Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TEKNOLOGI BATUBARA

PROSES PENCUCIAN BATUBARA DAN DESULFURISASI BATUBARA

Disusun oleh
Diah Widya Retnani 121180172
Rena Trijayanti 121190019
Arina Bintan Kamila 121190041

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepadaTuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah berjudul “Proses Pencucian Batubara
Dan Desulfurisasi Batubara” dapat diselesaikan dan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Batu Bara.
Kami menyadari dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan
kesalahan,maka dari itu kami berharap kritik serta saran yang bersifat membangun
guna kesempurnaan makalah di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya
mahasiswa Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batubara adalah suatu batuan sedimen tersusun atas unsur karbon,


hidrogen, oksigen,nitrogen, dan sulfur. Dalam proses pembentukannya,
batubara diselipi batuan yang mengandung mineral. Bersama dengan
moisture, mineral ini merupakan pengotor batubara sehingga dalam
pemanfaatannya, kandungan kedua materi ini sangat berpengaruh.
Batubara yang diperoleh dari hasil penambangan mengandung bahan
pengotor (impurities). Salah satu cara untuk membersihkan batubara adalah
dengan cara mudah memecah batubara ke bongkahan yang lebih kecil dan
mencucinya. Pencucian batubara merupakan suatu usaha yang dilakukan
untuk memperbaiki kualitas batubara, agar batubara tersebut memenuhi syarat
penggunaan tertentu. Usaha tersebut termasuk dalam pembersihan untuk
mengurangi impurities anorganik. Pemilihan metode pencucian batubara yang
terbaik dan tepat sangat berpengaruh terhadap batubara yang dihasilkan
sehingga dapat meningkatkan nilai jualnya dan juga diharapkan teknologi
pencucian batubara yang digunakan daapat mengatasi dampak lingkungan
yang cukup besar dari pembakaran batubara.
Proses pembakaran dengan menggunakan batubara kualitas rendah
dapat menyebabkan keluaran emisi SO2 yang tinggi dan dapat melebihi baku
mutu yang ditetapkan oleh peraturan menteri lingkungan hidup. Emisi SO 2
yang tinggi ini dapat merugikan kesehatan manusia karena menyebabkan
gangguan pada pernapasan dan dapat merugikan lingkungan karena
menyebabkan terjadinya hujan asam.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja alat-alat yang digunakan dalam pencucian batubara ?
2. Bagaimana proses pencucian batubara ?
3. Bagaimana cara desulfurisasi batubara ?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui alat-alat yang digunakan dalam pencucian batubara.
2. Mengetahui cara pencucian batubara.
3. Mengetahui cara desulfurisasi batubara
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Alat-Alat Pencucian Batubara


Pencucian ialah usaha yang dilkakukan untuk memperbaiki kualitas
batubara, agar batubara tersebut memenuhi syarat penggunaan tertentu.
Termasuk didalamnya pembersihan untuk mengurangi impurities anorganik.
Karakteristik batubara dan impurities yang utama ditinjau dari segi pencucian
secara mekanis ialah komposisi ukuran yang disebut size consist, perbedaan
berat jenis dari material yang dipisahkan, kimia permukaan, friability relatif
dari batubara dan impuritiesnya serta kekuatan dan kekerasan.
Dalam proses pencucian batubara untuk memisahkan dari mineral
pengotor, dipakai berbagai jenis peralatan konsentrasi berdasarkan sifat(sifat
batubara dari mineral pengotor. Perbedaan tersebut dapat berupa sifat fisik
atau mekanik dari butiran tersebut, seperti halnya berat jenis, ukuran, arna,
gaya sentripetal, gaya sentrifugal ataupun desain peralatan itu sendiri.
Pencucian batubara dilakukan karena batubara hasil penambangan
bukanlah batubara yang bersih, tetapi masih banyak mengandung material
pengotor. Pengotor batubara dapat berupa pengotor homogen yang terjadi di
alam saat pembentukan batubara itu sendiri, yang disebut dengan Inherent
Impurities, maupun pengotor yang dihasilkan dari operasi penambangan itu
sendiri, yang disebut extraneous impurities
Dengan demikian pencucian batubara bertujuan untuk memisahkan dari
material pengotornya dalam upaya meningkatkan kualitas batubara sehingga
nilai panas berrtambah dan kandungan air serta debu berkurang. atubara yang
terlalu banyak pengotor cenderung akan menurunkan kualitas batubara itu
sendiri sehingga tidak dapat diandalkan dalam upaya penjualan ke konsumen.
Pada umumnya persyaratan pasar menghendaki kandungan abu tidak lebih
dari 10% &, dan pada umumya menghendaki nilai panas yang berkisar antara
6000-6900 kcal/kg.
Untuk menentukan kesesuaian alat yang digunakan dalam mencuci batubara
syarat yang diperlukan adalah ukuran butir dari batubara yang akan dicuci,
spesific gravity dan kapasitas produksi yang digunakan. Alat-alat tersebut
antara lain dapat dipilih Dense Medium Separation, Concentration Table, Jig,
Hydrocyclone dan Flotasi.
a. Jig
Pencucian dengan alat ini didasarkan pada perbedaan specific
gravity. Proses yang dilakukan Jig ini adalah adanya stratifikasi dalam bed
sewaktu adanya air hembusan. Kotoran cenderung tenggelam dan batubara
bersih akan timbul di atas. Basic jig, Baum jig sesuai digunakan untuk
pencucian batubara ukuran besar, walaupun Baum Jig dapat melakukan
pencucian pada batubara ukuran besar tetapi lebih efektif melakukan
pencucian pada ukuran 10 – 35 mm dengan spesifik gravity 1,5 –1,6.
Modifikasi Baum jig adalah Batac jig yang biasa digunakan untuk
batubara ukuran halus. Untuk batubara ukuran sedang, prinsipnya sama
yaitu pulsing (tekanan) air hembusan berasal dari samping atau dari bawah
bd. Untuk menambah bed atau mineral keras yang digunakan untuk
meningkatkan stratifikasi dan menghindari percampuran kembali, mineral
yang digunakan biasanya adalah felspar yang berupa lump silica dengan

ukuran 60 mm.
Gambar 1. Alat Jig
b. Dense Medium Separator (DMS)
Dense medium ini juga dioperasikan berdasarkan perbedaan
spercific gravity. Menggunakan medium pemisahan air, yaitu campuran
magnetite dan air. Medium campuran ini mempunyai spesific gravity
antara batubara dan pengotornya. Slurry magnetite halus dalam air dapat
mencapai densitas relatif sekitar 1,8 ukuran batubara yang efektif untuk
dilakukan pencucian adalah 0,5 – 150 mm dengan Spesifik gravity 1,3 –
1,9 type dense-medium separator yang digunakan dapat berupa bath
cyclone dancylindrical centrifugal. Untuk cylinder centrifugal separator
digunakan untuk pencucian batubara ukuran besar dan sedang. Dense
medium cyclone bekerja karena adanya kecepatan dense medium, batubara
dan pengotor oleh gayacentrifugal. Batubara bersih ke luar menuju ke atas
dan pengotornya menuju ke bawah. Gambar 2 menunjukkan contoh dense
medium bath dan dense medium cyclone. Faktor penting dalam operasi
berbagai dense medium sistem didasarkan pada magnetite dan efisiensi
recovery magnetite yang digunakan lagi.

Gambar 2. Alat Dense Medium Separator (DMS)


c. Hydrocyclone
Hydrocyclone adalah water based cyclone dimana partkel-partikel berat
mengumpul dekat dengan dinding cyclone dan kemudian akan ke luar
lewat cone bagian bawah. Partikel-partikel yang ringan (partikel bersih)
menuju pusat dan kemudian ke luar lewat vortex finder. Diameter cyclone
sangat berpengaruh terhadap efektifitas pemisahan. Kesesuaian ukuran
partikel batubara yang akan dicuci adalah 0,5 – 150 cm dengan spesifik
gravity 1,3 – 1,5.

Gambar 3. Alat Hydrocyclone

d. Concentration table
Concentration table adalah konsentrasi dengan meja miring terdiri
dari rib-rib (tulang-tulang) bergerak ke belakang dan maju terus menerus
dengan arah yang horisontal. Partikel-partikel batubara bersih (light
coal) bergerak ke bawah table, sedangkan partikel-partikel kotor (heavy
partical) merupakan partikel yang tidak diinginkan terkumpul dalam rib
dan bergerak ke bagian akhir table.Batubara ukuran halus dapat dicuci
dengan alat ini secara murah tetapi kapasitasnya kecil dan hanya efektif
untuk melakukan pencucian pada batubara dengan spesific gravity lebih
besar 1,5 dengan ukuran partikel batubara yang dicuci 0,5 – 15 mm.

Gambar 4. Alat Concentration Table

e. Froth Flotation
Froth Flotation merupakan metode pencucian batubara yang
banyak digunakan untuk ukuran batubara halus. Froth flotation cell
digunakan untuk membedakan karakteristik permukaan batubara.
Campuran batubara dan air dikondisikan dengan reagen kimia supaya
gelembung udara melekat pada batubara dan mengapung sampai ke
permukan, sementara itu partikel-partikel yang tidak diinginkan akan
tenggelam. Gelembung udara naik ke atas melalui slurry di dalam cell dan
batubara bersih terkumpul dalam gelembung busa berada di atas.
Kesesuaian ukuran butir batubara yang dicuci < 0,5 mm dengan spesifik
gravity 1,3.
Gambar 5. Alat Froth Flotation
2.2. Proses Pencucian Batubara
Dalam coal washing plant terdapat empat tahap proses pencucian yaitu
preparasi batubara, pra-pencucian batubara, pencucian batubara, dan
pengurangan kandungan air pada batubara.
2.2.1. Preparasi Batubara
Tahap preparasi atau operasi pengecilan pada pabrik pencucian perlu
dilakukan dengan tujuan :
a. Menyesuikan ukuran partikel batubara yang cocok dengan oprasi
peralatan pencucian.
b. Kotoran mudah terliberasi dari tubuh batubara.
c. Agar ukuran partikel batubara sesui dengan permintaan pasar.
Proses preparasi sampel terdiri atas empat tahapan kerja antara lain :
1. Pengeringan, jika sampel masih basah dan susah untuk di gerus.
Pengeringan udara atau air driying kadang- kadang diperlukan dalam
tahapan kerja preparasi sampel. Faktor yang menentukan diperlukan atau
tidaknya pengeringan udara adalah apakah batubara akan melalui peralatan
pembagi sampel atau melalui penggerus. Pengeringan sampai berat yang
konstan serta suhu yang terus ditinggikan itu tidak perlu untuk General
Analysis, karena hal ini dapat berakibat terjadinya oksidasi pada batubara
rank rendah. Pengeringan dapat dilakukan di dalam oven atau Drying Set
suhu 10°C di atas suhu kamar. Aturan  pengeringan dalam standard ISO,
ASTM, British Standard, dan AS.
2. Memperkecil ukuran partikel, dengan cara milling (crushing dan grinding)
yang disebut sebagai size reduction.
Kegiatan pengelompokan partikel ukuran yang berbeda-beda
merupakan salah satu kegiatan penting yang dilakukan didalam pabrik
pencucian (Sudarsono,2003). Dalam pencucian batubara ukuran
memegang peranan penting,ada keterkaitan antara ukuran dan metode
pencucian, Keterkaitan ukuran dan metode pencucian dapat di lihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Coal Size Ranges for Cleaning Equipment
Ukuran Batubara Metode Pencucian
+ 8 inches Picking tables
8 × 1/4 Heavy media bath or drums
Jigs
1/4 × 48M Diester tables
Heavy media cyclones
Air tables
48M × 0 Froth flotation

Proses distribusi ukuran batubuara (Coal Sizing) mengunakan roll crusher


dengan ukuran dalam satuan mm sedangakan hammermill yang ukuran
sudah dalam satuan mess.

Gambar 6. Coal Sizing Circuit


3. Mencampurkan (mixing ) agar sampel menjadi homogen.
Persyaratan peralatan pencampur adalah tidak diperbolehkan
1) memecahkan batu bara,
2) menghasilkan debu,
3) membiarkan moisture menguap.

4. Pembagian sampel
Bila preparasi sampel dimulai dengan memperkecil ukuran
menjadi ukuran pertengahan dan pada langkah kedua diperkecil lagi
menjadi ukuran akhir, yakni -200μm, maka cara ini disebut two-stage
preparation. Kegiatan pengelompokan partikel ukuran yang berbeda-beda
merupakan salah satu kegiatan penting yang dilakukan didalam pabrik
pencucian.
2.2.2. Pra-Pencucian
Tujuan dari tahap ini adalah menghilangkan material pengotor
yang melekat pada batubara dan mengurangi batubara yang berukuran -0,5
mm atau kurang 3/8 inchi. Pada tahap ini akan memisahkan batubara (high
-ash) dengan batubara (low-ash). Batubara kadar abu tinggi berada diatas
sedangkan batubara kadar rendah berada dibawah.
Dalam tahap pra-pencucian kegiatan yang dilakukan meliputi :
a. Pre-washing/wetting adalah tahapan pembasahan, yang bertujuan
untuk mengurangi kadar kekotoran.
b. Desliming adalah proses penyaringan yang bertujuan untuk
memisahkan batubara kasar dengan batubara halus.
2.2.3. Proses Pencucian
Tahap pencucian ini terjadi di dalam baum jig dan hydrocyclone
a. Baum Jig
Batubara pretreatment yang berukuran -75 mm dialirkan ke
baum jig melalui lubang umpan (jig fedd sluice). Pada baum jig,
umpan mengalami konsentrat gaya berat, sehingga diperoleh tiga
macam produk yaitu :
1. Batubara tercuci hasil konsentrasi gaya berat berukuran -75 mm +
0,5 mm diteruskan ke dalam static screen dan double deck
vibrating screen untuk dikurangi kandungan airnya, serta
dilakukan pemisahan ukuran partikelnya.Double deck vibrating
screen mempunyai lubang bukaan sebelah atas 5 mm dan lubang
bukaan sebelah bawah 0,5 mm, sehingga terjadi pemisahan
ukuran batubra tercuci setelah melewati double deck vibrating
screen sebagai berikut :
● Batubara tercuci ukuran -75 mm + 5 mm batubara tercuci
ukuran -75 mm + 5 mm ini diangkut oleh belt conveyor.
● Batubara tercuci ukuran -5 mm + 0,5 mmbatubara tercuci
ukuran -5 mm + 0,5 mm ini dibawa oleh belt conveyor dan
selanjutnya bersama produk kasat di bawa ke storage.
● Batubara tercuci ukuran -0,5 mm batubara tercuci ukuran -0,5
mm ini ditampung pada dua macam sumuran (sump). Untuk
yang lolos dari descliming screen ditampung effluent sump,
sedangkan yang lolos dari sizing screen ditampung pada main
sump. Batubara yang masuk ke effluent sump, bersama-sama
dengan air dipompakan ke effluent cyclone dan yang masuk
ke main sump dipompakan ke classifying cyclone untuk
kemudian diproses lebih lanjut pada unit pencucian
berikutnya.
2. Produk menengah (middling) Produk menengah dari baum jig
diangkut dengan elevator A. dan ditumpahkan ke dalam bak
penampung kotoran (discard bin)
3. Batuan pengotor (Discard) Batuan pengotor dari pengotor
produk baum jg diangkut dengan elevator B yang kemudian
ditumpahkan ke dalam discard bin. Selanjutnya produk
menengah dan produk pengotor ini dibuang ke tempat
pembuangan dengan alat angkut truck. Skema dari Jig-Table
Cleaning Circuit ditunjukkan pada gambar 7.
Gambar 7. Jig Table Cleaning Circuit

b. Hydrocyclone
Umpan (feed) dari hydrocyclone berasal dari effluent sump dan
main sump. Material yang masuk ke dalam hyrocylone tersebut akan
mengalami konsentrasi gaya karena adanya gaya sentrifugal yang
terjadi di dalam cyclone, sehingga akan menghasilkan produk
limpahan atas (overflow) dan produk limpahan bawah (under flow).
Limpahan bawah tersebut selanjutnya akan menjadi umpanm
pada slurry screen. Produk limpahan atas dari hydrocyclone
selanjutnya diproses pada peralatan sebagai berikut :
a. Head box
Pada head box produk limpahan atas dari cyclone tersebut
terbagi lagi menjadi dua macam produk, yaitu produk limpahan
atas dari head box yang dipompakan lagi pada lounder untuk
dipakai pencucian kembali dan produk limpahan bawah yang
selanjutnya dialirkan ke thickener. Pengotor batubara yang berasal
dari lumpur dan juga batubara berbutir halus (fine coal) ikut
bersama air pencucian yang dialirkan ke tempat penampungan.
( R.Hutamadi dan Edie Kurnia Djunaedi,2005).
b. Bak Pengendap (Thickener)
Over flow dari cyclone dialirkan ke bak penampungan
(thickener). Material yang masuk ke thickener merupakan
material pengotor yang telah bercampur membentuk lumpur,
walau pada kenyataannya masih banyak produk batubara umuran
0,5 mm yang terbawa bersama kotorannya. Didalam thickener
dengan bantuan flocculant terjadi proses pengendapan.Air yang
digunakan akan diproses untuk dapat digunakan kembali batubara
akan di ditambahkan reagen sehingga batubara akan mengapung
diatas cairan.air akan dialirkan kembali kepencuian dan batubara
bersih akan masuk ke mesin pengering. Skema dari Water
Clarification Circuit ditunjukkan pada gambar 8.

Gambar 8. Water Clarification Circuit


2.2.4. Pengurangan Kandungan Air Pada Batubara
Batubara yang sudah bersih dari berbagai proses pembersihan akan
dikeringkan dengan mengunakan fluid bed dyrer.Pengoperasian
pengeringan ini dibawah tekanan gas yang diambil dari sumber panas dari
ruang fulidisasi.tungku pengndali suhu bekerja disistem control untuk
mencocokan perubahan penguapan.Skema dari Water Clarification Circuit
ditunjukkan pada gambar 9.

Gambar 9. Fluid-bed Dryer


2.3. Proses Desulfurisasi Batubara
2.3.1. Teknologi Delsulfurisasi Batubara
Desulfurisasi batubara merupakan suatu proses penurunan kadar
sulfur dari batu bara. Kandungan sulfur tersebut dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan, menyebabkan kerusakan (korosif) dan
memperpendek umur alat. Agar batu bara tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar makan terlebih dahulu dilakukan proses desulfurisasi.
Desulfurisasi batubara dibutuhkan tidak hanya untuk meminimalkan
pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh emisi dari sulfur dioksida
selama pembakaran, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas batubara
(Ehsani&M. Resa, 2006).
Dalam proses penangkapan unsur ‘S’ atau desulfurisasi batubara
dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yang berbeda yaitu secara :
1. Desulfurisasi Secara Fisika
Beberapa teknologi desulfurisasi secara fisika antara lain sebagai
berikut:
a. Pemisahan Magnet
Dalam proses pemisahan magnetic (magnetic separation)
dilakukan atas perbedaan muatan listrik (paramagnetic) bahan
dalam campuran. Sulfur dalam bentuk pirit (FeS 2) memiliki sifat
paramagnetic dapat melekat pada magnet, sehingga dapat
dipisahkan dari campuran batubara. Metode ini sangat sederhana,
sebab tidak memerlukan bahan-bahan aditif dan pereaksi kimia,
hanya membutuhkan power untuk menggerakan magnet dan
mengalirkan bahan batubara. Namun metode ini agak sulit
mereduksi abu batuubara khususnya jenis abu yang mengandung
logam-logam diamagnetik sehingga fixed carbon dan nilai kalor
sulit dipertahankan.
b. Kolom flotasi
Metode ini sudah banyak digunakan secara komersial oleh
industri batu bara. Devisi riset empire coal company di Ohio
Amerika telat merancang kolom flotasi dengan skala pilot plant,
diameter 8 inchi(o,2 m) dan tinggi 30ft (9m) atau perbandingan
L/D=45. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kolom flotasi mampu
memisahkan sampai 70% sulfur pirit dan 80% abu batu bara.
c. Flokasi selektif
Metode ini dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi
pengurangan kadar sulfur dari batubara dengan kolom flotasi
konvesional. Prinsip pemisahan adalah dengan penambahan
reagent flokulan kedalam kolom flotasi yang secara selektif mampu
membentuk flok batubara sehingga meningkatkan efisiensi
pemisahan.
2. Desulfurisasi Secara Kimia
Beberapa metode desulfurisasi batubara secara kimia antara lain sebagai
berikut:
a. Desulfurisasi menggunakan etanol
Metode ini efektif untuk mengurangi sulfur anorganik dan
sulfur organik dalam batubara, telah dikembangkan sampai tahap
pilot plant dengan proses alir. Jenis reaktor yang digunakan berupa
fluidized bed dan moving bed.
b. Desulfurisasi dengan proses oksidasi selektif
Proses desulfurisasi dilakukan dalam reaktor fluidisasi pada
suhu antara 650-800 F dengan menggunakan uap dan udara. Proses
yang dikembangkan oleh Battle Colombus Devision mampu
mengurangi kadar sulfur total sebesar 95% dengan kehilangan panas
rata-rata sebesar 15%. Gas SO2 yang dihasilkan proses ini kemudian
di proses lebih lanjut dalam unit DeSOx. Oleh Palmer et al (1994)
melakukan desulfurisasi batubara menggunakan oksidasi selektif
dengan campuran pereaksi hidrogen peroksida dan asam asetat yang
akan membentuk asam peroksi asetat secara in situ. Kelebihan
pereaksi ini mampu mereduksi semua kandungan sulfur anorganik
dan sebagian sulfur organik dalam batubara.
c. Desulfurisasi Menggunakan Asam Sulfonat Triflorometan (TFMS)
Metode ini menggunakan pelarut organik(toluena) dan asam
sulfonat triflorometan sebagai katalis. Metode ini dikembangkan
hanya untuk mengurangi kadar sulfur organik yang sulit dipisahkan
dengan metode konvensional. Proses desulfurisasi dilakukan dalam
reaktor slurry pada suhu sekitar 200 C. Pada konsentrasi TFMS 45,2
% mmol/g batubara diperoleh tingkat desulfurisasi 48,7%.
d. Desulfurisasi menggunakan larutan barium klorida
Metode ini umumnya hanya efektif untuk menghilangkan
sulfur anorganik terutama pirit. Redeuksi sulfur organik tidak efektif
dengan pereaksi ini karena BaCl2 merupakan oksidator lemah.
Disamping itu, sulitnya pemisahan endapan BaSO4 yang terbentuk
diproses ini menjadi problem lain sehingga metode ini kurang
dikembangkan (Aladin, A., 2002).
e. Desulfurisasi menggunakan oksidator besi sulfat atau besi klorida
Metode in cukup efektif untuk mengurangi kadar sulfur
khususnya sulfur anorganik (pirit) dalam batubara. Prinsip utama
desulfurisasi ini adalah dengan menggunakan reaksi oksidasi
reduksi. Keuntungan proses ini adalah larutan Fe2(SO4)3,
memungkinkan direcovery untuk di re use sehingga bisa menghemat
biaya produksi, tetapi laju reaksinya relatif lambat pada suhu kamar
(Aladin, A., 2002).
Kekurangan proses Desulfurisasi secara kimia :
● Biaya proses yang tinggi
● Severe leaching conditions (100-400 C).
● Energy intensive.
● Penambahan material ke dalam batubara selain dapat mengurangi
kandungan ash dan sulfur dapat juga berpotensi menjadi polutan.
● Banyak di temukan permasalahan pengendalian polusi, korosi dan
pembuangannya.
3. Desulfurisasi Secara Biologi
Desulfurisasi secara biologis dilakukan dengan cara Biodesulfurisasi
Sulfur pada batubara dapat dikurangi sebelum pembakaran
berlangsung, ketika pembakaran berlangsung, maupun setelah
pembakaran berlangsung. Hal ini diharapkan agar kadar SO2 hasil
pembakaran batubara tidak melebihi baku mutu lingkungan hidup.
Pengurangan kandungan sulfur dengan metode biologi disebut
biodesulfurisasi yaitu metode yang dalam prosesnya memanfaatkan
organisme, yaitu bakteri. Metode ini merupakan metode yang memilki
paling banyak keunggulan dibandingkan dengan metode lainnya,
namun desulfurisasi dengan metode biologi memiliki beberapa
kekurangaanya yaitu bakteri hanya mampu mengoksidasi sulfur dalam
bentuk-bentuk tertentu. Bakteri yang dapat digunakan dalam proses
desulfurisasi, antara lain:
✔ T. ferroxidans (FeS2)
✔ T. thiooxidans (FeS2)
✔ L. ferooxidans (FeS2)
✔ S. acidocalderius (FeS2)
✔ R. spheriodes (S-organik)

Prinsip dari proses biodesulfurisasi batubara adalah dengan


mengoksidasi sulfur dalam bentuk organik dan atau anorganik yang
terdapat pada batubara dengan bakteri tertentu yang digunakan.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi biodesulfurisasi
batubara, yaitu suhu, kemasaman, konsentrasi sel, konsentrasi batubara,
ukuran partikel,komposisi medium, penambahan partikulat dan
surfaktan dan interaksi suatu bakteri dengan bakteri lain. Meningkatkan
kecepatan aerasi desulfurisasi batubara juga dapat dilakukan untuk
mempercepat kinerja dari bakteri tersebut.
T. ferroxidans merupakan bakteri yang paling penting dalam
biodesulfurisasi batubara karena dapat mengoksidasi pirit(FeS2) secara
langsung. Walaupun begitu, proses desulfurisasi batubara hanya dengan
memanfaatkan salah satu kinerja bakteri akan menghasilkan
desulfuriasi yang kurang optimal.
Salah satu alternatif yang paling aman dan ramah lingkungan untuk
desulfurisasi batubara adalah secara mikrobiologi menggunakan bakteri
T. Ferroxidans dan T. Thiooxidans. Penggunaan kombinasi kedua
bakteri ini ditujukan untuk lebih mengoptimalkan desulfurisasi sulfur.
Desulfurisasi menggunakan kombinasi dari kedua bakteri tersebut
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan desulfurisasi kimiawi, yaitu
lebih efisien, ekonomis dan ramah lingkungan.
BAB III
PENUTUP
Dari penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan menjadi :
1. Alat-alat yang digunakan dalam proses pencucian batubara yaitu :
a. Jig
b. Dense Medium Separator (DMS)
c. Hydrocyclone
d. Concentration Tables
e. Froth Flotation
2. Proses pencucian batubara melalui beberapa tahap yaitu :
a. Tahap preparasi
b. Tahap Pra pencucian/Pneumatic Cleaning
c. Tahap pencucian
d. Tahap pengurangan kandungan air batubara
3. Metode desulfurisasi dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
a. Secara fisika
b. Secara kimia
c. Secara biologi
DAFTAR PUSTAKA

Aladin, A., Henny, A., dan Wiwin, S., (2002), Studi Kinetika Desulfurisasi
Batubara Menggunakan Besi(III) Sulfat pada Temprature Kamar,
Seminar Nasional Teknologi Proses Kimia 2002, UI-Jakarta

Ehsani, Mohammad Reza., 2006. “Desulfurization of Tabas Coal Using Chemical


reagents”. Journal of Chemical Engineering Department, Isfahan University
Technology, Isfahan, I.R. Iran.
Matthews. F.L, Rawlings. F.D.,1994.”Composite Materials: Engineering and
Science”,Edisi 1, London: Chapman & Hall.
Nukman.,2009,”Pencucian Batuabra Asal Tanjung Enim Di Dermaga Kertapai
Dengan Mengunakan Air Bergelembung Udara:Suatu Usaha Peningkatan
Mutu Batuabara”,[Jurnal] Rekayasa Sriwijaya no.2 vol.18,juli 2009 hal 31-
37.
Rachmawan.R.,2012.’’Kajian Ekonomi Pencucian Batubara dalam Kaitannya
dengan Konservasi Cadangan Batubara’’.Majalah Pertamabangan edisi
4.Techical Pepers,hal 33-37 : Perhapi.
R.Hutamadi dan Edie Kurnia Djunaedi .2005.Pemantau dan Evaluasi Konservasi
Sumber Daya Mineral Daerah Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimatan
Selatan.Hasil Kegiatan Subdit Konservasi. T
Sudarsono, Arif S. 2005. Pengantar Preparasi dan Pencucian Batubara. ITB.
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai