Draft
Draft
FIRQAH INDZAR
H41116 018
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia. Secara umum kebutuhan bahan bakar masih diambil dari sumber alam yang
tidak terbarukan seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Sumber alam tersebut
akan mengalami penurunan yang diperkirakan sekitar 40-60 tahun kedepan habis jika
sendiri setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari Badan
Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) tahun 2018, ada sekitar 75 juta
bahan bakar alternatif yang dapat diperbarukan, salah satu contohnya yaitu biodiesel.
Biodiesel secara umum dapat diartikan sebagai ester monoalkil yang berasal
dari minyak tanaman dan lemak hewan (Sulfahri et al., 2019). Minyak dari tanaman
dan lemak hewan tersebut telah diteliti sebelumnya dan memiliki sifat fisis yang sama
dengan minyak solar sehingga bisa digunakan sebagai pengganti bahan bakar diesel
lemak hewan dan minyak nabati dengan alkohol menggunakan dua jenis katalis yaitu
ester asam lemak metil (James) dan ester asam lemak etil (FAEEs). Biodiesel ini
berperan sebagai alternatif bahan bakar diesel, tidak beracun dan biodegradable yang
dapat digunakan dalam infrastruktur kendaraan tanpa memberikan efek pada mesin
kendaraan tersebut. Berbagai jenis bahan baku seperti minyak sayur, limbah minyak
goreng, lemak hewan yang memiliki asam lemak bebas dan atau trigliserida dapat
keterbatasan lahan, dan penggunaan tanaman pangan sebagai bahan bakar. Salah satu
tanpa bersaing dengan tanaman pangan adalah menggunakan mikroba sebagai bahan
baku (Sankh et al., 2013). Menurut Rangaswamy et al., (2017) dibandingkan dengan
minyak nabati dan lemak hewani lainnya produksi minyak mikroba memiliki banyak
keunggulan, diantaranya adalah (1) mikroba memiliki siklus hidup yang pendek
sehingga waktu panen lebih singkat, dan (2) produksi minyak mikroba kurang
dipengaruhi oleh tempat, musim dan iklim jika dibandngkan dengan tanaman.
Terdapat banyak jenis mikroba yang digunakan sebagai bahan baku biodiesel.
(Chan, 2012). Morfologi P. kudriavzevii memiliki bentuk yang bulat, elips atau
stearat dan asam oleat 41,9% (Sulfahri et al., 2019). Komposisi minyak yang
terkandung dalam P. kudriavzevii semunya terdiri dari asam lemak yang juga
dikandung dalam minyak jarak yang dikenal luas sebagai sumber untuk memproduksi
biodiesel. Oleh karena itu, minyak dari P.kudriavzevii dianggap cocok untuk produksi
biodiesel, salah satunya yaitu dengan cara fermentasi. Proses fermentasi dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya adalah nutrisi dan durasi fermentasi. Nutrisi
merupakan faktor yang sangat penting terhadap mikrobia pelaku fermentasi, hal
juga membutuhkan sumber nitrogen, fosfor, kalium dan unsur mineral. Nutrisi
tersedia pada medium fermentasi yang berfungsi untuk pertumbuhan dan pembelahan
air kelapa tua (Sathiyavimal, et al., 2014). Menurut Fonseca et al (2009) dan
Pachori et al (2017) air kelapa mengandung protein, lemak, kaya akan karbohidrat,
antioksidan, enzim dan fitonutrien lainnya. Air kelapa juga kaya akan asam amino
esensial (lisin, histidin, tirosin dan triptofan), asam lemak, glukosa, fruktosa, selulosa,
sukrosa dan asam organik seperti tartarat, sitrat dan asam malat (Sathiyavimal, et al.,
2014). Mineral juga terkandung dalam air kelapa seperti kalium, kalsium,
boron, selenium dan klorin (Appaiah et al., 2014) tetapi yang paling utama yaitu
kalium (Jean et al., 2009). Nutrisi-nutrisi yang ada pada air kelapa tersebut sudah
pati), atau konstituen utama dari dinding sel (Chen et al., 2011). Alga spirogyra
berpotensial sebagai subtrat fermentasi untuk mendapatkan biomassa sel dari proses
B. Rumusan Masalah
1. Bagimana pengaruh konsentrasi nutrisi air kelapa tua hasil hidrolisis alga
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
bahan bakar dari minyak bumi yang keterediannya di alam semakin berkurang
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biofuel
Dalam arti luas, biofuel diartikan sebagai sumber bahan bakar yang berasal
dari bahan organik berupa lemak hewan, minyak goreng, arang, DUNGS hewan, dan
minyak sayur. Sementara ini biofuel telah menjadi sumber bahan bakar yang cukup
umum dan meluas digunakan manusia. Munculnya relative baru ini disebabkan
karena penggunaan bahan bakar fosil sangat pesat untuk pemenuhan kebutuhan
sumber sumber biofuel. Sebagai realitas deplesi bahan bakar fosil nanti dan efek
sebagai alternative untuk bahan bakar fosil. Dalam waktu dekat ini, biofuel akan lebih
dikembangkan lagi dan disesuaikan baik secara kinerja maupun sifat fisisnya dengan
Keuntungan utama biofuel adalah sifatnya yang tertutup dalam siklus karbon
ketika menggunakan biofuel untuk pembakaran dimana banyak karbon yang akan
bahwa biofuel ini dapat mengurangi emisi karbon hampir sebesar 80%. Biofuel yang
cocok dengan apa yang dijelaskan di atas itu dapat diproduksi dari minyak nabati,
lemak hewan, dan ganggang. Walaupun banyak sumber sumber biofule yang
memiliki banyak kegunaan, beberapa diantaranya telah diketahui sangat baik untuk
digunakan dalam mesin tanpa adanya yang dimodifikasi yaitu ester asam lemak metil
atau biodiesel yang dihasilkan melalui proses transesterifikasi yang melibatkan
metanol. Ini adalah turunan dari minyak nabati, dan cukup mirip dengan dari
2.2 Biodiesel
Dalam beberapa tahun terakhir ini, hampir seluruh peneliti dari pelosok dunia
menjelajahi sumber energi baru seperti bahan bakar. Lebih dari 100 tahun yang lalu,
seorang penemu brilian bernama Rudolph Diesel yang merancang mesin diesel
dengan menggunakan bahan bakar dari minyak nabati. Dr. Rudolph Diesel
menggunakan minyak kacang sebagai bahan bakar pada salah satu mesinnya di Paris
Exposition 1900. Dari hal tersebut, salah satu biodiesel yang dihasilkan dari minyak
nabati (kedelai dan bunga matahari) memiliki banyak keunggulan dan terdapat
Biodiesel ini dapat digunakan secara langsung atau dapat dicampurkan dengan
gas-gas beracun seperti CO, HC, NO, SO, mengurangi senyawa karsinogenik dan
dilakukan penyesuaian besar, hampir nol emisi sulfat, sumbangannya kecil pada
penghasilan karbon dioksida (CO2) ketika dilihat dari secara keseluruhan siklusnya
(termasuk budidaya, produksi minyak dan konversi ke biodiesel). Karena alasan ini,
Biodiesel adalah campuran dari ester asam lemak alkil atau ester monoalkil
dari minyak nabati atau lemak hewan (Sulfahri et al., 2019; Putri et al., 2012).
Minyak yang berasal dari tumbuhan dan lemak hewan serta turunannya mempunyai
kemungkinan sebagai pengganti bahan bakar diesel (Putri et al., 2012). Biodiesel
adalah solusi ramah lingkungan untuk permasalah pemanasan global, krisis energi
dan persediaan bahan bakar fosil yang semakin menipis. Saat ini, biodiesel (Ester
metil asam lemak “FAMEs) adalah nama yang diberikan sebagai bahan bakar
alternatif, yang dihasilkan dari sumber daya hayati yang terbarukan yang dapat terurai
Biodiesel yang dihasilkan dari minyak nabati dapat dibuat dari berbagai
macam tanaman baik itu dihasilkan secara langsung untuk penggunaan bahan bakar
maupun didaur ulang terlebih dahulu sehingga minyak nabatinya dapat digunakan.
nabati seperti mustard, jarak, jagung, kelapa, kacang tanah, kedelai, bunga matahari,
rami, dan minyak biji kapas atau dengan minyak nabati yang didaur ulang terlebih
dahulu sebelum digunakan sebagai sumber bahan bakar seperti kacang nahor, susu
semak, surga, dan minyak jojoba. Saat ini ada lebih dari 350 tanaman diketahui dapat
menggunakan mikroba. Minyak mikroba juga disebut minyak sel tunggal yang
diproduksi oleh beberapa mikroorganisme oleaginous seperti ragi, jamur, bakteri, dan
menyimpan minyak/lemak hingga 60% dari berat kering mereka, ketika tumbuh di
bawah kondisi nitrogen terbatas. Lipid ini biasanya terdiri dari 80-90% triasilgliserol
minyak mikroba memiliki banyak keuntungan seperti siklus hidup mikroba yang
memakan waktu lama. Dapat menghemat tenaga kerja serta pertumbuhan mikrobanya
tidak terlalu di pengaruhi oleh cuaca dan iklim (Sankh et al., 2013).
Oleh karena itu, minyak mikroba memiliki potensi yang luar biasa untuk
menjadi salah satu bahan baku minyak utama untuk produksi biodiesel di masa
depan. Saat ini mikroba yang telah dipelajari kandungan minyaknya yaitu ragi
mengandung minyak hingga 60% dari berat kering sel. Dimana dia memanfaatkan
sumber karbon murah seperti whey permeate dan limbah pertanian atau pengolahan
makanan kaya karbohidrat lainnya. Keseluruhan minyak ragi berupa trigliserida yang
didominasi oleat, linoleat, stearat, palmitat atau asam palmitoleat (Sankh et al., 2013).
Sementara itu sumber-sumber minyak nabati yang didapatkan untuk produksi
biodiesel belum tentu memiliki komposisi. Asam lemak dan profil hidrokarbon yang
merupakan minyak nabati tetapi memiliki kualitas yang bervariasi, tergantung dari
tanaman dan bagian dari tanaman yang digunakan. Misalnya, komposisi asam lemak
dari minyak yang diekstraksi dari kernel zaitun berbeda dari komposisi minyak yang
diekstraksi dari pomace tersebut. Serta dalam pembuatan biodiesel ada berbagai
sebagai pengganti minyak diesel karena viskositasnya tinggi. Viskositas bahan bakar
yang tinggi dapat mengakibatkan daya atomisasi rendah dan membuat mesin
kehilangan tenaga (Rodrigues et al., 2006). Oleh karena itu mesin diesel harus
dipikirakan rancangannya agar bisa menggunakan bahan bakar minyak nabati. Hal
tersebut dianggap sangatlah rumit, sehingga inovasinya yaitu membuat biodiesel yang
karakteristik fisiknya hampir sama dengan bahan bakar fosil standar. Caranya yaitu
asam. Katalis dan jumlah bervariasi dengan setiap resep tertentu. Tujuan utama dari
seperti bahwa secara fisik mirip dengan bahan bakar fosil (Huynh et al., 2019).
dengan alkohol. Gugus alkil dalam alkohol akan menggantikan gugus hidroksil pada
struktur ester minyak dengan dibantu katalis. NaOH dan KOH adalah katalis yang
umum digunakan. Alkohol yang dapat digunakan antara lain metanol, etanol,
propanol, butanol dan amil alkohol. Adapun tahapan mekanisme transesterifikasi
1. Tahap pertama adalah reaksi antara basa dengan alkohol menghasilkan alkoksida
2. Tahapan kedua Serangan nukleofilik dari alkoksida pada gugus karbonil dari
menghasilkan katalis aktif yang baru. katalis tersebut bereaksi kembali dengan
molekul alkohol lainnya, sampai terbentuk monogliserida dan mengalami reaksi yang
sama hingga menghasilkan alkil ester dan gliserol. Keseluruhan proses tersebut
merupakan suatu rangkaian tiga urutan reaksi dan merupakan reaksi reversibel,
dimana di- dan monogliserida dihasilkan sebagai intermediate. (Putri et al., 2014).
2.3 P kudriavzevii
dari fungi biasa disebut "anamorph". Ragi ini pertama kali bernama Issatchenkia
orientalis oleh V.I. Kudryavtsev pada tahun 1960 dan diubah menjadi P. kudriavzevii
Bentuk sel P. kudriavzevii bisa berbentuk oval, bulat atau memanjang. Ukuran
nukleus, membran sel, dinding sel, mitokondria dan vakuola. Ragi tersebut
A B
Gambar 2. (A) Morfologi strain P. Kudreavzevii perbesaran (662 × 495 pixels), dan
(B) strain P.kudreavzevii. Sumber (Sankh et al., 2012 & Foster 2018).
Domain: Eukaryota
Phylum: Ascomycota
Class: Saccharomycetes
Order: Saccharomycetales
Family: Pichiaceae
Genus: Pichia
tanah, pada kulit buah-buahan dan bahkan dalam minuman fermentasi. P. kudriavzeii
dapat tetap aktif secara metabolik pada suhu setinggi 45 °C dan dalam pH yang
paling rendah adalah 2. Sehingga bisa menghasilkan etanol dengan konsentrasi tinggi,
menghidrolisis asam fitat dari phytase. Asam fitat tidak dapat dicerna oleh sebagian
besar mamalia sehingga asam ini sangat membantu pencernaan manusia. Disamping
itu P. kudriavzevii juga memiliki 3 enzim yang dapat menghidrolisis xilosa. Xilosa
adalah molekul gula yang ditemukan dalam kayu dan tidak banyak ragi yang mampu
kemudian dapat dimasukkan ke jalur pentosa fosfat (PPP) untuk dikonversi menjadi
fruktosa 6-fosfat yang dapat diteruskan ke jalur glikolisis. Dalam kondisi yang tepat,
strain P. kudriavzevii M12 dapat digunakan untuk membentuk alkohol dari kayu
dan bir dan ragi ini dapat memfermentasi glukosa Kurtzman et al., (2011). Gula yang
dapat difermentasi oleh ragi ini sangat terbatas dimana hanya dapat
Air kelapa adalah minuman alami yang menyegarkan berasal dari buah kelapa
(Pachori, dkk., 2014) dan banyak dikonsumsi di daerah tropis di dunia (Sathiyavimal,
dkk., 2014). ). Air kelapa ini tidak berwarna, manis, dan sedikit kecut (Sathiyavimal,
dkk., 2014) dimana memiliki pH berkisar antara 4,2-6,0 (Appaiah, et al., 2014).
Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa air kelapa dapat digunakan sebahai
bahan baku untuk minuman isotonik, seperti penelitian yang telah dilakukan oleh
Langkong et al., (2016). Menurut Langkong et al., (2016) air kelapa tua memiliki
manfaat yaitu untuk menggantikan ion yang hilang dalam tubuh akibat aktifitas fisik
yang dilakukan. Cairan dalam minuman isotonik, memiliki tekanan yang sama
dengan dinding pembuluh darah yang menyebabkan minuman ini lebih mudah
dan kaya akan karbohidrat dan merupakan sumber yang kaya asam amino esensial
(lisin, histidin, tirosin dan triptofan), asam lemak, glukosa, fruktosa, selulosa,
sukrosa, dan asam organik seperti tartarat, sitrat dan asam malat
(Sathiyavimal, dkk., 2014). Air kelapa ini bebas lemak dan rendah kalori serta
fosfor, seng, mangan, tembaga, belerang, aluminium, boron, selenium dan klorin
(Appaiah et al., 2014). Menurut Pachori, et al., (2014) mineral utama yang dikandung
air kelapa yaitu kalium dan natrium sehingga baik untuk pertumuhan
mikroorganisme. Enzim yang ditemukan pada air kelapa mencakup reduktase
selektif, polyphenol oxidase (PPO) and peroxidase (POD) (Sathiyavimal, dkk., 2014).
bersama dengan fitoplankton, lamun, dan mangrove. Alga tersebut ada yang bersifat
Ada banyak spesies alga yang heterotrofik dan mereka mengambil molekul organik
dari organisme lain dan mengubahnya menjadi lemak dan protein. Ada spesies alga
tertentu yang tidak dapat menggunakan karbon anorganik (CO2) dari atmosfer
maupun karbon organik dari lingkungan sebagai sumber karbonnya dan proses ini
disebut mixotrophy. Melalui salah satu dari tiga proses ini, alga dapat menghasilkan
menggunakan sinar matahari dan karbon dioksida untuk reproduksi sel-sel tubuhnya
menghasilkan biomassa dan menghasilkan sekitar 50% oksigen yang ada di atmosfir
(Abdurrachman et al., 2013). Alga juga memiliki nilai ekonomis sebagai penghasil
hidrokoloid (alginat, agar dan karagenan) yang secara luas digunakan dalam industri
makanan dan farmaseutika. Alga secara luas digunakan sebagai makanan, bahan
penting bagi industri kosmetik serta penghasil hidrokoloid (alginat, agar dan
karagenan) yang digunakan sebagai pengental dan gelling agents. Alga telah banyak
dibudidayakan karena ketersediaan di alam tidak lagi mencukupi untuk berbagai
Indonesia menjadi pemasok utama rumput laut dunia dengan pangsa pasar
sebesar 26,50% dari total permintaan dunia (Kemendag, 2015). Alga juga digunakan
mengkaji senyawa bioaktif berbagai jenis alga di antaranya rumput laut hijau sebagai
(Duraikannu et al., 2014) dan rumput laut coklat sebagai antiinflamasi dan
antaranya termasuk dalam kelompok polisakarida, lemak dan asam lemak, pigmen,
Manfaat lainnya dari Spirogyra sp. yaitu sebagai agen bioremediasi logam
berat (Singh et al., 2007; Kaonga et al., 2008). Agen fitoremediasi limbah budidaya
sidat (Apriadi et al., 2014). Alga spirogyra juga banyak dijadikan sebagai bahan baku
mengapung bebas pada habitat air tawar. Penggunaan alga berfilamen dalam
biomassa yang cepat sebagai asumsi dari pemanfatan nutrien yang optimal
(Bishnoi et al., 2007). Berdasarkan hasil penelitian Ge et al (2017) alga spirogyra ini
dapat diaplikasikan sebagai penangan limbah air perkotaan dengan menyerap unsur
nitrogen dan posfor yang ada dalam air hingga 50%. Alga Spirogyra juga memiliki
kemapuan mengadsorbsi Cu dan Pb dan digunakan sebagai sumber nutrisi dan
dipengaruhi dengan ketersediaan nutrisi yang diserap serta kondisi lingkungan yang
persyaratan yang dibutuhkan alga secara umum, dalam hal ini termasuk alga
jumlah nuterien N dan P yang diserap oleh Spirogyra sp. Amonium (NH4+)
dilakukan oleh Hmaidan et al., (2011) diperoleh informasi bahwa Spirogyra sp.
memiliki pertumbuhan yang lebih baik pada perairan dengan kandungan nitrogen
yang cukup tinggi. Hasil serupa juga didapatkan dari penelitian Brubaker et al.,
Spirogyra adalah salah satu ganggang hijau paling umum di musim semi.
Alga ini berwarna hijau terang dan ditemukan mengambang di kolam air tawar yang
tenang, kolam, danau dan parit dan juga di aliran sungai. Menurut Randhawal genus
mencakup sekitar 289 spesies dan 94 di antaranya telah dilaporkan dari India. Tubuh
tanaman alga spirogyra berupa talus yang terdiri dari benang silinder hijau panjang
sekitar 1/10 mm dan panjang beberapa sentimeter. Tekstur alga ini halus seperti
rambut, tidak bercabang dan sering disebut filamen. Setiap sel terdiri dari dinding sel
yang menutupi protoplas, dinding sel terdiri dari dua lapisan konsentris. Bagian
dalam mengandung selulosa sedangkan bagian luar ditutupi oleh lapisan pektosa
(Eshaq et al., 2010). Tubuh alga S. peipingensis memiliki lebar 104-57 mm dan
panjang 156-200 mm yang mengandung kloroplas dan lima sampai tujuh di dalam
A B
Regnum: Eukaryota
Divisio: Chlorophyta
Clasis : Zygnematophyceae
Ordo : Zygnematales
Familia: Zygnema
Genus : Spirogyra
METODE PENELITIAN
III.2.1 Alat
bioreaktor, autoclave, laminair air flow, spektrofotometer, jarum ose, jarum tanam
tajam, pipet mikro, tabung reaksi, pH meter, hot plate, blender, thermometer, vortex
III.2.2 Bahan
medium SDA (Sabouraud Dextrosa Agar), aquades, buffer Na-citrate 0,1 M, dan lain-
lain.
Alga Spirogyra peipingensis dikultur pada medium cair tanpa aerasi dengan
L. Inkubasi di8lakukan pada suhu 30oC dengan pencahayaan 12:12 intensitas cahaya
3.000 Lux (Kegaya et al., 2011; Gallego et al., 2013; Zwirn et al., 2013).
III.3.2 Pretreatment dan Hidrolisis Alga Spirogyra peipingensis
diayak dengan ukuran ayakan 80 mesh. Alga Spirogyra peipingensis yang lolos
ayakan ditambahkan air 10% dan dipanaskan selama 2 jam dengan suhu 100 oC
kemudian didinginkan hingga suhu mencapai ±30ºC (Zhang & Feng, 2010) dan
medium SDA pada tabung reaksi diinokulasi ke dalam Erlenmeyer 50 ml yang berisi
kecepatan agitasi 15 rpm pada suhu 30ºC selama 24 jam (aktivasi I). Sebanyak 1 ml
rpm pada suhu 30ºC selama 24 jam (aktivasi II). Sebanyak 5 ml (10%) dari aktivasi II
pada suhu 30ºC selama 8 jam (aktivasi III). Hasil aktivasi III kemudian ditambahkan
dengan konsentrasi inokulum dengan konsentrasi 10% ke dalam botol fermentor 100
ml yang berisi 45 ml substrat alga S. peipingensis yang telah diperkaya dengan nutrisi
((OD600nm = 0,5) ke dalam botol fermentor 100 ml yang berisi 45 ml substrat alga yang
telah diperkaya dengan matur coconat water dengan jumlah yang bervariasi lalu
diinkubasi dengan variasi durasi fermentasi, yaitu; 0 jam, 12 jam, 24 jam, 36 jam, dan
48 jam pada suhu 30ºC. Proses fermentasi dilakukan pada kondisi anaerob
selama 48 jam pada suhu 30ºC. Biomassa sel P.kudreavzevii diperoleh dengan
dengan pola faktorial dengan perlakuan jenis yeast, jenis nutrisi dan lama waktu
fermentasi. Penelitian ini dilakukan dengan ulangan sebanyak tiga kali. Parameter
yang diamati adalah biomassa sel, kadar gula total (%), dan kadar etanol (%).
MCW 0 g/L
MCW 10 g/L
MCW 20 g/L
MCW 30 g/L
MCW 40 g/L
MCW 50 g/L
Data yang berupa biomassa sel, kadar gula total (%), dan kadar etanol (%)
fermentasi dan lama waktu fermentasi terhadap produksi biomassa sel. Jika terdapat
pengaruh maka dilanjutkan dengan uji Duncan atau biasa disebut Duncan Multiple
de Souza, I. A., Orsi, D. C., Gomes, A. J., & Lunardi, C. N. (2019). Enzymatic
hydrolysis of starch into sugars is influenced by microgel assembly.
Biotechnology Reports. https://doi.org/10.1016/j.btre.2019.e00342.
Duraikannu K, Shameem RK, Anithajothi R, Umagowsalya G, Ramakritinan CM.
2014. In-vivo anticancer activity of red algae (Gelidiela acerosa and
Acanthophora spicifera). Pharmaceutical Sciences and Research. 5(8): 3347-
3352.
Eshaq, F. S., Ali, M. N., & Mohd, M. K. (2010). Spirogyra biomass a renewable
source for biofuel ( bioethanol ) Production. International Journal of
Engineering Science and Technology, 2(12), 7045–7054.
Fonseca AM, Monte FJQ, da Conceic M, de Oliveiraaão F, Coconut water
(Cocosnucifera L.) – A new biocatalyst system for organic synthesis, Journal of
Molecular Catalysis B: Enzymatic, 57, 2009, 78-82.
Ge, S., Madill, M., & Champagne, P. (2018). Use of freshwater macroalgae
Spirogyra sp. for the treatment of municipal wastewaters and biomass
production for biofuel applications. Biomass and Bioenergy, 111, 213–223.
https://doi.org/10.1016/j.biombioe.2017.03.014
Gozan, M., Fatimah, I., Nanda, C., & Haris, A. (2014). Produksi Biosurfaktan oleh
Pseudomonas aeruginosa dengan Substrat Limbah Biodiesel Terozonasi untuk
Peningkatan Perolehan Minyak Bumi. Journal of Agro-based Industry, 31(2),
39–44.
Huynh, L. H., Kasim, N. S., & Ju, Y. H. (2011a). Biodiesel production from waste
oils. Biofuels, 375–396. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-385099-7.00017-6
Huynh, L. H., Kasim, N. S., & Ju, Y. H. (2011b). Biodiesel production from waste
oils. In Biofuels (1 ed.). https://doi.org/10.1016/B978-0-12-385099-7.00017-6
Jaya, D., Setiyaningtyas, R., & Prasetyo, S. (2018). Pembuatan Bioetanol Dari Alga
Hijau Spirogyra sp Bioethanol Production From Green Algae Spirogyra sp.
15(1), 16–19.
Ji-Hyun O, Kim J, Lee Y. 2016. Antiinflammatory and anti-diabetic effects of brown
seaweeds in high-fat diet-induced obese mice. Nutrition Research and Practice.
10(1): 42-48.
Kurtzman CP, Fell JW, Boekhout T (2011) The Yeasts, a Taxonomic Study. Volume
1. Fifth edition. Elsevier (Link to sciencedirect)