5. Trauma
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita
dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab
terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat
plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7. Penyebab dari segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa.
c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
E. Manifestasi Klinik
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga
sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah.
(Mitayani, 2009).
Secara umum terdiri dari:
1. Terlambat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
Ciri-ciri abortus kompletus adalah : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus,
ostium serviks sudah menutup, ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam
uterus.

F. Penanganan
1. Abortus Komplet tidak memerlukan penanganan khusus, hanya apabila
menderita anemia ringan perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya
makan makanan yang mengandung banyak protein, vitamin dan mineral.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per
hari selama 2 minggu.
5. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
6. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
G. Pemeriksaan
Pemeriksaan Ginekologi
1. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3. Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan
2-3 minggu setelah abortus.
2. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
3. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus
submukosa dan anomali kongenital.
4. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau
tidak gangguan glandula thyroidea.
5. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.

H. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat.
4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi
paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci
anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial
berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.
I. WOC
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan
bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
2. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat
3. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang pervaginam berulang

Riwayat kesehatan ,
 Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah
dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana
tindakan tersebut berlangsung.
 Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang
pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah
ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
 Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram
dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit
turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
 Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya
dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan
yang menyertainya.
 Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan
anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana
keadaan kesehatan anaknya.

4. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,


eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik
sebelum dan saat sakit.
5. Pemeriksaan fisik, meliputi :
Inspeksi 
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya
Palpasi 
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
Perkusi 
Auskultasi 
6. Pemeriksaan laboratorium :
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap
smear. Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB,
apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan
menggunakan KB jenis apa.
7. Data lain-lain :
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat
di RS.

Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler dalam
jumlah berlebih
2. Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan dan kontraksi
uterus
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian diri sendiri dan janin
Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Observasi TTV
cairan berhubungan tindakan keperawatan 2. Posisikan ibu
dengan kehilangan selama … x 24 jam dengan tepat (semi
vaskuler berlebih volume cairan fowler)
terpenuhi dengan 3. Berikan sejumlah
kriteria hasil: cairan pengganti
 Pasien harian
mengungkapkan 4. Laporkan serta catat
tidak lemah, dan jumlah dan sifat
tidak merasa haus kehilangan darah
lagi
 Mukosa bibir
lembab
 Turgor kulit
normal
 Mata tidak cekung
2. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan Observasi TTV
dengan dilatasi tindakan … x 24 jam 1. Lakukan
serviks, trauma nyeri teratasi dengan pengkajian nyeri
jaringan dan kriteria hasil: 2. Ajarkan metode
kontraksi uterus  Pasien tidak distraksi
mengeluh nyeri 3. Kolaborasi
lagi memberikan
 Skala nyeri analgetik
berkurang (<3)
3. Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan 1. Observasi TTV
berhubungan dengan tindakan … x 24 jam 2. Terangkan pada
trauma jaringan pasien tidak mengalami klien pentingnya
infeksi dengan kriteria vulva hygiene
hasil: 3. Lakukan teknik
 Tidak merasa vulva hygiene
nyeri pada daerah 4. Tingkatkan teknik
vulva. cuci tangan yang
 Tidak merasa gatal benar untuk
 TTV dalam batas meningkatkan
normal personal hygiene
klien
4. Ansietas Setelah dilakukan 1. Jelaskan prosedur
berhubungan dengan tindakan … x 24 jam dan arti gejala
ancaman kematian pasien tidak mengalami 2. Berikan informasi
diri sendiri dan janin kecemasan dengan dalam bentuk
ktriteria hasil: verbal dan tertulis
 Klien serta beri
mendiskusikan kesempatan klien
ketakutan untuk mengajukan
mengenai diri pertanyaan
janin dan masa 3. Pantau respon
depan kehamilan, verbal dan non
juga mengenai verbal ibu dan
ketakutan yang pasangan.
sehat dan tidak 4. Libatkan ibu dalam
sehat perencanaan dan
 Klien tampak berpatisipasi dalam
tenang perawatan
 Klien tidak terlihat sebanyak mungkin
cemas lagi

Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi
adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama
dengan dokter atau petugas kesehatan lain. (Mitayani, 2009)
Evaluasi Keperawatan
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan
yang berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai. (Mitayani, 2009)
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: PT. Salemba Medika
Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetric. Yogyakarta: Nuha Medika
Praworihardjo, S. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
ABORTUS IMMINENS

1. Pengertian
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens
ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama
kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari
beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri
abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa
nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul,
atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-
kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu.
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan vaginal
pada setengah awal kehamilan. Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya
perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan hasil
konsepsi masih dalam uterus dan viabel, dan serviks tertutup.
Abortus imminens adalah wanita yang mengandung bayi hidup
dengan usia kehamilan kurang dari 24 minggu yang mengalami perdarahan
vaginal dengan atau tanpa nyeri abdomen ketika kondisi serviks masih
tertutup.

2. Penyebab / Etiologi
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin
atau cacat, penyebabnya antara lain:
o Kelainan kromosom, misalnya lain trisomi, poliploidi dan kelainan
kromosom seks.
o Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil
saat usia tua, dimana kondisi abnormal uterus dan endokrin atau
sindroma ovarium polikistik.
o Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan
sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus, disebut teratogen.
b. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili koriales dan
menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga mengganggu
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
c. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia
berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun
seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis.
d. Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri, atau
kelainan bawaan uterus. Terutama retroversio uteri gravid inkarserata
atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain
keguguran dalam trimester dua ialah serviks inkompeten yang dapat
disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks
berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang luas yang
tidak dijahit.

3. Tanda Dan Gejala


a. Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri
eksternum, disertai nyeri perut ringan atau tidak sama sekali.
b. Adanya gejala nyeri perut dan punggung belakang yang semakin hari
bertambah buruk dengan atau tanpa kelemahan dan uterus membesar
sesuai usia kehamilan.
4. Diagnosis
 Tanda dan gejala abortus imminens
 Pemeriksaan dalam: serviks tertutup, perdarahan dapat terlihat dari ostium,
tidak ada kelainan pada serviks, tidak terdapat nyeri goyang serviks atau
adneksa
 Tes kehamilan positif
 Pemeriksaan USG tampak janin masih hidup.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Ultrasonografi (USG) Transvaginal
Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk menentukan apakah
janin viabel atau non viable dan membedakan antara kehamilan intrauteri,
ekstrauteri, mola, atau missed abortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi
pemeriksaan USG dalam tujuh hari kemudian untuk mengetahui viabilitas
janin. Jika hasil pemeriksaan meragukan, pemeriksaan dapat diulang 1-2
minggu kemudian.
USG dapat digunakan untuk mengetahui prognosis. Pada umur
kehamilan tujuh minggu, fetal pole dan aktifi tas jantung janin dapat
terlihat. Aktivitas jantung seharusnya tampak dengan USG saat panjang
fetal pole minimal lima milimeter.1 Bila kantong gestasi terlihat,
keguguran dapat terjadi pada 11,5% pasien. Kantong gestasi kosong
dengan diameter 15mm pada usia tujuh minggu dan 21mm pada usia
gestasi delapan minggu memiliki angka keguguran 90,8%. Apabila
terdapat yolk sac, angka keguguran 8,5%; dengan embrio 5mm, angka
keguguran adalah 7,2%; dengan embrio 6-10mm angka keguguran 3,2%;
dan apabila embrio 10mm, angka keguguran hanya 0,5%.
Angka keguguran setelah kehamilan 14 minggu kurang lebih 2,0%.
Pemeriksaan ukuran kantong gestasi transvaginal berguna untuk
menentukan viabilitas kehamilan intrauteri. Diameter kantong rata-rata
lebih dari 13mm tanpa yolk sac atau diameter rata-rata lebih dari 17mm
tanpa mudigah diprediksikan nonviabilitas pada semua kasus dengan
spesifi sitas dan nilai prediksi positif 100%. Adanya hematoma
subkorionik tidak berhubungan dengan prognosis buruk.
b. Kadar human chorionic gonadotropin (HCG)
Evaluasi harus mencakup pemeriksaan hCG serial kecuali pasien
mengalami kehamilan intauterin yang terdokumentasi dengan USG, untuk
mengeliminasi kemungkinan kehamilan ektopik. Kadar hCG kuantitatif
serial diulang setelah 48 jam digunakan untuk mendiagnosis kehamilan
ektopik, mola, abortus imminens, dan missed abortion. Kadar hCG serum
wanita hamil yang mengalami keguguran diawali dengan gejala abortus
imminens pada trimester pertama, lebih rendah dibandingkan wanita hamil
dengan gejala abortus imminens yang kehamilannya berlanjut atau dengan
wanita hamil tanpa gejala abortus imminens.
c. Pemeriksaan kadar progesteron
Kadar hormon progesteron relatif stabil pada trimester pertama,
sehingga pemeriksaan tunggal dapat digunakan untuk menentukan apakah
kehamilan viabel kadar kurang dari 5 ng/mL menunjukkan prognosis
kegagalan kehamilan dengan sensitivitas 60%, sedangkan nilai 20 ng/mL
menunjukkan kehamilan yang viabel dengan sensitivitas 100%.

6. Pencegahan
a. Vitamin10, diduga mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awal
kehamilan dapat mengurangi risiko keguguran.
b. Antenatal care (ANC), disebut juga prenatal care, merupakan intervensi
lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah atau
mengidentifi kasi dan mengobati kondisi yang mengancam kesehatan
fetus/bayi baru lahir dan/atau ibu, dan membantu wanita dalam
menghadapi kehamilan dan kelahiran sebagai pengalaman yang
menyenangkan.

7. Penatalaksanaan Aktif
Efektivitas penatalaksanaan aktif masih dipertanyakan, karena umumnya
penyebab abortus imminens adalah kromosom abnormal pada janin. Meskipun
banyak penelitian menyatakan tidak ada terapi yang efektif untuk abortus
imminens, penatalaksanaan aktif pada umumnya terdiri atas:
 Tirah Baring
Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan abortus
imminens karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
 Abstinensia
Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus
imminens, karena pada saat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi
oleh puting atau akibat stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E dalam
semen dapat mempercepat pematangan serviks dan meningkatkan
kolonisasi mikroorganisme di vagina.
 Progestogen
Progestogen merupakan substansi yang memiliki aktivitas
progestasional atau memiliki efek progesteron, diresepkan pada 13-40%
wanita dengan abortus imminens. Progesteron merupakan produk utama
korpus luteum dan berperan penting pada persiapan uterus untuk
implantasi, mempertahankan serta memelihara kehamilan. Sekresi
progesteron yang tidak adekuat pada awal kehamilan diduga sebagai salah
satu penyebab keguguran sehingga suplementasi progesteron sebagai
terapi abortus imminens diduga dapat mencegah keguguran, karena
fungsinya yang diharapkan dapat menyokong defisiensi korpus luteum
gravidarum dan membuat uterus relaksasi.
 hCG (human chorionic gonadotropin)
hCG diproduksi plasenta dan diketahui bermanfaat dalam
mempertahankan kehamilan. Karena itu, hCG digunakan pada abortus
imminens untuk mempertahankan kehamilan.
 Relaksan otot uterus
Buphenine hydrochloride merupakan vasodilator yang juga
digunakan sebagai relaksan otot uterus.
 Profi laksis Rh (rhesus)
Konsensus menyarankan pemberian imunoglobulin anti-D pada
kasus perdarahan setelah 12 minggu kehamilan atau kasus dengan
perdarahan gejala berat mendekati 12 minggu.

8. Komplikasi
 Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusidarah .Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tedak segera diberikan pada
waktunya.
 Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu
diamat-amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparatomie, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka
perforasi atau perlu histerektomie. Perforasi uterus pada abortus yang
dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena
perlukaan uterus biasanya luas;mungkin pula terjadi perlukaan pada
kandung kencing atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadinya perforasi, laparatomie harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-
tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
 Infeksi 
Abortus Infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genetalia.
Diagnosis ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda
infeksi alat genital, seperti panas, takikardia, perdarahan pervaginam yang
berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis.
 Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik),
dan karena infeksi berat (syok Endoseptik).
9. WOC

Gangguan Gangguan Gangguan faal


Infeksi akut Trauma
endokrin Gizi/Anemia organ

Abortus (mati janin


<20 minggu)

Abortus Retensi Janin Abortus Resiko


Abortus Spontan
Infeksiosa (missed abortion) tinggi

Abortus Perdarahan, bercak ada


Imminens ancaman kehamilan

Kurang
Perdarahan Nyeri abdomen
pengetahuan

Nyeri akut ansietas


Shock

Risiko infeksi

Kekurangan
volume cairan
10. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Data yang perlu dikaji oleh perawat adalah :
a. Data dasar yang meliputi :
- Aspek biologi
- Aspek psikologis
- Aspek sosial kultural
- Aspek spritual
b. Data fokus yaitu : data yang sesuai dengan kondisi pasien saat ini yang
meliputi :
- Riwayat kehamilan
- Riwayat sebelumnya, penggunaan kontrasepsi dan jenisnya, riwayat
kehamilan sebelumnya, lahir hidup atau lahir mati, riwayat haid yang
meliputi siklus haid, lama haid dan akhir hair
- Pengkajian fisik meliputi :
 Usia kehamilan saat ini, adanya tanda – tanda awal kehamilan
 Perhatian pendarahan yang terjadi
 Adanya infeksi
 Rasa nyeri pada saat terjadi pendarahan
 Ada riwayat masalah pengobatan
 Aktivitas yang dilakukan selama kehamilan
- Masalah psikologis
- Adanya dukungan dari keluarga
- Pemeriksaan LAB : pemeriksaan test kehamilan, Hb, Ht Leukosit.
- Pemeriksaan USG untuk mengetahui pertubuhan janin
- Monitor denyut jantung janin dan tinggi fundus uteri.

2) Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya kontraksi uterus dalam kehamilan
muda
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya pendarahan
c. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan akan kehilangan janin
d. Risiko Infeksi b.d perdarahan, dan kondisi vulva lembab
e. Defisiensi pengetahuan sebab – sebab terjadinya keguguran berhubungan
dengan kurang informasi.

3) Intervensi
No. SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri :
berhubungan keperawatan selama … x 24 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan adanya jam diharapkan nyeri akan secara komprehensif termasuk
kontraksi uterus berkurang. lokasi, karakteristik, durasi,
dalam kehamilan Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas dan faktor
muda. 1. Mampu mengontrol nyeri presipitasi,.
2. Menyatakan rasa nyaman 2. Kaji kontraksi uterus dan
3. Mengungkapkan ketidaknyamanan (awitan,
penurunan nyeri frekuensi, durasi, intensitas,
4. Menggunakan tehnik dan gambaran
yang tepat untuk ketidaknyamanan)
mempertahankan kontrol 3. Observasi reaksi nonverbal
nyeri. dari reaksi ketidaknyamanan
4. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan
5. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
6. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
penanganan nyeri yang tidak
berhasil

2. Kekurangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemia:


volume cairan selama … x 24 jam, masalah 1. Monitor intake dan output
berhubungan teratasi dengan kriteria hasil: cairan
dengan adanya  Mempertahankan urin 2. Pelihara IV line
pendarahan output dalam batas normal 3. Monitor adanya kelebihan
sesuai dengan usia, dan cairan
BB, 4. Monitor BB
 TD, nadi, suhu tubuh 5. Monitor tingkat HB dan
dalam batas normal hemtokrit
 Tidak ada tanda dehidrasi 6. Pasang urin kateter jika

 Elastisitas turgor kulit diperlukan

baik. Membrane mukosa 7. Kolaborasikan pemberian

lembab, tidak ada rasa diuretic sesuai interuksi

haus tambahan.

3. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction


berhubungan keperawatan selama … x 24 1. Kaji, sifat, sumber dan
dengan jam Ansietas klien teratasi manifestasi kecemasan.
kemungkinan dengan kriteria hasil : 2. Berikan informasi tentang
akan kehilangan 1. Klien mampu penyimpangan genetic
janin mengidentifikasi dan khusus, resiko yang dalam
mengungkapkan reproduksi dan ketersediaan
gejala cemas tindakan/pilihan diagnosa
2. Mengidentifikasi, 3. Kembangkan sikap berbagi
mengungkapkan dan rasa secara terus menerus.
menunjukkan tekhnik 4. Berikan bimbingan antisipasi
untuk mengontrol dalam hal perubahan
cemas fisik/psikologis.
3. Vital sign dalam
batas normal
4. Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

4. Risiko Infeksi b.d Infection Control


perdarahan, dan 1. monitor tanda dan gejala
kondisi vulva infeksi
lembab 2. Pantau hasil laboratorium
3. Amati faktor-faktor yang
bisa meningkatkan infeksi
4. monitor Vital Sign
5. Kontrol infeksi
6. Ajarkan tehnik mencuci
tangan
7. Ajarkan tanda-tanda infeksi
8. Batasi pengunjung
Setelah dilakukan tindakan 9. Cuci tangan sebelum dan
keperawatan selama … x 24 sesudah merawat ps
jam diharapkan diharapkan 10. Tingkatkan masukan gizi
tidak terjadi infeksi yang cukup
Kriteria Hasil 11. Anjurkan istirahat cukup
1. Tidak ditemukan tanda- 12. Pastikan penanganan aseptic
tanda adanya infeksi. daerah IV
2. Jumlah Leukosit dalam 13. Berikan PEN-KES tentang
batas normal risk infeksi

1. Defisiensi Setelah di berikan asuhan 1. Kaji tingkat pengetahuan


pengetahuan keperawatan selama … × 24 pasien
berhubungan jam diharapkan terjadi 2. Jelaskan pada pasien tentang
dengan kurang peningkatan pengetahuan penyebab dari gangguan
informasi. pasien dan keluarga dengan kehamilan, misalnya adanya
kriteria hasil : penyakit ibu, kelainan traktur
1. Pasien/Keluarga genitalis, trauma, gizi
dapat menyebutkan 3. Anjurkan untuk memeriksakan
penyebab abortus kehamilan secara teratur
2. Pasien/keluarga dapat
menyebutkan
kembali tanda gejala
abortus
3. Pasien/keluarga dapat
menyebutkan
kembali efek samping
abortus
4. Pasien/keluarga dapat
menyebutkan
kembali penanganan
terhadap efek
samping yang timbul
akibat abortus

Anda mungkin juga menyukai