S PKN 1504297 Chapter1
S PKN 1504297 Chapter1
PENDAHULUAN
Keberadaan atau eksistensi organisasi ekstra tersebut tidak lepas dari budaya
politik mahasiswa yang memerlukan kelompok atau organisasi yang sejalan
sehingga idelismenya dapat tetap hidup. Pemerintah di sini sudah tidak dapat
membantah bahwa mahasiswa tetap memegang teguh idealismenya masing-
masing. Namun, dengan adanya idealisme yang berbeda-beda tersebut haruslah
sejalan dengan ideologi Pancasila.
Polemik yang terjadi dewasa ini adalah melemahnya ideologi Pancasila
karena terdapat beberapa idealisme di masyarakat yang dijadikan suatu ideologi
seperti paham kiri yang menjuru kearah komunisme yang sudah jelas dilarang di
dalam peraturan perundang-undangan dan ada juga beberapa paham islamis yang
menjuru ke arah radikal sehingga mengancam persatuan dan kesatuan bangsa juga
mengancam eksistensi atau penguatan Ideologi Pancasila.
Ungkapan-ungkapan bahwa penghayatan dan pengamalan nilai-nilai
Pancasila sudah semakin luntur bahkan hilang, khususnya pada generasi muda,
telah sering kita dengar. Menurut Bacharuddin Jusuf Habibie dalam Meinaro dan
Juneman (2012, hlm. 05), mengungkapkan bahwa Pancasila seolah hilang dari
memori kolektif bangsa, seolah “lenyap” dari kehidupan kita, yang antara lain
ditandai dengan menguatnya radikalisme, fanatisme kelompok dan kekerasan
yang mengatas namakan agama.
Hal tersebut juga terjadi di kalangan mahasiswa. Mahasiswa merupakan
pribadi dengan bermacam-macam idealisme di dalamnya. Dengan membawa
nama kaum intelektual dan menyandang nama Agent of Change, mahasiswa dapat
menjadi alat penggerak dan pengubah opini dari masyarakat secara
memungkinkan. Dengan idelismenya mahasiswa dapat dengan mudah menjadikan
suatu keadaan menjadi apa yang hendak dicapainya. Dengan adanya berbagai
macam idealism dalam diri mahasiswa maka tidak dapat dipungkiri juga terdapat
beberapa penyimpangan ideologi di kalangan mahasiswa. Tidak mudah untuk
mengetahui apakah mahasiswa memiliki idealism atau ideologi yang
menyimpang, bahkan penyebarannya pun dapat sangat cepat. Penyebaran
idealisme menyimpang tersebut dapat sangar mudah terjadi di dalam organisasi
ekstra kampus pula. Radikalisme dapat kita lihat telah menyebar dan menjalar ke
dalam kehidupan mahasiswa, bahkan kasus yang terdahulu terjadi penyerangan
3
dua orang wanita ke dalam markas BRIMOB dan salah satunya diduga
merupakan seorang mahasiswi dari UPI yang berinisial SNA. Dilansir dari
DetikNews, bahwa kedua perempuan tersebut diduga ingin menusuk anggota
Brimob. Keduanya ditangkap oleh pihak Kepolisian pada Sabtu (21/5/2018) pukul
03.00 di dekat Mako Brimob Kelapa Dua Depok. (Hermansyah, 2018)
Diduga mahasiswi tersebut merupakan salah satu anggota Unit Kegiatan
Mahasiswa UKDM sehingga semua pihak di kampus UPI mencurigai metode
kajian di dalam UKM tersebut.
Dilansir dari berita CNN Indonesia dalam LIPI, salah satu peneliti Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Saidi (2016) mengatakan bahwa, radikalisme
ideologi telah merambah dunia mahasiswa melalui proses Islamisasi. Proses itu
dilakukan secara tertutup dan menurutnya, berpotensi memecah belah bangsa.
Anas menyebut beberapa organisasi kemahasiswaan yang salah satunya Kesatuan
Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Kelompok ini dinilai memiliki
hubungan ideologis dengan kelompok radikal internasional Ikhwanul Muslimin.
Melalui penjelasan di atas dan beberapa isu yang beredar maka dapat
dikatakan ada pergeseran nilai-nilai ideologi Pancasila yang membuat pemerintah
mengeluarkan sebuah kebijakan yang berupa keputusan atau peraturan menteri
untuk menangani hal tersebut. Peraturan Menteri yang dikeluarkan yaitu
Permenristekdikti No. 55 Tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi Bangsa dalam
Kegiatan Kemahasiswaan Di Lingkungan Kampus. Dalam peraturan tersebut
diatur bagaimana pola perilaku mahasiswa termasuk kegiatannya selama di
kampus. Di dalam peraturan tersebut juga dijelaskan mengenai pembentukan
UKM PIB (Unit Kegiatan Mahasiswa Pengawal Ideologi Pancasila) yang
beranggotakan delegasi-delegasi dari berbagai organisasi ekstra kampus di
dalamnya, dapat dikatakan bahwa organisasi ekstra kampus juga merupakan suatu
bentuk mobilisasi mahasiswa dalam kepentingan tertentu untuk mencapai tujuan
kelompok masing-masing. Bahkan organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa REMA
UPI juga tidak lepas dari campur tangan organisasi ekstra kampus. Dengan
demikian jelas bahwa rata-rata mahasiswa yang berkecimpung di dalam ranah
politik tidak akan lepas dari organisasi ekstra kampus, sehingga pembentukan
UKM PIB untuk memperkuat Ideologi Pancasila dapat dipermudah.
4
organisasi ekstra kampus sebagai anggota dan pengurusnya karena rencana dari
pembentukan UKM tersebut tidak lain dan tidak bukan untuk memperkuat
Ideologi Pancasila. Peneliti perlu membuktikan apakah UKM tersebut dapat
memperkuat eksistensi Ideologi Pancasila atau sebaliknya. Peneliti juga perlu
membuktikan apakah Permenristekdikti No. 55 Tahun 2018 tersebut dapat
diterapkan dengan semestinya dan apakah peraturan tersebut dapat memperkuat
Ideologi Bangsa di kalangan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia
sehingga mahasiswa dapat berperilaku sesuai dengan Ideologi Pancasila.
Tempat Penelitian
Subjek dan Objek Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Analisis Data
Validasi
BAB IV Temuan dan Pembahasan
Temuan dan bahasan dari urgensi dikeluarkannya Permenristekdikti No.55 Tahun
2018 tentang Pembentukan.
Temuan dan bahasan dari apa saja yang sudah dilakukan pihak kampus maupun
ormawa dalam rangka penguatan Ideologi Bangsa dikalangan mahasiswa.
Temuan dan bahasan dari upaya pihak kampus melaksanakan Permenristekdikti
No. 55 Tahun 2018 dalam rangka penguatan Ideologi Bangsa mahasiswa.
Temuan dan bahasan dari kendala yang dihadapi pihak kampus dalam
mengimplementasikan Permenristekdikti No. 55 Tahun 2018.
Temuan dan bahasan dari solusi yang harus dilaksanakan kampus dalam
mengimplementasikan Permenristekdikti No. 55 Tahun 2018.
BAB V Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi
Simpulan dari temuan dan pembahasan
Implikasi dari temuan dan pembahasan
Rekomendasi dari peneliti