PENDAHULUAN
1
1.5 Volume Perkejaan
Volume pekerjaan adalah urutan kegiatan saat praktikum dilaksanakan.
Berikut adalah hal-hal yang akan dilakukan selama praktikum di laksanakan :
a. Persiapan perlengkapan alat ukur.
b. Persiapan pengukuran
c. Pengukuran pada objek
d. Perhitungan kesalahan koreksi garis bidik.
2
BAB II
DASAR TEORI
3
2.3 METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR
Pengukuran Sipat Datar Kerangka vertikal adalah pembuatan serangkaian titik-titik
dilapangan yang diukur ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk pengikatan
ketinggian titik-titik lain yang lebih detail dan banyak.
Syarat-syarat alat Sipat Datar adalah:
1. syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo,
2. syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu,
3. syarat ketiga : garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka syarat-syarat diatas
harus dipenuhi terlebih dahulu atau dengan kata lain alat ukur penyipat datar harus diatur
terlebih dahulu, supaya ketiga syarat tersebut dapat terpenuhi.
Pengukuran dengan cara menyipat datar adalah dengan memahami bahwa beda tinggi
dua titik adalah jarak antara kedua bidang nivo yang melalui titik–titik itu. Selanjutnya
bidang nivo dianggap mendatar untuk jarak–jarak yang kecil antara titik–titik itu. Apabila
demikian, beda tiggi h dapat ditentukan dengan menggunakann garis mendatar yang
sembaranng dan dua mistar yang dipasang di atas kedua titik A dan B.
4
Teropong jurusan
Teropong jurusan terbuat dari pipa logam, di dalamnya terdapat
Susunan lensa-lensa yang terdiri dari lensa objektif, lensa okuler, dan lensa
penyetel pusat. Didalam teropong terdapat pula pelat kaca yang dibalur
dengan bingkai dari logam (diafragma), sedang pada pelat kaca terdapat
goresan benang silang.
Niveau
Niveau adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk
membuat arah-arah horizontal dan vertikal. Menurut bentuknya niveau dibagi
menjadi dua macam yaitu niveau kotak dan niveau tabung. Pada waterpass
yang digunakan adalah niveau kotak. Niveau kotak, terdiri atas kotak dari
gelas yang dimasukkan dalam montur dari logam sedemikian hingga bagian
atas tidak tertutup. Kotak tersebut diisi dengan cairan atsiri (ether atau
alkohol), bidang atas dari gelas diberi bentuk bidang lengkung dengan jari-jari
besar. Bagian kecil kotak itu tidak berisi zat cair, sehingga bagian ini dari atas
terlihat sebagai gelembung.
Titik teratas ditandai dengan lingkaran yang digambar di atas gelas.
Garis singgung pada titik tertinggi (tengah lingkaran) disebut garis arah
niveau. Niveau kotak dikatakan seimbang jika gelembung berada ditengah-
tengah. Cara mengaturnya dengan memutar tiga sekrup penyetel.
5
Umumnya terbuat dari kayu atau besi, panjangnya antara 3-4 meter, bahkan
ada yang 5 meter. Karena panjangnya, untuk pengangkutannya, maka mistar ini
dapat dilipat menjadi 1,5 m atau 2 meter. Skala mistar dibuat dengan cm; tiap-tiap
cm ada blok merah, putih atau hitam. Tiap-tiap meter diberi warna yang berlainan,
merah-putih dan hitam-putih untuk memudahkan pembacaan meter.
c. Statip
Statip adalah salah satu perlengkapan pengukuran yang berfungsi sebagai
kaki untuk meletakkan waterpass. Statip mempunyai 3 kaki yang berfungsi untuk
menyeimbangkan berdirinya statip. Saat mendirikan statip, meja statip harus rata
karena dapat mempengaruhi seimbangnya gelembung pada niveau.
d. Pita Ukur
Pita ukur terbuat dari kain diberi benang dari tembaga dimasukkan dalam
minyak cat yang masak. Panjang pita ukur ada yang 10, 15, 20, 30, sampai 50
meter. Pita ukur ini di gulung dalam kotak bulat yang disebut rol.
e. Payung
Dalam pengukuran di lapangan, payung juga memiliki peran penting, yaitu
sebagai pelindung waterpass dari sinar matahari agar cairan niveau tidak
menguap.
f. Tabel Pengukuran
Data hasil pembacaan benang dimasukkan ke dalam tabel pengukuran untuk
memudahkan analisa data.
g. Alat tulis dan Kalkulator
Alat tulis dan kalkulator, untuk mencatat data dan menghitung koreksi
kesalahan pembacaan benang.
h. Patok kayu dan paku
Berfungsi sebagai penandaan awal pengukuran dan hasil pengukuran,
dimana pada jarak tertentu setelah pengukuran dilakukan penandaan dengan
menggunakan patok/paku.
6
Salah satu cara yang digunakan pada pengukuran sipat datar memanjang
adalah cara menyipat datar dari tengah-tengah. Maksudnya adalah, alat ukur penyipat
datar ditempatkan antara titik A dan B, sedang di titik A dan B ditempatkan dua
mistar. Jarak antara alat penyipat datar dan kedua mistar kira-kira diambil jarak yang
sama. Cara ini memberi hasil paling teliti, karena kesalahan yang mungkin masih ada
pada pengukuran dapat saling memperkecil.
Dengan cara ini dapat disimpulkan bahwa beda antara pembacaan mistar belakang
dan mistar muka akan menjadi beda tinggi.
7
Gambar 2.3 Profil Memanjang Alat di Atas Titik
1. Tempatkan alat sipat datar diatas patok (A).
2. Lakukan centering, sehingga alat tepat di atas titik A.
3. Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.
4. Ukur tinggi alat diatas patok.
5. Bidik rambu pada titik 1 kemudian baca BA, BT dan BB.
6. Hitung d (jarak) dari alat ke rambu, d=(BA-BB).100
7. Lakukan hal yang sama (v, vi, vii) pada setiap titik relief (ii, iii, dst) ini pada seksi
AB, untuk pengukuran pada seksi BC, maka alat isa dipindahkan pada titik B.
8. Lakukan urut-urutan dari nomor i s/d vii.
9. Hitungan : H1 = HA+∆HA1
H2 = HA+∆HA2
Hn = HA+∆HAn (Nurjati, 2004 )
8
dengan cara pengukuran profil memanjang, hanya jarak-jarak adalah pendek bila
dibandingkan dengan jarak-jarak pada profil memanjang. Untuk menghitung
penggalian tanah atau penimbunan tanah, cukup diambil jumlah rata-rata penggalian
tanah atau penimbunan tanah yang didapat dari dua profil melintang yang berdekatan
diperbanyak jarak antara dua profil melintang itu.
Gambar 2.1 Prinsip Pengukuran Beda Tinggi
Penghitungan beda tinggi antara dua titik yang diukur dengan waterpass dapat dihitung
dengan rumus
ΔH = BTB – BTM
Keterangan :
BTB : Benang tengah belakang
BTM : Benang tengah muka
Istilah-istilah :
- 1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu belakang.
- 1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang ± 1-2 km yang terbagi dalam slag
yang genap dan diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.
9
1. Pengaturan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (penempatan
gelembung nivo yang tidak sempurna dan sebagainya).
2. Instrumen sipat datar tidak ditempatkan pada jarak yang sama dari kedua
rambu.
3. Kesalahan pembacaan.
4. Kesalahan pencatatan.
Disebabkan oleh rambu
1. Penempatan rambu yang tidak betul-betul vertikal.
2. Rambu tipe perpanjangan seperti misalnya rambu Sopwith yang
perpanjangannya dirasakan kurang sempurna.
Disebabkan terbenamnya rambu, karena tidak ditempatkan pada tumpuan yang keras.
Selanjutnya kesalahan yang disebabkan kekurangan-kekurangan pada tanda-
tanda indeks rambu karena titik-titik balik bernomor genap yang tidak tersedia
antara dua titik dapat dianggap sebagai kesalahan pembidik. Pada sipat datar teliti,
seluruh jarak harus dibagi menjadi bagian-bagian berjumlah genap untuk
menentukan titik-titik balik.
2. Kesalahan Instrumen :
Disebabkan oleh petugas
1. Penyetelan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (garis kolimasi
tidak sejajar dengan sumbu niveu tabung)
2. Parallax yang timbul pada saat pengukuran
Disebabkan oleh rambu
1. Graduasi rambu yang tidak teliti. Untuk perbaikannya dibutuhkan kalibrasi.
2. adanya kesalahan indeks rambu.
3. Sambungan rambu yang tidak sempurna (terutama pada tipe perpanjangan).
3.Kesalahan Alami :
Pengaruh sinar matahari langsung : sinar matahari langsung dapat merubah kondisi
intrumen sipat datar dan karenanya merubah garis kolimasi. Pada sipat datar teliti
selama observasi, instrumen sipat datar harus terlindung dari sinar matahari.
Demikian pula, pemuaian atau penyusutan skala rambu harus dikoreksi disesuaikan
dengan temperatur rambu tersebut.
Perubahan posisi intrumen sipat datar dan rambu-rambu : Karena beratnya sendiri,
baik instrumen sipat datar maupun rambu akan dapat terbenam, jika ditempatkan di
10
atas tanah yang lunak. Pada tempat-tempat seperti itu, penyangga statif dan rambu
haruslah dibuat khusus seperti piket, patok atau harus dipilih tempat-tempat padat.
Angin yang berhembus kencang akan menyulutkan pekerjaan pengukuran, dan untuk
menghindarinya dapat digunakan perisai pelindung atau menggunakan rambu yang
pendek.
Pengaruh refraksi cahaya : sebagaimana dimaklumi, bahwa berkas cahaya yang
melintasi udara dengan kerapatan yang berbeda-beda akan direfraksikan. Sedangkan
dekat di atas permukaan tanah temperatur udara sangat berubah-ubah dan karenanya
perubahan kerapatannyapun besar pula. Karena itu pembacaan rambu menjadi sulit
dan mungkin sekali tidak teliti. Untuk meningkatkan ketelitiannya, jarak bidikan
haruslah sependek mungkin. Selanjutnya diusahakan agar posisi instrumen sipat datar
terletak di tengah-tengah antara kedua rambu.
Pengaruh lengkung bumi : karena permukaan bumi tidaklah datar, akan tetapi
berbentuk speris, maka lengkung permukaan bumi haruslah diperhitungkan. Tetapi
hal ini merupakan problema yang kecil pada sipat datar. Lebih-lebih apabila
instrumen sipat datar ditempatkan di tengah-tengah antara kedua rambu, maka
pengaruhnya dapat diabaikan. (Sosrodarsono, 1983)
BAB III
PELAKSANAAN PENGUKURAN
11
2
3
4
1
6
b. Gedung AK dan AN
5
12
C₁C
3
4
a
a
i
Pos Satpam
Jl. So Masjid Food
Court
B₁
2 B₂
c. Lapangan Upacara
1
Gd.
Aku G
Lab. A
ntan
Elek n
Ta si si
troni F₁F
₂ N
ka m
an
13
6
ekarno Hatta
Upacara
Lapangan
1. Hari : Senin
Tanggal : 6 Oktober 2014
Kegiatan : Pemberian Materi
Pukul : 07.00 s.d. Selesai
Lokasi : Ruang Multimedia gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang
2. Hari : Selasa
Tanggal : 7 Oktober 2014
14
Kegiatan : Pengukuran Pada Jalur Tertutup
Pukul : 07.00 s.d. Selesai
Lokasi : Lapangan mini soccer Politeknik Negeri Malang
3. Hari : Rabu
Tanggal : 8 Oktober 2014
Kegiatan : Pengukuran Pada Jalur Tertutup
Pukul : 07.00 s.d. Selesai
Lokasi : Gedung AK dan AN Politeknik Negeri Malang
4. Hari : Kamis
Tanggal : 9 Oktober 2012
Kegiatan : Mencari Profil Memanjang dan Melintang
Pukul : 10.00 s.d. selesai
Lokasi : Lapangan Upacara Politeknik Negeri Malang
15
3.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini di anataranya :
1.Waterpass
2. Sumbu Ukur
3. Paku Payung
4. Tripot
5. Alat Tulis
6. Roll Meter
7. Kapur
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
16
7,7 6
15
32 19 6 164 140
2
13 129,
99,7 91,4 83,1 146
7,6 5
2 3
142, 13 127,
97,8 88,5 79,4
2 4,7 2
104, 156, 14 130,
128 116
1 5 3,5 5
3 4
152, 13 126,
128 112 100
5 9,9 4
141, 12 113,
186 171 156
2 7,5 5
4 5
186, 171, 156, 141, 12 113,
3 3 4 1 7,3 5
182, 172, 161, 55,
71,5 39
6 2 6 3
5 6
182, 170, 158,
68,5 54 39,2
9 6 6
160, 153, 146, 113, 10
99,5
2 3 5 5 6,5
6 1
158, 154, 143, 110, 10
97,6
2 5 1 3 4
Juml 156 143 129 156 14 129
ah 9,5 4,6 6,8 7,3 30 1,5
18
5 2 3 1 8
195, 185, 175, 141, 124,
133
1 3 5 2 6
147, 141, 134, 164, 151, 138,
9 9 9 1 3 5
6 1
149, 133, 162, 139,
141 151
8 1 5 3
1821 1698 1572 1855 1694 1533
,8 ,2 ,3 ,7 ,3 ,3
19
6 141 133 10,1393
3990 -10 -0,13927
1 151 0,0000
Jumlah 862 861 28650 1 -1
20
6 124,5 119,5 114,5 500 871,9
7 117,6 110 102,6 500 881,4
8 96,8 86,8 76,8 100 904,6
C 248,1 225,9 203,5 96,3 85,6 73,1 500 905,8
1 206,9 187 167 500 944,7
2 176,6 159,2 141,7 500 972,5
3 161 146 131 500 985,7
4 150,5 138 125,5 500 993,7
5 142,5 132,5 122,5 500 999,2
6 140,1 132,5 125 500 999,2
7 140 134,9 129,6 500 996,8
8 140,4 137,4 134,3 500 1131, 994,3
3
9 138,3 136,4 134,5 500 7 995,3
10 138,2 134,9 131,6 500 996,8
11 139,2 133,8 128,2 500 997,9
12 143,4 135,5 127,5 500 996,2
13 142 131,5 121,3 500 1000,2
14 137,5 124,9 112 500 1006,8
15 130,1 115 99,5 500 1016,7
D 120 102 84 - 1029,7
21
4.3 Data Pengukuran Waterpas pada Profil Permukaan Tanah
Profil Melintang di B
Kanan 2 343,5 325,5 306,2 330 781,4
B 1 316 297,5 279 180 809,4
B 303,5 285,5 267 210 821,4
1 287,6 270 252,3 242 836,9
Kiri B
2 272 255 237,5 851,9
Kanan 2 149,1 140,9 132,6 242 850,5
B 1 164 154,9 145,6 210 836,5
B 180 170 160 180 821,4
1 193,2 182,4 171,5 330 809
Kiri B
2 223 210,8 198,5 780,6
2 991,4
Profil Melintang di C
2 99,2 86,5 74 242 904,9
Kanan
1 99,5 88 76,4 240 903,4
C 96,3 85,6 73,1 210 905,8
1 83,7 75,1 67,5 242 916,3
Kiri
2 62,8 54 45,2 937,4
2 3 214,6 194 173 242 1131,7 937,7
Kanan
1 235,5 204,2 192,3 210 927,5
C 248,1 225,9 203,5 240 905,8
1 250,7 227,9 205 215 903,8
Kiri
2 250 226,5 203 905,2
Profil Melintang di D
Kanan 1 120 102,1 84,5 405 1029,6
D 120 102 84 405 1029,7
Kiri 1 124 105,9 87,5 0 1025,8
22
2 106,1 88,1 70,1 150 1043,6
3 103,9 85,5 67,1 15 1046,2
4 198,5 180,2 162 45 951,5
5 198,5 180,3 162 0 951,4
6 120 101,5 83,5 1030,2
23
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dengan kebutuhan para pengguna jasa semakin meningkat maka data-data yang
belum lengkap dikerjakan dengan lebih serius lagi maka, kerangka dasar vertikal merupakan
kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa
ketinggiannya terhadap suatu bidang ketinggian tertentu. Bidang ketinggian ini bisa berupa
ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level - MSL) atau ditentukan lokal. Umumnya
titik kerangka dasar vertikal dibuat menyatu pada satu pilar dengan titik kerangka dasar
horizontal
Maka Para mahasiswa mampu memahami, mendeskripsikan, dan mengaplikasikan
penentuan koordinat-koordinat beberapa titik dengan metoda pengukuran beda tinggi dengan
pesawat penyipat datar pada praktek pengukuran dan pemetaan Ilmu Ukur Tanah.
Selanjutnya perlu pembaca ketahui, bahwa dalam penyusunan laporan ini penyusun
menyadari masih banyak kekurangan. Melihat dari kenyataan tersebut penyusun berlapang
dada menerima saran dan kritik serta uluran pendapat dari para pembaca demi kesempurnaan
penyusunan laporan ini di kemudian hari.
Akhirnya tiada kata yang dapat penyusun sampaikan kepada segenap pembaca,
melainkan hanya ucapan terima kasih, semoga mereka selalu dalam lindungan Allah SWT ,
dengan harapan dapat ridho dan pengampunan-Nya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
segenap pembaca pada umumnya dan bagi penyusun khususnya.
5.2 SARAN
a. Mengupayakan ketelitian dalam pembacaan alat, pengutaraan dan kalibrasi.
b.Mengusahakan pemilihan waktu pelaksanaan, keadaan cuaca yang cerah.
c. Pemilihan lokasi patok dengan tanah yang mendukung.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
26
27
28
29